Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

OSTEOPOROSIS

DI BPPLU PAGAR DEWA PROVINSI BENGKULU

OLEH :

YANCHE GUSTIAWAN

NPM. 1426050031

PERSEPTOR CO. PERSEPPTOR

(Ns. Ida Rahmawati, S. Kep) (Januar Tahmidi, SKM)


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

2014

A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma,


Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang
yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas
jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan
tulang dengan resiko terjadinya patah tulang (http://debyrahmad.blogspot.com/2013).

2. Klasifikasi
a. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai
dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki
tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis
sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan
contoh dari osteoporosis primer.
b. Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat
hal hal tertentu. mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu
termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada
osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat
untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti
kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom
malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme,
varian status hipogonade, dan lain-lain
(http://sehatbreww.blogspot.com/2013).

3. Etiologi
Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
1. Penyebab primer : menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak
diketahui.
2. Penyebab sekunder : pemakaian Obat kortikosteroid, gangguan
metabolism, gizi buruk, penyerapan yang buruk, penyakit tulang sumsum,
gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat
saraf belakang, rematik, transplasi organ.
3. Penyebab secara kausal : Osteoporosi juga dapat dikelompokan
berdasarkan penyebab penyakit atau keadaan dasarnya :
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon
estrogen (hormon utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan
kalsium ke- dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada
peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat
atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah
timur lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang ( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru (
osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut
yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih
sering pada perempuan.
Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat – obatan.
Penyakit ini disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (
terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta obat – obatan ( misalnya
kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid yang berlebihan ).
Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk
keadaan ini.

Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang


penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin
yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas
(http://sehatbreww.blogspot.com/2013).

4. Patofisiologi
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic
dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras keluarga,
bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok, alkohol,
kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan
pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya
serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium
bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang
menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak
dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total
yang disebut osteoporosis.
Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi suatu
proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu proses
resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan dalam
keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses
pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah
yang kita jumpai pada osteoporosis.
Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis,
pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride
konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara maksimal
akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang bagian korteks
dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula.
Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria
akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap
tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia
lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya
sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan
berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan
menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang
berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh ternyata
tidak sama.
Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan massa
tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut:
metacarpal, kolum femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang lain,
misalnya : tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses tersebut
secara lambat.
Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti
pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta
pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis
proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian
berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan
akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami
fraktur pada kasus osteoporosis adalah vertebra, paha bagian prosimal dan radius
bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh karena berbagai sebab, akan tetapi yang
paling sering dan paling banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh karena
bertambahnya usia (http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
5. WOC
Genetik Beban Mekanis Usia Hormon/makanan

Struktur Beban Usia 40-45 tahun Kurang Vit D dan Kalsium


tulang yang berkurangnya
kecil/rapuh massa tulang
Berkurangnya
massa tulang

OSTEOPOROSIS

Perubahan bentuk Fraktur: vertebra,


tubuh panggul dan tangan

MK: MK: MK: MK:

Resiko cidera Gangguan citra Nyeri Intoleransi


diri aktivitas
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
6. Manifestasi Klinis
Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak
mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur.
Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala
pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat
tekanan (tulang vertebra dan kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya
perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat
badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebra abnormal (kiposis).
Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi terjadinya fraktur
patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada pasien usia
lanjut.
Masa total tulang yang terkena mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan
korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya
variasi ketebalan trabekular pada individu ”normal” yang berbeda.
Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika
osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara
analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis
mempunyai kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Manifestasi osteoporosis :
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata
2. Rasa sakit oleh karena adanya fraktur pada anggota gerak
3. Nyeri timbul mendadak
4. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang. Bagian-bagian tubuh
yang sering fraktur adalah pergelangan tangan, panggul dan vertebra
5. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
6. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas atau karena suatu pergerakan yang salah
7. Deformitas vertebra thorakalis menyebabkan penurunan tinggi badan, Hal ini
terjadi oleh karena adanya kompresi fraktur yang asimtomatis pada vertebra.
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang
ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah
patah tulang panggul. Selain itu, yang juga sering terjadi karena adalah patah
tulang lengan di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang
disebut fraktur Colles, Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung
mengalami secara perlahan (http://debyrahmad.blogspot.com/2013).

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam
ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3
baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
8. Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,
dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat
melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim
atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus,
salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium
yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Pada menopause, terapi pergantian hormone (HRT=hormone replacemenet
therapy) dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat
kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita
yang telah mengalami pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause
prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda;penggantian
hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi
tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih
dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan kehilangan tulang dengan
pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit pengingkatan insidensi
kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa
payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolaou
dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan
kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek
samping ( mis gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya ringan
dan kadang-kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang ; namun,kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian.
Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang osteoklastik, sedang dalam
penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).

9. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan
mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur
kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).

10. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c. Hindari :
-Makanan Tinggi protein - Minum kopi
- Minum Antasida yang - Merokok
-Mengandung Alumunium - Minum Alkohol

d. pola hidup sehat antara lain cukup tidur, olahraga teratur (seperti jalan kaki,
berenang, senam aerobic.

Pencegahan Dan Pengobatan dengan vitamin dan mineral :


1.Vitamin C 8.Fosfor
2. Zat besi 9.Magnesium
3. Boron 10.Nutrilife-deer Velvet
4.Seng ( zinc ) 11. Jus Timun
5.Vitamin D 12. Jus Brokoli
6.Beras ponni 13.Jus Avokad
7.Kalsium 14.Jus Kale-collard
B. Askep Teoritis
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit, no register dan dianoles medis.
2. Keluhan Utama
Adanya rasa nyeri/sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang
pada pasien.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri tulang punggung dan penurunan berat badan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien ada riwayat Osteoporosis sebelumnya, dan kaji apakah pasien
pernah mengonsumsi alkohol dan kafein.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada diantara keluarga pasien yang yang mengalami osteoporosis.
6. Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breathing).
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
 B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh
darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
 B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
Kepala dan wajah : ada sianosis
Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
.
Leher : Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari
dan halus merupakan indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi
vertebra.
 B4 (Bladder).
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
sistem perkemihan.
 B5 ( Bowel).
Untuk kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji
frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses.
 B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan
tinggi badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas
tulang, leg-length inequality dan nyeri` spinal. Lokasi fraktur yang sering
terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

2. Diagnose Yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur.
2. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun.
3. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis
4. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh
B. Rencana Asuhan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
o Keperawatan
1 Nyeri akut Tujuan : Setelah 1. Pantau tingkat 1. Tulang dalam
yang dilakukan nyeri pada peningkatan jumlah
berhubungan tindakan punggung, nyeri trabekular, pembatasan
dengan keperawatan terlokalisasi atau gerak spinal.
dampak diharapkan nyeri menyebar pada
sekunder dari berkurang. abdomen atau
fraktur. Kriteria Hasil: pinggang.
Klien akan 2. Ajarkan pada klien 2. Alternatif lain untuk
mengekspresikan tentang alternative mengatasi nyeri,
nyerinya, klien lain untuk pengaturan posisi,
dapat tenang dan mengatasi dan kompres hangat dan
istirahat yang mengurangi rasa sebagainya.
cukup, klien dapat nyerinya.
mandiri dalam 3. Kaji obat-obatan 3. Keyakinan klien tidak
perawatan dan untuk mengatasi dapat menoleransi obat
penanganannya nyeri. yang adekuat atau tidak
secara sederhana. adekuat untuk mengatasi
nyerinya.

4. Rencanakan pada 4. Kelelahan dan keletihan


klien tentang dapat menurunkan minat
periode istirahat untuk aktivitas sehari-
adekuat dengan hari.
berbaring dalam
posisi telentang
selama kurang
lebih 15 menit

2 Intoleransi Tujuan:Setelah 1. Kaji tingkat 1. Dasar untuk


aktivitas yang dilakukan kemampuan klien memberikan
berhubungan tindakan yang masih ada. alternative dan
dengan keperawatan, latihan gerak yang
disfungsi diharapkan klien sesuai dengan
sekunder mampu kemapuannya.
akibat melakukan
perubahan mobilitas fisik 2. Rencanakan 2. Latihan akan
skeletal Criteria hasil : tentang pemberian meningkatkan
(kifosis) , nyeri Klien dapat program latihan. pergerakan otot dan
sekunder, atau meningkatan stimulasi sirkulasi
fraktur baru mobilitas fisik ; darah.
ditandai klien mampu
3. Bantu kebutuhan
dengan klien melakukan 3. Aktifitas hidup
untuk beradaptasi
mengeluh aktivitas hidup sehari-hari secara
dan melakukan
kemampuan sehari hari secara mandiri
aktivitas hidup
gerak cepat mandiri
sehari hari, rencana
menurun
okupasi .
4. Peningkatan
4. Dengan latihan fisik:
latihan fisik secara
adekuat.
- Masa otot lebih besar
sehingga memberikan
perlindungan pada
osteoporosis

- Program latihan
merangsang
pembentukan tulang

5. hindari latihan 5. Gerakan


fleksi, menimbulkan
membungkuk tiba– kompresi vertical
tiba,dan dan fraktur vertebra.
penangkatan beban
berat

3 Gangguan citra Tujuan: setelah 1. Dorong klien 1. Ekspresi emosi


diri yang diberikan mengekspresikan membantu klien
berhubungan tindakan perasaannya mulai meneerima
dengan keperawatan khususnya kenyataan.
perubahan dan diharapkan klien mengenai
ketergantungan dapat bagaimana klien
fisik serta menunjukkan merasakan,
psikologis adaptasi dan memikirkan dan
menyatakan memandang
penerimaan pada dirinya.
situasi diri. 2. Hindari kritik 2. Kritik negative akan
Criteria Hasil: negative. membuat klien
klien mengenali merasa semakin
dan menyatu rendah diri.
dengan perubahan 3. Dukungan yang
dalam konsep diri 3. Kaji derajat cukup dari orang
yang akurat tanpa dukungan yang ada terdekat dan teman
harga diri untuk klien dapat membantu
negative, proses adaptasi
mengungkapkan
dan
mendemonstrasik
an peningkatan
perasaan positif

4 4. Resiko Tujuan : Cedera 1. Ciptakan lingkungan 1. Menciptakan lingkungan


cedera tidak terjadi yang bebas dari yang aman dan
berhubunga
Kreteria Hasil : Klien tidak bahaya: mengurangi risiko
n dengan jatuh dan fraktur terjadinya kecelakaan.
 Tempatkan klien
dampak tidak terjadi:
pada tempat tidur
sekunder Klien dapat
rendah.
perubahan menghindari
 Amati lantai yang
skeletal dan aktivitas yang
membahayakan
ketidakseim mengakibatkan
klien.
bangan fraktur
 Berikan
tubuh.
penerangan yang
cukup
 Tempatkan klien
pada ruangan yang
tertutup dan mudah
untuk diobservasi.
 Ajarkan klien
tentang pentingnya
menggunakan alat
pengaman di
ruangan.

2. Ambulasi yang
2. Berikan dukungan
dilakukan tergesa-gesa
ambulasi sesuai
dapat menyebabkan
dengan kebutuhan:
mudah jatuh.
 Kaji kebutuhan
untuk berjalan.
 Konsultasi dengan
ahli therapist.
 Ajarkan klien
untuk meminta
bantuan bila
diperlukan.
 Ajarkan klien
untuk berjalan dan
keluar ruangan.

3. Bantu klien untuk


3. Penarikan yang terlalu
melakukan
keras akan menyebabkan
aktivitas hidup
terjadinya fraktur.
sehari-hari secara
hati-hati.
4. Ajarkan pada klien
4. Pergerakan yang cepat
untuk berhenti
akan lebih memudahkan
secara perlahan,
terjadinya fraktur
tidak naik tanggga,
kompresi vertebra pada
dan mengangkat
klien osteoporosis.
beban berat.
5. Ajarkan
5. Diet kalsium dibutuhkan
pentingnya diet
untuk mempertahankan
untuk mencegah
kalsium serum,
osteoporosis
mencegah bertambahnya
kehilangan tulang.
Kelebihan kafein akan
meningkatkan kalsium
dalam urine. Alcohol
akan meningkatkan
asidosis yang
meningkatkan resorpsi
tulang
6. Observasi efek 6. Obat-obatan seperti
samping obat- diuretic, fenotiazin dapat
obatan yang menyebabkan pusing,
digunakan. megantuk, dan lemah
yang merupakan
predisposisi klien untuk
jatuh.
DAFTAR PUSTAKA

http://debyrahmad.blogspot.com/2013/11/asuhan-keperawatan-osteoporosis.html

http://sehatbreww.blogspot.com/2013/10/makalah-askep-osteoporosis.html

Anda mungkin juga menyukai