Anda di halaman 1dari 9

Dasar Teori

Organisasi sistem indera menyebutkan bahwa suatu reseptor adalah suatu sel yang khusus merubah
energi stimulus menjadi suatu sinyal syaraf. Reseptor disini dibedakan dengan reseptor pada
membrane subsinaps. Pada membrane subsinaps,reseptor berbentuk molekul-molekul protein
yang akan berinteraksi dengan hormon. Suatu reseptor (dapat berupa ujung saraf sensori maupun
saraf sel khusus), biasanya terdapat dalamorgan indera. Suatu organ indera merupakan organ yang
dikhususkan untuk menerima suatu stimulus tertentu. Biasanya organ inderaterdiri atas sejumlah
reseptor yang sama, dan jaringan non saraf. Misalnya mata pada vertebrata sebagai organ
penglihatan terdiri dari sel fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan juga jaringan non saraf
contohnya: kornea, iris, lapisan sel pigmen dan sebagainya

Salah satu sifat dari makhluk hidup adalah iritabilitas, yaitu kemampuan untuk merespon stimuli
(yang biasanya merupakan suatu perubahan lingkungan) pada hewan maupun manusia, respon
terhadap stimulimelibatkan tiga proses : 1) menerima stimulus, 2) menghantarkan implus, dan3)
respon oleh efektor (Soewolo; 1999: 241).

Kemudian agar terjadi sensasi diperlukan empat syarat yaitu: 1. Adanya rasangan; 1. Organ indea
menerima ragsang dan mengubahnya ke dalam impuls saraf; 3. Impuls harus dihantarkan melalui
sitem saraf dan sensori hingga ke otak atau sumsum merah tulang; 4. Bagian otak yang menerima
impuls harus menjermahkan impuls menjadi sensasi.

Sebuah reseptor indera atau neuron mempunyai struktur sederhana yang berupa badan sel yaitu
yang berupa bagian sel saraf yang membesar dan mengandung inti , satu atau lebih tonjolan yang
keluar dari badan sel yang dibedakan menjadi dendrit atau tonjolan yang membawa impuls ke
badan sel.

Berdasarkan fungsi dari sel saraf yang membawa impuls dari reseptor disebut saraf sensori.
Kemudian impuls yang membawa ke efektor disebut saraf motoric dan sel saraf yang
menghubungkan sel saraf sensori dan sel saraf motorikdisebut sel saraf interneuron. Pada reseptor
sensori berisi dendrit dari neuron sensori.
Berdasar seederhana atau kompleksnya reseptor dan jalur saraf, reseptorsensori dikelompokkan
menjadi: 1. Indera umum yang meliputi reseptor dan jalur saraf sederhana; sensasi taktil (sentuhan,
tekanan, vibrasi), sensasi termoreseptif (panas dan dingin), sensasi sakit, sensasi
proprioseptif (kesadaran atau aktifitas otot, tendon, sendi keseimbangan); 2. Indera khususyang
meliputi sensasi olfaktori (pembau), sensasi gustatory (pengecap),sensasi visual (penglihatan),
sensasi auditori (pendengaran), sensasiequilibrium (orientasi tubuh).

Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari terhadap perubahan
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Terdapat dua macam refleks: 1. Refleks
sederhana atau refleks dasar yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup mata bila
adabenda yang menuju ke mata, 2. Refleks yang dipelajari, atau refleks yangdikondisikan(conditioned
reflex), yang dihasilkan dari belajar.Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks
disebutlengkung refleks, yang terdiri atas 5 komponen dasar: 1. Reseptor, 2. Saraf aferen, 3. Pusat
saraf (otak atau sumsum tulang merah), 4. Saraf aferen, 5.Efektor (Soewolo; 1999: 262).

Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan beberapa neuron penghubung
antara neuron sensorik dan neuron motoric (reflekspolisinap) sebagai contohnya refleks menarik
tangan yang kena benda panas(withdrawal reflex). Hanya ada satu refleks yang lebih sederhana
dari pada with drawal reflex, yaitu refleks regangan (stretch reflex). Refleks sederhanahanya
melibatkan dua neuron, tanpa neuron penghubung (refleks monosinap),misalnya refleks patella.

Karena penundaan atau penghambatan refleks dapatterjadi pada sinap-sinap, maka makin banyak
sinap yang terlibat padalengkung refleks makin banyak pula waktu yang diperlukan untuk
menghasil-kan suatu refleks. Berdasarkan atas sistem pengendaliannya, refleks digolongkan atas
refleks somatik (yang dikendalikan oleh system saraf somatic) dan refleksotonom (yang
dikendalikan oleh system saraf otonom). Kedua macam reflekstersebut dapat berupa refleks
kranial atau refleks spinal. Refleks spinal dapatterjadi tanpa melihat otak, misalnya refleks fleksor.
Meskipun demikian otak seringkali memberikan “pertimbangan” pada aktivitas refleks spinal,
sehingga dapat menguatkan atau menghambat refleks tersebut.
Alat dan Bahan

Alat

 Ijuk
 Penggaris
 Tabung reaksi
 Kapas
 Jarum petul
 Pemukul karet
 Kapas

Bahan

 Es batu
 Bawang merah
 Cengkeh
 Apel
 Wortel
 Air
Prosedur kerja

ADAPTASI OLFAKTORI

Subyek menutup mata dan satu nostril ditutup dengan


kapas

Pengamat memegang sebotol minyak cengkeh di bawah nostril yang


terbuka

Subyek bernapas dengan satu nostril, menghembuskan napas lewat mulut

Menggetarkan sebuah garputala dengan pemukul karet

Mencatat waktu yang diperlukan sampai aroma menghilang dari


penciuman subyek

RESEPTOR GUSTATORI (PENGECAP)/MENGENALI ZONA PENGECAP

Pengamat meletakan butiran gula pasir pada ujung lidah subyek dan mencatat
waktunya

Subyek menunjukkan dengan mengangkat tangan bila ia telah mengecap rasa


gula (manis). Pengamat mencatat waktu lagi, merekam berapa lama subyek
mengecap rasa manis. Pengamat mencatat waktu lagi merekam berapa lamanya
subyek mengecap gula

Mengulangi perlakuan di atas dengan menggunakan setetes


larutan gula, merekam lagi berapa lama waktu yang diperlukan
subyek untuk mengecap rasa manis
Subyek membersihkan lidahnya, kemudian perlakuan diulangi dengan
menggunakan zat lain seperti kina, garam dapur

Setelah subyek membersihkan lagi lidahnya, ulangi dengan menggunakan nutrisari


pada ujung dan sisi lidah

Pengecap dan Pembau

Subyek mengeringkan lidahnya, menutup mata, dan menjepit hidungnya


sehingga kedua nostril tertutup

Pengamat meletakkan potongan wortel, bawang merah, kentang dan apel satu persatu pada lidah
subyek

Subyek diminta mengenalo setiap potongan tadi berturut-turut dengan


segera, setelah mengunyah (nostril tertutup) dan setelah membuka
nostril

Merekam data dalam tabel

KETAJAMAN PENDENGARAN TERHADAP SUMBER BUNYI

Subyek menutup mata dan satu lubang telinga di tutup dengan kapas

Pengamat mendekatkan sebuah timer pada telinga subyek yang terbuka.


Mengusahakan agar telinga satu garis lurus

Menjauhkan timer dari telinga perlahan-lahan


Meletakkan timer 2 meter lebih jauh, dari jarak terjauh bunyi masih dapat didengar
oleh subyek

Mendekatkan timer ke telinga subyek perlahan-lahan

Mengukur jarak terjauh bunyi mulai terdengar subyek. Apakah jarak sama ?
Mengapa?

Meletakkan timer 2 meter lebih jauh, dari jarak terjauh bunyi masih dapat didengar oleh
subyek

Mengukur jarak terjauh bunyi mulai terdengar subyek. Apakah jarak sama ?
Mengapa?

PENGHANTARAN SUARA
Menggetarkan sebuah garputala dengan pemukul karet

Meletakkan tangkai pada kepala / antara dua gigi atas-bawah

Mendengar suara dari mana ?

Menutup salah satu telinga, dimana letak sumber suara?

Menutup kedua telinga, dimana sumber bunyi?

Meletakan garputala yang bergetar di atas kepala


Bila sudah tidak terdengar suara, memindahkan garputala ke dekat telinga

Bagaimana hasilnya

TES ROMBERG

Subyek berdiri tegak dengan kedua kaki merapat, kedua tangan di samping tubuh
selama 5 menit

Pengamat memperhatikan goyangan tubuh subyek

Kemudian menutup kedua mata, mengulangi perlakuan tadi

Bagaimana hasilnya?

KANALIS SEMISIRKULARIS

Subyek duduk di atas kursi putar, kaki bertumpu di sandaran kaki

Subyek duduk di atas kursi putar, kaki bertumpu di sandaran kaki

Pengamat menghentikan putaran kursi dengan tiba-tiba


Bagaimana sensasi yang dialami subyek?

Bila subyek masih merasakan kursi putar, berarti fungsi kanalis semisirkularis masih normal

Refleks Patella

A. Pelaku duduk dengan kedua kaki terjuntai bebas

Memukul ligamentum patellaris (tepat di bawah kedua lutut) dengan pemukul dari karet

Mengamati bagaimana respon yang di hasilkan dari kaki

B. Mengulangi perlakuan di atas, ketika pelaku sedang mengerjakan penjumlahan sederetan tiga
digit angka (otak aktif)

Mengamati respon, apakah kaki lebih kuat atau lebih lemah daripada respon
perlakuan a

Refleks Achilles

Pelaku menduduki kursi dengan berlutut

Posisi kedua telapak kaki menggantung bebas pada tepi kursi


Tekuk telapak kaki ke arah betis untuk menambah tegangan otot gastrocnemius

Kemudian, tepuk tendon Achilles menggunakan pemukul karet

Terakhir, tepuk tendon Achilles dan tepuk bagian kanan dan kiri tendon Achilles

Anda mungkin juga menyukai