Anda di halaman 1dari 71

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Preeklampsiamerupakansindrom yang ditandai

denganpeningkatan tekanan darah dan protein uria yang muncul

di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih diperiode

postnatal.Preeklampsia dapat terjadi pada masa antenatal,

intranatal, dan postnatal. Ibu yang mengalami hipertensi akibat

kehamilan berkisar 10%, 3-4 % diantaranya mengalami

preeklampsia, 5% mengalami hipertensi dan 1-2% mengalami

hipertensi kronik (Robson dan Jason, 2012).Diagnosis ditetapkan

dengan tiga dari trias preeklamsia yaitu edema, kenaikan

tekanan darah dan terdapat protein uria(Manuaba,2012).

Obesitas adalah peningkatan berat badan berlebih batas

kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat dari akumulasi lemak

berlebih dalam tubuh (Eger R, 2001). Sedangkan menurut WHO

mengemukakan bahwa obesitas merupakan penimbunan lemak

yang berlebih di seluruh jaringan tubuh secara merata yang

mengakibatkan gangguan kesehatan dan menimbulkan berbagai

penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, serangan

jantung yang menyebabkan kematian (Dekker, 2010). Menurut

wold health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu (AKI) di

dunia pada tahun 2015 adalah 303.000 jiwa, dimana mayoritas

1
2

dari angka tersebut terjdi pada negara berkembang. Menurut

WHOTahun2015,Indonesia berada di peringkat kempat tertinggi

untuk angka kematian ibu dikawasan ASEAN dan peringkat

keenam di kawasan SEAR (South East Asian Region). Menurut

WHO, AKI di indonesia pada tahun 2015 Tercatat 126 per 100.000

kelahran hidup.Angka tersebut mengalami penurunan di banding

tahun 2012 dengan AKI 358 per 100.000 kelahiran

hidup,NamundemikianGoals indonesia tahun 2030 yaitu

menurunkan AKI hingga 90 per 100.000 kelahiran Hidup. Banyak

faktor penyebab AKI yang masih tinggi di indonesia diantaranya

adalah perdarahan post partum (26,9%)preeklamsia/Eklamsia

(23%), infeksi(11%), komplikasi purpureum (8%), trauma

obstretik (5%), emboli obstretrik ( 5%), dan lain - lain(10,9%). Di

indonesia, Data menunjukkkan preeklamsi/eklamsia masih

merupakan sebab utama kematian perinatal yang tinggi

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2013, Angka Kematian Ibu (AKI) Pada Tahun 2013

mencapai 233 kematian / tahun. Tetapi, pada tahun 2014 angka

ini mengalami sedikit penurunan menjadi 176 kematian/tahun

dan pada tahun 2015 kembali menurun menjadi 121

kematian/tahun.Kendati terus mengalami penurunan,preeklamsia

berat tetap menjadi penyebab kematian ibu terbesar di Jawa

Timur.(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016). Pada tahun

2014, Angka Kematia Ibu di kabupaten Ngawi adalah 29 ibu per


3

11.165 kelahiran hidup, kematian itu terjadi pada ibu hamil, ibu

bersalin, dan ibu nifas. (Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi,

2014). , Dari Studi pendahuluan data diambil bulan september

sampai november di RS dr. Soeroto Ngawi tahun 2017 tentang

pre eklamsia terdapat 94 orang.

Penyebab terjadinya preeklamsia saat ini belum diketahui,

tetapi beberap pnelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang

mempengaruhi terjadinya preeklamsia salah satu yaitu

kegemukan/obesits selama kehamilan (Feri, C. 2013).

Obesits selama kehamilan berdampak buruk bagi kesehatan

terutama pada ibu hamil, dimana dapat menyebabkan

hipertensi, hiperkolesterol, hiperglikemia yang dikenal dengan

(3H). Hipertensi dalam kehamilan membuat janin meninggal,

plasenta terputus, Intra Uterine Grow Retrdction (IUGR), Int

Uterine Fetal Dead (IUFD) dan Abortus ( Sarwono, 2010).

Penelitian Caroline (2016) Hasil penelitian ini

memperlihatkan bahwa jumlah wanita hamil dengan obesitas

yang menderita pre-eklampsia dan wanita obesitas tanpa

preeklampsia sebanyak 60 orang dan sebagian besar responden

dengan preeklampsia termasuk obesitas, dan telah dilakukan

analisa dengan hasil terdapat hubungan antara obesitas pada

kehamilan preklamsia.

Berdasarkan fakta bahwa Preeklamsia memang tak

dapat dicegah secara sempurna, namun tingkat atau frekwensi


4

preeklamsia dapet dikurangi dengan beberapa cara pemeriksaan

Ante Natal Care (ANC) mendiagnosa dini dengan pemeriksaan

penunjang seperti pemeriksaan laboraturium serta mengatur

pola makan yang sehat, pemberian obat-obatan dan memenuhi

nutrisi yang diperlukan, rajin konsultasi Dokter dan istirahat yang

cukup,preeklampsia berat merupakan salah satu penyebab

utama kematian ibu di Negara berkembang serta angka kejadian

preeklampsia berat masih tinggi,dari data tersebut penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan obesitas

dengan kejadian preeklampsia Berat. Rumah Sakit Umum Daerah

dr, soeroto Ngawi, merupakan tempat yang representative untuk

melakukan penelitian tersebut.Hal ini dikarenakan kelengkapan

data yang di butuhkan untuk menganalisis variabel-variabel yang

diteliti. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul "Hubungan Obesitas dengan kejadian Preeklampsia

BeratPada Ibu Hamil UK ≥ 20 Minggu Di Rumah Sakit Umum

Daerah Ngawi Tahun2017"?.

1.2RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Adakah hubungan

antara obesitas dengan kejadian preeklampsia berat pada Ibu

Hamil UK ≥ 20 Minggu di RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2017 ?”

1.3 Tujuan Penelitian


5

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan obesitas terhadap terjadinya

pre eklamsi berat Pada Ibu Hamil UK ≥ 20 Minggu di RSUD dr.

Soeroto Ngawi Tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi ibu hamil UK ≥ 20 Minggudengan

obesitas di RSUD dr. SoerotoNgawi Tahun 2017 .

2. Mengidentifikasi ibu hamil UK ≥ 20 Minggu dengan pre

eklamsia berat di RSUD dr. Soeroto NgawiTahun 2017 .

3. Menganalisis hubungan obesitas terhadap terjadinya

preeklamsia berat pada ibu hamil UK ≥ 20 Minggudi

RSUD dr. Soeroto NgawiTahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan dokumentasi dan bahan sumber

referensi tambahan dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi Profesi Bidan

Meningkatkan ilmu pengetahuan bagi perkembangan

ilmu kebidanan dan dapat melayani dan tepat dalam

memberikan pelayanan pada kasus preeklamsia berat.

3. Bagi tempat peneliti

Memberi masukan dalam mendukung keberhasilan

untuk menekan AKI yang disebabkan preeklamsia berat.


6

4. Bagi Peneliti /mahasiswa

Untuk meningkatkan keilmuan dibidang kesehatan

dalam rangka memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) serta mendorong peneliti untuk mencari

kelemahan–kelemahan atau kesalahan–kesalahan yang perlu

dicari jalan keluarnya demi penyempurna.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

2.1.1 Pengertian

Obesitas adalah peningkatan berat badan belebihi batas

kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat dari akumulasi lemak

berlebih dalam tubuh (Eger R, 2001).

Sedangkan menurut WHO mengemukakan bahwa

obesitas merupakan penimbunan lemak yang berlebih di seluruh

jaringan tubuh secara merata yang mengakibatkan gangguan

kesehatan dan menimbulkan berbagai penyakit seperti diabetes,

tekanan darah tinggi, serangan jantung yang menyebabkan

kematian(Dekker, 2010).

Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana

Body Mass Index (BMI) ≥ 30 kg/m2 dimana angka tersebut

diperoleh dari rumus (Daviesdkk., 2010).

Berat badan(kg)
Indeks Masa Tubuh=
tinggi badan m2

Penentuan obesitas dengan BMI lebih lazim digunakan

dibandingkan dengan metode lain seperti pengukuran ketebalan

lipatan lemak dan lingkar pinggang (waist circumferrencia),

penghitungan rasio waist-to-hip circumferrencia, termasuk juga

dengan menggunakan alat-alat seperti USG (Ultrasonograf), CT-

6
8

scan (Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic

Resonance Imaging) (Davies, 2010).

BMI oleh WHO dikelompokan menjadi underweight,

normal, overweight, dan obese dimana obesitas dibagi lagi

menjadi kelasI,II,III seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah

ini :

Tabel 2.1Body Mass Index(BMI)(Gunatilake, 2011)

Kemampuan manusia untuk menyimpan cadangan energi

sangat penting apabila diperlukan mendadak untuk

mempertahankan hidup. Lemak disimpan sebagai cadangan

energi di jaringan adipose dalam bentuk trigliserida dan jika

dibutuhkan akan dilepas dalam bentuk asam lemak bebas untuk

digunakan di seluruh tubuh yang memerlukan sehingga manusia

dapat bertahan pada keadaan kelaparan dalam waktu tertentu.

Disisi lain adanya cadangan lemak yang berlebihan ini akan

memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan.Data


9

menunjukan bahwa obesitas lebih sering pada wanita

dibandingkan pria (Flier, dkk., 2012).

2.1.2 Prevalensi dan Risiko Obesitas dalamKehamilan

Wanita hamil dengan obesitas mencapai 28% dari

keseluruhan kehamilan dengan 8% dikategorikan sebagai

“Extremely obese” (BMI ≥ 40 kg/m2) dan jumlahpenderitanya

mengalami peningkatan setiap tahun.Keadaan ini menunjukan

suatu kondisi yang sangat serius mengingat komplikasi yang

ditimbulkannya baik terhadap ibu, fetus, neonatus serta

potensial komplikasi yang dapat ditimbulkannya pada kehidupan

selanjutnya serta secara ekonomi akan membutuhkan biaya

yang lebih banyak (Gunatilake,2011).

Wanita hamil dengan obesitas akan memerlukan

perawatan yang lebih jika dibandingkan wanita hamil dengan

berat badan normal, obesitas berisiko tinggi menimbulkan

abortus, gestasional diabetes mellitus, hipertensi dalam

kehamilan, gangguan pernafasan pada ibu, bayi makrosomia,

trauma persalinan baik pada ibu maupun bayi, kelainan

kongenital, fase persalinan yang lambat, tindakan operasi

pervaginam, distosia bahu, persalinan dengan seksio sesaria,

perdarahan postpartum, trombosis dan infeksi.

Wanita obesitas yang menjalani seksio sesaria memiliki

risiko morbiditas bahkan mortalitas lebih tinggi dibandingkan

wanita dengan berat badan normal sehubungan dengan


10

kehilangan darah yang lebih banyak, komplikasi dari tindakan

anestesi, kesulitan dari teknik operasi dan komplikasi berkaitan

dengan penyembuhan luka (Gunatilake, 2011).

2.1.3 Patofisiologi

Distribusi jaringan lemak pada berbagai organ yang

berbeda juga akan memberikan implikasi morbiditas yang

berbeda pula. Secara spesifik, lemak yang berlebihan di daerah

abdomen dan intraabdomen berimplikasi terhadap morbiditas

lebih signifikan dibandingkan lemak berlebih di daerah bokong

atau ekstremitas bawah. Banyak komplikasi yang ditimbulkan

oleh obesitas pada wanita seperti diabetes mellitus, hipertensi,

resistensi insulin dan hiperlipidemia berhubungan erat dengan

distribusi lemak yang berlebih di daerah intraabdomen/tubuh

bagian atas dibandingkan dengan dibagian lain, mekanisme

bagaimana hal tersebut dapat terjadi sampai saat ini belum

diketahui dengan jelas tetapi fakta menunjukan bahwa lemak di

daerah abdomen bersifat lebih lipolytically active dibandingkan

dengan lemak di daerah yang lainnya. Lepasnya asam lemak

bebas dalam sirkulasi dapat menyebabkan efek yang buruk

terhadap metabolisme terutama di hati, adipokines dan

cytokines yang disekresikan oleh adiposit viseral yang berperan

terhadap terjadinya komplikasi dari obesitas sampai saat ini

masih dalam penelitian (Flier dkk.,2012).


11

Bukti menunjukkan bahwa berat badan dipengaruhi oleh

regulasi endokrin dan komponen saraf dalam pembentukan

energi dan penggunaannya. Regulasi dari sistem yang komplek

tersebut sangat penting karena jika sedikit saja terjadi

ketidakseimbangan antara pembentukan dan penggunaan energi

maka akan berpengaruh besar terhadap berat badan. Obesitas

terjadi jika ada ketidakseimbangan antara asupan makanan

dengan aktivitas fisik.Regulasi utama terjadinya respon adaptasi

tersebut adalah leptin yang merupakan derivate hormone

adiposit, yang mana mempengaruhi otak terutama daerah

hipotalamus terhadap nafsu makan, penggunaan energi, dan

fungsi neuroendokrin (Flierdkk.,2012). Obesitas merefleksikan

suatu keadaan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, obesitas

pada suatu titik tampak sebagai suatu keadaan yang

penyebabnya dapat diketahui dengan mudah yaitu banyaknya

asupan nutrisi yang tidak diimbangi dengan pemakaian

energi.Bagaimanapun, kompleksitas sistem neuroendokrin dan

metabolit yang meregulasi pembentukan, penyimpanan dan

pemakaian energi sehingga sulit untuk menentukan secara

kuantitatif parameter yang relevan untuk digunakan dalam

menentukan penyebab obesitas (Flier dkk., 2012).

1. Genetik dan lingkungan

Obesitas umumnya terkait secara kekeluargaan tetapi

disini sulit untuk membedakan manakah yang berperan antara


12

genetik atau faktor lingkungan. Sebagai contoh anak adopsi lebih

menyerupai orang tua biologis mereka dibandingkan dengan

orang tua angkat sehubungan dengan obesitas, begitu pula

dengan kembar identik memiliki BMI yang sama baik itu mereka

tinggal bersama atau terpisah. Lingkungan juga berperan

terhadap terjadinya obesitas, pada negara industri obesitas lebih

banyak diderita oleh wanita dari kelompok sosial bawah

sedangkan di negara sedang berkembang obesitas lebih banyak

diderita oleh wanita dari strata sosial atas.Baik dari data

epidemiologi maupun eksperimental menunjukan bahwa

keadaan kurang tidur meningkatkan prevalensi obesitas

(Flierdkk., 2012).

2. Sindrom genetic spesifik

Obesitas pada individu yang muncul segera setelah lahir

adalah suatu keadaan yang buruk dan berhubungan dengan

abnormalitas neuroendokrin.Tetapi berdasarkan data yang ada,

belum ada bukti yang menunjukkan mutasi atau polimorfism

leptin atau reseptornya memainkan peranan yang penting

terhadap terjadinya obesitas.Obesitas berkorelasi dengan

meningkatnya kadar leptin, dan korelasi positif meningkat

dengan BMI dan massa lemak sehingga dengan kadarnya yang

tinggi akan memberikan sinyal ke pusat dan terjadi resistensi

leptin (Flier., 2012).


13

Fungsi leptin dalam reproduksi antara lain seperti

transport nutrisi di plasenta, plasenta angiogenesis, mitogenesis

dari trofoblas dan imunomodulasi dimana semua fungsi tersebut

penting untuk perkembangan janin dan fungsi plasenta yang

adekuat. (Flierdkk., 2012).

Obesitas diakibatkan oleh karena meningkatnya

pengambilan sumber energi (makanan) atau menurunnya

pemakaian energi atau kombinasi keduanya.Jadi untuk

mendefinisikan etiologi dari obesitas maka kedua parameter

tersebut harusada.Ada teori yang menjelaskan tentang

mekanisme fisiologis sehubungan dengan sensibilitas sistem

pada jaringan adipose yang merefleksikan penyimpanan lemak

dan reseptornya di hipotalamus“Adipostat”, ketika simpanan

lemak berkurang maka sinyal dari adipostat akan lemah

sehingga hipotalamus akan berespon dengaan menstimulasi rasa

lapar dan mengurangi pemakaian energi, sebaliknya ketika

simpanan lemak berlebihan maka sinyal tersebut akan

meningkat dan hipotalamus akan berespon dengan menurunkan

rasa lapar dan meningkatkan pemakaian energy (Flier dkk.,

2012).

2.1.4 Komplikasi Obesitas dalam Kehamilan

1. Abortus spontan

Risiko abortus spontan pada wanita obesitas meningkat,


14

Pada suatu metaanalisa terhadap 13 penelitian tentang

gonadotropin induksi ovulasi pada wanita dengan gonadotropin

normal yang anovulatori infertil didapatkan bahwa obesitas dan

insulin resistensi berpengaruh terhadap hasil luaran yang buruk

terhadap terapi.Abortus spontan pada obesitas meningkat seiring

dengan menurunnya sensitivitas insulin (Davies, 2010).

2. Komplikasi medis

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya kelainan medis

dalam kehamilan seperti diabetes gestasional, preeklampsia,

penyakit tromboemboli, obstruksi saluran nafas (sleep apneu),

asma, dan low back pain. Pada kehamilan terjadi suatu keadaan

inflamasi dan insulin resisten, hal tersebut fisiologis sebagai

kompensasi terhadap perkembangan hasil konsepsi namun akan

memberikan dampak yang buruk apabila kehamilan dialami oleh

wanita dengan overweight dan obesitas (Flier dkk., 2012).

3. Komplikasi perinatal dan postpartum

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya perdarahan dan

infeksi postpartum, termasuk kegagalan dalam proses laktasi, hal

tersebut mungkin disebabkan oleh respon prolaktin pada wanita

dengan obesitas sehingga akan meningkatkan penggunaan susu

formula yang mana cenderung menimbulkan obesitas pada bayi

tersebut (Flier dkk., 2012).

4. Komplikasi pada bayi


15

Komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas terhadap hasil

konsepsi dimulai sejak awal konsepi, antenatal, intrapartum dan

postpartum bahkan sampai pada saat dewasa. Komplikasi yang

bisa terjadi antara lain :

a. Kelainan kongenital

b. Makrosomia

c. Prematuritas

d. Antepartum stillbirth

e. Morbiditas perinatal

2.1.5 Prakonsepsi dan manajemen selama kehamilan

Idealnya intervensi yang dilakukan sehubungan dengan

obesitas dan kehamilan dilakukan pada masa prakonsepsi yang

kemudian dilanjutkan saat kehamilan dan persalinan, namun

yang sering terjadi adalah kehamilan sudah terdiagnosa sebelum

dilakukan intervensi prakonsepsi sehingga janin sudah terlebih

dahulu terpapar lingkungan yang buruk untuk berkembang

dengan konsekuensinya terjadi gangguan organogenesis.Wanita

yang mengalami obesitas seharusnya didorong lebih keras untuk

mencapai BMI yang ideal sebelum merencanakan kehamilan (BMI

: 18,5-24,9 kg/m2) dapat dilakukan denganmodifikasi gaya hidup,

perubahan diet, olah raga dan farmakoterapi. Pengurangan berat

badan merupakan tujuan utama dari intervensi pada wanita yang


16

obesitas sebelum merencanakan kehamilan. Data dari beberapa

penelitian kohort prospektive menunjukan penambahan berat

badan sebelum kehamilan meningkatkan risiko untuk terjadinya

preeklampsia (odds rasio, 3,2; 95% interval kepercayaan, 2,5-

4,2), sedangkan penurunan berat badan sebelum kehamilan

sehingga mencapai BMI normal pada wanita obesitas

menurunkan risiko persalinan dengan seksio sesaria dan bayi

makrosomia (Gunatilake, 2011).

Obesitas sangat berkaitan erat dengan tejadinya penyakit

kardiovaskular dan kelainan metabolik termasuk didalamnya

adalah diabetes mellitus, hipertensi dan hiperlipidemia.Persiapan

prakonsepsiakan mendukung keadaan ibu-janindanneonatus

kearah yang baik. Dari sebuah penelitian prospektif random yang

dilakukan selama 2 tahun dengan intervensi meliputi diet sehat

dan modifikasi gaya hidup menunjukan rata-rata penurunan

berat badan sebanyak 4 kg diantara wanita obesitas

berpengaruh terhadap pengurangan yang signifikan dari lingkar

abdomen (5%) dan kadar trigliserida (16%). Diet sehat dengan

pengurangan asupan kalori yang dikombinasi dengan aerobik

setiap hari direkomendasikan oleh American College of

Obstetricians and Gynecologist(ACOG) (Gunatilake, 2011).

1. ManajemenAntenatal
17

Diperlukan manajemen yang tepat dan berkelanjutan

dan melibatkan beberapa disiplin ilmu guna memperoleh hasil

kehamilan yang optimal.

a. Trimester I

Pemeriksaan USG wajib dilakukan untuk menentukan usia

kehamilan dan keadaan hasil konsepsi mengingat keadaan

seperti disfungsi ovulasi dan oligomenorrhea sering terjadi pada

wanita dengan obesitas sehingga untuk penentuan usia

kehamilan berdasarkan hari pertama menstruasi terakhir (HPHT)

sulit ditentukan. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh harus

dilakukan dan lebih ditekankan sehingga informasi yang

didapatkan bisa menegakan suatu kelainan medis seperti

diabetes mellitus, gangguan kelenjar tiroid, hipertensi, penyakit

hati dan kandung empedu, sleep apnea serta penyakit jantung

yang mana sering terjadi pada wanita dengan obesitas.

Pemeriksaan laboratorium sebagai tindakan rutin juga dapat

dilakukan seperti pemeriksaan fungsi hati, ginjal, gula darah,

asam urat, dan urine tampung 24 jam untuk mengevaluasi

adanya protein urine terlebih pada obesitas kelas B1 termasuk

pemeriksaan ekokardiografi untuk mengevaluasi adanya

kardiomiopati. Wanita hamil dengan obesitas juga mungkin

memerlukan konsultasi dengan spesialis paru, jantung, endokrin

atau yang lainnya tergantung indikasi yang ada.Dan yang tidak

kalah pentingnya adalah bahwa wanita tersebut juga harus


18

dijelaskan perihal kemungkinan hasil akhir yang buruk dari

kehamilan tersebut baik itu terhadap hasil konsepsinya atau bagi

ibu sendiri (Gunatilake,2011).

Pada suatu penelitian besar yang melibatkan hasil luaran

dari 1,4 juta kehamilan menunjukan korelasi positif antara

obesitas dan risiko terjadinya preeklampsia. Wanita hamil dengan

obesitas juga harus diingatkan sehubungan dengan peningkatan

risiko abortus spontan 2 kali lipat dibandingkan dengan wanita

dengan BMI normal. Obesitas juga berisiko untuk terjadinya

kelainan kongenital seperti yang telah disebutkan sebelumnya

(Gunatilake, 2011).

Pasien obesitas harus mendapatkan konseling tentang

diet nutrisi sehubungan dengan penambahan berat badan

selama kehamilan karena penambahan berat badan yang

berlebih berhubungan erat dengan bayi makrosomia, tindakan

operatif pervaginam, seksio sesaria serta komplikasi pada

neonatal dengan meningkatnya perawatan di NICU (Gunatilake,

2011).

Pasien juga harus ditekankan bahwa tujuan utama yang

ingin dicapai selama kehamilan adalah pertambahan berat badan

yang terbatas bukan penurunan berat badan. Dari beberapa

penelitian menunjukan bahwa komplikasi seperti preeklampsia,

IUGR, bayi makrosomia berkurang apabila penambahan berat

badan selama kehamilan pada obesitas kelas II dan III kurang


19

dari 10 pon (4,5 kg). Berikut adalah tabel pertambahan berat

badan yang direkomendasikan selama kehamilan termasuk pada

penderitaobesitas (Flier dkk.,2012).


20

Tabel 2.5.1 Rekomendasi kenaikan badan selama kehamian

(Gunatilake, 2011).

Wanita yang hamil harus mengatur penambahan berat

badan mereka berdasarkan BMI sebelum hamil seperti yang

ditunjukkan pada tabel diatas. Berikut adalah prosedur yang

direkomendasikan oleh NICE sehubungan dengan nutrisi dan

aktivitas sebelum konsepsi dan selama kehamilan.Jika wanita

hamil memiliki aktivitas yang rendah direkomendasikan untuk

melakukan aktivitas ringan selama 15 menit 3 kali dalam

seminggu kemudian dapat ditingkatkan selama 30 menit setiap

hari sesuai yang dapat ditoleransi, ACOG dan RCOG

merekomendasikan aerobicseperti yang telah ditunjukkan pada

halaman sebelumnya. Sedangkan bagi ibu hamil yang

aktivitasnya telah tinggi maka tidak dianjurkan untuk melakukan

olah raga yang berlebihan.Nutrisi yang seimbang dan olah raga

yang sesuai dapat memberikan dampak yang baik bagi wanita

hamil dengan obesitas (Flier dkk.,2012)


21

b. Trimester II

Manajemen pada trimester II ini melanjutkan apa yang

telah dilakukan pada trimester I perihal adanya kelainan

kongenital sehubungan dengan tingginya risiko tersebut pada

wanita hamil dengan obesitas. Kemungkinan terjadinya kelainan

kongenital seperti defek tabung neural dan malformasi jantung

telah dilaporkan sebelumnya bahwa sangat tinggi termasuk

hernia diafragmatika, hidrocephalus, hipospadia, kista ginjal,

omfalokel, dan orofasial cleft. Atas dasar itulah maka pasien

obesitas harus dijadwalkan untuk dilakukan pemeriksaan USG

untuk fetal anatomi skaning pada pertengahan trimester serta

dipertimbangkan untuk dilakukan fetal ekokardiografi antara 22-

24 minggu usia kehamilan. Menjadi sebuah tantangan bahwa

pemeriksaan USG pada wanita obesitas akan lebih sulit dilakukan

mengingat anatominya sehingga membutuhkan pemeriksaan

pada trimester selanjutnya (Gunatilake, 2011).

Apabila didapatkan suatu kelainan anatomi maka diperlukan

suatu tindakan invasif selanjutnya yaitu dapat berupa

amniocentesis atau pengambilan sampel villi chorion walaupun

tindakan ini akan lebih sulit dilakukan pada wanita obesitas dan

belum ada data yang menunjukan komplikasi yang terjadi pada

wanita tersebut sehubungan dengan tindakan invasif yang

dilakukan. Tujuan lainnya yang ingin dicapai pada trimester ke-2

ini adalah tentang penambahan berat badan dan diet yang


22

direkomendasikan, perbaikan terhadap faktor-faktor co-morbid

apabiladitemukan sebelumnya, serta konsultasi ke disiplin ilmu

lainnya apabila dibutuhkan (Gunatilake, 2011).

c. Trimester III

Pada trimester III merupakan suatu periode kritis dimana

masalah ibu-janin mulai menunjukan manifestasinya secara klinis

dan berkontribusi terhadap hasil luaran yang tidak baik.Obesitas

sangat berisiko untuk terjadinya kelahiran prematur, yang mana

dari beberapa penelitian menunjukan bahwa persalinan prematur

tersebut lebih diakibatkan oleh komplikasi medis yang terjadi

seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Data terbaru juga

menggambarkan bahwa tingginya BMI prakonsepsi serta

pertambahan berat badan selama kehamilan berkorelasi dengan

lamanya usia kehamilan yang tampak dengan tingginya risiko

kehamilan post date serta meningkatnya kebutuhan untuk

dilakukannya induksi persalinan (Gunatilake,2011).

Pasien obesitas dengan hipertensi kronis harus

dimonitoring secara ketat karena sangat berisiko untuk

berkembang menjadi superimposed preeklampsia, ketika

pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada pasien tersebut

maka yang perlu diperhatikan adalah pemakaian cuff yang

sesuai. Pada pasien obesitas yang telah dilakukan skrining gula

darah pada trimester awal dan hasilnya normal maka dapat

dilakukan pemeriksaan ulang pada usia kehamilan 24-28 minggu.


23

Secara epidemiologi wanita hamil dengan obesitas memiliki

risiko 2-3 kali untuk terjadinya IUFD(Intra Uterine Fetal Death),

walaupun faktor-faktor co-morbidseperti diabetes mellitus dan

hipertensi sudah terkontrol. Mekanisme pasti terjadinya hal

tersebut sampai saat ini belum secara jelas daapt dipahami,

namun beberapa hipotesis mencoba menjelaskan bagaimana

terjadinya hal itu yaitu bahwa obesitas meningkatkan mediator

inflamasi yang berakibat pada disfungsi endothelial, termasuk

kadar gula darah yang tidak terkontrol pada diabetes mellitus

yang tidak terdiagnosa sebelumnya juga memainkan peranan

penting untuk terjadinya fetal anomali.Sehingga hal ini menjadi

alasan untuk melakukan pemeriksaan antenatal yang lebih

sering pada trimester ke-3 (Gunatilake,2011).

Wanita hamil dengan obesitas 2 kali berisiko melahirkan

bayi makrosomia dengan segala sekuele yang ditimbulkannya

walaupun faktor predisposisinya seperti diabetes mellitus sudah

dikontrol.Bukan hanya bayi makrosomia yang ditemukan pada

kehamilan dengan obesitas tetapi juga didapatkan bayi IUGR

(Intra Uterine Growth Restriction) hal ini terjadi terlebih apabila

sudah ada penyakit penyerta seperti diabetes mellitus dan

hipertensi.Oleh karena sulitnya mengevaluasi pertumbuhan janin

melalui pengukuran tinggi fundus uterus (TFU) sehubungan

dengan anatomi wanita obesitas maka pengukuran dengan USG


24

sangat dianjurkan. Informasi yang didapatkan digunakan sebagai

dasar pemilihan mode of delivery (MOD) (Gunatilake,2011).

Berikut adalah manajemen praktis sehubungan dengan

wanita hamil dengan berat badan lebih atau obesitas

1) Konseling prakonsepsi

a) Perubahan gayahidup

b) Konsumsi asam folat 5 mg jika BMI >35

c) Pemberian vitamin D 10 ug selama hamil dan menyusui

2) Antenatal

a) Dokumentasi tinggi dan berat badan selamakehamilan

b) Dokumentasikan obesitas sebagai faktor risiko dan

konsultasikan.

c) Ukur tekanan darah dengan menggunakan ukuran cuff

yangsesuai.

d) Dentifikasi faktor risiko tromboemboli dan berikan

pencegahan tepat.

e) Tawarkan pemeriksaan gula darah

f) Tawarkan untuk konsultasi dengan ahli anestesi dan rencana

persalinan

3) Perinatal

a) Perencanaan persalinan di fasilitas kesehatan yangtersedia

b) Antisipasi terhadap kesulitan sehubungan dengan tindakan

intubasi.

c) Manajemen aktif kalaIII


25

d) Pemberian antibiotik profilaksis sebelum tindakan bedah

e) Identifikasi faktor risiko terjadinya tromboemboli

4) Postpartum

a) Motivasi untuk pemberianASI

b) Pemberian informasi dan edukasi sehubungan dengan

perubahan pola hidup dan perencanaan kehamilan

yangberikutnya

c) Jika sebelumnya dengan diagnosa diabetes

mellitusgestasional

d) maka sarankan pemeriksaan rutin sehubungandengan

kemungkinanterjadinya diabetes mellitus tipe II

e) Ultrasonografi (USG)

Waktu yang tepat untuk skrining anatomi janin

adalah pada usia kehamilan18-22 minggu, kemampuan

sonografer untuk mengevaluasi sangat dipengaruhi oleh

ukuran tubuh pasien. ± 15% dari struktur normal yang

tampak akan kurang optimal pada wanita dengan BMI diatas

90 persentil. Pada wanita tersebut hanya 63% dari struktur

yang akan tampak dengan jelas. Struktur anatomi secara

umum akan kurang jelas seiring dengan peningkatan BMI

termasuk denyut jantung janin, tulang belakang, diafragma,

ginjal dan tali pusat. Visualisasi tulang belakang fetus

dilaporkan berkurang dari 43% menjadi 29% pada wanita

obesitas dibandingkan dengan BMI normal sehingga


26

denganmengulang evaluasi 2-4 minggu kemudian akan

mengurangi tidak optimalnya penilaian sebelumnya.

Penilaian anatomi janin pada wanita obesitas sebaiknya

dilakukan pada usia kehamilan 20-22 minggu. Suatu

tantangan terhadap penggunaan USG pada wanita obesitas

dimana terjadi peningkatan risiko kelainan

kongenital.Perkiraan berat badan janin dengan USG tidak

lebih superior dibandingkan dengan pemeriksaan

fisik.Meskipun kedua metode tersebut memiliki kesalahan

sebesar 10%, pada suatu laporan yang disampaikan oleh

Field dkk.30% perkiraan berat badan janin dengan USG pada

wanita obesitas setelah melahirkan menunjukkan perbedaan

> 10% dengan berat badan sebenarnya (Flier dkk., 2012).

2.1.6 Persalinan

Pengukuran tanda-tanda vital pada pasien dengan

obesitas juga terkadang menimbulkan kesulitan, contohnya

dalam pengukuran tekanan darah karena jaringan lemak yang

tebal maka membutuhkan cuff yang tepat untuk menghasilkan

pengukuran yang akurat. Pada wanita hamil dengan obesitas

yang inpartu harus dilakukan observasi tanda vital secara ketat

termasuk monitoring janin yang mana akan lebih sulit

sehubungan dengan anatomi ibu. Yang perlu ditekankan bahwa

pada pasien dengan obesitas memiliki risiko untuk pemanjangan

waktu dari fase aktif dan terkadang membutuhkan akselerasi


27

dengan oksitosin yang dosisnya lebih tinggi dari BMI normal

(Gunatilake,2011).

Wanita hamil inpartu dengan BMI > 30 kg/m2 memiliki

risiko 1,5 kali sedangkan BMI > 40 kg/m2 berisiko 2 kali untuk

persalinan yang berakhir denganoperative vaginal delivery, yang

mana berkaitan dengan tingginya angka morbiditas baik

terhadap bayi maupun ibu. Dari beberapa laporan juga

mengatakan kejadian distosia bahu (2,7 kali) dan trauma jalan

lahir lebih sering terjadi pada wanita hamil dengan obesitas

(Gunatilake,2011).

Obesitas juga berkontribusi terhadap terjadinya kegagalan

dalam induksi persalinan. Pada suatu analisa diperoleh data

bahwa wanita dengan BMI > 40 kg/m2membutuhkan kadar

oksitosin yang lebih tinggi dan waktu yanglebihlama (5,0 unit

dan 8,5 jam) dibandingkan dengan BMI normal (2,6 unit dan 6,5

jam). Pada penelitian di Eropa yang mengobservasi > 200.000

persalinan ditemukan wanita dengan BMI > 40 kg/m2 berisiko 4

kali untuk dilakukan seksiosesaria oleh karena tidak adanya

kemajuan persalinan, bahkan apabila terjadi persalinan normal

maka kemajuan persalinannya lebih lambat pada wanita

obesitas, pada penelitian prospektif terhadap 509 nullipara

didapatkan rata-rata kemajuan dilatasi serviks lambat dan

apabila dilakukan induksi juga membutuhkan waktu yang lebih

panjang. Penelitian lain juga menunjukan hasil durasi rata-rata


28

dilatasi serviks 4-10 cm lebih lama pada wanita overweight dan

obesitas dibandingkan dengan BMI normal (7,5 ; 7,9 ; 6,2 jam),

mekanisme terjadinya keadaan ini hingga saat ini belum

diketahui secara pasti (Gunatilake, 2011). Data dari berbagai

penelitian menggambarkan bahwa terjadi peningkatan seksio

sesaria emergensi maupun elektif pada wanita hamil dengan

obesitas, dan korelasi positif ini bukan hanya dilihat dari BMI

sebelum hamil tapi juga oleh karena pertambahan berat badan

yang masif saat hamil.Pada penelitian lain terhadap >16.000

pasien didapatkan angka seksio sesaria pada wanita hamil

normal sebesar 20,7% bandingkan dengan wanita hamil dengan

obesitas sebesar 33,8% (BMI 30-34,9 kg/m2), sedangkan wanita

dengan BMI > 35kg/m2 kejadianseksio sesaria mencapai 50%.

Risiko tersebut berkaitan erat dengan komplikasi obesitas

terhadap kehamilan seperti bayi makrosomia, bayi IUGR,

diabetes mellitus dan hipertensi. Seksio sesaria pada obesitas

juga sangat berisiko berkaitan dengan terjadinya ruptur uterus,

plasenta previa, plasenta akreta termasuk kejadian morbiditas

peri operatif seperti trauma saat operasi, perdarahan,

meningkatnya perawatan di ICU (Intensive Care Unit)dan

kebutuhan untuk dilakukan transfuse (Gunatilake, 2011).

2.2 Preeklamsia

2.2.1 Pengertian
29

Preeklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda

hipertensi,edema dan protein yang timbulsetelah 20 minggu

kehamilan (Sarwono, 2010).

Pre-Eklamsia adalah penyakit yang disebabkan

langsung oleh kehamilan yang ditandai adanya hipertensi,

proteinuria, dan edema yang terjadi pada kehamilan lebih dari 20

minggu yang timbul pada ibu hamil, bersalin, ataupun ibu nifas

(Sastrawinata, 2010).

Preeklampsiamerupakansindrom yang ditandai

denganpeningkatan tekanan darah dan protein uria yang muncul

di trimester kedua kehamilan yang selalu pulih diperiode

postnatal.Preeklampsia dapat terjadi pada masa antenatal,

intranatal, dan postnatal(Robson dan Jason, 2012).

Pre eklamsia Berat Suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmhg atau lebih

disertai protein urina dan atau disertai udema pada kehamilan 20

minggu atau lebih (Rukiyah,2010)

2.2.2 Etiologi

Penyebab preeklamsi saat ini tidak bisa diketahui dengan

pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini

sudah sedemikian maju.Semuanya baru berdasarkan pada teori

yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsi

disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang

berasumsi pada teori tersebut antara lain :


30

1. Peran factorm imunologis

Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan

tidak timbul lagi pada kehamilan berkutnya.Hal ini dapat

diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan

blocking antibodies.Terhadap antigen plasenta tidak sempurna,

yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya

(Prawihardjo, 2005).

2. Peran Faktor Genetik

Beberapa bukti yang menunjukan peran factor genetik

kejadian preeklamsi antara lain: preeklamsi hanya terjadi pada

manusia, terdapat nya kecenderungan meningkatnya frequensi

preeklamsi pada anak-anak dari ibu yang mederita preeklamasi,

kecenderungan meningkatnya frequensi preeklamsi pada anak-

anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan

ipar mereka,peranrenninangiotensin-aldosteron

system(Rukiyah,2010).

MenurutManuaba(2010),factoryangmempengaruhi preeklamsia

berat yaitu:

a. Primigravida

b. Hidramnion,hamil kembar,mola hidatidosa

c. Penyakit yang menyertai kehamilan,dibetes mellitus

d. Kegemukan

e. Usia ≥ 35tahun

2.2.3 Patofisiologi
31

Pre Eklampsia masih merupakan penyakit teori dan

menjadi subjek dari banyak penelitian untuk memahami

etiologinya dan memperbaiki pendeteksian dan

penatalaksanaannya.Perubahan yang terjadi pada Pre Eklampsia

tampaknya disebabkan oleh gabungan kompleks antara

abnormalitas genetic, factor imunologis, dan factor placenta.

Perubahan awal dalam cara placenta terimplantasi

diuterus merupakan faktor predisposisi yang kuat dalam

terjadinya penyakit sistemik. Terjadinya implantasi plasenta yang

normal mengharuskan sel trofoblas menginvasi desidua uterus

dan miometrium, memodifikasi dan memperbesar arteri spiralis

uterus. Modifikasi ini melibatkan penghancuran dinding elastis

pembuluh darah,yang menurunkan resistensi dan menjamin

suplai darah yang baik ke plasenta dan janin. Agen inflamasi dari

sistem imun bawaan seperti seperti sel natural killer (NK) dan

sitokin baru-baru ini telah banyak diidentifikasi dalam proses ini.

Pada Pre Eklampsia, terjadi kelainan invasi oleh sel trofoblas;

yaitu arteri spiralis mempertahankan tonusnya dan berdilatasi

hanya 40% dari yang biasa terjadi pada kehamilan

normal.Hasilnya adalah berkurangnyaperfusi plasenta dan terjadi

hipoksia janin kronis.Pada kehamilan yang dipersulit oleh Pre

Eklamsia, invasi ini terhenti pada minggu ke 14-15 (Flier dkk,

2012).

2.2.4 Gambaran Klinis


32

Adapun manifestasi klinik Preeklampsia Berat menurut

(Mitayani.2009) adalah :

Tabel 2.2.4 manifestasi klinik preeklamsia Berat (Mitayani.2009)

EFEK PADA IBU PREEKLAMPSIA BERAT

Tekanan darah Peningkatan menjadi ≥160/110 mmHg dua kali pemeriksaan dengan
jarak 6 jam pada
ibu hamil yang beristirahat di tempat tidur.

Peningkatanberat badan Peningkatan berat badan lebih dari 0,5kg/minggu selama trimester
kedua dan ketiga atau peningkatan berat badan yangtiba-tiba sebesar
2kg setiap kali

Proteinuria Proteinuria 5 sampai 10g/dL dalam 24 jam

Dipstik Kualitatif
≥ + 2 protein dengan dipstick

Edema Edemaumum,bengkak semakin jelasdi


mata,wajah,jari,bunyiparu (rales) terdengar
Refleks Hiperefleksi +3 atau lebih; klonus di
pergelangan kaki
Pegeluaran urine Oliguria: <30ml/jam atau 120ml/4jam

Nyeri kepala Berat


Gangguan penglihatan Kabur, fotofobia,bintik buta pada
Funduskopi
Iritabilitas/afek Berat
Nyeri ulu hati Berat
Kreatinin serum Meningkat
Trombositopenia Ada
Peningkatan AST Jelas
Hematokrit Meningkat
EFEK PADA JANIN

Perfusi plasenta Perfusi menurun dinyatakan sebagai IUGR pada ferus, DJ:deselerasi
lambat
Prematur plasenta Pada waktu lahir plasenta terlihat lebih
kecil daripada plasenta yang normal untuk usia kehamila, premature
aging terlihat jelas dengan berbagai daerah yang sinsitianya pecah,
banyak terdapat nekrosis iskemik(infark putih), dan deposisi fibrin
intervilosa (infark merah) bisa terlihat.

Gejala-gejala subjektif yang dapat dirasakan pada


preeklampsia berat
33

adalah sebagai berikut:

1. Nyeri kepala: jarang ditemukan pada kasus ringan tetapi akan

sering terjadi pada kasus-kasus yang berat. Nyeri kepala

sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital serta tidak

sembuh dengan pemberian analgetikbiasa.

2. Nyeri Epigastrium: merupakan keluhan yang sering ditemukan

pada preeklampsia berat. Keluhan ini disebabkan karena

tekanan pada kapsula hepar akibat edema atauperdarahan.

3. Gangguan penglihatan: Keluhan penglihatan tertentu dapat

disebabkan oleh spasme arterial,iskemia, dan edema pada

retina dan pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh

ablasioretina.

4. Sakit kepala yang berat.

5. Perubahan pada refleks.

6. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama

sekali.

7. Ada darah pada air kencing.

8. Pusing.

9. Mual dan muntah yang berlebihan

2.2.5Jenis-jenis

1. Preeklamsia Ringan
34

Diagnosis preeklamsiaditegakkan berdasarkan atas

timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau edema setelah

kehamilan 20 minggu (Angsar, 2010)

Hipertensi : sistolik/ diastolic kurang lebih 140/90mmHg.

Kenaikan Sistolik kurang lebih 30mmHg dan kenaikan diastolic

kurang lebih 15mmHg, cara pengukurannya sekurang-

kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1

jam, sebaiknya 6 jam.

2. Preeklamsi Berat

Definisi preeklamsi berat adalah preeklamsia dengan

tekanan darah sistolik lebih lebih 160mmHg dan tekanan

darah diastolic lebih lebih 110mmHg disertai proteinuria lebih

5g/24 jam (Sarwono 2010).

Diagnosis gejala preeklamsi digolongkan preeklamsi berat bila

ditemukan atau lebih sebagai berikut :

a. Tekanan darah sistolik lebih lebih 160mmHg dan tekanan

darah diastolic lebih 110mmHg, tekanan darah ini tidak

menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah sakit

dan sudah menjalani tirahbaring.

b. ProteinuriaProteinuria > +2dalam pemeriksaan kualitat

c. Oliguri yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam.

d. Gangguan fisus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri

kepala, skotomdan pandangankabur


35

e. Nyeri epigastrium atau nyeri pada quadran kanan

atasabdomen

f. Edema paru-paru dansianosis.

2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada preeklamsi berat di tinjau dari

umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsi

berat selama perawatan di bagi menjadi 2 yaitu :

Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya :yaitu terapi

medikamentosa dengan pemberian obat-obatan. untuk

penyulitnya.kehamilan sikap terhadap kehamilannya di bagi 2

yaitu:

1. Ekspektatif : konservatif bila umur kehamilan < 37 minggu,

artinya: kehamilan dipertahankan selama mungkin sambil

memberikan terapi medikamentosa.

2. Aktif, agresif, bila umur kehamilan 37 minggu,artinya

kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa

untuk stabilisasiibu.

a. Pemberian terapimendikamentosa:

1) Segera masuk rumah sakit.

2) Tirah baring miring kekiri

3) Pemberian anti kejang MgSO4 sebagaipencegahan dan

terapikejang.

b. Pemberian MgSO4 dibagi : dosis awal dan dosis lanjutan.


36

Menurut (Angsar,2010). Tujuan utama perawatan

preeklamsi adalah mencegah kejang,perdarahan

intracranial, mencegah gangguan fungsi organ vital,dan

melahirkan bayi sehat (Wiknjasastro,2008). Preeklamsi

dapat merupakan suatu penyakit yang fatal. Tidak terdapat

program penapisan yang pasti yang tersedia untuk kelainan

ini yang sangat penting untuk memperbaiki hasil akhir ibu

dan janin, penentuan persalinan,pencegahan

kejang,pengobatan hipertensi, penatalaksanaan cairan dan

asuhan pendukung untuk berbagai komplikasi organ akhir

Preeklamsi berat biasanya memerlukan persalinan

segera.Penatalaksanaan harus mencangkup terapi anti

hipertensi dan akhirinya kehamilan (Wiknjasastro,2008).

a. Terapi profilaksis kejang,meliputi:

1) Magnesium Sulfat ( MgSO4 ) intravena harus di berikan

selama persalinan dan selama evaluasi awal pasien

penderitapreeklamsi.

2) MgSO4 di gunakan untuk menghentikan dan / atau

mencegah konvulsi tanpa menyebabkan depresi umum

untuk ibu maupun janin.

3) MgSO4 tidak di berikan untuk mengobatihipertensi.

4) Dosis awal : 4 gr MgSO4 di encerkan dalam 10 ml,

larutan cairan IV lambat.


37

5) Dosis lanjutan : diberikan infuse 6 gram dalam larutan

Ringer per 6 jam atau di berikan 4 atau 5 gramIV.

Selanjutnya maintenance dose di berikan 4 gram IV tiap

4-6 jam.

6) MgSO4 : harus selalu di berikan dengan metode infus

terkendali/ pantau untuk mencegah overdosis yang

dapat bersifatfatal.

7) Syarat-syarat MgSO4 : harus tersedia antidotum MgSO4

,bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% = 1

gr (10% dalam 10 cc) IV 3 menit ,reflek patella + ,

pernapasan > 16 kali / menit ,tidak ada tanda-tanda

distressnapas.

8) MgSO4 di hentikan bila ada tanda-tanda

intoksasi ,telah 24 jam pasca persalinanatau 24 jam

setelah kejangterakhir.

b. Terapi hipertensi meliputi:

1) Obat-obatan anti hipertensi menjaga agar perdarahan

intracranial pada ibu tidak terjadi.

2) Terapi kronis hipertensi sedang tidakakan menunda laju

penyakit,memperpanjang kehamilan atau menurunkan

risiko kejang.

3) Tekanan darah ibu tidak boleh diturunkan hingga lebih

rendah dari 140/90mmhg karena tekanan yang lebih

rendah akan menurunkan perfusi utero- plasenta.


38

4) Obat yang paling umum di gunakan selama kehamilan :

a) Nifedifin

Dosis 10-20 per oral, di ulangi setiap 30 menit ,

maksimum 120mg dalam 24 jam.

b) Labetalol atauatenolol.

Antagonis campuran alfa dan beta dosis 3-4 x

50mg/hari. 10-20mg bolus intravena yang dapat di

ulang setiap 10 menit hingga dosis maksimal 300

mg .Alternatif lain infuse labetalol tanpa berhenti

pada kecepatan 1-2 mg/jam dapat di gunakan dan

dititrasi sesuai dengankebutuhan.

c) Terminasi kehamilan ,cara persalinan:

Jika tidak sedang dalm proses bersalinan ,periksa

serviks dalam kondisi matang untuk induksi ,mulailah

induksi persalinan. Induksi persalinan : tetesan

oksitosin dengan syarat nilai bioshop 5 atau lebih dan

dengan fetal heart monitoring.

5) Seksio sesarea : fetal assement jelek, syarat tetesan

oksitosin tidak di penuhi (nilai bioshop dari 5) atau

adanya kontra indikasi tetesan oksitosin dan 12 jam

setelah dimulainya tetesan oksitosin belum

masukfaseaktif .pada primigravida lebih di arahkan

untuk di lakukan terminasi dengan seksio sesarea.


39

a) Kala 1 fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif

maka di lakukan seksio sesarea, fase aktif amniotom

saja, bila 6 jam setelah di amniotom belum terjadi

pembukaan lengkap maka di lakukan seksiosesarea.

b) Kala II harus di persingkat dalam 24 jam dengan

partus buatan seperti dengan ekstrasi vakum atau

forceps, jadi ibu di larang mengedan (di lakukan oleh

dokter ahli kandungan). Amniotom sekurang-

kurangnya di lakukan 3 menit setelah pemberian

pengobatan medicinal. Pada Gunatilake,

2011kehamilan 32 minggu atau kurang , bila keadaan

memungkinkan terminasi di tundang 2 kali 24 jam

untuk memberikan kortikosteroid (Angsor, M.D,

2010).

6) Komplikasi

Nyeri epigastrium telah menunjukkan telah

terjadinya kerusakan pada liver dalam bentuk

kemungkinan (Manuaba, 2012 ):

a. Perdarahansubkapsular.

b. Perdarahan periportal system dan infark liver.

c. Edemaparenkim.

d. Peningkatan pengeluaranenzim.

Tekanan darah dapat meningkat sehingga

menimbulkan kegagalan kemampuan system otonom


40

aliran darah system saraf pusat (ke otak) dan

menimbulkan berbagai bentuk kelainan patofisiologis

sebagai berikut(Manuaba,2012).

a. Edema otak karena permebilitas kafiler

bertambah.

b. Iskemia yang menimbukan infarkserebral.

c. Edema perdarahan batang otak dan retina.

d. Dapat terjadi herniasi batang otak yang

menekanpusat vital medullaoblongata.

Komlikasi terberat adalah kematian ibu dan janin .Usaha

utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang yang menderita

preeklamsi,preeklamsia berat dan eklamsia. Komplikasi di bawah

ini yang biasa terjadi pada preeklamsia berat dan eklamsia

(Angsor, 2010).

a. Solusio plasenta komlikasi ini terjadi pada ibu yang menderita

hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada preeklamsia.

b. Hipofibrinogemia biasanya terjadi pada preeklamsia berat

.oleh karena itu dianjurkan untuk pemeriksaan kadar

fibrinogen secaraberkala.

c. Hemolisis Penderita dengan preeklamsia berat kadang-kadang

menunjukkan gejala klinik hemolisis yang di kenal dengan

ikterus.Belum diketahui denganpasti apakah ini merupakan

kerusakan sel hati atau destruksi sel darah merah.Nekrosis

periportal hati yang sering ditemukan pada autopsy penderita


41

eklamsia dapat menerangkan ikterustersebut.Kelainan mata

kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung

sampai seminggu , dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang

terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda-gawat akan

terjadi apopleksia serebri.

d. Nekrosis hati Nekrosis periportal hati pada preeklamsia,

preeklamsia dan eklamsia merupakan akibat vasospasme

arteriole umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklamsia

,tetapi ternyata juga dapat ditemukan pada penyakit lain .

Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan

faal hati, terutama penentuanenzim-enzimnya.Sindroma HELLP

yaitu HaemolysisElevated Liver Enzymes dan Low Platelet

Merupakan fungsi hati gepatoseluler (peningkatan

enzimhatiSGPT dan

SGOT),gejalasubyektif(cepat,lelah,mual,muntah,nyeriepigastri

um), hemolisis akibat kerusakan membrane eritrosit oleh

radikal bebas asam lemak jenuh dan tak jernih.

Trombositopenia (<150.000/cc)agregrasi(adhesitrombosit

didindingvaskuler)kerusakantromboksan(Vaso-

kontriktorkuat),lisosom (manuaba ,2007).

2.3 Hubungan obesitas dengan preeklamsia berat

Wanita hamil dengan obesitas sangat berisiko untuk

mengalami penyakit- penyakit seperti hipertensi dalam


42

kehamilan, gestasional diabetes, gangguan pernafasan dan

tromboemboli, berkaitan dengan proses persalinannya sendiri

wanita tersebut akan membutuhkan waktu persalinan yang lebih

lama dengan risiko tindakan seksio sesaria lebih tinggi, selain itu

juga sehubungan dengan operasi akan mengalami kesulitan

dalam tindakan pembiusan dan penyembuhan luka (Flier dkk.,

2010). Dan terhadap bayinya risiko untuk terjadi komplikasi

seperti kelainan kongenital, makrosomia, stillbirth, distosia bahu

dan kemungkinan menderita obesitas dan diabetes pada saat

dewasa menjadi lebih besar .

Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya

obesitas, diantaranya faktor lingkungan, gaya hidup, genetik dan

sosioekonomi. Obesitas merupakan suatu keadaan gangguan

keseimbangan antara asupan kalori dan penggunaannya

(Gunatilake, 2011). Oleh karena itu banyak komplikasi yang

ditimbulkan oleh keadaan obesitas baik itu bagi ibu maupun

terhadap janin atau bayi yang dikandungnya entah itu pada

trimester awal maupun usia kehamilan selanjutnya, pada saat

antepartum, intrapartum atau postpartum, bahkan juga

berpengaruh terhadap kehidupan bayi tersebut pada usia

dewasa nantinya dengan segalakonsekuensi penyakit metabolik

yang akan dideritanya berdasarkan pada beberapa hipotesis

yang menyatakan bahwa keadaan tersebut sudah terprogram

sejak proses konsepsi. Atas dasar hal-hal tersebut maka


43

pengelolaan obesitas sehubungan dengan kehamilan sangat

penting dilakukan baik itu prakonsepsi maupun saat

hamil(Gunatilake, 2011).
44

BAB 3

KRANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 KerangkaKonsep

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Faktor yang Faktor yang


Preklamsia
mempengaru mempengaruhi
Berat
hi obesitas: PEB:
1. TD ≥

1. Genetik Kegemukan/obesit 160/110

as mmhg
2. Hidramnion,
2.
hamil kembar, Proteinuria
Lingkungan
molahidatidosa
3. Sosial 3. Penyakit yang

ekonomi menyertai
Edema
4. Gaya kehamilan,

hidup diabetes militus


4. Primigravida
5. Usia ≥ 35 tahun

Keterangan:

___________ : Diteliti

---------- : Tidak diteliti

Faktor yang mempengruhi Obesitas adalah genetik,

lingkungan, sosial ekonomi.gaya hidup. Obesitas merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian preeklamsia

berat selain faktor primigravida, hidramnion, hamil kembar, mola

35
45

hidatidosa, penyakit yang menyertai, usia ≥ 35 tahun,

sedangkan preeklamsia berat di tandai dengan TD≥160/110

mmhg, proteinuria,oedema.
36

3.2 Hipotesis Penelitia

Hipotesis dalam penelitian adalah suatu jawaban

sementara dari pertanyaan peneliti (Notoatmodjo,2010).

Hipotesis penelitian (Ha) merupakan jawaban sementara

terhadap masalah peneliti yang menunjukkan ada hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat (Setiadi,2007).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : ada hubungan antara obesitas dengan kejadian pre eklamsia

berat Pada Ibu Hamil UK ≥ 20 Minggu di RSUD dr.

SoerotoNgawi Tahun 2017.


37

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah metode penelitian merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu.( Sugiyono,2013).

4.1 Desain penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan desain analitik yaitu

penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

fenomena kesehatan itu terjadi.Kemudian melakukan analisis

dinamika korelasi antara fenomena, baik antara faktor resiko

dengan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

Jenis penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai

tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai

pedoman atau penentuan peneliti (Nursalam, 2011).

Adapun jenis penelitian adalah dengan desain metode

penelitian Analitik dengan rancangan Cross Sectional, dimana

variabel-variabel yang termasuk faktor pendukung dan faktor-

faktor yang termasuk efek diobservasi pada waktu yang sama

(Nursalam, 2011).
38

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan

Obesitas dengan kejadian Preeklamsi Berat Pada Ibu Hamil UK ≥

20 Minggu di RSUD dr. Soeroto Ngawi Tahun 2017 .

37
4.2 Kerangka Kerja

Gambar 4.2 Kerangka kerja HubunganObesitas dengan kejadian

Preeklamsia Berat Pada Ibu Hamil UK ≥ 20 Minggu di RSUD dr.

Soeroto Ngawi Tahun 2017.


39

Hubungan obesitas dengan kejadian preeklamsia


berat Pada Ibu Hamil UK ≥ 20 Minggu di RSUD
dr. Soeroto Tahun 2017
Populasi :seluruh ibu hamil yang umur
kehamilanya ≥ 20 minggu dengan preeklamsia berat
yang tercatat di rekam medis RSUD dr. Soeroto
mulai oktober sampai desember 2017 jumplah
populasi 94 orang

Sampel : sebagian ibu hamil yang umur


kehamilanya ≥ 20 minggu dengan
preeklamsia berat yang tercatat di rekam
medis RSUD dr. Soeroto

Sampling : Nonprobability
sampling
Teknik pengambilan data
dengan Accidental

Teknik pengolahan data :


Editing,scoring,coding,tabula
ting,entering,cleaning

Analisis unifariat : distribusi


frekuensi ,Analisis Bivariat
dengan uji Chi Square

Kesimpulan : (Ho) Ditolak : Ada hubungan obesitas


dengan kejadian pre eklamsia berat Pada Ibu Hamil
UK ≥ 20 Minggu di rsud dr soeroto ngawi Tahun 2017

4.3.Populasi, Sampel, dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi yaitu keseluruhan obyek penelitian yang akan

diteliti atau wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang


40

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah 94 orang.

4.3.1 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi itu.Populasi itu

misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada

organisasi tertentu, jumlah guru danmurid di sekolah tertentu

dan sebagainya (Sugiyono, 2010).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil dengan

umur kehamilan ≥ 20 minggu yang tercatat di rekam medis

RSUD dr. Soeroto Kabupaten Ngawi pada tahun 2017.

4.3.2Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar-benar sesuai dengan keseluruhan sebyek penelitian

(Nursalam, 2011).Pada penelitian ini menggunakan teknik

nonprobability sampling, yaitu jenis sampling yang tidak

memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik

pengambilan sampel menggunakan accidental sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan memilih siapa

yang kebetulan ada atau dijumpai(Sugiyono, 2010).


41

4.4Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD dr.Soeroto Kabupaten

Ngawi pada tahun 2017.

4.5 Variabel Peneliti

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang

dimiliki oleh kelompok yang lain (Notoatmodjo, 2010).

Variabel independent (variabel bebas) dalam penelitian ini

yaitu Obesitas.Variabel dependent (variabel terikat) dalam

penelitian ini yaitu PreeklamsiaBerat.

4.6 Instrumen Penelitian

Cara memperoleh data pada penelitian adalah dengan

menggunakan Rekam Medik ( Medical Record) RSUD dr. Soeroto

Ngawi.
42

4.7 DefinisiOperasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat


Indikator Skala Skor
Penelitian Oprasional Ukur
Obesitas Adalah Klasifikasi Reka Nomin Obesitas
(Inde keadaan BeratBadan m al kode : 2
pendent) dimana Body berlebih dan Medik Tdk obes
Mass Index obesitas jika kode : 1
(BMI) ≥ 30 (BMI) ≥ 30
kg/m2 kg/m2

Preeklamsia Suatu Maternitas Reka Nomin PEB


Berat komplikasi pemeriksaan m al Kode :2
(Depen- kehamilan meliputi : Medik Tdk PEB
dent) tkanan darah 1. Tekanan Kode: 1
≥160/110 Darah
mmhg disertai ≥160/110
protein 2. Protein
uria,udema,pa uria
da kehamilan Proteinuria
20 minggu > +2
atau lebih 3. Oedema

4.8 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data

menggunakan rekam Medik Pengumpulan data adalah suatu

proses pendekatan pada subyek dan proses pengumpulan

karakeristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,

2008).
43

Dalam melakukan penelitian ini peneliti perlu mengikuti

proses pendidikan dan mendapat ijin dari pihak terkait yaitu

Ketua Stikes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Probolinggo,Direktur RSUD dr. Soeroto Ngawi. Setelah mendapat

izin dari instansi yang berkaitan, peneliti melakukan pengambilan

data dari rekam medik RSUD dr. Soeroto sebagai pengambilan

sempel penelitian.

4.9 Teknik Pengolahan Data

4.9.1 Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

4.9.2 Coding

Yang dimaksud dengan coding adalah suatu usaha untuk

mengklarifikasi jawaban yang ada menurut macamnya dengan

memberi kode angka (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Heru (2010), kriteria untuk menilai Obesitas

dengan kejadian preeklamsia berat adalah sebagai berikut:

1. Obesitas

Obesitas diberi kode (2)

Tidak Obesitas diberi kode (1)

2. Preeklamsia Berat
44

Preeklamsia Berat diberi kode (2)

Tidak Preeklamsia Berat diberi kode (1)

4.10 Analisis data

4.10.1 Statatistik Deskriptif

Stastistik deskriptif merupakan metode atau alat analisis

yang biasa digunakan untuk menyederhanakan data agar mudah

dipahami.Penyajiannya bisa dalam bentuk tabel, baik tabel

frekuensi maupun tabel silang atau dalam bentuk diagramdan

grafik seperti diagram batang, kurva dll.

4.10.2 Statistik inferensial

Analisa data statistik yaitu statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku

umum.Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus

statistik tertentu (misalnya uji t, uji F, uji X dan lain

sebagainya).Hasil dari perhitungan rumus statistik inilah yang

menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel bagi populasi.

Dengan demikian, analisa statistik berfungsi untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagipopulasi .

Setelah semua data terkumpul diperiksa kelengkapannya

kemudian peneliti melakukan analisa data dengan teknik analisa

univariate yang dilakukan terhadap variabel Obesitas. Analisa

data ini akan menghasilkan distribusi dan persentase. Kemudian

dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan menggunakan


45

tabulasi silang. Setelah itu hasil tiap komponen digabungkan dan

diinterprestasikan secara kualitatif dengan tahapan sebagai

berikut: Setelah dilakukan perhitungan sesuai dengan sesuai

skala, maka dimasukan dalam tabel kemudian dianalisa

dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat keyakinan

95% (α= 0,05) yang dihitung dengan menggunakan bantuan

program komputer.

Persamaan/ rumus yang digunakan untuk melakukan uji

statistik dalam penelitian ini adalah:

Keterangan:

: Chisquare
k

∑ ❑: Jumlah seluruh sel pertama sampai dengan sel ke-k


i=1

: Nilai hasilobservasi

Ei : Nilai harapan

4.11 EtikaPenelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis menganggap perlu

mendapat rekomendasi dari institusi/ lembaga atas pihak lain

dengan mengajukan permohonan izin kepada Direktur RSUD

Ngawi dengan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Ngawi. Setelah mendapat persetujuan


46

kemudian melakukan penelitian dengan melakukan etika meliputi

antaralain:

4.11.1 Anonimity (tanpanama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak

akan mencantumkan nama subyek pada lembar format

pengumpulan data cukup diberi kode tertentu menurut peneliti.

4.11.2 Informed Concent(Persetujuan)

Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada

responden yang bersangkutan agar subyek mengetahui maksud

dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti, maka harus

menandatangani lembar persetujuan, tetapi jika subyek menolak

untuk diteliti maka penelitian tidak boleh memaksa dan harus

mengharmati hak-haknya(Sugiyono, 2010).

4.11.3 Confidentiality(rahasia)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.

4.13.4 Justify (Keadilan)

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan

penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata

atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan

bebas masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian,


47

peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak

subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum,

selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum Lokasi Penelitian


48

5.1.2 Data Umum

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Grafik 5.1

Karakteristik responden berdasarkan Umur

>36 tahun <20 tahun


7 4
7.29% 4.17%

20-36 tahun
85
88.54%

Berdasarkan Grafik 5.1 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

responden, sebanyak 4 responden (4,17%) berumur kurang dari 20


49

tahun, 85 responden (88,54%) berumur 20-36 tahun dan 7

responden (7,29%) berumur lebih dari 36 tahun.

b. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Grafik 5.2

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Karyawan/PNS
6
6.25%
Wiraswasta/Petani
15
15.63%

IRT
75
78.13%

Berdasarkan Grafik 5.2 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

orang, sebanyak 75 responden (78,13%) sebagai ibu rumah tangga,

15 responden (15,63) bekerja sebagai wiraswasta/petani dan 6

responden (6,25%) bekerja sebagai karyawan/PNS.

c. Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit

Grafik 5.3

Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit


50

Hipertensi
DM
7
3
7.29%
3.13%

Tidak ada riwayat penyakit


86
89.58%

Berdasarkan Grafik 5.3 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

responden, sebanyak 3 responden (3,13%) memiliki riwayat

diabetes mellitus, 86 responden (89,58%) tidak memiliki riwayat

penyakit dan 7 responden (7,29%) memiliki riwayat hipertensi.

d. Karakteristik responden berdasarkan paritas

Grafik 5.4

Karakteristik responden berdasarkan paritas


51

Multigravida
39
40.63%

Primigravida
57
59.38%

Berdasarkan Grafik 5.4 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

responden, sebanyak 57 responden (59, 38%) adalah primigravida

dan 39 responden (40,63%) merupakan multigravida.

e. Karakteristik responden berdasarkan hasil pemeriksaan protein

urine

Grafik 5.5

Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan protein urine

Positip 3
Positip 1 9
8 9.38%
8.33%
Positip 2
7
7.29%

Negatif
72
75.00%

Berdasarkan Grafik 5.5 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

responden, sebanyak 72 responden (75,00%) memeiliki hasil

pemeriksaan protein urine negative, 8 responden (8,33) positip 1, 7

responden (7,29) positip 2 dan 9 responden (9,38%) positip 3.


52

f. Karakteristik responden berdasarkan Oedema

Grafik 5.6

Karakteristik responden berdasarkan oedema

Oedema
21
21.88%

Tidak ada oedema


75
78.13%

Berdasarkan Grafik 5.6 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

responden, sebanyak 21 responden (21,88%) mengalami oedema

dan 75 responden (78,13) tidak mengalami oedema.

5.1.3 Data Khusus

a. Karakteristik responden berdasarkan kejadian preeklamsia berat

(PEB)

Grafik 5.7
53

Karakteristik responden berdasarkan kejadian preeklamsia berat (PEB)

PEB
9
9.38%

Tidak PEB
87
90.63%

Berdasarkan Grafik 5.7 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

responden, sebanyak 87 responden (90,63%) tidak mengalami

preeklamsia berat (PEB) dan 9 responden (9,38%) mengalami

preeklamsia berat (PEB) .

b. Karakteristik responden berdasarkan obesitas

Grafik 5.8

Karakteristik responden berdasarkan obesitas

Obesitas
39
40.63%

Tidak obesitas
57
59.38%
54

Berdasarkan Grafik 5.8 diketahui bahwa responden terdiri atas 96

responden, sebanyak 57 responden (59,38%) tidak mengalami

obesitas dan 39 responden (40,63%) mengalami obesitas .

5.2 Analisis Data

5.2.1 Analisis univariat

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Diketahui bahwa hampir keseluruhan responden berumur 20-36 tahun

85 responden (88,54%).

b. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

dikethaui bahwa sebagian besar responden berperan sebagai ibu rumah

tangga 75 responden (78,13%)

c. Karakteristik responden berdasarkan riwayat penyakit

Diketahui bahwa hamper seluruh responden tidak memiliki riwayat

penyakit 86 responden (89,58%).

d. Karakteristik responden berdasarkan gravida

Diketahui bahwa sebagian besar responden adalah primigravida

sebanyak 57 responden (59,38%).

e. Karakteristik responden berdasarkan hasil pemeriksaan protein urine

Diketahui bahwa hamper seluruh responden memiliki hasil pemeriksaan

protein urine negative sebanyak 72 responden (75,00%).

f. Karakteristik responden berdasarkan Oedema

Diketahui bahwa hamper seluruh responden tidak mengalami oedema

75 responden (78,13).
55

g. Karakteristik responden berdasarkan kejadian preeklamsia berat (PEB)

Diketahui bahwa hamper seluruh responden tidak mengalami

preeklamsia berat (PEB) sebanyak 87 responden (90,63%).

h. Karakteristik responden berdasarkan obesitas

Diketahui bahwa responden sebagian besar responden tidak mengalami

obesitas sebanyak 57 responden (59,38%).

5.2.2 Analisis Bivariat

a. Tabulasi silang obseitas dengan kejadian preeklamsia

Tabel 5.1

Tabulasi silang (crosstab) Hubungan obseitas dengan kejadian preeklamsia

Obesitas
Tidak
Obesita Total
obesita
s
s
Tidak PEB 55 32 87
Preklamsia
PEB 2 7 9
Total 57 39 96

Berdasarkan table 5.1 diketahui bahwa, responden dengan tidak obesitas yang dan

tidak mengalami PEB sebanyak 55 responden, sedangkan yang mengalami PEB

sebanyak 2 responden. Responden yang mengalami obesitas dan mengalami PEB

sebanyak 7 orang dan yag tidak mengalami PEB sebanyak 32 orang.

b. Hubungan obseitas dengan kejadian preeklamsia

Chi-Square Tests
Asymp.
Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson 5,683 1 ,017
Chi-Square
56

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variable

obesitas terhadap kejadian Preeklamsia berat (PEB), menggunakan uji

statistik Chi-Square dan didapatkan hasil nilai Sig. Pvalue sebesar =

0,017 < 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima

artinya ada hubungan bermakna antara obesitas terhadap kejadian PEB.

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian hubungan variable obesitas terhadap kejadian

Preeklamsia berat (PEB), menggunakan uji statistik Chi-Square dan didapatkan

hasil nilai Sig. Pvalue sebesar = 0,017 < 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan
57

bahwa Ha diterima artinya ada hubungan bermakna antara obesitas terhadap

kejadian PEB

Hasil ini sesuai dengan (Gunatilake,2011) yang menyatakan bahwa Pada suatu

penelitian besar yang melibatkan hasil luaran dari 1,4 juta

kehamilan menunjukan korelasi positif antara obesitas dan risiko

terjadinya preeklampsia. Wanita hamil dengan obesitas juga

harus diingatkan sehubungan dengan peningkatan risiko abortus

spontan 2 kali lipat dibandingkan dengan wanita dengan BMI

normal. Obesitas juga berisiko untuk terjadinya kelainan

kongenital seperti yang telah disebutkan sebelumnya

(Gunatilake, 2011).

Pasien obesitas harus mendapatkan konseling tentang

diet nutrisi sehubungan dengan penambahan berat badan

selama kehamilan karena penambahan berat badan yang

berlebih berhubungan erat dengan bayi makrosomia, tindakan

operatif pervaginam, seksio sesaria serta komplikasi pada

neonatal dengan meningkatnya perawatan di NICU (Gunatilake,

2011).

Pasien juga harus ditekankan bahwa tujuan utama yang

ingin dicapai selama kehamilan adalah pertambahan berat badan

yang terbatas bukan penurunan berat badan. Dari beberapa

penelitian menunjukan bahwa komplikasi seperti preeklampsia,

IUGR, bayi makrosomia berkurang apabila penambahan berat


58

badan selama kehamilan pada obesitas kelas II dan III kurang

dari 10 pon (4,5 kg). Berikut adalah tabel pertambahan berat

badan yang direkomendasikan selama kehamilan termasuk pada

penderitaobesitas (Flier dkk.,2012).Pasien obesitas dengan hipertensi

kronis harus dimonitoring secara ketat karena sangat berisiko untuk berkembang

menjadi superimposed preeklampsia, ketika pemeriksaan tekanan darah dilakukan

pada pasien tersebut maka yang perlu diperhatikan adalah pemakaian cuff yang

sesuai. Pada pasien obesitas yang telah dilakukan skrining gula

darah pada trimester awal dan hasilnya normal maka dapat

dilakukan pemeriksaan ulang pada usia kehamilan 24-28 minggu.

Secara epidemiologi wanita hamil dengan obesitas memiliki

risiko 2-3 kali untuk terjadinya IUFD (Intra Uterine Fetal Death),

walaupun faktor-faktor co-morbidseperti diabetes mellitus dan

hipertensi sudah terkontrol. Mekanisme pasti terjadinya hal

tersebut sampai saat ini belum secara jelas daapt dipahami,

namun beberapa hipotesis mencoba menjelaskan bagaimana

terjadinya hal itu yaitu bahwa obesitas meningkatkan mediator

inflamasi yang berakibat pada disfungsi endothelial, termasuk

kadar gula darah yang tidak terkontrol pada diabetes mellitus

yang tidak terdiagnosa sebelumnya juga memainkan peranan

penting untuk terjadinya fetal anomali.Sehingga hal ini menjadi

alasan untuk melakukan pemeriksaan antenatal yang lebih

sering pada trimester ke-3 (Gunatilake,2011).


59

Wanita hamil dengan obesitas 2 kali berisiko melahirkan

bayi makrosomia dengan segala sekuele yang ditimbulkannya

walaupun faktor predisposisinya seperti diabetes mellitus sudah

dikontrol.Bukan hanya bayi makrosomia yang ditemukan pada

kehamilan dengan obesitas tetapi juga didapatkan bayi IUGR

(Intra Uterine Growth Restriction) hal ini terjadi terlebih apabila

sudah ada penyakit penyerta seperti diabetes mellitus dan

hipertensi.Oleh karena sulitnya mengevaluasi pertumbuhan janin

melalui pengukuran tinggi fundus uterus (TFU) sehubungan

dengan anatomi wanita obesitas maka pengukuran dengan USG

sangat dianjurkan. Informasi yang didapatkan digunakan sebagai

dasar pemilihan mode of delivery (MOD) (Gunatilake,2011).


60

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang hubungan obesitas dengan kejadian

preeklamsia yang dilaksanakan di RSUD DR Soeroto Kabupaten Kabupaten

Ngawi tahun 2017, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. ibu hamil UK ≥ 20 Minggu dengan obesitas di RSUD dr.

SoerotoNgawi Tahun 2017 sebagian besar responden tidak

mengalami obesitas sebanyak 57 responden (59,38%). .

2. ibu hamil UK ≥ 20 Minggu dengan pre eklamsia berat di

RSUD dr. Soeroto NgawiTahun 2017sebanyak 9 responden

(9,38%) mengalami preeklamsia berat (PEB) .

3. Ada hubungan bermakna antara obesitas terhadap

terjadinya preeklamsia berat pada ibu hamil UK ≥ 20

Minggudi RSUD dr. Soeroto NgawiTahun 2017.

7.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan mengarah pada faktor-faktor yang

memengaruhi terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil.


61

2. Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan atau konseling

kepada ibu hamil mengenai faktor resiko terjadinya pre-eklampsia pada ibu

hamil.

3. Bagi ibu hamil hendaknya menjaga berat badannya selama hamil agar

mengalami kenaikan secara normal

Anda mungkin juga menyukai