Anda di halaman 1dari 23

Nyanyian Bunga

Writer : Kahlil Gibran

Nyayian bunga adalah sebuah prosa yang puitis. Si “Aku” berkonotasi dengan kata “bunga”, yang
memberikan harapan, cinta kasih, dan hikmah bagi umat manusia.

Hasil analisis :
1. Unsur Leksikal
Pilihan kata atau diksi adalah konotatif, emotif, menyaran pada makna kejadian.
2. Unsur Gramatikal
Adanya penyimpangan struktur kalimat berupa pengulangan. Contoh : “Aku adalah kata-kata yang
diucapkan oleh alam.” “Aku adalah putri-putri cuaca yang dikandung oleh perut musim dingin,
dikandung dalam masa hamil tua oleh perut musim semi.” “Aku adalah hadiah dari para pemuda
kepada kekasihnya.”
3. Retorika
Menggunakan majas metafora dan adanya bentuk gaya pengulangan kata untuk memperoleh efek
estetis.
Terdapat pencitraan penglihatan pada “ Aku mengumpulkan rasa kantuk hingga pandangan mata-mata
malam memandangku berlama-lama”.
Pencitraan gerakan pada “ kemudian aku menari-nari di atas tepukan tangan rerumputan.”
Pencitraan penciuman pada “ Aku menghembuskan nafas ke udara, dan membuatnya wangi.”

Nyanyian Malam
Writer : Kahlil Gibran
Nyanyian Malam adalah sebuah prosa yang puitis. Sebuah ungkapan perasaan yang mengungkapkan
kebenaran. Kebenaran akan hak untuk mencintai dan dicintai tanpa adanya interfensi dari pihak manapun.

Hasil Analisis :
1. Unsur Leksikal
Pilihan kata atau diksi bersifat konotatif, emotif, menyaran pada pernyataan.
2. Unsur Gramatikal
Adanya penyimpangan struktur kalimat berupa pengulangan. Contoh : “ Jangan takut wahai gadisku
sebap bintang-bintang akan menyimpan kabar berita tentang kita. “ “ Jangan takut wahai gadisku sebap
kekasih jin yang terkurung …”
Kompleksitas kalimat adalah sederhana.
3. Retorika
Menggunakan majas personifikasi dan adanya gaya pengulangan kata untuk memperoleh efek estetis.
Terdapat pencitraan penglihatan pada kalimat “sebap ia memiliki mata-mata yang mengintip
perjalanan hari-hari.”
Pencitraan gerakan pada kalimat “ …di atas anak bukit meniupkan desau angin ke atas cakrawala.”
Tunggu, tunggulah sebentar, sabarlah sahabat.
Sebentar lagi ‘kan kuserahkan tubuh tak berguna ini,
Yang perih dan deritanya
Menghabiskan kesabaranmu.
Tahan laparmu
Tunggulah sebentar saja:
Karena belenggu ini, meski hanya terbuat dari nafas
Begitu sulit dipatahkan.
Dan keinginan untuk mati,
Yang lebih kuat dari semua yang kuat,
Tertahan untuk hasrat untuk hidup,
Yang teramat lemah ketimbang semua yang lemah,
Maafkan aku sahabat; aku terlalu berlambat-lambat;
Ada ingatan yang menahan ruhku;
Rangkaian hari-hari yang berlalu,
Kilasan masa mudaku yang terbang dalam impian,
Seraut wajah yang membuat mataku tak bisa
terpejam,
Suara yang berbisik-bisik di telinga,
Jari-jari yang membelai tanganku.
Maafkan aku membuatmu menunggu terlalu lama.
Sekarang usailah sudah, semuanya telah memudar:
Wajah itu, suara itu, tangan itu dan juga kabut yang
membawa mereka
simpul telah terlepas.
Tali telah terurai.
Tak ada makanan, tidak pula ada minuman yang bisa
mengobati.
Sekarang kemarilah, sahabatku yang lapar;
Perjalanan telah disiapkan,
Dan tubuhku akan kuberikan dengan cinta.
Kemarilah, dan cabiklah di sini, di sebelah kiri,
Keluarkan burung kecil itu dari sangkarnya,
Karena sayapnya tak mampu lagi mengepak;
Kita akan membumbung bersama ke angkasa raya;
Sekarang kemarilah sahabatku, aku tuan rumah
malam ini,
Dan engkau tamu yang telah lama kunanti

1. Menurut pendapat saya, laki-laki dalam sajak tersebut adalah seorang laki-laki dalam arti alamiah.
Seorang laki-laki yang berusia senja dan menderita sakit yang teramat parah. Sakit yang telah lama
diderita ,membuatnya merasa putus asa dan pasrah. Dia sudah tidak kuat lagi untuk bertahan hidup dan
dia merasa ajalnya sudah semakin dekat. Bagi kebanyakan manusia, kematian adalah hal yang
menakutkan, mengerikan dan menyakitkan.Tetapi laki-laki dalam sajak tersebut justru merindukan
kematian. Kematian baginya adalah kebebasan dari segala belenggu dan derita yang dialaminya selama
ini. Kematian ibarat burung yang keluar dari sangkar dan bebas terbang ke angkasa raya. Baginya
kematian akan melepaskanya dari simpul yang menjeratnya. Menjelang kematianya, dia meminta,
memohon sedikit waktu kepada Tuhan sang pencipta untuk mengingat, mengenang impian masa
mudanya. Mengenang seseorang yang sangat berarti bagi hidupnya, yang membuat indah hari-harinya,
yang membuat rohnya bertahan walaupun teramat lemah.

2 Menurut pendapat saya burung hering dalam sajak tersebut adalah sebuah simbol.
Petikan sajak tersebut : Sekarang kemarilah, sahabatku yang lapar;

Perjalanan telah disiapkan,


Dan tubuhku akan kuberikan dengan cinta.
Kemarilah, dan cabiklah di sini, di sebelah kiri,
Keluarkan burung kecil itu dari sangkarnya,
Karena sayapnya tak mampu lagi mengepak;
Kita akan membumbung bersama ke angkasa raya;
Sekarang kemarilah sahabatku, aku tuan rumah
malam ini,
Dan engkau tamu yang telah lama kunanti

Laki-laki tersebut telah siap menghadap Tuhan Sang Pencipta, menyerahkan jiwa dan raganya dengan
cinta. Sahabat disini adalah malaikat pencabut nyawa yang sebentar lagi akan mencabut nyawanya
( mencabik) Burung kecil atau burung hering adalah simbol dari rohnya yang sebentar lagi akan berpisah
dari raganya ( sangkarnya). Sayapnya yang tak mampu lagi mengepak adalah keadaan laki-laki yang sakit
dan tak berdaya. Setelah roh berpisah dari raga maka terbebaslah segala penderitaannya ( membumbung
bersama keangkasa raya). Sebentar lagi, mungkin pada malam hari, laki-laki akan tutup usia dengan
dijemput sang tamu ( malaikat pencabut nyawa).
3. Judul sajak tersebut adalah metafor mengambarkan seorang Laki-laki dengan keadaan sakit keras dan
tanpa harapan untuk sembuh. Hanya menunggu tibanya ajal menjemput. Dia sudah siap menghadap
Tuhanya (Perjalanan telah disiapkan,) dan pasrah untuk menyerahkan nyawanya. Burung
hering yang dimaksud adalah nyawa atau ruh laki-laki tersebut yang ingin segera keluar atau lepas dari
raganya (Keluarkan burung kecil itu dari sangkarnya). Karena sudah tak sanggup

menahan penderitaan sakit (Karena sayapnya tak mampu lagi mengepak;).

4.Sajak ini sangat inovatif dan kreatif dalam hal pengungkapan bahasa. Penyair berhasil mengungkapkan
sikap dan perasaanya, mengkongkritkan gambaran jiwanya, melukiskan suasana batinnya sehingga
menghasilkan efek estetis. Penyair mampu menuangkan pengalaman kemanusiaannya yang komplek
dan luas. Penyair juga mempunyai analisis yang tajam sehingga mampu mengajak pembaca berpikir
menghayati gagasan yang dikemukakan. Pilihan-pilihan kata yang digunakan cukup ekspresif karena
kata-kata, bunyi dan metafor yang dipilih mampu memperjelas gambaran dan menimbulkan kesan kuat
akan nada, rasa dan pengalaman penyair.

5 Menurut pendapat saya memang sajak ini berhasil membuat wajah kematian menjadi lebih ramah.
Kematian adalah sesuatu yang pasti terjadi pada setiap mahluk yang bernafas cepat atau lambat.
Kehidupan dunia terkadang membuat orang lupa pada kematian dan tidak sedikit orang yang merasa
takut atau merasa belum siap untuk mati. Bagi orang yang baik dan taat menjalankan perintah
agamanya kematian bukan hal yang mengerikan, sebaliknya bagi orang yang jahat dan tak mengenal
tuhannya, maka kematian adalah sesuatu yang menakutkan dan gambaran neraka sudah ada di depan
mata. Bagi laki laki dalam sajak tersebut, kematian adalah hal ditunggu dan diharap karena kematian
adalah kebebasan dari segala penderitaan hidup yang dialaminya selama sakit. Dia sudah siap untuk
menemui ajalnya dan dia yakin nyawanya akan dicabut dengan cinta dan kelembutan. Dia sudah
mempersiapkan bekal selama di dunia dengan kebaikan untuk kembali kepada Sang Pencipta.
Judul : The right to die
Writer : Gawin Maxwell
Sinopsis

Novel ini tentang perjalanan hidup seorang laki-laki yang bernama Pietro. Don Pietro adalah
orang Italia yang tinggal di pulau Sisilia sebuah pulau kecil yang ukuranya kurang lebih pulau Madura.
Pulau itu terdiri dari gunung-gunung batu sehingga hanya sepertiga dari pulau itu yang berpenghuni. Don
Pietro berasal dari keluarga bangsawan. Ayahnya mempunyai usaha bengkel sehingga mereka hidup
sederhana tidak kaya tidak juga miskin. Semua musibah berawal dari pecahnya perang Sekutu dan
Jerman. Don muda ikut bergabung menjadi anggota pasukan perang, sekali-sekali pasukanya menang dan
mereka selalu disambut dengan sorak sorai. Para gadis memeluk dan mencium dan mereka dielu-elukan
sebagai pahlawan. Semua hal itu sangat membahagiakan Don beserta teman-temanya. Tetapi kemudian
musibah datang, Don dan pasukanya digiring ke Afrika Utara. Disinilah nasib buruk menimpa. Mereka
dikurung di rawa-rawa, diserang malaria tanpa obat dan tanpa ada makanan. Keadaan sudah sangat tidak
bersahabat. Banyak temanya yang mati. Para jenderal mereka akhirnya menyerah pada sekutu. Mereka
meninggalkan Don dan beberapa temanya yang tersisa begitu saja. Akhirnya dengan sisa-sisa kekuatan
Don beserta beberapa orang temanya pulang ke kampung halamannya dengan berjalan kaki beribu-ribu
kilometer. Sesampai di kampung halamanya, ternyata keadaan sudah sangat berbeda. Semuanya sudah
musnah dan rata dengan tanah.tak ada lagi sorak sorai para gadis, tak ada lagi ciuman dan pelukan yang
menyambut kedatangan mereka.semua anggota keluarga tewas dalam peperangan. Saat itu usia Don telah
berumur 54 tahun, penyakit TBC yang diserangnya sangat parah. Seringkali dia batuk berjam-jam
lamanya dengan mengeluarkan air liur yang bercampur darah sehingga membasahi baju dan kasurnya dan
membuat badanya lemas. Don tinggal di sebuah rumah sewaan yang sangat murah dan kurang layak
layak untuk dihuni. Tidak ada pemanas dan air juga sangat sulit diperoleh. Karena keadaan kesehatannya
yang lemah, terpaksa untuk memasak dan mencuci dia menggaji seorang perempuan tua bernama Dona
caterina yang datang 3 kali seminggu setiap hari senin, rabu dan sabtu. Tetapi kadang-kadang dia pun tak
datang. Kalau sudah demikian Don tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu datangnya kematian.
Semua orang jijik ketika mendengar dia batuk. Mereka mencibir dan dan merasa jijik. Mereka selalu
menjauhinya. Kemanapun dia pergi pasti dianggap orang sebagai penyebar penyakit. Suatu hari ketika dia
mendengar sebuah pengumuman dibukanya pendaftaran veteran perang, dia pun pergi kesan untuk
mendaftar. Setelah sampai disana salah seorang jenderal yang pernah dikenalnya malah menanyakan dan
mencari surat-surat keterangan bahwa dirinya pernah menjadi pasukan perang. Sungguh sebuah
kenyataan yang sulit bagi Don, apa yang sudah dikorbankan uuntuk bangsa dan negaranya ternyata tidak
mendapatkan penghargaan sama sekali. Don berlalu dengan perasaan sedih dan kecewa. Sebagai umat
katholik yang taat Don akhirnya pergi ke gereja untuk mengikuti misa. Setelah misa, pastur mendekati
Don untuk menanyakan iuran. Akhirnya don membayar dengan uang seadanya yang dia punya. Sedih dan
kecewa dilalui Don. Tanpa arah yang pasti dia berjalan kesana kemari sampai dia melihat sebuah tulisan
Partai Komunis. Dia pun mendekat untuk sekedar beristirahat. Tetapi ternyata diluar dugaan Don.
Seorang Bapak tersenyum ramah kepadanya dan segera mengulurkan bantuan.dia memberinya uang dan
menawarkan penginapan kepadanya. Dari situlah akhirnya Don mendapat apa yang selama ini tidak
pernah diperolehnya baik dari veteran perang tempat perjuangan hidupnya maupun dari gereja yang
merupakan agama yang selama ini dianutnya. Sejak saat itu Don memutuskan untuk tidak lagi beragama
Katholik. Dia mengucapkan selamat tinggal perang. Dia berikrar akan mati dimana ia tergeletak nanti.
Dia mengucapkan selamat tinggal hidup dan hanya ada satu hak yang tersisa yaitu hak untuk mati.

Komentar :

Tokoh Don Pietro adalah tokoh yang banyak mengalami cobaan dalam hidup. Tokoh yang
mempunyai semangat hidup yang tinggi walaupun didera dengan keadaan yang buruk. Namun sayangnya
Don Pietro harus menyerah pada aqidah yang selama ini dianut. Agama dan kepercayaan yang selama ini
dipertahankan. Sebagai umat beragama yang taat dan kokoh, cobaan seberat apapun tidak akan
menggoyahkan iman dan kepercayaan. Apalagi tokoh Don Pietro telah memutuskan masuk ke Partai
Komunis yang jelas berazaskan non ketuhanan. Partai komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Bukankah
manusia di dunia ini tidak muncul dengan sendirinya. Tuhan lah yang menciptakan manusia sebagai
utusan di dunia ini. Menurut kepercayaan saya, Islam bahwa manusia di dunia ini adalah ibarat
menumpang kapal. Pelabuhan yang abadi adalah setelah manusia itu wafat dan dibangkitkan pada hari
kiamat nanti. Karena itu di dunia ini segala cobaaan adalah ujian dari Tuhan dan saya percaya Tuhan
tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan manusia.
Judul : Tuan Tanah dari Yunnan
Sinopsis

Cerita ini menuturkan perkenalan dua orang perempuan dari Indonesia secara tidak sengaja disebuah
pusat perbelanjaan terkenal di London. Lilian yang orang Tionghoa menetap dan tinggal di kota kecil di
Jawa Timur dengan si aku yang bekerja di Jakarta. Persahabatan berlanjut dengan kunjungan si aku ke
rumah orang tua Lilian di Jawa Timur. Cerita bertambah menarik dengan munculnya tokoh Tuan tanah
dari Yunan dalam mimpi si aku ketika dia bermalam dirumah orang tua Lilian suatu malam. Kemunculan
Tuan tanah dari Yunan adalah solusi dari kemelut yang selama ini datang dalam kehidupan dua sahabat
ini. Lilian yang bersuami dan menetap di London merasa gagal dalam perkawinanya. Si aku yang akan
menikah dan akhirnya gagal karena tunangannya menghamili wanita lain. Tuan tanah dari Yunan kembali
kembali datang dan memberi nasihat dalam mimpi kedua sahabat pada malam yang sama saat kepulangan
Lilian dari London Setelah meminta petunjuk kepada Tuhan YME keduanya sepakat menuruti nasihat
tersebut. Lilian mencoba memperbaiki perkawinanya dan si aku mencoba membuka hati dengan bekas
tunanganya yang pernah menghianatinya. Pada akhirnya keduanya hidup berbahagia dengan pasanganya
masing-masing

1. Tulisan tersebut adalah sebuah cerita pendek


Beberapa pendapat para pengarang/sastrawan tentang cerita pendek :
Menurut Richard Summer cerita pendek atau cerpen adalah suatu cerita tentang kejadian kecil dalam
kehidupan. Bronder Matheuw berpendapat cerpen adalah adanya sesuatu yang diceritakan . Henry S
Conby mengemukakan hasil dari cerpen adalah kesan yang hidup. Jadi dapat disimpulkan cerpen adalah
suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa ( kejadian ) apa saja yang menyangkut persoalan jiwa
/kehidupan manusia. Sebagaimana sebuah fiksi cerpen memiliki unsur-unsur instrinsik cerita seperti
tema, alur, perwatakan, latar, ketegangan, sudut pandang, kesatuan, gaya bahasa.
Dari hasil analisis bahwa tulisan yang berjudul Tuan Tanah dari Yunnan adalah cerita pendek. Unsur-
unsur instrinsik yang bisa kita identifikasi adalah :
Tema eksplisitnya adalah : Tuan Tanah dai Yunnan. Sedang tema impilisitnya adalah tentang
kehidupan dua orang wanita yang mempunyai masalah yang berbeda.
Alur atau plot yang digunakan adalah sorot balik atau flashback.
Perwatakan dilakukan dengan tehnik discussion of environment yaitu pelikisan keadaan sekitar
lingkungan pelaku, seperti keadaan rumah yang bisa memberi kesan tertentu pada tokoh,
Sudut pandang menggunakan diri di dalam cerita atau menggunakan tokoh aku
Setting/latar dari cerita adalah london dan kota kecil di Jawa Timur
Gaya bahasa adalah asidenton yaitu menggambarkan suatu keadaan, peristiwa dengan urutan kata-kata
tertentu, tetapi tanpa kata penghubung.
Sedangkn Essay adalah karangan yang mengupas, membahas persoalan-persoalan dibidang seni dan
kebudayaan umumnya. Pengarang mengemukakan pendapat dan pemikiran tentang objek seni atau
kebudayaan yang diminatinya. Contoh : Essay dalam sastra Indonesia : Potret seorang penyair sebagai
si malin kundang oleh Gunawan mohamad, Antalogi Essay tentang persoalan-persoalan sastra
Indonesia dalam Kritik Sastra Essay oleh H.B Jassin

2. Tulisan ini bersifat fiktif


Prosa fiksi istilah fiksi berasal dari “fiction” yang dalam kamus Hornby (1972 :197) berarti rekaan,
khayalan, cabang sastra yang mencakupi cerita pendek, novel, roman. Di Indonesia fiksi disebut juga
“cerkan” (cerita rekaan). Menurut Thani Ahmad ( dewan Bahasa Nove, 1973 : 504) cerkan adalah
sebuah tulisan naratif yang timbul dari imaginasi pengarang dan tidak mementingkan segi fakta sejarah.
H.G Tarigan (1985 : 120-121) mengemukakan fiksi adalah suatu cerita yang disusun secara imaginatif ,
suatu cabang sastra yang menyuruh karya-karya narasi imaginatif dalam bentuk prosa, termasuk
didalamnya roman, novel, cerita. Suatu karya fiksi terwujud karena disusun dengan menemukan
berbagai unsur, seperti unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik dari fiksi. Unsur-unsur instrinsik terdiri dari
tema, amanat, alur,perwatakan, sudut pandang, latar dan gaya bahasa. Unsur-unsur ekstrinsik terdiri dari
permasalahan kehidupan, falsapah, cita-cita, ide-ide, dan gagasan serta latar budaya yang menopang
kisah cerita.
Sejarah adalah prosa non fiksi yang berisi uraina sejarah suatu kerajaan. Mengenai silsilah raja dan
keturunanya, asal-usul kerajaan yang acapkali bercampur dengan dongeng. Jadi sejarah disini semacam
hikayat, namun demikian ada saja yang berisi petunjuk ( perundang-undangan bagi raja dan menteri-
menterinya dalam menjalankan pemerintahan. Sejarah disebut juga dengan istilah tambo atau babat.
Contoh : sejarah melayu ( Tun Sri Lanang), Tambo babat tanag Jawi, dll.

3. Unsur inovatif yang ditemukan adalah unsur ide cerita


Aspek cerita dalam suatu karya fiksi merupakan suatu hal yang amat esensial. Ia memiliki peranan
sentral dari awal hingga akhir karya. Forster (1970 : 33-4) menegaskan bahwa cerita merupakan hal
yang fundamental dalam karya fiksi. Tanpa unsur cerita, eksistensi sebuah fiksi tak mungkin terwujut.
Sebap cerita merupakan inti sebuah karya fiksi yang merupakan suatu cerita rekaan. Bagus tidaknya
cerita yang disajikan, disamping akan memotivasi seseorang untuk membacanya juga akan
mempengaruhi unsur-unsur pembangun yang lain. Suatu cerita pasti mempunyai tema sentral, walupun
dalam karangan fiksi tema acapkali diwujutkan dalam secara implisit atau eksplisit. Perwujutan tema
secara implisit (tersirat ) maksudnya bahwa tema cerita tersembunyi atau tersirat dalam isi cerita,
sehingga untuk menemukan tema orang haruslah membaca cerita dengan cermat. Sedangkan
perwujutan tema secara ekplisit ( tersurat) terdapat pada judul karangan.

Judul Novel : Rembulan Merah ( Fi Sabil al-Taj / Di jalan Menuju Mahkota)


Penulis/Penggubah : Francois Coubielle/Mustafa Lutfi al-Manfaluthi
Cetakan Pertama : 1406 H/1986 M
Copyright @ 2009 Penerbit Idola Qta

Sinopsis

Constantin adalah putra seorang panglima perang Balkan. Balkan adalah sebuah negeri jajahan
Turki yang berjuang mati-matian merebut kembali kemerdekaanya. Constantin seorang pemuda yang
baik. Memiliki sifat-sifat ibunya yang berbudi luhur, taat beragama dan memiliki kemauan yang keras.
Dia juga mewarisi sifat-sifat ayahnya Panglima Michel Brankomir yang perwira, berani, sabar, tangguh
dalam membela kepentingan bangsanya.
Setelah ibu konstantin meninggal, ayahnya menikah lagi dengan dengan seorang putri Yunani
bernama Bazielled yang usianya terpaut jauh dengannya. Dia seorang putri yang cantik jelita,
mempesona, menarik dan menggiurkan hati. Dia mempunyai sinar mata yang mengagumkan dan
membuat tiap pria tunduk dan berhasrat kepadanya. Panglima Michel Brankomir sangat mencintai istri
mudanya tersebut melebihi cintanya pada anak dan almarhumah istrinya. Dia sangat tunduk dan tidak
dapat bertindak diluar perintah sang istri. Dia tidak lagi menikmati keindahan hidup kecuali berada
disampingnya dia tidak dapat mencium harumnya kebahagiaan dan kesejahteraan kecuali dihembuskan
sang istri. Tapi sayangnya Bazielled adalah wanita yang ambisius. Dia akan terus mengejar apa yang
diinginkanya sampai berhasil yaitu kekuasaan, kemewahan dan kemegahan.
Sepeninggal Raja Mielusy ( Raja Balkan) , Bazielled meminta suaminya untuk segera merebut
tahta kerajaan menggantikan Sang Raja. Panglima Brankomir yang telah dikendalikanya sang istri
berubah menjadi pribadi yang dipengaruhi dengan ambisi. Dia mulai mengirimkan propaganda ke
berbagai tempat untuk mendapatkan dukungan. Namun harapan dan ambisinya terhalang dengan sosok
seorang Uskup yang bernama Uskup Atyne. Seorang Uskup yang selama 10 tahun mengabdikan
hidupnya berkeliling negeri untuk mengobarkan semangat juang dan kebencian terhadap musuh. Dia
selalu menumpahkan rasa patriotisme kedalam jiwa rakyatnya. Dia selalu mengajarkan ajaran-ajaran yang
mulia sehingga hati rakyat tersuci bersih dari daki kehinaan. Mereka menjadi mengerti akan arti
kehidupan.
Dalam bebrapa perdebatan masing-masing pendukung memaparkan argumentasi mereka terhadap
dukunganya. Seorang pengikut Uskup Atyne yang setia yang bernama Aurisy berpendapat bahwa
kemenangan rakyat Balkan memang karena kepemimpinan panglima besar Michel Brankomir tetapi
Uskup Atyne juga berjasa dalam melicinkan dan mempersiapkan jalan menuju kemenangan. Seorang
pengikut Panglima Brankomir bernama Lazar yang juga orang kepercayaan Bazielled tidak mau kalah.
Dia maju kedepan mimbar dan menyatakan bahwa jika seorang uskup disibukan oleh pekerjaan seorang
raja akan dapat melengahkan dari urusan keagamaan yang telah dihayatinya selama ini. Kedua
argumentasi tersebut membuat kebimbangan bagi rakyat Balkan. Sebagian dari mereka mendukung
panglima dan sebagian lagi mendukung sang uskup.
Keadaan demikian membuat Bazielled meminta suaminya untuk bersaing melawan uskup dalam
memperebutkan tahta kerajaan. Panglima Brankomir mematuhi perintah istrinya dan mulai berbicara
kepada banyak orang agar memilih dirinya. Dia mulai mencari muka dengan mencampuri urusan Dewan
Nasional. Untuk memperkuat posisi, ia menonjolkan kedudukan dan jasa-jasanya kepada tanah air dan
bangsa serta perananya dalam perjuangan. Ia ungkapkan pula jerih payah dan kekuatanya dimasa muda
ketika berperang melawan musuh hingga saat sekarang ketika rambutnya telah memutih dan kakinya
telah goyah.
Adapun Constantin sangatlah bertolak belakang dengan semua itu. Sepeninggal ibinya yang
tercinta, ia mengalami kesedihan yang tiada henti. Hidupnya diliputi kedukaan. Hiburan satu-satunya
yang dapat meringankan penderitaanya adalah kasih sayang dan perhatian sang ayah. Tetapi setelah
ayahnya menikah lagi, kasih sayang Brankomir sepenuhnya diserahkan kepada Bazielled. Kini kasih
sayang yang pernah dinikamti dari ayah dan ibunya telah lenyap. Ia merasa dirinya seperti anak yatim
piatu. Seperti kaum pakir miskin yang terlantar dan tidak pernah menikmati curahan kasih sayang orang
lain. Constantin sengaja menceburkan diri dalam bahaya diberbagai pertempuran dengan harapan maut
dapat menjemputnya. Pada suatu pertempuran Constantin bersama beberapa prajurit bertekat untuk mati
di medan perang.ia bertempur mati-matian, tetapi nasib berkata lain dia malah mendapatkan kemenangan
gemilang dengan merebut lembah Tirajan yang terletak di pegunungan dari tangan orang-orang turki.
Lembah tersebut merupakan benteng perlindungan militer Turki yang terpukul mundur. Pada saat
pertempuran tiba-tiba dia melihat seorang prajurit turki yang berusaha menyelamatkan seorang gadis
keatas kudanya. Tetapi gadis itu meronta dan berusaha melepaskan diri. Melihat hal itu Constantin segera
membunuh prajurit itu dan membawa gadis itu bersama para tawanan perang lainya.
Setelah kembali dari pertempuran, Constantin segera menyerahkan seluruh tawanan perang
beserta harta rampasan kepada ayahnya Panglima Brankomir. Semua tawanan perang dibunuh kecuali
gadis itu atas permohonan yang sangat dari Constantin. Gadis yang bernama Mieltiza akhirnya dibawa
olehnya kerumah. Mieltiza adalah seorang gadis yang lugu dan bodoh. Ia tidak tahu tanah airnya. Tidak
juga memeluk agama dan keyakinan tertentu. Bahkan iapun tidak mengenal kehidupanya kecuali hanya
mengetahui bahwa ia adalah salah satu anggota masyarakat yang tidak pernah merasakan ketenangan.
Jiwanya amat bersih dan murni dari sifat-sifat buruk manusia. Ia tidak mengenal benci, tidak pula marah,
tidak iri hati, tidak tamak dan tidak serakah. Akal pikiranya tidak dipengaruhi oleh berbagai khayalan dan
lamunan. Oleh Constantin gadis itu dibimbing dan diarahkan agar mengenal kebajikan dan keutamaan.
Semua dilakukan agar si gadis lebih beradap.selain itu agar keutamaan berpadu dalam jiwanya , sehingga
tidak mudah goyah oleh rasa putus asa dan harapan-harapan hampa. Gadis gibsy itu senang sekali dengan
bimbingan yang diterimanya. Ia kagum dengan Constantin. Seorang pangeran yang mulia dan terhormat
sudi bergaul dan duduk bersila dihadapanya. Begitupun halnya dengan Constantin, Mieltiza adalah
pelipur lara yang dapat meringankan penderitaan batin dan kesedihan hati. Kepada Mieltizalah ia
mencurahkan perasaan yang selama ini tersimpan dalam jiwa. Hanya satu hal yang tidak pernah
diungkapkan Constantin pada Mieltiza yaitu penderitaan batinya. Hati Constantin meronta karena
ayahnya telah berubah dan dikendalikan oleh istri yang penuh ambisi untuk meraih kekuasaan. Namun
ternyata Mieltiza mempunyai mempunyai naluri yang tajam. Jiwanya dapat membaca isi hati tuanya yang
sedang diliputi penderitaan yang tersimpan. Mieltiza lebih memahami penderitaan Constantin setelah
mencuri dengar percakapan antara Panglima Brankomir dan istrinya tentang rencana-rencana mereka
selanjutnya.
Pada akhirnya keputusan Dewan Nasioanal menetapkan uskup Atyne sebagai raja baru dikerajaan
Balkan. Panglima Brankomir sangat marah dan jengkel mendengarnya, terlebih istrinya Bazielled.
Dengan segala kemampuanya dia merayu suaminya untuk bersekongkol dengan musuh mereka yang
selama ini menyamar sebagai pemusik miskin yang sering datang ke rumah mereka dan menghibur para
tentara Balkan. Pemusik miskin itu sebenarnya adalah seorang perwira tinggi turki yang selama ini
menyamar dan bersekongkol dengan Bazielled. Ia merayu suaminya untuk berhianat dengan
mengosongkan daerah pertahanan di perbatasan dan memudahkan tentara Turki masuk. Apabila hal itu
terwujud maka pemmerintah turki akan mengankat Brankomir sebagai raja balkan. Semula Brankomir
menolak keras tawaran istrinya. Tidak mungkin baginya berbalik dari seorang patriot yang rela
mengorbankan jiwa raganya dan membela tanah air menjadi seorang penghianat yang mau menjual tanah
air kepada musuhnya. Namun karena rayuan istrinya yang licik akhirnya dia menyerah juga. Maka
disusunlah strategi agar Brankomir berangkat ke penjagaan utama di atas bukit dan berpura-pura sebagai
penggantinya dengan memberikan kode/sandi. Ketika malam hari saat tentara Turki sudah menuju
daerah perbatasan dan berada di ujung jalan, dia harus segera pulang ke istana dan berpura-pura
dikejutkan dengan serangan mendadak. Mieltiza yang ikut mendengar rencana tersebut segera
memberitahukan kepada Constantin. Betapa terkejutnya ia setelah ikut mendengar pembicaraan ayah dan
ibu tirnya akan hal tersebut. Lebih terkejut lagi setelah mendengar jawaban ayahnya yang menyetujui
rencana tersebut.
Malam itu diatas bukit yang tinggi di lembah Tirajan di bawah biara Romawi panglima Brankomir
bersiap untuk segera melaksanakan rencananya walaupun kehinaan dan kenistaan seakan terus
menghantuinya. Tiba-tiba dia dikejuutkan dengan sesosok wajah yang berkelebat menghampirinya.
Brankomir laksana anjing menggonggong ketakutan, meneriaki bayangan yang semakin dekat dengan
dirinya. Ternyata bayangan tersebut adalah Constantin anaknya. Constantin mencoba membujuk ayahnya
untuk membatalkan niatnya dia berbicara panjang lebar dengan air mata yang bercucuran. Jiwa
Brankomir terombang ambing dalam pertarungan yang dasyat, antara kesadaran dan nafsu ambisi. Tetapi
takdir berkata lain, Brankomir terus maju pada rencananya. Hal yang tragispun terjadi. Ayah dan anak
saling menghunuskan pedang. Keduanya saling menyerang dan Tuhan menentukan Brankomir roboh
ditangan darah dagingnya sendiri.
Constantin mengamati jasad ayahnya yang tersungkur dengan pandangan mata beku. Ada
perasaan menyesal dan berdosa. Keesokan harinya raja Atyne mengumumkan peryataan kepada rakyat
Balkan akan gugurnya panglima besar Michel Brankomir dalam pertempuran melawan pasukan
Turki.dan pemerintah segera melaksanakan upacara kehormatan militer sesuai dengan kedudukanya
sebagai pahlawan besar tanah air.
Hari-hari Constantin dihantui rasa berdosa , jiwanya tidak tenang, jasad ayahnya yang tersungkur
di lembah Tirajan masih terbayang didepan mata. Dalam beberapa pertempuran selanjutnya Balkan selalu
mengalami kekalalhan. Para pembesar istana menganggap Constantin telah putus asa dan patah hati
ditinggal mati oleh ayahnya. Banyak prajurit yang berpendapat bahwa Constantin sengaja menggiring
mereka kedalam maut untuk suatu niat yang disembunyikan. Mereka berkesimpulan bahwa Constantin
telah menghianati bangsanya.dan bekerjasama dengan pihak turki. Semua isu adu domba itu disebarkan
oleh Bazielled untuk menjebak Constantin. Ketika keadaan sudah diujung tanduk, bazielled dengan akal
liciknya membujuk Constantin untuk bekerja sama melanjutkan rencana semula yang pernah disusunnya
bersama Brankomir. Tetapi dengan hinaan yang pedas Constantin menolak rencana tersebut bahkan dia
menceritakan semua kejadian di atas lembah Tirajan kepada ibu tirinya. Karena malu dan marah
Bazielled kemudian melaporkan kepada raja bahwa Constantin adalah penghianat bangsa dan
bekerjasama dengan pihak musuh. Dengan rekayasa yang sangat meyakinkan dia berhasil memasukan
Constantin kedalam penjara. Keadaan konstantin yang diam dan tidak memberikan perlawanan
menimbulkan keyakinan raja dan semua rakyat bahwa dia adalah penghianat. Bagi Constantin sangat sulit
membuktikan bahwa dirinya bersih dari kejahatan , kecuali kalau dia menuduh ayahnya. Tetapi itu tidak
mungkin karena dia tidak mau membunuh ayahnya dua kali.dia tidak mau nama baik ayahnya tercoreng
dan di cap sebagai penghianat diakhir hidupnya.
Akhirnya sidang memutuskan agar Constantin dibawa ke lapangan dimana patung ayahnya tegak
berdiri. Dia dikat dengan rantai besi.sepanjang hidupya.setiap orang yang lewat diizinkan meludahi,
menempeleng dan menyiksa tubuhnya. Constantin menjadi lemas dan gelisah. Dia menangis seperti
peerempuan lemah yang ditinggal mati keluarganya. Lelaki seperti Constantin tidak akan meneteskan air
mata jika takdir menetukan penderitaan hukuman pancung tetapi hukuman yang terberat baginya adalah
tetap hidup dengan menanggung malu.
Ketika masa yang berkerumun ingin mendapatkan kesempatan yang pertama mendekati
Constantin, Mieltiza mendekati dan melindungi Constantin. Orang-orang berteriak ingin membunuh
keduanya. Mieltiza tidak tega melihat menyaksikan wajah kekasihnya yang memancarkan kehormatan,
keadilan, kesucian dan kebersihan itu menjadi sasaran perbuatan nista oleh manusia-manusia nista yang
dibakar nafsu dendam. Constantin menatap wajah Mieltiza dengan tersenyum dan memintanya untuk
mengakhiri segalanya. Dengan sebuah tusukan belati didada Constantin maka robohlah ia berlumuran
darah. Sambil tersendat Contantin masih sempat mengucapkan terima kasih kepada Mieltiza. Kemudian
Mieltiza mengangkat belati sekali lagi dan ditancapkanya kedadanya sendiri. Sejenak ia merintih lalu
roboh tak jauh dari tempat Constantin. Bibir Mieltiza tersenyum, kemudian padam kembali menjemput
kegelapan maut. Kenyataan tetap menjadi misteri selama 30 tahun.sampai Bazielled meninggal ia selalu
dihantui rasa bersalah. Setelah kurun waktu yang panjang rakyat baru mengetahui bahwa Constantin
Brankomir adalah orang yang paling terhormat dan mulia diantara mereka dalam hal kecintaan kepada
tanah air serta dalam ketulusan. Ia telah mengorbankan ayahnya demii membela tanah air dan
mengorbankan dirinya demi kehormatan sang ayah.

Hasil Analisis
Cerita Fi Sabil al-Taj adalah karya drama balada puitis yang ditulis oleh seorang penyair potensial
yang berbakat Francois Coubielle pada tahun 1895. sebagai kelanjutan dari para sastrawan besar abad ke-
17. Karya ini termasuk kategori novel moral. Mustafa Lutfi al-Manfalutfi mengubah drama tragis ini
kedalam bahasa Arab dalam format novel yang indah.
Sebuah novel adalah merupakan totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat artistik. Sebagai
suatu totalitas, novel mempunyai bagian-bagian , unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lainnya
secara erat dan saling menguntungkan. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri, misalnya cerita,
plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa , dan lain-lain. Unsur
ekstrinsik adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan
pandangan hidup yang semuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnya. Selain itu juga psikologi
pengarang yang mencakup proses kreatifnya. Keadaan dilingkungan pengarang seperti ekonomi, politik,
dan sosial serta pandangan hidup suatu bangsa.

I…Unsur Instrinsik
a. Tema
Tema yang ditemukan dalam novel ini adalah semangat nasionalisme yang mampu
membangkitkan jiwa dengan moral dan keluhuranya.
b. Cerita
Cerita dalam novel ini mengisahkan tentang kisah hidup seorang pahlawan Balkan yang
mempunyai sikap keberanian, keteguhan, kemauan, yang kuat juga semangat hidup, ketulusan,
kesanggupan untuk berkorban.
c. Pemplotan atau Alur
Peristiwa dalam novel ini diungkapkan dengan jelas dan terang , kaitan antara peristiwa
dikisahkan secara linear sehingga cerita mudah dipahami.
d. Penokohan
Tokoh utama adalah Constantin , seorang pemuda yang dalam jiwanya terjadi pertentangan dua
perasaan yang kuat, cinta pada keluarga dan cinta pada tanah air. Lalu si pemuda memutuskan
untuk mengorbankan cinta yang pertama sebagai tebusan untuk cinta yang kedua. Kemudian dia
mengorbankan hidupnya sendiri sebagai tebusan bagi kehormatan keluarga
e. Pelataran/Setting
Suasana didalam novel ini seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Pembaca merasa dipermudah
untuk mengoperasikan daya imaginasinya, pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran,
ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrap. Latar mampu
mengangkat suasana tempat,warna lokal lengkap dengan perwatakan kedalam cerita

f. Penyudut pandangan
Penyudutpandangan menggunakan persona orang ketiga “dia” . Kemampuan pengaranag
menyiasati cerita membuat cerita menjadi menarik sehingga mampu memaksa pembaca untuk
memberikan empatinya.
g. Bahasa
Bahasa yang digunakan mempunyai kekuatan ekspresi dan ungkapan yang jelas dan terang
dengan gaya bahasa yang menyentuh dan indah serta mudah untuk dipahami.

II. Unsur Ekstrinsik


Pengarang asli novel Fi Sabil al-Taj adalah Francois Coubielle. Beliau adalah penyair
terkemuka dan berpengalaman. Lahir pada tahun 1842. tidak menamatkan sekolah dan
muali menulis syair dan puisi walaupun belum mendapatkan sambutan sehingga sempat
mengalami keputusasaan. Akhirnya karya beliau yang berjudul Le Reli Puaire (kota suci
para pelacur ) mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat. Pada tahun 1868 mulai
rajin menerbitkan puisi-puisinya. Pada tahun 1884 dipilih menjadi anggota lembaga
Sarjana Peranas dan aktif di dunia politik sampai akhir hayatnya.

Mengajarkan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Negara Indonesian terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau besar maupun kecil.

Setiap suku mempunyai bahasa daerahnya masing-masing. Walaupun demikian negara Indonesia

memiliki bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat

penting kedudukanya dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebap itu bahasa Indonesia diajarkan secara

formal sejak kelas satu Sekolah Dasar. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang mempersatukan

saluruh rakyat Indonesia dari sabang sampai Merauke.

Dia abad ini sumber-sumber informasi telah berkembang pesat di luar sekolah dengan cara

yang begitu menarik dan mudah untuk diakses oleh siapa saja tak terkecuali para siswa. Televisi, games,

internet menawarkan kemasan-kemasan dalam bentuk hiburan , iklan atau berita yang sungguh menarik

bagi para siswa. Oleh karena itu sebagai guru khususnya guru bahasa agar bisa mengemas pesan-pesan

yang kita sampaikan dalam pembelajaran bahasa Indonesi agar tidak kalah menarik dari beragam media

tersebut.

Materi pembelajaran bahasa indonesia di SD mencakup : pelajaran membaca, menulis

sambung, dan membuat karangan singkat. Pembelajaran bahasa di SD sangat memerlukan metode-

metode yang aplikatip dan menarik, agar anak terus betah mempelajari bahasa Indonesis sebagai bahasa

kedua setelah bahasa ibu. Sejalan dengan karakter usia anak SD yang masih suka bermain, berkhayal,

peniru dan selalu ingin tahu.

Pelajaran bahasa Indonesia di sekolah bagi kebanyakan para siswa dianggap sebagai salah

satu palajaran yang mudah, akan tetapi kalau tidak bervariasi dan kurang menarik dalam pengajarannya

maka akan menimbulkan kebosanan. Karena itu bagaimana mengajarkan bahasa Indonesia kepada siswa

khususnya siswa SD :
1. di kelas 1 dan 2 SD biasanya tulisan siswa masih cenderung kurang baik, maka guru

hendaknya banyak melatih siswa menulis tegak bersambung dengan benar.

2. di kelas 1 dan 2 SD sebaiknya pelajaran ditekankan pada bentuk tulisan, membaca, dan

memahami arti kata. Kalau siswa sudah mampu memahami arti kosa kata yang cukup

banyak dan bisa membuat kalimat-kalimat sendiri maka siswa tersebut baru diajarkan

membuat karangan-karangan singkat.

3. pembelajaran hendaknya bervariasi supaya tidak membosankan siswa.Pembelajaran bisa

melalui percakapan, menulis puisi, bercerita, bermain drama, berpantun, berpidato, dan

4. membaca. Kalau perlu sekali-sekali diadakan kegiatan panggung di sekolah atau

dilombakan agar siswa terlati untuk berani tampil dan percaya diri.

5. metode pembelajaran dengan mengkombinasikan permainan karena usia anak SD

biasanya masih suka bermain.

6. mengembangkan buku-buku bacaan yang mendukung pengembangan minat baca,

menulis, dan aspresiasi sastra.

7. membiasakan siswa berkunjung rutin ke perpustakaan sekolah untuk membaca dan

meminjam buku-buku yang bermanfaat sekaligus menambah wawasan keilmuanya.


SASTRA ANAK DALAM KURIKULUM SEKOLAH DASAR:
MENEGOSIASIKAN IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Dipilihnya suatu cerita untuk dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, mencerminkan sebuah restu yang
diberikan bagi cerita tersebut, untuk bisa mewakili sebuah identitas bangsa kepada anak bangsa. Sebuah
cerita, terutama cerita yang dipilih untuk kurikulum sekolah, tidak pernah murni merupakan penceritaan
kembali dari cerita aslinya. Cerita versi buku sekolah adalah subjek dari metanaratif pada kurun waktu
tertentu, rezim, dan kekuasaan tertentu yang telah disesuaikan isinya untuk menyuarakan ideologi bangsa.
Makalah ini membahas cerita naratif yang terpilih untuk dimasukkan ke dalam buku pegangan Sekolah
Dasar di Indonesia. Nilai-nilai bangsa apa yang dinegosiasikan lewat cerita-cerita tersebut? Kata Kunci:
Peraturan Pemerintah tentang buku pelajaran, buku pelajaran Bahasa Indonesia, cerita anak, identitas
nasional.PendahuluanPantaleo (2001) dan Johnston (2000, 2001) mengemukakan bahwa karya sastra
merupakan medium utama untuk menegosiasikan identitas sebuah bangsa. Oleh karenanya, lewat cerita
anak pula identitas nasional dan budaya suatu bangsa dinegosiasikan. Mottier (1999) juga menyebutkan
bahwa sejak 150 tahun yang lalu di Swiss, cerita naratif berperan dalam pembentukan kesatuan dan
identitas nasional. Bagi anak-anak, ruang kelas adalah tempat dimana negosiasi akan identitas ini
dimulai. Dalam History of Ideas Vol. 1 disebutkan bahwa pembentukan identitas Amerika juga dimulai
dari kurikulum sekolah. Sebelum dimulainya gerakan ”Amerikanisasi” pada tahun 1915, para pendidik
telah mulai memikirkan mengadopsi kurikulum tertentu yang ditujukan untuk meng- ”Amerikanisasi”
para imigran. Sepanjang sejarah, identitas dibentuk dan direkonstruksi serta ditransformasikan melalui
institusi-institusi semacam sekolah. Berkaitan dengan pemilihan cerita bagi kurikulum sekolah, Apple
(1986) menegaskan bahwa budaya dan agenda penguasa atau pemerintah yang menentukan cerita apa
yang dianggap penting untuk disampaikan dalam setting sekolah. Pensosialisasian budaya dan agenda
tersebut terjadi di sekolah. Sekolah telah menjadi sebuah tempat yang diinstutisionalkan, yang didesain
khusus untuk mendidik anak. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mengajarkan sikap dan
pandangan tertentu yang dianggap penting bagi masyarakat, budaya, dan bangsa. Citraningtyas (2004)
menemukan sedikitnya tiga perbedaan yang mendasar pada cerita rakyat Malin Kundang yang dikemas
untuk buku pegangan Sekolah Dasar kurikulum 1994, bila dibandingkan dengan cerita rakyat yang sama
yang beredar di pasaran. Versi Malin Kundang yang digunakan dalam buku Sekolah Dasar diberi judul
Malin Kundang Si Anak Durhaka. Modifikasi judul ini mempunyai dampak yang kuat, karena akan
mengkatifkan schemata yang berbeda. Dengan didasarkan pada berbagai macam skemata, seseorang bisa
melakukan penilaian terhadap seseorang, dalam hal ini si Malin. Namun dengan penambahan ”Si Anak
Durhaka”, kebebasan untuk memberi penilaian ini menjadi hilang karena telah diambil alih oleh teks itu
sendiri. Siswa tidak lagi mendapat kesempatan lain kecuali untuk mengaktifkan schemata bahwa Malin
adalah anak durhaka. Versi Malin Kundang yang dikemas untuk Sekolah Dasar juga melibatkan Tuhan
dalam mengutuk Malin. Bahkan ibu Malin tidak menyebutkan bahwa ia mengutuk Malin menjadi batu.
Melainkan, sang ibu hanya memohon kepada Tuhan agar menghukum Malin, dan Malin menjadi batu.
Hukuman seolah-olah berasal langsung dari Tuhan, dan ini memperkuat fungsi cerita ini dalam
mengontrol tingkah laku anak. Selanjutnya, versi Malin Kundang dalam buku Sekolah Dasar
menampilkan sang ibu yang tidak berdaya. Sebelum merantau, Malin adalah tulang punggung keluarga
yang merawat sang ibu yang selalu sakit-sakitan. Perubahan peran Malin dan sang ibu pada versi ini
mencerminkan pengakuan peran gender pada bangsa ini. Meskipun harus tetap dihormati, sang ibu tidak
dalam posisi sebagai pencari nafkah utama.Perbedaan mendasar ini menegaskan bahwa cerita yang
diberikan di sekolah, berbeda dengan cerita yang tersedia secara bebas di luar sekolah. Cerita versi
sekolah digunakan untuk menegosiasikan dan membentuk siswa menjadi warga negara Indonesia sejati.
Siswa belajar untuk menerima nilai-nilai tersebut dan kemudian membawa nilai-nilai tersebut ketika
mereka menjadi anggota masyarakat. Seperti yang terjadi di banyak negara lain, pemakaian buku
pelajaran sekolah di Indonesia juga diatur oleh pemerintah. Dalam hal ini, peraturan terbaru yang
mengatur tentang pemakaian dan pengadaan buku pelajaran sekolah adalah Peraturan Mendiknas
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Pada pasal 1 peraturan tersebut
dikatakan:Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi
pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian,
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik
dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.Dengan adanya peraturan
Mendiknas seperti tersebut di atas, jelaslah bahwa buku pelajaran sekolah di Indonesia bukanlah buku
yang kebetulan dipilih oleh sekolah maupun guru. Buku pelajaran sekolah adalah buku yang telah
dirancang sedemikian rupa sehingga materi, isi, pesan serta formatnya telah memenuhi persyaratan yang
dicanangkan oleh pemerintah.Buku apa yang dipergunakan pada pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat
Sekolah Dasar di Indonesia, dan cerita apa yang disediakan untuk dibaca oleh anak Indonesia di sekolah
mencerminkan nilai-nilai yang direstui oleh bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, pemilihan
buku pelajaran dan cerita yang tercantum di dalamnya tidak pernah merupakan suatu kebetulan. Perlu
diteliti agenda apa yang dicanangkan pemerintah sehingga menyetujui penggunaan buku-buku dan cerita-
cerita tersebut.Makalah ini bertujuan untuk mendata jenis cerita yang direstui oleh negara untuk
dimasukkan ke dalam buku acuan pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dalam kurikulum nasional
yang terbaru. Kemudian dilakukan analisis terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam cerita-cerita
terpilih tersebut. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut dianalisis untuk menentukan
kaitannya dalam pembentukan identitas bangsa Indonesia. Materi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar kelas 1 – 6 yang beredar di pasaran. Buku yang
dipilih adalah yang sesuai dengan Peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005
tentang Buku Teks Pelajaran, dan yang isinya sesuai dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
2006. Buku-buku tersebut ditandai dengan label ”KTSP 2006”, merupakan buku teks, dan bukan buku
kumpulan soal. Buku-buku yang dipakai dalam penelitian ini adalah buku-buku terbitan Tiga Serangkai,
Yudhistira, Erlangga, Grasindo, dan ESIS.Dari hasil pengamatan peneliti, tercatat ada 505 cerita, puisi
dan drama yang terdapat dalam buku pegangan Bahasa Indonesia yang diteliti. Jumlah ini termasuk cukup
besar jika dibandingkan dengan jumlah cerita dalam program kurikulum sebelumnya. Hal ini
menggembirakan, karena setidaknya, siswa Sekolah Dasar di Indonesia, mendapat eksposisi yang baik
terhadap cerita, puisi dan drama. Namun kita tidak boleh terlalu bergembira sehingga kita terlena
olehnya. Meskipun dari segi jumlah, eksposisi terhadap cerita anak sudah cukup menggembirakan,
perlakuan terhadap cerita tersebut, masih tidak mendorong anak untuk mencintai sastra. Misalnya saja,
siswa kelas 1 SD diminta untuk mengisi titik-titik dalam puisi; dan siswa kelas 5 SD diminta untuk
menulis puisi sesuai contoh.Genre Cerita Anak dalam KurikulumSeperti juga karya sastra untuk kaum
dewasa, karya sastra untuk anak juga dibagi dalam berbagai genre. Genre sastra anak antara lain adalah:
fantasi, cerita tradisional, cerita realisme, fiksi ilmiah (science fiction), cerita non-fiksi, puisi. Cerita-
cerita anak yang terdapat dalam buku teks sekolah yang diteliti, dapat dibagi dalam lima genre. Cerita-
cerita tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:1. Cerita Tradisional (Fabel dan Cerita Rakyat)2.
Cerita Rekaan Anak3. Cerita Real4. Puisi5. DramaJenis cerita tradisional yang terdapat dalam buku
teks sekolah dasar yang diteliti adalah jenis Fabel dan Cerita Rakyat. Kedua jenis cerita ini memiliki
banyak kemiripan dalam hal penokohan, latar dan tema. Pada uimumnya penokohan dalam fabel dan
cerita rakyat bersifat ‘datar (flat)’ atau memiliki satu sifat atau karakteristik yang datar dan tidak berubah
sampai akhir cerita. Tokoh yang baik dan tokoh yang jahat sangat mudah diidentifikasi. Dari fabel dan
cerita rakyat, kita juga mengenal berbagai stereotipe tokoh. Misalnya, tokoh ibu tiri yang selalu jahat dan
buruk rupa, kancil yang senantiasa cerdik, putri raja yang cantik jelita, dan pangeran yang gagah
perkasa.Latar cerita rakyat dan fabel merupakan latar ’backdrop’, yang artinya bahwa alur cerita ini tidak
akan berubah seandainya latar cerita berubah. Oleh karena itu, suatu cerita berlatar backdrop bersifat
fleksibel, luwes, tidak terpaku pada satu masa dan tempat. Baik latar waktu maupun latar tempat dalam
fabel dan cerita rakyat biasanya berupa latar backdrop: ”Pada suatu hari.......”, ”Pada suatu masa......”,
”Once upon a time......”. Cerita yang berlatar backdrop seperti ini bisa terjadi di mana saja dan kapan
saja.Tema dalam fabel dan cerita rakyat, sama-sama bersifat didaktis. Fabel, yang menggunakan tokoh
binatang, merupakan cerita yang secara jelas mengajarkan moral. Moral cerita tersebut biasanya
dinyatakan secara jelas, seperti misalnya dalam fabel berjudul Bangau yang Serakah, atau Tidak
Membalas Budi ditulis ”siapa bersalah harus mendapat hukuman” pada akhir cerita. Pesan moral sangat
jelas terbaca dari judul dan akhir cerita. Unsur didaktis ini juga jelas terlihat dalam cerita rakyat, baik
secara implisit maupun eksplisit. Apabila pesan moral dalam cerita rakyat tidak secara ekspilisit tertulis,
penulis seringkali mencantumkan pesan moral cerita di akhir cerita.Selain cerita tradisional, jenis cerita
yang terdapat dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah cerita rekaan. Meskipun
cerita rekaan seharusnya lebih bervariasi dalam hal penokohan, latar dan tema dibandingkan dalam fabel
dan cerita rakyat, namun cerita rekaan yang dimuat dalam buku pegangan siswa Sekolah Dasar di
Indonesia, adalah cerita-cerita yang sarat memuat pesan moral. Cerita anak memang sarat dengan pesan
moral. Riris K. Sarumpaet (2002) yang mengamati cerita anak yang terbit di Indonesia pada tahun 1998
menemukan bahwa hampir semua buku cerita anak tersebut memuat pesan moral yang mengarah pada
pembentukan manusia Pancasilais sesuai yang digariskan dalam P4. Cerita-cerita tersebut sangat kentara
memuat tema-tema yang dicanangkan pemerintah seperti tema anti komunisme seperti yang dicanangkan
pada Sila Pertama Pancasila; atau pentingnya transmigrasi supaya seluruh daerah di Indonesia mencapai
keadilan sosial yang merata seperti yang dinyatakan pada Sila Kelima Pancasila. Contoh-contoh ini
membuktikan betapa cerita anak sangat rawan digunakan sebagai kendaraan moral. Maman S. Mahayana
(2005) juga mengamati dan mengkhawatirkan kecenderungan sastra yang terbawa hasrat terlalu besar
untuk mendidik dan mengabaikan nilai estetika kesastraan. Alison Halliday (1996) menyebutkan hal
yang menarik tentang kontrol terhadap anak. ”Anak-anak memang dilahirkan, namun masa kanak-kanak
dikonstruksikan.” Peristiwa kelahiran seorang anak memang terjadi secara alamiah, namun masa kanak-
kanak selalu merupakan produk dari tuntutan sosial yang kompleks. Biasanya orang tua yang berusaha
mengkonstruksikan kembali pengalaman masa lalu mereka sendiri dan menempanya bersama dengan
ekspektansi ideal mereka bagi anak-anak, kemudian membentuk konsep ideal mereka tentang masa
kanak-kanak. Seorang anak yang baru terlahir ke dunia tanpa daya akan otomatis mendapatkan paket
yang disodorkan oleh orang dewasa itu, dan tidak bisa menolaknya.Sebagai kelompok marginal dalam
masyarakat kita, anak-anak tidak pernah diletakkan pada posisi sentral. Seringkali, menurut Patricia
Holland, anak-anak adalah objek kekuasaan dan kepuasan. Dalam bukunya What is A Child (1992),
Holland menulis ”tatapan kita mematrikan anak-anak dalam posisinya, menyesuaikan gambaran mereka
untuk memenuhi pola yang diinginkan” (hal. 16). Memang benar bahwa posisi anak-anak selalu
ditentukan oleh orang dewasa. Anak-anak dibentuk dan sering didikte untuk menjadi individu sesuai
keinginan orang tua. Dengan justifikasi bahwa anak-anak masih membutuhkan bimbingan, berbagai
macam kontrol terhadap anak dianggap lumrah. Kontrol terhadap anak ini tercermin pada kentalnya nilai
didaktis pada narasi yang disediakan bagi anak Sekolah Dasar di Indonesia, lewat buku pegangan wajib
mereka. Nilai didaktis apa saja yang diajarkan melalui cerita yang dimuat dalam buku pelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar di Indonesia? Nilai-nilai didaktis umum seperti ajakan untuk menabung, nasihat
untuk membantu orang tua, imbauan untuk menghormati sesama, ajaran untuk makan makanan bergizi,
dan didikan untuk berbudi pekerti memang terdapat dalam cerita-cerita yang dimuat. Namun makalah ini
ingin menyoroti dua tema utama penting yang diajarkan di sana, yakni murka golongan yang kuat dan
kebersihan. Murka Golongan yang KuatCerita bertemakan murka seseorang yang kuat banyak terdapat
pada cerita yang dikemas dalam buku pegangan Sekolah Dasar. Dalam "Air Mata Kasih Sang Putri"
(Ayo Belajar Bahasa Indonesia Kelas 5, hal. 71), diceritakan tentang seorang raja yang mengutuk tujuh
anak lelakinya karena tidak mematuhi perintah sang ayah. ”Mereka terlalu banyak bermain dan tidak
disiplin”, alasan sang raja. Dalam "Asal Mula Pohon Kelapa" (Bahasa Indonesia kelas 3, hal 106)
diceritakan tentang seorang laki-laki yang dikutuk menjadi pohon kelapa oleh petapa sakti karena tidak
mematuhi pesan petapa sakti untuk tidak membuka kotak hijau. Cerita-cerita semacam ini berpusat pada
persoalan kewajiban dan ketaatan pada figur otoritas. Dalam masyarakat Indonesia, kutukan adalah
tindakan disipliner yang sering dilakukan, dan sering dimanifestasikan dalam banyak cerita rakyat asal
Indonesia. Kita tentu mengenal cerita Malin Kundang, Tangkuban Perahu, Roro Jonggrang yang
berakhir dengan kutukan. Selain kutukan yang banyak terdapat pada cerita wayang, Citraningtyas (2004)
juga mencatat ada 12 cerita rakyat Indonesia yang bertema kutukan seperti yang terjadi pada Malin
Kundang. Dampak kutukan Malin Kundang ini sangat kuat terasa di Indonesia, sampai-sampai seorang
ibu muda pernah menulis dalam kolom Psikologi Kompas bahwa ia telah dikutuk oleh ibunya. Dan sejak
itu, hidupnya merana.Kutukan sangat erat berhubungan dengan kekuasaan. Meskipun setiap orang bisa
saja mengutuk, namun kekuatan sebuah kutukan ditentukan oleh hirarki superioritas. Hanya mereka yang
memiliki kekuatan, baik spiritual, fisik, militer, jurisdikal ataupun parental yang dianggap mampu
memberikan kutukan. Oleh karenanya, sosok ayah yang juga raja dan juga sosok petapa sakti dalam
kedua cerita di atas, sangat memenuhi syarat sebagai sosok yang bisa mengutuk karena mereka adalah
representasi dari figur otoritas.Dalam "Gunung Kelud Meletus" (Aku Cinta Bahasa Indonesia 1B),
diceritakan bahwa apabila Gunung Kelud meletus, itu berarti Lembusura sedang murka. Tujuan utama
cerita ini juga untuk menekankan kepatuhan pada sosok otoritas. Lembusura adalah representasi dari
figur otoritas tersebut, yang tidak boleh dibuat murka agar Gunung Kelud tidak meletus. Diana Mitchell
(2003) mengatakan bahwa anak-anak menganggap serius apa yang tertulis dalam buku. Mereka percaya
bahwa buku berisikan kebenaran. Apabila mereka membaca tentang anjing dan kucing yang menjadi
binatang piaraan, mereka akan menerima kedua binatang tersebut sebagai binatang yang normal dijadikan
binatang piaraan. Apabila mereka hanya membaca tentang ibu tiri yang jahat, maka mereka akan percaya
bahwa semua ibu tiri adalah jahat. Apabila mereka membaca bahwa hanya orang kulit putih yang
menjadi tokoh penting, anak-anak akan menginternalisasi hal tersebut. Oleh karenanya, dari cerita narasi,
anak-anak mempelajari tingkah laku dan konsep yang dianggap benar dalam masyarakat. Terutama
apabila cerita tersebut diajarkan di sekolah. Cerita tentang murka golongan kuat ini mengajarkan kepada
anak-anak Indonesia untuk secara total patuh dan tunduk pada otoritas, apabila tidak ingin mendapat
kutukan dan hukuman yang setimpal. Figur otoritas juga perlu dijaga supaya tidak murka agar tidak
terjadi bencana besar, bak gunung yang meletus. Anak-anak Indonesia tumbuh dengan pemahaman
bahwa sah apabila penguasa dan golongan yang kuat melancarkan kutukan kepada golongan yang
lemah.KebersihanDalam cerita yang dimuat pada buku Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, tema
kebersihan rupanya menjadi perhatian serius. Tema kebersihan juga menjadi tema wajib bagi tiap jenjang
kelas.Dalam cerita berjudul Lingkungan Rumah Rima, misalnya, ditulis tentang pentingnya memiliki
lingkungan yang bersih Selokan mereka bersihkan. Jalan pun tak lupa mereka bersihkan. Rima senang
melihat lingkungan rumahnya. Rima betah tinggal di sana.(Ayo Belajar Berbahasa Indonesia 1B, hal
49).Dalam sebuah cerita rekaan lain, yang berjudul "Ulang Tahun Bu Guru", yang panjangnya hanya tiga
paragraf, diselipkan pula pesan moral tentang kebersihan sebagai berikut:Tak berapa lama kemudian,
kelas tampak indah dan bersih. Sungguh sedap dipandang mata. Anak-anak merasa puas. (Bahasa Kita
Bahasa Indonesia 3A, hal. 124).Masih banyak cerita yang mendidik anak untuk hidup bersih. Dalam
buku Bahasa Indonesia Untuk SD dan MI Kelas 2 terbitan Grasindo saja, terdapat sedikitnya delapan
cerita yang menekankan pentingnya kebersihan:1. Judul: Rumahku yang Nyaman Pesan Kebersihan:
Lingkungan di dalam rumahku yang tertata rapi dan bersih, ….. Aku membersihkannya setiap hari.2.
Judul: Hidup yang Bersih Pesan Kebersihan: Keseluruhan tema.3. Judul: Kerja Bakti Pesan
Kebersihan: Hari ini seluruh warga membersihkan lingkungan. 4. Judul: Tempat Umum Pesan
Kebersihan: Di tempat umum kita juga harus menjaga kebersihan. 5. Judul: Kerja Bakti Pesan
Kebersihan: Kami sekeluarga sangat senang melihat rumah dan lingkungan bersih, indah, dan rapi. 6.
Judul: Kerja Bakti Pesan Kebersihan: Got di depan rumah dibersihkan agar air mengalir.... Setelah got
bersih, mereka membersihkan halaman..... dalam rumah juga dibersihkan. 7. Judul: Pergi Memancing
Pesan Kebersihan: Sungai yang sekarang airnya kotor oleh sampah dan limbah yang dibuang di sungai.8.
Judul: Makanan yang Menyehatkan Pesan Kebersihan: Minggu pagi yang cerah, Pak Mardi, Bu Sri,
Yanto, dan Tita sudah selesai membersihkan rumah dan halamannya. Setelah itu, mereka mencuci kaki
dan tangan, lalu mereka makan bersama.Kebersihan tampaknya menjadi fokus penting bagi identitas kita
sebagai bangsa. Kita ingin menjadi bangsa yang bersih secara lahiriah, maupun batiniah. Kebersihan
lahiriah sering diartikan sebagai pencerminan dari kebersihan batiniah sehingga sangat perlu
diusahakan.Konstruksi identitas bangsa melalui diskursus kebersihan bukanlah hal yang asing. Banyak
negara juga menerapkan hal serupa. Pada abad 19 Romania, diskursus kebersihan dipakai untuk
merekonstruksi identitas wanita Romania. Pada zaman perbudakan, bangsa Amerika juga
mengidentifikasikan warganya melalui konsep kebersihan. Warga kulit hitam dengan kekotoran dan
kejorokan; ketidakbersihan. Sedangkan warga kulit putih diidentifikasikan dengan segala hal yang
bersih dan indah. Di Indonesia, menjadi bangsa yang bersih adalah merupakan cita-cita bersama: bersih
dari narkoba; bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme; bersih dari terorisme; bersih dari tindakan-
tindakan asusila.Dalam cerita-cerita bertemakan kebersihan dalam buku sekolah dasar ini, ruang privat
diletakkan berhadap-hadapan langsung dengan kontrol publik. Hari ini seluruh warga membersihkan
lingkungan. Got di depan rumah dibersihkan..... setelah got bersih, mereka membersihkan halaman.......
dalam rumah juga dibersihkan.Kerja bakti adalah kegiatan publik bersama. Seluruh warga terlibat di
dalamnya. Dalam cerita tersebut di atas, tampak bahwa kegiatan bersama membersihkan ruang publik ini
kemudian bergeser ke ruang privat, yakni membersihkan halaman, dan kemudian dalam rumah. Kontrol
publik dalam kegiatan kerja bakti ini merambah pula wilayah privat. Hal ini bisa diartikan sebagai restu
yang diberikan kepada publik untuk mengontrol wilayah privat warga masyarakat. Publik diperbolehkan,
bahkan didorong untuk ikut bersama-sama membersihkan ruang privat warga masyarakat yang dianggap
tidak bersih. Sehingga seorang warga yang didapati melakukan tindakan asusila, misalnya, perlu
mendapat perhatian dan kontrol dari publik. Akibatnya, pelaku tindak asusila pun bisa mendapat sanksi
publik.Sebagai kegiatan publik bersama, kerja bakti sudah mulai ditinggalkan oleh bangsa Indonesia,
terutama yang tinggal di kota besar. Dari eksposisi topik Kerja Bakti ini, tampaknya pemerintah ingin
menggalakkan kembali kegiatan bekerja bakti. Hal ini tampak pada penekanan topik kerja bakti: dalam
buku pelajaran kelas 2 di atas kita catat ada tiga cerita berjudul "Kerja Bakti" dalam satu buku dan tema
pembahasan; dalam buku pelajaran kelas 3 tercatat ada dua cerita berjudul Kerja Bakti dalam satu buku.
Dengan menggalakkan kembali kegiatan bekerja bakti, terselip imbauan akan kembalinya kontrol dari
publik kedalam ruang-ruang privat keluarga Indonesia. KesimpulanPenelitian ini menemukan bahwa
cerita-cerita yang disajikan dalam Buku Pegangan Bahasa Indonesia, sarat dengan agenda didaktis.
Agenda didaktis yang terlalu mencengkeram ini sangat disayangkan, karena akan menjauhkan generasi
muda dari menikmati sastra. Bagi orang dewasa, sastra adalah untuk dinikmati. Kita tidak akan
melanjutkan membaca sebuah karya apabila kita tidak bisa menikmatinya. Namun mengapa kita abaikan
perasaan ini ketika menyuruh anak membaca sastra? Padahal, Hancock (2000) mendefinisikan sastra
anak sebagai karya sastra yang ”appeals to the interests, needs, reading preferences of children, and that
captures children as its major audience” (hal. 5). Mengapa kita rampas hak ini dari anak? Beberapa
agenda didaktis yang penting adalah topik murka golongan yang kuat dan topik tentang kebersihan
menjadi topik penting yang dimanifestasikan lewat cerita-cerita sekolah. Topik murka golongan yang
kuat seolah hendak mewariskan nilai bahwa murka dan kutuk adalah hak bagi golongan yang kuat.
Bahwa golongan lemah, yang diwakili oleh anak-anak, perlu mematuhi segala perintah golongan yang
kuat untuk menghindarkan diri dari kutukan tersebut. Bahwa golongan lemah perlu menjaga sikap
sedemikian rupa, sehingga golongan yang kuat tidak murka dan mengakibatkan bencana. Topik
kebersihan seolah hendak menghimbau kembali untuk menggalakkan kerja bakti, yang memberikan
kemungkinan bagi publik untuk mengontrol ruang privat warga negara.Pertanyaannya untuk kita adalah,
benarkah kita sependapat bahwa kedua topik tersebut masih tepat untuk diwariskan kepada generasi muda
bangsa ini? Menurut Mitchell (2003), cerita memvalidasi anak-anak bahwa hidup mereka normal dan
bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat dan budaya mereka. Melalui sastra, anak-anak diajarkan
pada nilai-nilai luhur budaya mereka. Inikah nilai-nilai luhur yang ingin kita wariskan? Daftar Pustaka
Apple, M. 1986. Teachers and Texts: A Political Economy of Class and Gender Relations in Education.
New York: Routledge & Kegan Paul.Bottingheimer, R., ed. 1987. Grimm’s Bad Girls and Bold Boys:
The Moral and Social Vision of the Tales. New Haven: Yale University Press.Butts, D. (ed). 1992.
Stories and Society: Children’s Literature in ITs Social Context. London: Macmillan.Citraningtyas, C.
E. 2004 Breaking a Curse Silence: Malin Kundang and Transactional Approaches to Reading in
Indonesian Classrooms – an Empirical Study. Unpublished thesis. Sydney: Macquarie University.
Sydney.Hancock, M. R. 2000. A Celebration of Literature and Response: Children, Books, and Teachers
in K-8 Classrooms. New Jersey: Prentice Hall, Inc.Halliday, A. 1996. “Parallel Ideologies: An
Exploration of the Ideologies of Childhood and Poetry”, Papers: Explorations into Children’s
Literature. . 6,1, 20-30.Holland, P. 1992. What is a Child? London: Virago.Johnston, I. 2000.
“Literature and School Studies: Exploring the Hyphenated Spaces of Canadian Identity.” Canadian
Social Studies 35.1.Mahayana, Maman. 2005. 9 Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik.
Bening Publishing, Jakarta.Meek, M. ed. 2001. Children’s Literature and National Identity. Stoke on
Trent. Trentham Books.Mitchell, D. 2003. Children’s Literature: An Invitation to the World. Boston:
Pearson Education.Pantaleo, S. 2001. “Exploring Canadian Identity through Canadian Children’s
Literature”. Reading Online 5.2.Sarumpaet, R.K. 2002. “Sastra dan anak: Penjajah dan Taklukannya.”
Bahasastra: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. 17.1 : 47 – 62.

[ Kembali ]
Pemecahan Masalah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Untuk mengatasi masalah siswa yang tidak bersemangat/tidak berminat saat pelajaran Bahasa
Indonesia ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah guru harus meneliti kembali, apa penyebab
siswa tidak bersemangat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, apakah karena pembelajaran yang
monoton, tidak bervariasi sehingga anak bosan dan jenuh mengikuti pelajaran. Jika benar itu
penyebabnya, maka guru harus memperbaiki diri, mengubah pola pembelajaran yang membosankan
tersebut. Guru perlu merancang kembali pembelajaran yang lebih menarik, membangkitkan rasa ingin
tahu pada diri anak, mendorong anak menjadi lebih aktif, meningkatkan kreativitas anak dan lain-lain.
Guru juga dapat menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu, menerapkan model-model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai dengan karakteristik anak. Untuk
mendukung hal tersebut guru perlu memperdalam/menambah pengetahuannya dan memperluas
wawasannya baik tentang profesi keguruan maupu tentang pengetahuan lainnya

Untuk meningkatkan minat dan semangat siswa, guru perlu menggunakan media sebagai alat bantu
dalam pembelajaran. Media dapat mengkonkritkan sesuatu yang abstrak, karena tingkat/tahap berpikir
anak SD masih dalam tahap berpikir konkrit, terlebih bagi siswa kelas rendah (kelas 1, 2 dan 3) anak
belum dapat memahami sesuatu yang tidak ada di depan matanya (abstrak)

Hal lain yang dapat mendorong anak aktif dalam pembelajaran adalah suasana kelas yang hangat,
dalam arti harmonis dan penuh kekeluargaan, sehingga anak merasa nyaman dalam pembelajaran,
tidak ada perasaan takut dan tegang terhadap guru, untuk itu guru perlu bersikap ramah dan bijaksana,
jangan menjadi guru yang Killer, otoriter merasa paling benar dan tidak mau dikritik. Kecuali itu,
guru harus menciptakan komunikasi tiga arah yaitu guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa
dengan siswa agar semua siswa turut aktif dalam pembelajaran

Untuk meningkatkan keterampilan berbicara, siswa perlu diberi banyak latihan, misalnya diberi
kesempatan bertanya, lebih sering disuruh maju ke depan kelas untuk membaca puisi, bermain drama
dan lain-lain. Hal tersebut dimaksudkan melatih mental para siswa agar berani tampil di depan kelas.
Kalau mental siswa sudah bagus tinggal membimbing dan membina kemampuan dan keterampilan
siswa dalam berbicara. Pada umumnya, keterampilan berbicara seseorang didukung oleh pengetahuan
dan wawasan yang ia miliki, terkadang seseorang bingung apa yang harus ia ungkapkan dan bicarakan
karena tidak adanya pengetahuan yang ia miliki. Oleh karena itu, untuk meningkatkan keterampilan
berbicara, siswa perlu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan sehingga siswa dapat
berbicara dengan baik. Kegiatan pembelajaran dalam bentuk diskusi juga turut membantu melatih
latihan siswa untuk mengemukakan pendapatnya, sanggahan, alasan dan argumentasi secara lisan.

Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dikalangan siswa masih kurang, khususnya pada
saat pembelajaran Bahasa Indonesia, hal ini disebabkan karena kurangnya kosakata Bahasa Indonesia
yang dimiliki anak, kebiasaan siswa menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari masih
terbawa kedalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa perlu dibiasakan untuk
menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar saat pembelajaran, siswa harus lebih banyak
membuka kamus Bahasa Indonesia untuk mempelajari kosakata Bahasa Indonesia agar dapat
menggunakan pilihan kata yang tepat. Selain itu untuk melatih kemampuan siswa dalam berbahasa
Indonesia, alangkah lebih bagusnya kalau siswa banyak mendengarkan berita-berita dan pidato-pidato
berbahasa Indonesia sehingga telinga anak terbiasa mendengar lafal-lafal yang tepat dalam Bahasa
Indonesia

Hal lain yang tidak kalah penting, guru harus menegur anak yang melakukan kesalahan-dalam
berbahasa Indonesia, jika tidak ditegur maka siswa akan terbiasa dengan kesalahan tersebut tanpa ia
sadari kalau apa yang ia ucakan itu kurang tepat dalam berbahasa Indonesia. Untuk itu guru perlu
memiliki pengetahuan tentang pengguanaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Anda mungkin juga menyukai