kita sehari- hari termasuk dalam bidang pendidikan. Nah, dalam dunia pendidikan,
pembelajaran sudah bergeser dari pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran yang
berbasis teknologi. Pembelajaran berbasis teknologi memberikan ruang bahwa guru bukanlah
satu- satunya sumber ilmu karena sumber ilmu bisa diperoleh dari manapun dengan
kemudahan teknologi. Dengan demikian saat ini guru harus bisa mengimbangi situasi yang
dihadapi dalam proses pembelajarannya khususnya dalam pemanfaatan teknologi.
Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta
didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi
dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan
untuk hidup (life skills).
Pada abad 21 ini persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang
pendidikan khususnya pendidikan sains yang sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan
akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkompetisi. Sumber
daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh pendidikan yang berkualitas dapat
menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pendidikan.
Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Saat ini
peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya peningkatan mutu pendidikan masih
terus diupayakan karena sangat diyakini bahwa IPA sebagai ilmu dasar memegang peranan
yang sangat penting dalam pengembangan IPTEK.
Pemberlakuan kurikulum 2013 semakin mempertegas peran Pendidikan Nasional.
Sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan
nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa
dan karakter. Hal itu juga dijadikan acuan dalam pembelajaran IPA.
Peningkatan dan pemerataan akses Pendidikan Islam diarahkan pada upaya memperluas daya
tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta
didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender,
lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik.
Peningkatan mutu Pendidikan Islam ditandai dengan terpenuhinya standar nasional
pendidikan sehingga menghasilkan peserta didik yang unggul ditingkat nasional dan
internasional dengan tetap menghargai tradisi, kearifan lokal, etos kemandirian, wawasan
kebangsaan, dan nilai kemoderenan.
Peningkatan relevansi dan daya saing Pendidikan Islam diarahkan untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan
kehidupan masyarakat dan mampu berkompetisi baik di tingkat nasional dan internasional.
Peningkatan tata kelola Pendidikan Islam yang baik diarahkan pada pengelolaan Pendidikan
Islam yang transparan dan akuntabel dengan kontribusi yang proporsional dari pemerintah
daerah, masyarakat, dan pihak lainnya. Tata kelola tersebut harus didukung dengan analisis
kebijakan peraturan perundangan ditingkat pusat dan daerah, sistem perencanaan dan
pengangggaran, dan sistem monitoring dan evaluasi.
Peningkatan akses pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat pada RA/BA, Madrasah,
Pendidikan Keagamaan Islam, dan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam.
Peningkatan kualitas pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karakter peserta
didik.
Peningkatan kualitas lembaga penyelenggara pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan.
Peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan distribusi
yang merata di seluruh satuan pendidikan.
Peningkatan kualitas lulusan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
tuntutan kehidupan masyarakat dan mampu berkompetisi baik di tingkat nasional dan
internasional.
Peningkatan tata kelola Pendidikan Islam yang transparan dan akuntabel dengan partisipasi
pemerintah daerah, masyarakat, dan pihak lainnya.
PENDEKATAN KOMUNIKATIF
Ø PENGERTIAN
a. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan Bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran Bahasa (Zuchdi, 1997).
b. Menurut Dell Hymes, pendekatan komunikatif merupakan Penguasaan secara naluri yang
dipunyai seorang penutur asli untuk menggunakan dan memahami bahasa secara wajar dalam
proses berkomunikasi atau berinteraksi dan dalam hubungannya dengan konteks sosial.
c. Pendekatan yang mendasarkan pandangannya terhadap penggunaan bahasa sehari-hari
secara nyata (M. Soenardi Dwiwandono, 1996).
Maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang
bertujuan untuk membuat kemampuan untuk berkomunikasi sebagai tujuan pembelajaran
bahasa dan mengembangkan prosedur-prosedur bagi empat keterampilan berbahasa, yang
mencakup menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dan mengakui saling ketergantungan
bahasa dan komunikasi, dan bahasa yang dimaksud dalam konteks ini tentu saja bahasa
Indonesia.
Ø PRINSIP - PRINSIP
1. Pragmatik, struktur dan kosakata tidak disajikan sebagai pokok bahasan yang berdiri
sendiri, karena kosa kata, pragmatik dan struktur telah tercakup dalam pengajaran keempat
keterampilan pembelajaran bahasa tersebut.
2. Pembelajaran bahasa untuk melatih kepekaan siswa maksudnya, siswa tidak hanya
diinformasikan secara lugas atau langsung tetapi harus mampu juga memahami informasi
yang disampaikan secara tersirat.
3. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, bernalar dan
memperluas wawasan juga mengembangkan kemampuan menghayati keindahan karya sastra,
misalnya membaca puisi, menyanyi, bercerita dan bermain drama.
4. Pembelajaran bahasa juga diarahkan untuk membekali siswa menguasai bahasa lisan dan
tulis, misalnya mengungkapkan informasi secara lisan maupun tulis.
Ø STRATEGI
Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar
siswa aktif, yang sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara
belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1854—1952)
(lihat Pannen, dkk.2001:42).
Dewey sangat tidak setuju dengan rote learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey
menerapkan prinsip-prinsip learning by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar
secara spontan/ siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
Ø PENERAPAN
a. Tujuan pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan pelajar untuk
berkomunikasi secara langsung dengan menggunakan bahasa target dalam konteks
komunikasi yang sesungguhnya atau dalam situasi kehidupan yang nyata (real).
b. Hal yang mendasar dari pendekatan komunikatif ini adalah kebermaknaan dari setiap
bentuk bahasa yang dipelajari dan keterkaitan bentuk, ragam, dan makna bahasa dengan
situasi dan konteks berbahasa itu.
c. Dalam proses belajar-mengajar siswa bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif
dalam aktivitas komunikasi yang sesungguhnya, sedangkan pengajar memprakarsai dan
merancang berbagai pola interaksi antarsiswa,dan berperan sebagai fasilitator.
d. Aktivitas dalam kelas diwarnai secara nyata dan dominan oleh kegiatan–kegiatan
komunikasi, bukan latihan-latihan manipulatif dan peniruan-peniruan tanpa makna.
e. Materi yang disajikan bervariasi, tidak hanya mengandalkan buku teks, tetapi lebih
ditekankan pada bahan-bahan otentik (berita koran, menu, iklan, dan sebagainya). Dari
bahan-bahan tersebut, pemerolehan bahasa pelajar diharapkan meliputi bentuk, makna,
fungsi, dan konteks sosial.
f. Penggunaan bahasa pertama dalam kelas tidak dilarang sama sekali, tetapi alangkah
baiknya dikurangi.
g. Dalam pendekatan komunikatif, kesiapan siswa ditoleransi untuk mendorong keberanian
berkomunikasi.
h. Evaluasi dalam pendekatan komunikatif ditekankan pada kemampuan menggunakan
bahasa dalam kehidupan nyata, bukan pada penguasaan struktur bahasa atau gramatika.
Prosedur-prosedur pembelajaran berdasarkan pendekatan komunikatif lebih bersifat
evolusioner daripada revolusioner. Adapun garis kegiatan pembelajaran yang ditawarkan
mereka adalah :
a. penyajian dilog singkat,
b. pelatihan lisan dialog yang disajikan,
c. penyajian tanya jawab,
d. penelaah dan pengkajian,
e. penarikan simpulan,
f. aktivitas interpretatif,
g. aktivitas produksi lisan,
h. pemberian tugas,
i. pelaksanaan evaluasi.
v PENDEKATAN INTEGRATIF
Ø PENGERTIAN
Pendekatan Integratif dapat dimaknakan sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa
aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi
artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan
diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan
membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Integratif
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya,
bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.
Ø PRINSIP – PRINSIP
Dua prinsip melandasi pembelajaran integratif. Pertama, pembelajaran berpusat pada
makna, maksudnya pengalaman pembelajaran berbahasa baik secara lisan maupun tulisan
harus bermakna dan bertujuan fungsional, dan nyata atau realistik. Kedua, pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Artinya dalam komponen perencanaan pengajaran harus mem-
perhatikan keberadaan dan latar belakang budaya siswa (Rigg, 1991:526).
Ø STRATEGI
1. Pembelajaran kosakata dan struktur harus selalu dikemas dalam konteks pemakaian yang
sesungguhnya,
2. Setiap aspek bahasa diajarkan dalam payung tema tertentu,
3. Dengan mengacu pada tema, pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya dapat
diintegrasikan dengan bidang studi (lintas bidang studi).
Ø PENERAPAN
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak
digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi
kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur
secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi
dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan
kesatuan yang perlu dikemas secara menarik.