Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterik adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa
karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. ikterus pada
neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum >5mg/dL (Cloherty, 2008).
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah
>5mg/dL, yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus, dengan faktor penyebab
fisiologik dan non-fisiologik.
Frekuensi ikterus pada bayi cukup bulan dan kurang bulan ialah secara berurut 50-
60% dan 80%. Umumnya fenomena ikterus ini ringan dan dapat membaik tanpa
pengobatan. Ikterus fisiologik tidak disebabkan oleh faktor tunggal tetapi kombinasi dari
berbagai faktor yang berhubungan dengan maturitas fisiologik bayi baru lahir. Peningkatan
kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam sirkulasi bayi baru lahir disebabkan oleh
kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan penurunan klirens bilirubin (Sukadi,
2010).
Kejadian ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar antara 50%
pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi lahir kurang bulan. Sedangkan beberapa penulis
lain menyebutkan bahwa angka kejadian ikterus dapat ditemukan pada minggu pertama
kehidupan pada sekitar 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan (1,2, 3,4).
Menurut Yong (2001) ikterus neonatorum ini merupakan suatu hal atau perkara yang biasa
pada masa kini. Ikterus yang dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir ini merupakan
ikterus yang fisiologis, memiliki derajat ringan, yang terjadi karena adanya peningkatan
bilirubin bebas (indirect) di dalam darah neonatus. Bilirubin ini merupakan hasil
metabolisme hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah merah, sel darah merah ini
memiliki usia tertentu, 120 hari pada manusia dewasa, dan sekitar 70-90 hari pada
neonatus. Usia sel darah merah yang pendek ini terjadi karena kondisi sel darah merah
neonatus yang masih sangat muda (immature), selnya berinti besar sehingga sangat mudah
mengalami hemolisis (pemecahan). Apabila mencapai masanya, sel darah merah ini akan
mengalami destruksi atau pemecahan. Sebagai manifestasinya, akan terjadi akumulasi
bilirubin bebas dalam darah neonatus yang umumnya akan terlihat pada kulit, lapisan
mukosa lainnya, serta sklera mata. Hal ini disebabkan karena bilirubin bebas larut dalam
lemak, padahal konsentrasi lemak banyak terdapat di lapisan subkutan, sehingga bilirubin
akan terlarut disana dan tampak sebagai “penyakit kuning”. Sedangkan ikterus patologis,
misalnya ikterus karena septikemia, hipotiroid, atau ketidakserasian ABO, lebih sedikit
ditemukan pada bayi baru lahir, namun apabila ikterus ini tidak dikontrol dengan baik,
dapat memicu terjadinya sindroma neurologik, yang dikenal dengan nama Kern icterus,
yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin bebas di dalam sel-sel otak, yang
kandungan terbesarnya adalah lemak, dan dapat menimbulkan kematian pada bayi
(Sumarno, 2006).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi ikterik neonatus
2. Untuk mengetahui etiologi ikterik neonatus
3. Untuk mengetahui patofisiologi ikterik neonatus
4. Untuk mengetahui gambaran klinis ikterik neonatus
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ikterik neonatus
6. Untuk mengetahui pengkajian ikterik neonatus
7. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul ikterik neonatus
8. Untuk mengetahui penatalaksaan ikterik neonatus
9. Untuk mengetahui komplikasi ikterik neonatus
10. Untuk mengetahui pencegahan ikterik neonatus
11. Untuk mengetahun asuhan keperawatan ikterik neonates
Daftar Pustaka
Bulecheck G et al. 2013. Nursing Interventions Clasification (NIC) ed 6 th. Mosby
Lowa City
Cloherty, J. P., Eichenwald, E. C., Stark A. R., 2008. Neonatal Hyperbilirubinemia in
Manual of Neonatal Care. Philadelphia: Lippincort Williams and Wilkins

Herdman & Kamitsuru. 2018. NANDA 1 Diafnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC

Moorhead S, dkk. 2013. Nursing Out Comes Clasification (NOC) ed 5 th. Mosby: Lowa
City

Sukadi A. (2010). Hiperbilirubinemia. In: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI,
Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi (Edisi Ke-1). Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia

Sumarno. 2006. Pengaruh paparan sinar matahari pagi terhadap penurunan tanda ikterus
pada icterus neonatorum fisiologis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ikterus neonatus atau hyperbilirubinemia adalah gambaran klinis berupa
pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir
katabolisme heme yaitu bilirubin. Terdapat 2 klasifikasi yaitu hyperbilirubinemia
fisiologis dan patofisiologi.

B. Saran
Sesaat setelah lahir monitor selalu tanda bahaya yang terjadi pada neonatus.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai