Anda di halaman 1dari 15

Tugas MK Issue Kontemporer Dalam Keperawatan

Dosen : A. Masitha Irwan, S.Kep.,Ns.,MAN.,PhD


Fasilitator : Hapsah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PEMBIAYAAN DALAM KESEHATAN: ASURANSI KESEHATAN DAN


BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

OLEH:
WAHYU HIDAYAT (C012171043)
DANIEL DADY (C012171050)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pembiayaan
dalam Kesehatan: Asuransi Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) dengan tepat waktu. Makalah ini membahas tentang proses peran asuransi
kesehatan dalam praktik keperawatan professional sebagai jaminan dalam menunjang
kesehatan pasien.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang
turut berpartisipasi dalam membantu penyusunan makalah ini. Kami menyadari dalam
penyusunannya masih terdapat beberapa kekurangan, maka dari itu kritik dan saran
sangat kami butuhkan sebagai masukan bagi kami dalam pembuatan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
khususnya.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………… …….………………......... i


Daftar Isi …………………………….. ……………………………………………………… ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………… …..………………….…………………….. 1
B. Rumusan Masalah ……..………………………………………………………………. 1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………….. 1
Bab II Tinjauan Teori
A. Asuransi Kesehatan …………………………………………………………………….. 2
1. Defenisi ………………………………………………………………………………. 2
2. Pihak dalam Asuransi Kesehatan …………………………………………………. 2
B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)………………………………………. 3
1. BPJS Kesehatan…………………………………………………………………….. 3
a. Defenisi…………………………………………………………………………… 3
b. Program BPJS Kesehatan ………………………………................................ 3
2. BPJS Ketenagakerjaan …………………………………………………………….. 3
a. Defenisi ………………………………………………………………………….. 3
b. Program BPJS Ketenagkerjaan ……………………………………………….. 3
1) Jaminan Kecelakaan Kerja ………………………………………………… 4
2) Jaminan Hari Tua …………………………………………………………… 5
3) Jaminan Pensiun ……………………………………………………………. 6
4) Jaminan Kematian…………………………………………………………… 6
BAB III Tinjauan Issue
A. Kepuasan Pelayanan BPJS ……………………………………………………………. 7
B. Strategi Pemecahan Masalah …………………………………………………………. 8
1. Intelligence …………………………………………………………………………… 8
2. Design………………………………………………………………………………… 8
3. Choice………………………………………………………………………………… 8
4. Implementation ……………………………………………………………………… 8
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………… 9
B. Saran …………………………………………………………………………………. 9
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan asuransi kesehatan menempuh sejarah yang panjang. System
ini telah dikenal setidaknya sejak 600 tahun sebelum masehi yakni
diperkenalkannya thiasoi dan eranoi di yunani serta collegia di romawi. Hanya saja
pada waktu itu cakupannya masih terbatas, karena hanya berlaku bagi kalangan
rohaniawan saja. Pada tahap selanjutnya, meskipun masih terbatas, masyarakat
umum dapat ikut serta (Azwar, 2015).
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga kelompok dan masyarakat. Asuransi
kesehatan adalah salah satu upaya penyelesaian masalah pembiayaan dengan
sistem yang termodifikasi yakni melibatkan peran serta penyedia layanan kesehatan
dan peserta pengguna pelayanan kesehatan. Di indonesia sendiri asuransi
pemerintah dikelolah oleh BPJS yang menaungi BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan (Yustisia, 2014). Walaupun pemerintah telah menjalankan
program asuransi kesehatan yang melayani seluruh WNI, namun dalam praktiknya
tidak terlepas dari masalah-masalah terkait pembiayan kesehatan.
Masalah yang sering dihadapi oleh RS adalah ketidakmampuan untuk memenuhi
pelayanan yang diharapkan oleh para pengguna jasa (Firdaus & Dewi, 2015).
Beberapa pasien dan keluarga banyak yang masih belum memahami alur
pelayanan BPJS. Hal yang sama juga dirasakan oleh pasien dan keluarga dalam hal
pembiayan kesehatan, yang dulunya terinci sebelum PT. Jamsostek dan PT. Askes
merubah menjadi BPJS. Hal inilah yang kadang menimbulkan persepsi
ketidakpuasan bagi pasien dan keluarga dalam pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran ketidakpuasan pasien dalam pelayanan kesehatan ?
C. Tujuan
Mengetahui gambaran ketidakpuasan pasien dalam pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Asuransi Kesehatan
1. Defenisi
Asuransi kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan
kepada masyarakat dalam menunjang kesehatan tanpa terbebani oleh masalah
keuangan (Adisasmito, 2014). Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah (PP No. 12 Tahun 2013).
2. Pihak dalam Asuransi Kesehatan
Menurut Azwar (2015), bentuk pelayanan asuransi kesehatan terdari dari
tiga pihak (third party) yang mana dalam pelaksanaannya saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya. Pihak-pihak yang dimaksud antara lain;

Peserta
Premi Pelayanan

Badan Penyedia
Asuransi Jasa Layanan

Gambar 2.1 Hubungan Pihak dalam Asuransi


a. Peserta
Mereka yang menjadi peserta asuransi kesehatan dengan membayar
iuran melalu sistem tertentu untuk ditanggung biaya kesehatannya.
b. Badan Asuransi
Badan penyelenggara asuransi kesehatan yang bertanggungjawab penuh
dalam pengelolaan iuran yang dibayarkan oleh peserta.
c. Penyedia Layanan
Tenaga medis yang memberikan pelayanan kepada peserta berdasarkan
masalah kesehatan yang dialami dan kemudian mendapatkan jasa dari
penyelenggara asuransi.
B. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
BPJS merupakan badan yang dibentuk oleh pemerintah indonesia untuk
menyelenggarakan jaminan sosial bagi masyarakat yang terdiri dari BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan (Firdaus & Dewi, 2015). Sesuai UU No 24
Tahun 2011 Tentang BPJS, PT Jamsotek dan PT ASKES berubah nama menjadi
BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan yang diresmikan pada tanggal 31
Desember 2013. BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014,
sedangkan BPJS Ketenagakerjaan berlaku sejak 1 Januari 2014, dan beroperasi
paling lambat 1 Januari 2015 (Suhrasin, Ahmad, & Suharman, 2014).
1. BPJS Kesehatan
a. Defenisi
BPJS Kesehatan adalah suatu badan yang dibentuk oleh pemerintah
untuk menyelenggarakan jaminan sosial kesehatan secara menyeluruh
kepada masyarakat indonesia sebagai anggotanya (Yustisia, 2014).
b. Program BPJS Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun
2013 pasal 2 ayat 3 memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
kepada peserta BPJS Kesehatan di berbagai tingkat pelayanan kesehatan.
2. BPJS Ketenagakerjaan
a. Defenisi
BPJS Ketenagakerjaan adalah suatu badan yang dibentuk oleh
pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan sosial ketenagakerjaan kepada
para pekerja baik penerima upah maupun yang bukan penerima upah
sebagai anggotanya (Yustisia, 2014).
b. Program BPJS Ketenagakerjaan
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun
2013 pasal 2 ayat 4 jaminan sosial yang diselenggarakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan adalah jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan
pensiun, dan jaminan kematian.
1) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
a) Definisi
JKK merupakan program jaminan sosial yang mengkhusukan pada
penggantian biaya penanganan kecelakaan yang menimpa para
pekerja mulai dari biaya pertolongan pertama pada kecelakaan,
pengobatan, rawat jalan, dan rehabilitasi termasuk termasuk santunan
bagi pekerja yang mengalami kecacatan (Yustisia, 2014).
b) Tata cara Pengajuan Jaminan
(1) Pemberi kerja wajib mengisi dan menyampaikan formulir 3 BPJS
Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2x24 jam sejak kecelakaan kerja
terjadi. Pengajuan formulir 3 disertai dengan;
(a) Kartu BPJS (Fc)
(b) KTP (Fc)
(c) Kronologis kejadian
(d) Absensi tenaga kerja
(e) Surat keterangan dari kepolisian untuk kecelakaan lalu lintas
(f) Laporan JKK tahap I
(g) Surat keterlambatan pelaporan.
(2) Setelah pekerja dinyatakan sembuh/ meninggal oleh dokter
pemberi kerja wajib mengisi formulir 3a dan disampaikan ke BPJS
Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2x24 jam sejak pekerja dinyatakan
sembuh/ meninggal. Pengajuan formulir 3a disertai dengan;
(a) Laporan JKK tahap II
(b) Surat keterangan dokter
(c) Kuitansi asli beserta materai dan perinciannya
(d) Perincian obat-obatan
(e) Penunjang medis jika ada (Fc)
2) Jaminan Hari Tua (JHT)
a) Defenisi
JHT merupakan program akumulasi dana yang diperuntukkan
sebagai simpanan dana yang dapat dipergunakan oleh perserta BPJS
Ketenagakerjaan jika sewaktu-waktu penghasilan peserta berhenti
yang dapat dikarenakan meninggal dunia, mengalami kecacatan atau
usia peserta telah memasuki usia pensiun (Yustisia, 2014).
b) Tata Cara Pengajuan Jaminan
(1) Setiap pengajuan JHT, peserta wajib mengisi dan menyampaikan
formulir 5 BPJS Ketenagakerjaan kepada Kantor BPJS
Ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan;
(a) Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan (Asli)
(b) KTP/SIM (Fc)
(c) Surat Keterangan Pemberhentian (Fc)
(d) Kartu Keluarga (Fc)
(e) Buku Tabungan (Fc)
(f) NPWP untuk saldo > Rp. 50.000.000,-
(2) Pengajuan klaim JHT bagi peserta yang mengalami cacat total
dengan melampirkan surat keterangan dokter.
(3) Bagi peserta yang ke luar negeri dilampiri dengan;
(a) Pernyataan tidak bekerja di Indonesia
(b) Paspor (Fc)
(c) VISA (Fc)
(4) Bagi peserta yang meninggal sebelum usia 55 tahun dilampiri
dengan surat keterangan kematian dari RS/ Kepolisian/ Kelurahan
dan fotokopi kartu keluarga.
(5) Pengajuan JHT bagi pekerja yang berhenti sebelum usia 55 tahun
dengan masa kepesertaan 5 tahun dan telah melewati masa
tunggu 1 bulan terhitung sejak pekerja tersebut berhenti bekerja,
dilampiri dengan fotokopi surat keterangan berhenti, surat
pernyataan belum bekerja lagi, dan permintaan pembayaran JHT.
3) Jaminan Pensiun (JP)
a) Defenisi
Jaminan pensiun merupakan jaminan yang diberikan ketika peserta
telah pensiun sebagai pengganti gaji dengan besaran sesuai dengan
persentasi gaji bulan terakhir (Suhrasin et al., 2014).
b) Tata Cara Pengajuan Jaminan
Mekanisme pembayaran iuran mengikuti program paket (Suhrasin
et al., 2014).
4) Jaminan Kematian (JK)
a) Defenisi
Jaminan kematian merupakan santunan yang dapat diberikan saat
peserta BPJS Ketenagakerjaan telah meninggal kepada ahli
warisnya sesuai dengan besaran iuran yang dibayarkan tiap
bulannya (Yustisia, 2014).
b) Tata Cara Pengajuan Jaminan
Pimpinan perusahaan atau keluarga dari peserta BPJS
Ketenagakerjaan yang telah meninggal mengisi dan mengajukan form
4 kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai dengan:
(1) Kartu peserta
(2) Surat keterangan kematian
(3) KTP dan KK (Fc)
(4) Identitas ahli waris
(5) Surat keterangan ahli waris dari pemerintah setempat.
BAB III
TINJAUAN ISSUE

A. Kepuasan Pelayanan BPJS


Kualitas pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang dilakukan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan dan kode etik yang berlaku (Setyaningsih &
Dewanto, 2016). Hal ini bertujuan untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada
pengguna jasa pelayanan kesehatan. Kepuasan yang dimaksud adalah adanya
kesesuaian antara harapan terhadap kualitas pelayanan dengan apa yang
pengguna jasa dapatkan selama proses pelayanan.
Kepuasan pasien merupakan hal subjektif terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan (Setianingsih, 2016). Kepuasan pasien tidak menilai baik buruknya
pelayanan jika tidak berdasarkan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi
pasien dan keluarga. Hal ini berarti bahwa kepuasan pasien juga berdasar pada
pengalaman yang objektif yang didapatkan selama proses pelayanan.
Beberapa penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan kepuasan pasien
BPJS dengan pasien Non BPJS. Hal ini menimbulkan pertanyaan tersendiri bagi
pemberi pelayanan kesehatan baik di RS maupun di berbagai tingkat pelayanan
kesehatan yang lainnya. Kepuasan pasien terhadap pelayanan merupakan indikator
dalam menilai mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Jika terjadi ketidakpuasan
pasien dalam pelayanan kesehatan maka rumah sakit dianggap gagal dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan bermutu cenderung
memberikan perawatan yang efektif bagi pasien dan keluarga.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan pengguna BPJS dalam
praktik pelayanan kesehatan. Factor tersebut antara lain kualitas product, harga,
kinerja, estetika fasilitas, komunikasi, dan factor administrasi (Firdaus et al, 2014;
Setyaningsih et al, 2016; Setianingsih et al, 2016; Mailani & Fitri, 2017;
Kristianingsih, 2017).
B. Strategi Pemecahan Masalah
Menurut Simon (1960 dikutip dalam Philips-Wren, Mora, Forgionne, & Gupta,
2009) proses pengambilan keputusan terdiri dari 4 tahapan yaitu intelligence,
design, choice, dan implementation.
1. Intelligence
Merupakan tahap awal dalam proses pengambilan keputusan dimana
dilakukan identifikasi masalah dengan mengumpulkan informasi-informasi terkait.
Masalah dapat timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara harapan
dengan hasil yang dicapai. Penyimpangan kerja dan kritikan orang lain dianggap
informasi kunci dalam mengidentifikasi masalah baik terstruktur maupun tidak
terstruktur dalam sebuah organisasi.
2. Design
Merupakan tahap merencanakan dan mengembangkan alternative
pemecahan masalah dalam sebuah organisasi. Selain itu, evaluasi alternative
pemecahan masalah juga perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar
konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari rencana yang telah dibuat.
3. Choice
Merupakan tahap dimana memilih solusi dari beberapa alternative
pemecahan masalah yang telah dinilai dan dievaluasi.
4. Implementation
Merupakan tahap melaksanakan keputusan yang telah dibuat dan
memastikan tujuan dapat tercapai melalui monitoring dan evaluasi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada perbedaan kepuasan pelayana kesehatan yang diterima oleh pasien
BPS dengan pasien Non BPJS. Beberapa hal yang dianggap sebagai faktor
ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan BPJS antara lain kualitas
product, harga, kinerja, estetika fasilitas, komunikasi, dan faktor administrasi.
B. Saran
Diperlukan kebijakan dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan
dalam menangani masalah ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang
diberikan. Hal ini disebabkan kepuasan pasien adalah salah satu indiator dalam
menilai mutu pelayanan RS.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. (2014). Sistem Kesehatan (2th ed.). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada


Azwar, A. (2015). Pengantar Administrasi Kesehatan (3th ed.). Tangerang Selatan:
Binarupa Aksara
Yustisia, T. V. (2014). Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Sosial dari BPJS. Jakarta:
Visimedia
Yustisia, T. V. (2014). Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Sosial dari BPJS
Ketenagakerjaan: Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, dan Jaminan Pensiun. Jakarta: Visimedia
Firdaus, F. F., & Dewi, A. (2015). Evaluasi Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Medicoeticolegal Dan Manajemen Rumah Sakit, 4. Retrieved from
http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/article/viewFile/690/840
Kristianingsih, Y. (2017). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pengguna
BPJS. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 5, 56–60. Retrieved from
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/3642
Mailani, F., & Fitri, N. (2017). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat
Kepuasan Pasien BPJS Di RSUD DR. Rasidin Padang. Journal Endurance 2(2),
2(June), 203–208. https://doi.org/: http://dx.org/10.22216/jen.v2i2.1882
Peraturan Presdien Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2103 Tentang Jaminan
Kesehatan
Phillips-Wren, G., Mora, M., Forgionne, G. A., & Gupta, J. N. D. (2009). An integrative
evaluation framework for intelligent decision support systems. European Journal of
Operational Research, 195(3), 642–652. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2007.11.001
Setianingsih, F. N. K. (2016). Kepuasan Pasien Pengguna BPJS Kesehatan Di Rumah
Sakit X. MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan (Journal Of Health Science), 11, 8.
Retrieved from http://ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/motor/article/view/257
Setyaningsih, T., & Dewanto, I. (2016). Quality Dental and Oral Health Service in
Puskesmas Jetis II Gambaran Kepuasan Pasien BPJS dan Non BPJS Terhadap
Kualitas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Jetis II, 1–18.
Retrieved from
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2813/Naskah
Publikasi.pdf?sequence=12&isAllowed=y
Suhrasin, Ahmad, & Suharman. (2014). Fungsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Yang Di Atur Oleh UU Nomor 24 Tahun 2011 Dalam Memberikan Jaminan
Kesehatan Serta Perlindungan Hukum Terhadap Ketenagakerjaan. Retrieved from
jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/LO/article/view/6992

Anda mungkin juga menyukai