Makalah Pengantar Smstr.1
Makalah Pengantar Smstr.1
Disusun oleh:
1. Resnoto 4117273
2.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena berkat
rahmat, karunia, serta taufiq dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Nabi Muhammad Saw yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah. Penyusunan
makalah ini merupakan tugas mata kuliah Ulumul Quran di semester dua tahun akademik
2018/2019. Adapun maksud dan tujuan kami disini yaitu menyajikan beberapa hal yang
menjadi materi dari makalah kami. Makalah ini membahas mengenai “Qashash Al-
Quran”. Makalah ini menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti untuk para pembaca.
Teriring ucapan terima kasih kepada bapak Muhamad Izza, MSI juga kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
diperlukan guna perbaikan dan meningkatkan kualitas makalah di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
A. Kesimpulan .................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................. 14
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kisah Alquran yang benar telah membuktikan kondisi ini dalam uslub
arabi secara jelas dan menggambarkan dalam bentuk yang paling tinggi, yaitu
kisah-kisah al-quran. Kisah-kisah dalam alquran tentu saja berbeda dengan cerita
atau dongeng lainya. Karena mempunyai karakteristik di dalamnya. Dalam
Alquran kisah merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran bagi
umat manusia yang senantiasa dapat menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa ini.
B. Rumusan Masalah
1
1) Menambah wawasan kita tentang Qashash Al-quran
2) Menambah wawasan kita tentang tujuan dan macam-macam Qashash Al-Quran
3) Menambah wawasan kita tentang faedah dan hikmah dalam Qashash Al-Quran
4) Menambah wawasas kita tentang perbedaan dan pengaruh terhadap pendidikan
2
BAB II PEMBAHASAN
1
Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an (Pemalang: PT. Nem, 2017), hlm. 231
2
Ibid., hlm. 232
3
Ibid.
3
manusia menuju rahmat Allah SWT. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya sebagai
berikut:4
1. Menegaskan Kenabian
Melalui wahyu, seseorang bisa disebut sebagai nabi dan dengan wahyu
tersebut syariat tuhan bisa diturunkan ke dunia, oleh karena itu wahyu
merupakan hal yang sentral bagi suatu kenabian dan sebuah syariat.
Kisah dalam Al-Qur’an telah menegaskan bahwa al-Quran adalah
wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dari Allah SWT
meskipun nabi Muhammad SAW tidak mengenal baca tulis bahasa arab.
Diceritakan dalam Qs. Yusuf, 12:2-3
َسن َ ن َْحن نَقص َعلَي َْك ا َ ْح٢ َاِنَّآ أ َ ْنزَ ْل ٰنه ق ْر ٰانًا َع َربِيًّا لَّ َعلَّك ْم ت َ ْع ِقل ْون
َ ص ِب َمآ ا َ ْو َح ْينَآ اِلَي َْك ٰه َذا ْالق ْر ٰانَ َوا ِْن ك ْن
َت ِم ْن قَ ْب ِله لَ ِمنَ ْال ٰغ ِف ِليْن َ َْالق
ِ ص
٣
Artinya: “Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur’an
dengan bahasa arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’an ini
kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah
termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (Qs. Yusuf, 12:2-3)
Serta dalam kisah Nabi Nuh as yang terdapat dalam Qs. Hud, 11:49,
4
Ibid., hlm. 232-236.
4
sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa.”(Qs. Hud, 11:49)
;7 ○; َيأْ ِت ِيه ْم ِم ْن نَ ِبي ِإ ََّّل كَانُوا ِب ِه َي ْستَه ِْزئُون6○َو َك ْم أَ ْر َس ْل َنا ِم ْن نَ ِبي ِفي ْاْلَ َّو ِلين
5
Artinya: “Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-
umat yang terdahulu. Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka
melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya,” (Qs. Az-zukhruf, 43:6-7)
6
َّللا عَ ل َ يْ ِه ْم ِم َن ا ل ن َّ ب ِ ي ِ ي َن ِم ْن ذ ِر ي َّ ِة آ دَ َمَّ ك ال َّ ِذ ي َن أ َنْ ع َ َم َ ِ أ و ٰل َ ئ
س َر ا ئ ِ ي َل َو ِم َّم ْن َ َو ِم َّم ْن َح َم لْ ن َا َم َع ن وح ٍ َو ِم ْن ذ ِر ي َّ ِة إ ِ ب َْر ا ِه
ْ ِ يم َو إ
الر ْح ٰ َم ِن َخ ر وا س َّج دًا َّ هَ دَ يْ ن َا َو ا ْج ت َب َ يْ ن َا ۚ إ ِ ذ َ ا ت ت ْ ل َ ٰى عَ ل َ يْ ِه ْم آ ي َ ات
۩ َو ب ِك ي ًّا
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh
Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami
angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-
orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan
ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Qs. Maryam, 19:58)
7. Menjelaskan Permusuhan Setan Atas Manusia
Penolakan iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam berujung pada janji
iblis bersama pengikut-pengikutnya yang akan menyesatkan Adam dan
keturunnya hingga hari kiamat. Sehingga sebagai keturunan Adam, harus
waspada akan tipu muslihat setan dalam menyesatkan manusia karena setan
adalah musuh yang sesungguhnya.
Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah, 2:168,
5
Ibid., hlm. 238
7
Ditinjau dari segi waktu kisah dalam al-Qur’an ada tiga, yaitu:
a. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa lalu contohnya:
1) Kisah tentang dialog malaikat dengan Tuhannya mengenai penciptaan
khalifah di bumi sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah, 2:30-
34.
2) Kisah tentang penciptaan alam semesta sebagaimana yang
diungkapkan dalam QS. Al-furqan, 25:59 dan Qs. Qaf, 50:38.
3) Kisah tentang penciptaan Nabi Adam dan kehidupannnya ketika di
surga sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-A’raf, 7:11-25.
b. Kisah hal gaib yang terjadi pada masa kini. Contohnya :
1) Kisah tentanng turunnya malaikat-malaikat pada malam Lailatul
Qadar seperti diungkapkan dalam Qs. Al-Qadar, 97:1-5.
2) Kisah tentang kehidupan makhluk-makhluk gaib seperti setan, jin, atau
iblis seperti diungkapkan dalam Qs. Al-a’raf, 7:13-14.
c. Kisah gaib yang terjadi pada masa yang akan mendatang. Contohnya:
1) Kisah tentang akan datangnya kiamat seperti yang diungkapkan dalam
Qs. Al-Qariah, Qs, al-Zalzalah, dan lainnya.
2) Kisah tentang kehidupan orang-orang disurga dan di neraka seperti
yang diungkapakan dalam Qs. Al- Ghasyiah, Qs. Al-Kahfi, dan
lainnya.
2. Dari segi Materi
Ditinjau dari segi materi, kisah-kisah (Qashash dalam al-Qur’an) ada tiga
diantaranya:6
a. Kisah nabi-nabi (qashash al-anbiya’). Al-Qur’an mengandung cerita
tentang dakwah nabi dan mukjizat-mukjizat para rasul dan sikap umat-
umat yang menentang serta marhalah-marhalah dakwah dan
perkembangannya, disamping menerangkan akibat-akibat yang dihadapi
orang-orang mukmin dan golongan-golongan yang mendustakan, seperti
6
Prof, Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang, PT. Pustaka rizki
putra, 2010), hlm. 180.
8
kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad saw, dan lain-
lain.
b. Kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan
orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, seperti kisah orang-
orang yang pergi dari kampung halamannya, yang beribu-ribu jumlahnya
karena takut mati dan seperti kisah Thalut dan Jalut, dua putra Adam,
Ashab al-Kahfi, Zulkarnain, qarun dan Ashhabus sabti, Maryam, dan lain-
lain.
c. Kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa
Rasulullah saw., seperti perang Badar dan Uhud yang diterangkan dalam
surat Ali Imran, perang Hunain dan Tabuk yang diterangkan dalam surat
Attaubah, perang Ahzab yang diterangkan dalam surat Al-Ahzab dan
Hujrah serta Isra’ dan lain-lain.
7
Moh. Nasrudin, Op. Cit, hlm. 241
9
َ َك ِم ْن أ َنْ ب َ ا ِء الر س ِل َم ا ن ث َب ِ ت ب ِ ِه ف َؤ ا د
ۚ ك َ َْو ك ًًّّل ن َق ص عَ ل َ ي
ك ف ِ ي ٰهَ ِذ هِ الْ َح ق َو َم ْو ِع ظَ ة ٌ َو ِذ ْك َر ٰى لِ لْ م ْؤ ِم ن ِ ي َن
َ َو َج ا َء
Artinya: “Dan semua kisah dari Rasul-Rasul kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah
datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-
orang yang beriman.” (Qs. Hud, 11:120).
3. Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka
serta mengabdikan jejak peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Rasulullah dalam dakwahya dengan apa yang
diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu sepanjang kurun dan
generasi.
5. Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan
keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan.
6. Menanamkan akhlakul karimah dan budi yang mulia.
8
Ibid., hlm. 243.
10
3. Memberikan perhatian penuh kepada kisah itu. Mengulang-ulang kisah adalah
salah suatu cara ta’kid dan salah satu dari tanda-tanda besarnya perhatian,
seperti keadannya kisah Musa dan Fir’aun. Karena berbeda tujuan yang
karenanyalah disebut kisah itu. Di suatu tempat diterangkan sebagainya,
karena itu saja yang diperlukan dan di tempat-tempat yang lain disebut lebih
sempurna karena yang demikianlah yang dikehendaki keadaan
Sebagai kitab suci, al-Qur’an bukanlah kitab sejarah sehingga tidak adil
jika al-Qur’an dianggap mandul hanya karena kisah-kisah yang ada didalamnya
tidak dipaparkan secara gamblang. Akan tetapi, berbeda dengan cerita fiksi, kisah-
kisah tersebut tidak didasarkan pada khayalan yang jauh dari realitas. Melalui
studi yang mendalam, diantara kisah al-Qur’an dapat ditelusuri akar sejarahya,
misalnya situs-situs sejarah Iran yang diidentifikasikan sebagai bangsa ‘Ad atau
kaum ‘Ad dalam kisah Al-Qur’an, al-Mu’tafikat yang diidentifikasikan sebagai
kota-kota palin, Sodom, dan Gomorah yang merupakan kota-kota wilayah nabi
Luth. Kemudian berdasarkan penemuan-penemuan modern, mummi Ramses II
disinyalir sebagai Fir’aun yang dikisahkan dalam Al-Qur’an.9
Disamping itu, memang terdapat kisah-kisah yang tampaknya sulit untuk
dideteksi sisi historisnya, misalnya peristiwa isra’ Mi’raj dan kisah Ratu Saba’.
Karena itu, sering disinyalir bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an itu ada yang
historis dan ada juga yang ahistoris. Meskipun demikian, pengetahuan sejarah
sangat kabur dan penemuan-penemuan arekeoogi sangat sedikit untuk dijadikan
bahan penyelidikan menurut kacamata pengetahuan modern, misalnya mengenai
raja-raja Israil yang dinyatakan dalam al-Qur’an. Karena itu, sejarah serta
pengetahuan lainnya tidak merupakan sarana untuk mempermudah usaha untuk
memahami al-Qur’an. Di samping itu, sejarah yang disampaikan oleh manusia
mengandung kemungkinan benar dan salah, karena manusia memiliki
subjektivitas sebab ia dipengaruhi oleh keinginan dan hawa nafsunya, atau punya
9
Ibid., hlm. 244.
11
kepentingan politik dan sebagainya, misalnya sejarah Supersemar, sampai saat ini
masih ada sebagian orang yang meragukan keautentikannya.10
Sedangkan sejarah dalam Al-Qur’an pasti benar karena datangnya dari
Allah yang tidak punya kepentingan kecuali untuk kemashlahatan manusia.
Kisah-kisah yang disampaikan pasti sesuai dengan kenyataan. Memang diakui
bahwa al-Qur’an tidak menceritakan kejadian dan peristiwa secara kronologis dan
tidak memaparkannya secara terperinci. Hal ini dimaksudkan sebagai peringatan
tentang berlakunya hukum Allah dalam kehidupan sosial serta pengaruh baik dan
buruknya dalam kehidupan manusia. Kisah-kisah dalam al-Qur’an memiliki
realitas yang diyakini kebenarannya, termasuk peristiwa yang ada di dalamnya. Ia
adalah bagian dari ayat-ayat yang diturunkan dari sisi yang Maha Tahu dan Maha
Bijaksana. Maka bagi manusia mu’min, tidak ada kata lain kecuali menerima dan
mengambil ‘ibrah (pelajaran) darinya.11
G. Pengaruh Qashash Al-Qur’an Terhadap Pendidikan
Tidak dapat diragukan lagi bahwa cerita yang pasti dan autentik dalam al-
Qur’an dapat mengetuk para pendengarnya dan dapat menembus jiwa manusia
dengan mudah serta tidak menjenuhkan para pembacanya. Pelajaran yang
diterima dan yang disampaikan di sekolah seringkali berdampak pada kejenuhan.
Para pelajar sering tidak dapat mengikuti dan mendalaminya kecuali dengan
penuh kesulitan dan rasa yang membosankan, apalagi jika pelajaran itu
disampaikan dalam waktu yang singkat dan terburu-buru. Oleh karena itu, dalam
konteks ini metode cerita sangat berguna dan bermanfaat diterapkan.12
Pada masa kanak-kanak, seorang anak cenderung untuk mendengarkan
cerita dan cenderung untuk mengingat apa yang diceritakannya, lalu dia ceritakan
lagi pada teman-temannya. Inilah fenomena alami yang ada pada anak-anak. Oleh
karena itu, bagi para guru/pendidik harus memanfaatkan metode cerita itu sebagai
media proses belajar mengajar, apalagi dalam pelajaran agama yang sangat padat
materinya, metode cerita ini memang sangat pas untuk digunakan.13
10
Ibid.
11
Ibid., hlm. 245.
12
Ibid., hlm. 246.
13
Ibid.
12
Metode penyajian kisah dalam al-Qur’an merupakan metode yang dapat
ditiru oleh para guru/pendidik untuk membantu mereka agar sukses dalam
mengemban tugas agungnya. Seorang guru dapat menyampaikan pelajaran
sembari menyelinginya dengan kisah-kisah para nabi, berita tentang orang-orang
terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan, keadaan umat-umat terdahulu, dan lain
sebagainya.
Dalam menyampaikan kisah-kisah al-Qur’an tersebut, seorang pendidik
dapat mengungkapkannya dengan metode yang sesuai dengan tingkat berpikir
para pelajarnya atau sesuai dengan tingkatan kelas mereka.
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan tentang hal-hal ihwal umat yang telah lalu,
nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Al-Qur’an
banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa,
keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua
keadaan dengan cara yang menarik dan sempurna. Adapun tujuan dari Qashash Al-Quran,
diantaranya: (1) menegaskan kenabian. (2) menegaskan kesatuan Agama samawi. (3)
menegaskan histori Islam. (4) menegaskan metode dan gaya dakwah Nabi. (5)
meneguhkan hati nabi dan kaum mukmin. (6) menjelaskan karunia Allah. (7) menjelaskan
permusuhan setan atas manusia.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan keliruan yang terdapat dalam
penyusun makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam pembahsanya. Oleh karena
itu, penulis memohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun sehingga dalam
penyusunan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih sempurna.
14
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Nasrudin, Pengantar Ilmu Al-Qur’an (Pemalang: PT. Nem, 2017), hlm. 231
Prof, Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Semarang,
PT. Pustaka rizki putra, 2010), hlm. 180.
15