Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Tentang Qashash Al-Quran”

Disusun untuk memnuhi tugas mata kuliah Ulumul Quran

Dosen pengampu: M. Aba Yazid, M.S.I

Disusun oleh:

1. Resnoto 4117273
2.

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat
rahmat, karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Nabi Muhammad Saw yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah. Penyusunan
makalah ini merupakan tugas mata kuliah Ulumul Quran di semester dua tahun akademik
2018/2019. Adapun maksud dan tujuan kami disini yaitu menyajikan beberapa hal yang
menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini membahas mengenai “Qashash Al-
Quran”. Makalah ini menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti untuk para pembaca.

Teriring ucapan terima kasih kepada bapak Muhamad Izza, MSI juga kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
diperlukan guna perbaikan dan meningkatkan kualitas makalah di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua.

Pekalongan, 9 Mei 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Pengertian Qashash Al-Quran ......................................................... 3


B. Tujuan Qashash Al-Quran ............................................................... 3
C. Macam-macam Qashash Al-Quran ................................................. 7
D. Faedah Qashash Al-Quran ............................................................... 9
E. Hikmah dalam Al-Quran ............................................................... 10
F. Perbedaan kisah dalam Alquran......................................................11
G. Pengaruh Qashash Al-Quran terhadap pendidikan..........................12

BAB III PENUTUP ................................................................................. 14

A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 15

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alquran merupakan kalam Allah SWT. Yang berisi petunjuk bagi


manusia. Ajaranya-ajaranya disampaikan secara variatif serta dikemas
sedemikian rupa. Ada yang berisi informasi, perintah dan larangan, dan ada juga
yang dimodifikasi dalam bentuk diskritif kisah-kisah yang mengandung ibrah
yanag dikenal dengan kisah-kisah dalam Al-Quran. Tuntunan dalam Alquran
adakalanya disampaikan melalui kisah-kisah dengan tujuan untuk menjelaskan
bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bertahan terhadap
setiap bujukan untuk berbuat ingkar, serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah
dalam berdakwah.

Kisah Alquran yang benar telah membuktikan kondisi ini dalam uslub
arabi secara jelas dan menggambarkan dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu
kisah-kisah al-quran. Kisah-kisah dalam alquran tentu saja berbeda dengan cerita
atau dongeng lainya. Karena mempunyai karakteristik di dalamnya. Dalam
Alquran kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi
umat manusia yang senantiasa dapat menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan beberapa


hal yang akan menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu:

1) Pengertian Qashash Al-Quran


2) Tujuan dan macam-macam Qashash Al-Quran
3) Faedah dan hikmah dalam Qashash Al-Quran
4) Perbedaan Qashash Al-Quran
5) Pengaruh Qashash Al-Quran terhadap pendidikan

C. Tujuan penulisan Makalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1
1) Menambah wawasan kita tentang Qashash Al-quran
2) Menambah wawasan kita tentang tujuan dan macam-macam Qashash Al-Quran
3) Menambah wawasan kita tentang faedah dan hikmah dalam Qashash Al-Quran
4) Menambah wawasas kita tentang perbedaan dan pengaruh terhadap pendidikan

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Qashash Al-Qur’an


Lafadz “kisah” berasal dari bahasa arab qishshat jamaknya qishash yang
menurut Muhammad Ismail Ibrahim, berarti “Hikayat (dalam bentuk) prosa yang
panjang”.1
Sedangkan bentuk masdar dari qishash adalah qashash yang diartikan
“mengikuti jejak”, sebagaimana dalam Qs. Al-kahfi, 18:64,

‫صا‬ ِ َ ‫ار ت َد َّا عَ ل َ َٰى آ ث‬


َ َ ‫ار ِه َم ا ق‬
ً ‫ص‬ َ ِ‫ق َا َل َٰذ َ ل‬
ْ َ ‫ك َم ا كُ ن َّا ن َ بْغ ِ ۚ ف‬
Artinya : “ Musa berkata: ‘itulah (tempat) yang kita cari’, lalu keduanya kembali,
mengikuti jejak mereka semula. (Qs. Al-kahfi, 18:64)
Maksud “mengikuti jejak” dalam ayat tersebut adalah keduanya kembali
kebelakang untuk mencari tahu keadaan yang sebenarnya.2

Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan tentang hal-hal ihwal umat yang


telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa
lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak
setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan dengan cara yang menarik dan
sempurna.3

B. Tujuan Qashash Al-Qur’an


Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an baik yang menceritakan
tentang nabi-nabi maupun umat-umat terdahulu memiliki tujuan yang
fundamental. Setiap kejadian yang dikisahkan dalam Al-Qur’an mulai dari
kejadian yang biasa hingga luar biasa bertujuan mengajak manusia untuk
memikirkan dan mempelajari hikmah apa yang dapat diambil dari kejadian-
kejadian yang dikisahkan dalam al-Quran sehingga pada akhirnya akan membawa

1
Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an (Pemalang: PT. Nem, 2017), hlm. 231
2
Ibid., hlm. 232
3
Ibid.

3
manusia menuju rahmat Allah SWT. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya sebagai
berikut:4
1. Menegaskan Kenabian
Melalui wahyu, seseorang bisa disebut sebagai nabi dan dengan wahyu
tersebut syariat tuhan bisa diturunkan ke dunia, oleh karena itu wahyu
merupakan hal yang sentral bagi suatu kenabian dan sebuah syariat.
Kisah dalam Al-Qur’an telah menegaskan bahwa al-Quran adalah
wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dari Allah SWT
meskipun nabi Muhammad SAW tidak mengenal baca tulis bahasa arab.
Diceritakan dalam Qs. Yusuf, 12:2-3

َ‫سن‬ َ ‫ ن َْحن نَقص َعلَي َْك ا َ ْح‬٢ َ‫اِنَّآ أ َ ْنزَ ْل ٰنه ق ْر ٰانًا َع َربِيًّا لَّ َعلَّك ْم ت َ ْع ِقل ْون‬
َ ‫ص ِب َمآ ا َ ْو َح ْينَآ اِلَي َْك ٰه َذا ْالق ْر ٰانَ َوا ِْن ك ْن‬
َ‫ت ِم ْن قَ ْب ِله لَ ِمنَ ْال ٰغ ِف ِليْن‬ َ َ‫ْالق‬
ِ ‫ص‬
٣
Artinya: “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur’an
dengan bahasa arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini
kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah
termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (Qs. Yusuf, 12:2-3)
Serta dalam kisah Nabi Nuh as yang terdapat dalam Qs. Hud, 11:49,

َ ْ‫ت ت َعْ ل َ م َه ا أ َن‬


‫ت َو ََل‬ َ ْ‫ك َم ا ك ن‬ ِ ‫ك ِم ْن أ َن ْ ب َ ا ِء ال ْ غ َ ي ْ بِ ن‬
َ ْ‫وح ي َه ا إ ِ ل َ ي‬ َ ْ‫ت ِ ل‬
ْ ‫ك ِم ْن ق َ ب ْ ِل ٰه َ ذ َ ا ف َ ا‬
‫ص ب ِ ْر إ ِ َّن ال ْ ع َ ا ق ِ ب َ ة َ ل ِ لْ م ت َّق ِ ي َن‬ َ ‫ق َ ْو م‬

Artinya: “Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib


yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu
mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah;

4
Ibid., hlm. 232-236.

4
sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.”(Qs. Hud, 11:49)

2. Menegaskan Kesatuan Agama Samawi


Agama dan akidah yang dibawa para nabi dan rasul, dari nabi Adam
hingga Nabi Muhammad atau yang kita kenal dengan agama Samawi
merupakan agama yang bersal dari Allah dan telah ditegaskan memalui kisah
dalam Al-Qur’an seperti dalam Qs. Al-anbiya’, 21:48-92 yang mengisahkan
kejadian-kejadian pada zaman nabi terdahulu yang membawa agama tauhid.
Pada ayat 92 berbunyi:

ِ ‫إ ِ َّن ٰهَ ِذ هِ أ َّم ت ك ْم أ َّم ة ً َو‬


‫اح دَ ة ً َو أ َن َا َر ب ك ْم ف َ ا عْب د و ِن‬
Artinya: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua;
agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Qs. Al-
anbiya’, 21:92)
3. Menegaskan Akar Historis Islam
Dakwah risalah dalam Islam mempunyai relasi dengan risalah-risalah
yang dibawa para nabi sebelumnya dalam hal tujuan, konsep serta ajaran-
ajarannya. Risalah-risalah sebelumnya merupakan akar historis dari risalah
Islam, risalah ketuhanan yang memiliki kontinuitas sejarah manusia, memiliki
pembela, orang yang siap berkorban dan beriman pada-Nya.
4. Menegaskan Kesatuan Metode dan Gaya Dakwah Para Nabi
Gaya dakwah serta metode yang digunakan oleh para nabi itu satu.
Maksudnya adalah para nabi ketika menghadap kaumnya, faktor-faktor, sebab
serta fenomena yang mereka hadapi dalam dakwah itu serupa. Hal ini
ditegaskan oleh Al-Qur’an yang mana menegaskan kesamaaan para nabi
dalam keterlibatannya menghadapi berbagai persoalan.
Salah satu firman Allah dalam al-Qur’an yang menegaskan hal ini adalah
pada Qs. Az-Zukhruf, 43:6-7,

;7 ○‫; َيأْ ِت ِيه ْم ِم ْن نَ ِبي ِإ ََّّل كَانُوا ِب ِه َي ْستَه ِْزئُون‬6○‫َو َك ْم أَ ْر َس ْل َنا ِم ْن نَ ِبي ِفي ْاْلَ َّو ِلين‬

5
Artinya: “Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-
umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka
melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya,” (Qs. Az-zukhruf, 43:6-7)

5. Meneguhkan Hati Nabi Dan Kaum Mukmin


Allah berfirman dalam Qs. Hud, 11:120,

ۚ ‫ك‬ َ َ‫ن ث َب ِ ت ب ِ ِه ف َؤ ا د‬ ‫ك ِم ْن أ َنْ ب َ ا ِء الر س ِل َم ا‬ َ ْ‫َو ك ًًّّل ن َق ص عَ ل َ ي‬


‫َو ِذ ْك َر ٰى لِ لْ م ْؤ ِم ن ِ ي َن‬ ٌ ‫ك ف ِ ي ٰهَ ِذ هِ الْ َح ق َو َم ْو ِع ظَ ة‬ َ ‫َو َج ا َء‬
Artinya: “Dan semua kisah dari Rasul-Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu: dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.” (Qs.Hud, 11:120)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah meneguhkan hati Nabi Muhammad
serta mempengaruhi jiwa orang-orang yang beriman melalui kisah-kisah para
nabi dan rasul sebelumnya. Mempengaruhi jiwa orang-orang yang beriman,
dalam arti agar orang-orang mukmin dapat mengambil pelajaran dari kisah-
kisah yang terjadi pada kaum yang mendustakan nabinya. Dijelaskan pada
ayat selanjutnya Qs. Az-zukhruf, 43:8,

‫اْل َ َّو لِ ي َن‬


ْ ‫ض ٰى َم ث َل‬ ْ َ ‫ف َ أ َ ْه ل َ ْك ن َا أ َشَ دَّ ِم نْ ه ْم ب‬
َ ‫ط شً ا َو َم‬
Artinya: “Maka telah kami binasakan orang-orang yang lebih besar
kekuatannya dari mereka itu (musyrikin Mekkah) dan telah terdahulu
(tersebut dalam al-Qur’an) perumpamaan umat-umat masa dahulu.” (Qs. Az-
zukhruf, 43:8).
6. Menjelaskan Karunia Allah Atas Hamba-Hamba Pilihannya
Kisah-kisah para Nabi seperti Nabi Sulaiman, Nabi Dawud, Nabi Ibrahim,
Nabi Yusuf dan sebagainya, serta kisah hamba-hamba pilihan yang lain seperti
Maryam, Ashabul Kahfi dan sebagainya ditegaskan dalam kisah-kisah
tersebut karunia dari Allah dalam berbagai kesempatan. Dijelaskan dalam Qs.
Maryam, 19:58,

6
‫َّللا عَ ل َ يْ ِه ْم ِم َن ا ل ن َّ ب ِ ي ِ ي َن ِم ْن ذ ِر ي َّ ِة آ دَ َم‬َّ ‫ك ال َّ ِذ ي َن أ َنْ ع َ َم‬ َ ِ ‫أ و ٰل َ ئ‬
‫س َر ا ئ ِ ي َل َو ِم َّم ْن‬ َ ‫َو ِم َّم ْن َح َم لْ ن َا َم َع ن وح ٍ َو ِم ْن ذ ِر ي َّ ِة إ ِ ب َْر ا ِه‬
ْ ِ ‫يم َو إ‬
‫الر ْح ٰ َم ِن َخ ر وا س َّج دًا‬ َّ ‫هَ دَ يْ ن َا َو ا ْج ت َب َ يْ ن َا ۚ إ ِ ذ َ ا ت ت ْ ل َ ٰى عَ ل َ يْ ِه ْم آ ي َ ات‬
۩ ‫َو ب ِك ي ًّا‬
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh
Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami
angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-
orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan
ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Qs. Maryam, 19:58)
7. Menjelaskan Permusuhan Setan Atas Manusia
Penolakan iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam berujung pada janji
iblis bersama pengikut-pengikutnya yang akan menyesatkan Adam dan
keturunnya hingga hari kiamat. Sehingga sebagai keturunan Adam, harus
waspada akan tipu muslihat setan dalam menyesatkan manusia karena setan
adalah musuh yang sesungguhnya.
Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah, 2:168,

‫ض َح ًَّل ًَل طَ ي ِ ب ً ا َو ََل ت َت َّب ِ ع وا‬ ْ ‫ي َ ا أ َي َه ا ال ن َّ اس ك ل وا ِم َّم ا ف ِ ي‬


ِ ‫اْل َ ْر‬
‫ت ال شَّ يْ طَ ا ِن ۚ إ ِ ن َّ ه ل َ ك ْم عَ د ٌّو م ب ِ ي ٌن‬
ِ ‫خ ط َو ا‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;
karena sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Qs. Al-
Baqarah, 2:168)
C. Macam-Macam Qashash Al-Qur’an
Qashash Al-Qur’an dapat dibagi menjadi beberapa macam diantaranya yaitu:5
1. Dari segi waktu

5
Ibid., hlm. 238

7
Ditinjau dari segi waktu kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu:
a. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu contohnya:
1) Kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan
khalifah di bumi sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah, 2:30-
34.
2) Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagaimana yang
diungkapkan dalam QS. Al-furqan, 25:59 dan Qs. Qaf, 50:38.
3) Kisah tentang penciptaan Nabi Adam dan kehidupannnya ketika di
surga sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-A’raf, 7:11-25.
b. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini. Contohnya :
1) Kisah tentanng turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul
Qadar seperti diungkapkan dalam Qs. Al-Qadar, 97:1-5.
2) Kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin, atau
iblis seperti diungkapkan dalam Qs. Al-a’raf, 7:13-14.
c. Kisah gaib yang terjadi pada masa yang akan mendatang. Contohnya:
1) Kisah tentang akan datangnya kiamat seperti yang diungkapkan dalam
Qs. Al-Qariah, Qs, al-Zalzalah, dan lainnya.
2) Kisah tentang kehidupan orang-orang disurga dan di neraka seperti
yang diungkapakan dalam Qs. Al- Ghasyiah, Qs. Al-Kahfi, dan
lainnya.
2. Dari segi Materi
Ditinjau dari segi materi, kisah-kisah (Qashash dalam al-Qur’an) ada tiga
diantaranya:6
a. Kisah nabi-nabi (qashash al-anbiya’). Al-Qur’an mengandung cerita
tentang dakwah nabi dan mukjizat-mukjizat para rasul dan sikap umat-
umat yang menentang serta marhalah-marhalah dakwah dan
perkembangannya, disamping menerangkan akibat-akibat yang dihadapi
orang-orang mukmin dan golongan-golongan yang mendustakan, seperti

6
Prof, Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang, PT. Pustaka rizki
putra, 2010), hlm. 180.

8
kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad saw, dan lain-
lain.
b. Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan
orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, seperti kisah orang-
orang yang pergi dari kampung halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya
karena takut mati dan seperti kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam,
Ashab al-Kahfi, Zulkarnain, qarun dan Ashhabus sabti, Maryam, dan lain-
lain.
c. Kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa
Rasulullah saw., seperti perang Badar dan Uhud yang diterangkan dalam
surat Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk yang diterangkan dalam surat
Attaubah, perang Ahzab yang diterangkan dalam surat Al-Ahzab dan
Hujrah serta Isra’ dan lain-lain.

D. Faedah Qashash Al-Qur’an


1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok
syariat yang dibawa oleh para nabi. Allah berfirman:7

َ ‫وح ي إ ِ ل َ يْ ِه أ َن َّ ه ََل إ ِ ٰل َ ه‬ َ ِ‫َو َم ا أ َ ْر سَ لْ ن َا ِم ْن ق َ بْ ل‬


ِ ‫ك ِم ْن َر س و ٍل إ ِ ََّل ن‬
‫إ ِ ََّل أ َن َا ف َ ا عْب د و ِن‬
Artinya: “Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu
melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang
hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan aku.” (Qs. Al-
anbiya, 21:25).
2. Meneguhkan hati Rasulullah dan umatnya atas agama Allah memperkuat
kepercayaan orang mu’min tentang menangnya kebenaran dan para
pendukungnya serta hancurnya kebathilan dan juga para pembelanya.

7
Moh. Nasrudin, Op. Cit, hlm. 241

9
َ َ‫ك ِم ْن أ َنْ ب َ ا ِء الر س ِل َم ا ن ث َب ِ ت ب ِ ِه ف َؤ ا د‬
ۚ ‫ك‬ َ ْ‫َو ك ًًّّل ن َق ص عَ ل َ ي‬
‫ك ف ِ ي ٰهَ ِذ هِ الْ َح ق َو َم ْو ِع ظَ ة ٌ َو ِذ ْك َر ٰى لِ لْ م ْؤ ِم ن ِ ي َن‬
َ ‫َو َج ا َء‬
Artinya: “Dan semua kisah dari Rasul-Rasul kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.” (Qs. Hud, 11:120).
3. Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka
serta mengabdikan jejak peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Rasulullah dalam dakwahya dengan apa yang
diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu sepanjang kurun dan
generasi.
5. Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan
keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan.
6. Menanamkan akhlakul karimah dan budi yang mulia.

E. Hikmah Berulang-Ulang Disebut Kisah Dalam Al-Qur’an


Al-qur’an meliputi berbagai kisah yang berulang-ulang disebut di beberapa
surat. Sebuah kisah disebut berulang kali dalam bentuk yang berbeda-beda,
kadang-kadang pendek, kadang-kadang panjang. Diantara hikmahnya adalah:8
1. Menandaskan kebalaghahan al-qur’an dalam bentuk yang paling tinggi. Di
antara keistimewaan-keistimewaan balaghah ialah menerangkan sebuah
makna dalam berbagai macam susunan. Dan di tiap-tiap tempat disebut
dengan susunan kalimat yang berbedadari yang telah disebutkan. Dengan
demikian selalu terasa nikmat kita mendengar dan mendengarnya.
2. Menampakkan kekuatan I’jaz. Menyebutkan suatu makna dalam berbagai
bentuk susunan perkataan yang tidak dapat ditantang oleh salah satunya oleh
sastrawan-sastrawan arab, menjelaskan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar dari
Allah.

8
Ibid., hlm. 243.

10
3. Memberikan perhatian penuh kepada kisah itu. Mengulang-ulang kisah adalah
salah suatu cara ta’kid dan salah satu dari tanda-tanda besarnya perhatian,
seperti keadannya kisah Musa dan Fir’aun. Karena berbeda tujuan yang
karenanyalah disebut kisah itu. Di suatu tempat diterangkan sebagainya,
karena itu saja yang diperlukan dan di tempat-tempat yang lain disebut lebih
sempurna karena yang demikianlah yang dikehendaki keadaan

F. Perbedaan Kisah Dalam Al-Quran Dengan Lainnya

Sebagai kitab suci, al-Qur’an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil
jika al-Qur’an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya
tidak dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisah-
kisah tersebut tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas. Melalui
studi yang mendalam, diantara kisah al-Qur’an dapat ditelusuri akar sejarahya,
misalnya situs-situs sejarah Iran yang diidentifikasikan sebagai bangsa ‘Ad atau
kaum ‘Ad dalam kisah Al-Qur’an, al-Mu’tafikat yang diidentifikasikan sebagai
kota-kota palin, Sodom, dan Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah nabi
Luth. Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II
disinyalir sebagai Fir’aun yang dikisahkan dalam Al-Qur’an.9
Disamping itu, memang terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk
dideteksi sisi historisnya, misalnya peristiwa isra’ Mi’raj dan kisah Ratu Saba’.
Karena itu, sering disinyalir bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an itu ada yang
historis dan ada juga yang ahistoris. Meskipun demikian, pengetahuan sejarah
sangat kabur dan penemuan-penemuan arekeoogi sangat sedikit untuk dijadikan
bahan penyelidikan menurut kacamata pengetahuan modern, misalnya mengenai
raja-raja Israil yang dinyatakan dalam al-Qur’an. Karena itu, sejarah serta
pengetahuan lainnya tidak merupakan sarana untuk mempermudah usaha untuk
memahami al-Qur’an. Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia
mengandung kemungkinan benar dan salah, karena manusia memiliki
subjektivitas sebab ia dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya, atau punya

9
Ibid., hlm. 244.

11
kepentingan politik dan sebagainya, misalnya sejarah Supersemar, sampai saat ini
masih ada sebagian orang yang meragukan keautentikannya.10
Sedangkan sejarah dalam Al-Qur’an pasti benar karena datangnya dari
Allah yang tidak punya kepentingan kecuali untuk kemashlahatan manusia.
Kisah-kisah yang disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Memang diakui
bahwa al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan
tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan
tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruh baik dan
buruknya dalam kehidupan manusia. Kisah-kisah dalam al-Qur’an memiliki
realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia
adalah bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha
Bijaksana. Maka bagi manusia mu’min, tidak ada kata lain kecuali menerima dan
mengambil ‘ibrah (pelajaran) darinya.11
G. Pengaruh Qashash Al-Qur’an Terhadap Pendidikan
Tidak dapat diragukan lagi bahwa cerita yang pasti dan autentik dalam al-
Qur’an dapat mengetuk para pendengarnya dan dapat menembus jiwa manusia
dengan mudah serta tidak menjenuhkan para pembacanya. Pelajaran yang
diterima dan yang disampaikan di sekolah seringkali berdampak pada kejenuhan.
Para pelajar sering tidak dapat mengikuti dan mendalaminya kecuali dengan
penuh kesulitan dan rasa yang membosankan, apalagi jika pelajaran itu
disampaikan dalam waktu yang singkat dan terburu-buru. Oleh karena itu, dalam
konteks ini metode cerita sangat berguna dan bermanfaat diterapkan.12
Pada masa kanak-kanak, seorang anak cenderung untuk mendengarkan
cerita dan cenderung untuk mengingat apa yang diceritakannya, lalu dia ceritakan
lagi pada teman-temannya. Inilah fenomena alami yang ada pada anak-anak. Oleh
karena itu, bagi para guru/pendidik harus memanfaatkan metode cerita itu sebagai
media proses belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama yang sangat padat
materinya, metode cerita ini memang sangat pas untuk digunakan.13

10
Ibid.
11
Ibid., hlm. 245.
12
Ibid., hlm. 246.
13
Ibid.

12
Metode penyajian kisah dalam al-Qur’an merupakan metode yang dapat
ditiru oleh para guru/pendidik untuk membantu mereka agar sukses dalam
mengemban tugas agungnya. Seorang guru dapat menyampaikan pelajaran
sembari menyelinginya dengan kisah-kisah para nabi, berita tentang orang-orang
terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan, keadaan umat-umat terdahulu, dan lain
sebagainya.
Dalam menyampaikan kisah-kisah al-Qur’an tersebut, seorang pendidik
dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir
para pelajarnya atau sesuai dengan tingkatan kelas mereka.

13
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan tentang hal-hal ihwal umat yang telah lalu,
nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Al-Qur’an
banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa,
keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua
keadaan dengan cara yang menarik dan sempurna. Adapun tujuan dari Qashash Al-Quran,
diantaranya: (1) menegaskan kenabian. (2) menegaskan kesatuan Agama samawi. (3)
menegaskan histori Islam. (4) menegaskan metode dan gaya dakwah Nabi. (5)
meneguhkan hati nabi dan kaum mukmin. (6) menjelaskan karunia Allah. (7) menjelaskan
permusuhan setan atas manusia.

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan keliruan yang terdapat dalam
penyusun makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam pembahsanya. Oleh karena
itu, penulis memohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun sehingga dalam
penyusunan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an (Pemalang: PT. Nem, 2017), hlm. 231

Prof, Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang,
PT. Pustaka rizki putra, 2010), hlm. 180.

15

Anda mungkin juga menyukai