Anda di halaman 1dari 6

Pelabuhan

adalah sebuah fasilitas di ujungsamudera, sungai, atau danau


untuk menerima kapal dan memindahkanbarang kargo maupun
penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanyamemiliki alat-alat
yang dirancang khusus untuk memuat danmembongkar muatan
kapal-kapal yang berlabuh. Crane dan gudangberpendingin juga
disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swastayang
berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun
fasilitaspenunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)


Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir
sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Tipe pasang surut rata-rata adalah
12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai laut Andaman.
2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode pasang surut
adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata.
3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevelailing semidiurnal
tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan dan
periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevelailing diurnal
tide)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi
kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat selat
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Mengingat elevasi di laut selalu berubah satiap saat, maka diperlukan suatu elevasi
yang ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat digunakan sebagai pedoman
dalam perencanaan pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang
dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air
surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka air
tinggi selama periode 19 tahun.
4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air
rendah selama periode 19 tahun.
5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka air
tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referansi untuk
elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada
saat pasang surut purnama atau bulan mati.
7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah pada
saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti
dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Pada umumnya sifat pasang surut di perairan ditentukan dengan menggunakan
rumus Formzahl, yang berbentuk :
F = K1+O1 / M2+S2 ……..
dimana nilai Formzahl,

F=0.00 – 0.25; pasut bertipe ganda (semi diurnal)

F= 0.26 – 1.50 ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol

(mixed,mainly semi diurnal)

F= 1.51 – 3.00 ; pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol

(mixed,mainlydiurnal)

F>3.00; pasut bertipe( diurnal)

O1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
K1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
M2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Metode yang digunakan adalah metode Admiralty untuk mendapatkan konstanta harmonik
pada melalui persamaan pasang surut :

dimana :
A(t) = Amplitudo
So = Tinggi muka air laut rata-rata (MSL)
An = Amplitudo komponen harmonis pasang surut.
Gn = Phase komponen pasang surut
n = konstanta yang diperoleh dari hasil perhitungan astronomis
t= waktu

Penentuan tinggi dan rendahnya pasang surut ditentukan dengan rumus-rumus


sebagai berikut :

MSL = Z0 + 1,1 ( M2 + S2 )
DL = MSL – Z0 MHWL = Z0 + (M2+S2)
HHWL = Z0+(M2+S2)+(O1+K1)
MLWL = Z0 – (M2+S2)
LLWL = Z0-(M2+S2)-(O1+K1) .
HAT = Z0 + Ai
= Z0 + (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
LAT = Z0 – Ai
= Z0 – (M2 + S2 + N2 + P1 + O1 + K1)
dimana :
MSL = Muka air laut rerata (mean sea level ), adalah muka air rerata antara muka air tinggi
rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai referensi untuk elevasi di
daratan
MHWL = Muka air tinggi rerata (mean high water level), adalah rerata dari muka air tinggi
selama periode 19 tahun
HHWL = Muka air tinggi tertinggi (highest high water level), adalah air tertinggi pada saat
pasang surut purnama atau bulan mati
MLWL = Muka air rendah rerata (mean low water level), adalah rerata dari muka air rendah
selama periode 19 tahun
LLWL = Air rendah terendah (lowest low water level), adalah air terendah pada saat pasang
surut purnama atau bulan mati
DL = Datum level
HAT = Tinggi pasang surut
LAT = Rendah pasang surut

 GRT (gross register ton) adalah volume/isi sebuah kapal dikurangi dengan isi
sejumlah ruangan tertentu uk keamanan kapal (deducted spaces)

LOA (length over all) adalah jarak membujur kapal dari titik terdepan linggi haluan kapal
sampaike titik terbelakang dari buritan kapal diukur sejajar lunas.

Bobot mati (DWT – dead weight tonnage) a/ selisih berat kapal maksimum dikurangi berat
kapal kosong (load displacement – light displacement).

Sarat kapal (draft) adalah jarak tegak yang diukur dari titik terendah badan kapal sampai
garis air (sarat moulded).

Berat benaman (displacement) adalah jumlah berat kapal & segalanya yang berada pada
kapal tsb & dinyatakan dalam ton .
Menghitung panjang dermaga, lebar dermaga, kedalaman dasar kolam dermaga dan elevasi
dermaga
A. Menghitung panjang dermaga
Untuk menghitung panjang dermaga digunakan data kapal yang akan dilayani menggunakan tabel 1.1
Bambang Triadmojo hal. 22.
1. Panjang total kapal (Lenght overal, LOA) adalah panjang kapal dihitung dari yang depan (halvan)
sampai ujung belakang (buritan)
2. Lebar kapal (beam) adalah jarak maksimum antara dua sisi kapal
3. Draft adalah bagian kapal yang terendam dalam air pada beban yang direncanakan dengan titik
terendah kapal..(Bambang Triadmojo hal 18)
Bentuk dermaga memanjang, dimana muka dermaga adalah sejajar dengan garis pantai (share line).
Kapal-kapal akan bertambat berderet memanjang, dengan panjang dermaga sebagai berikut :
LP = n. LOA + (n-1) 15 + 50.......(Bambang Triadmojo hal. 167)
Dimana :
LP : Panjang dermaga
LOA : Panjang Total Kapal
N : Jumlah kapal yang direncanakan
B. Lebar dermaga
Untuk menentukan lebar dermaga diperlukan data awal yang akan digunakan untuk terminal, gudang,
lebar apron, jalan dan sebagainya.
a. Panjang gudang
d = LP – n.l
Dimana :
d : panjang gudang
LP : panjang dermaga
n : jumlah kapal
l : lebar jalan
b. Lebar gudang

b= syarat lebar gudang min 60 m..(Bambang triadmojo hal. 168)

lebar minimum dermaga


L = lebar apron + lebar gudang + lebar jalan + lebar parkir + 50

C. Kedalaman dasar kolam


Pada umumnya kedalaman dasar kolam ditetapkan berdasarkan syarat maksimum kapal yang
tertambat dengan jarak aman (clearance) sebesar (0,8 – 1,0) m di bawah badan kapal. Jarak aman ini
ditentukan berdasarkan ketentuan operasional pelabuhan. Dalam merencanakan lebar dermaga
ditentukan oleh kegunaan dermaga tersebut ditinjau dari jenis dan volume barang yang mungkin
ditangani dermaga tersebut (S. Krandibrata hal. 251)
Taraf dermaga ditetapkan antara 0,5 s/d 1,5 m di atas HWL sesuai besaran kapal. Maka kedalaman
minimum kolam dermaga adalah :
H min = draft max + clearing
D. Elevasi dermaga
Elevasi dermaga = HWL + taraf dermaga
. Dermaga ‘quay wall’
Dermaga quay wall ini terdiri dari struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang
berdiri di atas pantai, dan dapat dibangun dengan beberapa pendekatan konstruksi
diantaranya sheet pile baja/beton, caisson beton atau open filled structure. Beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan quay wall, yaitu :
• Dermaga quay wall adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan relatif berhimpit dengan
pantai (kemiringan pantai curam).
• Konstruksi dermaga biasanya dibangun langsung berhimpit dengan areal darat.
• Kedalaman perairan cukup memadai dan memungkinkan bagi kapal merapat dekat sisi darat
(pantai). Kedalaman perairan tergantung kepada ukuran kapal yang akan berlabuh pada
dermaga tersebut.
• Kondisi tanah cukup keras
• Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh pada
detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
2. Dermaga ‘dolphin’ (trestel)
Dermaga dolphin merupakan tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang
pancang. Biasanya dilokasi dgn pantai yang landai, diperlukan jembatan trestel sampai
dengan kedalaman yang dibutuhkan. Beberapa pertimbangan yang digunakan dalam
pembangunan dermaga dolphin:
• Dermaga dolphin adalah sarana tambat kapal yang fasilitas bongkar muatnya ada di haluan
atau buritan.
• Jarak kedalaman perairan yang disyaratkan dari pantai relatif cukup panjang.
• Terdapat konstruksi tambahan berupa jembatan dermaga (trestel), tanggul atau dapat juga
keduanya.
• Sarana tambat yang akan direncanakan terdiri dari struktur breasting dan mooring yang
dihubungkan dengan catwalk.
• Posisi breasting berfungsi utama sebagai sarana sandar kapal, tapi juga dapat berfungsi
sebagai sarana tambat kapal jika dipasang bollard, sedangkan mooring dolphin berfungsi
menahan kapal sehingga tetap berada pada posisi sandar.
• Pasang surut tidak mempengaruhi pada pemilihan tipe struktur tetapi berpengaruh pada
detail dimensi struktur yang dibutuhkan.
3. Dermaga apung/system Jetty (pier)
Dermaga apung adalah tempat untuk menambatkan kapal pada suatu ponton yang
mengapung diatas air. Digunakannya ponton adalah untuk mengantisipasi air pasang surut
laut, sehingga posisi kapal dengan dermaga selalu sama, kemudian antara ponton dengan
dermaga dihubungkan dengan suatu landasan/jembatan yang flexibel ke darat yang bisa
mengakomodasi pasang surut laut. Biasanya dermaga apung digunakan untuk kapal kecil,
yach atau feri seperti yang digunakan di dermaga penyeberangan yang banayak ditemukan di
sungai-sungai yang mengalami pasang surut. Ada beberapa jenis bahan yang digunakan
untuk membuat dermaga apung seperti :
• Dermaga ponton baja yang mempunyai keunggulan mudah untuk dibuat tetapi perlu
perawatan, khususnya yang digunakan dimuara sungai yang airnya bersifat lebih korosif.
• Dermaga ponton beton yang mempunyai keunggulan mudah untuk dirawat sepanjang tidak
bocor.
• Dermaga ponton dari kayu gelondongan, yang menggunakan kayu gelondongan yang berat
jenisnya lebih rendah dari air sehingga bisa mengapungkan dermaga.

Anda mungkin juga menyukai