Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. Gerilya
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki terguling di jalan.
Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana.
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki terguling di jalan.
Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kasumatnya.
Gadis berjalan di subuh merah
dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama.
la beri jeritan manis
dan duka daun wortel.
Tubuh biru
tatapan mata biru

lelaki terguling di jalan.

Orang-orang kampung mengenalnya


anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya.
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki terguling di jalan.
Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya
1. Struktur Fisik
Puisi berjudul gerilya di atas bertemakan tentang perjuangan.Menceritakan tentang
seorang pejuang yang gugur di medan perang dengan tujuh buah peluru menembus dadanya.Di
sisi lain sang ibu dari sang pejuang merasakan kesedihan yang besar atas meninggalnya anaknya
tersebut tetapi tetap merasa bangga pada anaknya yang berjuang untuk melawan Belanda.
Mulai dari bait pertama puisi tersebut digamabarkan seonggok mayat yang tergeletak
dengan mata menatap pucat, dalam puisi tersebut makna pucat yang berarti raga yang sudah
tidak bernyawa digmabarkan dengan diksi biru, seperti tubuh pucat yang mati diganti dengan
tubuh biru. Diksi di kalimat ketiga dari puisi tersebut digambarkan dengan kalimat terguling di
jalan yang berarti pejuang tersebut gugur dalam sebuah jalan perjuangan. Isi dalam bait ini
diulang tiga kali dalam keseluruhan puisi yaitu di bait ketiga, ketujuh, kesembilan yang
menjadikannya pusat utama yang coba disampaikan dalam puisi yaitu tentang kisah pejuang
yang gugur .

Bait kedua menggambarkan bahwa kematian pejuang itu kemungkinan akan membawa
rasa kesedihan dan haru.
Selanjutnya bait ketiga kembali menggambarkan tentang pejuang yang gugur dengan
tatapan dan tubuh yang tak bernyawa.
Pada bait keempat ini, digambarkan proses kematian dari sang pejuang. Pejuang tersebut
mati karena tujuh buah peluru yang menembus tubuhnya dan seketika membuatnya tewas,
seperti yang disebutkan dalam puisi tersebut
Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
Diketuk gerbang langit di sini dapat diartikan sebagai panggilan dari tuhan yang bisa
diartikan sebagai kematian. Kemudian diteruskan dengan
dan menyala mentari muda
melepas kasumatnya.
Menyala mentari muda adalah gambaran harapan baru setelah kematiannya di mana
kematiannya akan menginspirasi generasi muda dan dilanjutkan dengan pejuang tersebut yang
melepas kasumatnya dan akan diteruskan oleh generasi penerus tersebut.
Bait keempat mulai dijelaskan sudut pandang lain, seorang gadis berjalan di pagi hari
yang dipenuhi darah yang digambarkan dengan diksi subuh merah, gadis tersebut membawa
sayur mayur dan melihat pejuang tersebut pertama kali.
Di bait berikutnya yang berkata
la beri jeritan manis
dan duka daun wortel.
Menggambarkan jeritan dari sang gadis yang berduka atas kematian pejuang itu. Diksi
duka daun wortel disini adalah duka yang sejadi-jadinya yang ditujukan pada pejuang tersebut
karena sebuah hubungan ikatan antara keduanya.

Bait Ketujuh kembali menggambarkan kondisi pejuang tersebut yang telah mati.
Bait delapan kemudian menyatakan bahwa para penduduk mengenal pemuda terebut
juga, pejuang itu anak seorang janda, kemudian jenazah itu pun dimandikan dan dibersihkan.
Bait selanjutnya kembali menceritaka seperti di bait satu, tiga, dan tujuh.
Bait terakhir menyatakan.
Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya
Dari diksi puisi di bait tersebut digambarkan bahwa mayat pejuang itu dibawa oleh
Belanda dan sang ibu berjuang mengendap-endap di malam hari untuk ikut melihat proses
penguburan anaknya tersebut.
2. Struktur fisik
Tema yang tergambar dalam puisi tersebut adalah perjuangan dan suasana yang
dihadirkan adalah rasa haru dan terciptanya isnpirasi semangat untuk tak takut mati dalam
berjuang.
Amanat yang coba disampaikan dalam puisi tersebut adalah perjuangan habis-habisan
dan tekad tak takut mati demia perjuangan bangsa.

B. Perempuan Sial
la terbaring di taman tua
pestol di tangan dan lubang di jidatnya
Mereka menemuinya tanpa dukacita
dan angin bau karat tembaga.

Mulutnya menggigit berahi layu


bunga biru dan berbau.
Matanya tidak juga pejam
lain mimpi, lain digenggam.
Ah, tubuhnva! Ah, rambutnya!
Tempat tidur tersia suami tua.
Bunga bagai dia diasuh angin
oleh nasib jatuh ke riba lelaki tua dingin.
Nizar yang menopangnva dari kelayuan
perempuan bagai bunga, lelaki bagai dahan.
Lelaki muda itu bertolak tinggalkan dia
tersisa jantung dan hati dari timah.
la terbaring di taman tua
pestol di tangan dan lubang di jidatnva.
Suaminya yang tua berkata:
- Farida, engkau ini perempuan sial!
1. Struktur fisik
Puisi dengan judul Perempuan Sial ini menceritakan tentang seorang wanita yang
bernasib malang, dinikahkan paksa dengan suami tuanya, kehilangan semua harapannya dan
akhirnya perempuan tersebut mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Bait pertama menyebutkan bahwa Ia terbaring di taman tua, diksi kata terbaring disini
menyatakan tentang kematian, kemudian pistol di tangan dan lubang di jidatnya menyatakan

dengan tersirat bahwa ia melakukan tindakan bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri
dengan pistol.
Bait kedua telah menggambarkan kemalangan hidup perempuan ini dikarenakan saat
mayatnya tersebut ditemukan tak ada dari mereka yang bersedih atau pun berduka, dari larik
Mereka menemuinya tanpa duka, kemudian dilanjutkan larik yang mengatakan, Angin bau
karat tembaga berkarat menyatakan bahwa perempuan itu mati dengan hina.
Bait ketiga dan keempat berisi gambaran tentang kematian sang perempuan.
Mulutnya menggigit berahi layu
bunga biru dan berbau.
Matanya tidak juga pejam
lain mimpi, lain digenggam.
Keadaan tersebut adalah kematian tragis yang menyedihkan, diksi menggigit berahi
layu artinya ia telah kehilangan segala harapannya. Sama dengan diksi lain mimpi, lain
digenggam mengartikan bahwa keinginannya dan apa yang didapatkannya berbeda dan sangat
kontras.
Dua bait selanjutnya berisi.
Ah, tubuhnva! Ah, rambutnya!
Tempat tidur tersia suami tua.
Bunga bagai dia diasuh angin
oleh nasib jatuh ke riba lelaki tua dingin.
Penggambaran kembali ke kilas balik dimana menyatakan harapannya, melalui diksi
Bunga bagai dia diasuh angin, mengartikan ia malah terjebak dan teromabang-ambing oleh
nasib dan hasil menikahnya dengan lelaki tua yang dilengkapi dengan diksi dingin yang
mengartikan kejam dan menjadi sumber penderitaannya.

Bait selanjutnya adalah yaitu bait tujuh dan delapan adalah harapan dan penompangnya
dalam mengahadapi kejamnya dunia yaitu Nizar, sang kekasihnya tetapi Nizar itu kemudian
pergi meninggalkannya, dan dilanjutkan diksi yang menyatakan tersisa jantung dan hati dari
timah yang mengartikan perasaan permpuan yang hancur.
Ungkapan di bait Sembilan sama dengan bait pertama, tetapi lebih ke arah kronologi
yaitu setelah semua yang terjadi ia akhirnya bunuh diri.
.

Terakhir bait ke sepuluh menyatakan nama dari wanita itu yaitu Farida dan suami tuanya

mengatakan melalui diksi bahwa ia adalah permpuan sial.


2. Truktur batin
Tema dalam puisi tersebut adalah kehidupan. Kehidupan malang dari perempuan bernasib
sial bernama Farida menciptakan suasana yang mengharukan sekaligus miris.
Pesan dari puisi ini kritisasi terhadap kehidupan yang penuh pemaksaan.

Anda mungkin juga menyukai