OSTEOPOROSIS
OLEH :
YANCHE GUSTIAWAN
NPM. 1426050031
2014
A. Tinjauan Teoritis
1. Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,
yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
2. Klasifikasi
a. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai
dengan proses penuaan. Sampai saat ini osteoporosis primer masih menduduki
tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan osteoporosis
sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut merupakan
contoh dari osteoporosis primer.
b. Osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan massa tulang akibat
hal hal tertentu. mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu
termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada
osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat
untuk menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti
kelebihan steroid, artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom
malabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme,
varian status hipogonade, dan lain-lain
(http://sehatbreww.blogspot.com/2013).
3. Etiologi
Etiologi Osteoporosis secara garis besarnya dikelompokan ke dalam 3 kategori :
1. Penyebab primer : menopause, usia lanjut, penyebab lain yang tidak
diketahui.
2. Penyebab sekunder : pemakaian Obat kortikosteroid, gangguan
metabolism, gizi buruk, penyerapan yang buruk, penyakit tulang sumsum,
gangguan fungsi ginjal, penyakit hepar, penyakit paru kronis, cedera urat
saraf belakang, rematik, transplasi organ.
3. Penyebab secara kausal : Osteoporosi juga dapat dikelompokan
berdasarkan penyebab penyakit atau keadaan dasarnya :
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kurangnya hormon
estrogen (hormon utama pada perempuan ), yang membantu pengangkutan
kalsium ke- dalam tulang pada perempuan. Biasanya gejala timbul pada
peempuan yang berusia antara 51 – 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat
atau lebih lambat. Tidak semua perempuan memiliki risiko yang sama untuk
menderita osteoporosis postmenopausal, perempuan kulit putih dan daerah
timur lebih rentan menderita penyakit ini daripada kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang ( osteoklas ) dan pembentukan tulang baru (
osteoblas ). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut
yaitu terjadi pada orang – orang berusia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih
sering pada perempuan.
Kurang dari 5 % klien osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat – obatan.
Penyakit ini disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (
terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal ) serta obat – obatan ( misalnya
kortikosteroid, barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid yang berlebihan ).
Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk
keadaan ini.
4. Patofisiologi
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetic
dan faktor lingkungan. Faktor genetic meliputi, usia, jenis kelamin, ras keluarga,
bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan. Faktor mekanis meliputi, merokok, alkohol,
kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa dan
pemakaian obat-obatan. Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya
serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium
bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang
menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak
dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total
yang disebut osteoporosis.
Dalam keadaan normal, pada tulang kerangka tulang kerangka akan terjadi suatu
proses yang berjalan secara terus menerus dan terjadi secara seimbang, yaitu proses
resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodeling). Setiap perubahan dalam
keseimbangan ini, misalnya apabila proses resorbsi lebih besar dari pada proses
pembentukan tulang, maka akan terjadi pengurangan massa tulang dan keadaan inilah
yang kita jumpai pada osteoporosis.
Dalam massa pertumbuhan tulang, sesudah terjadi penutupan epifisis,
pertumbuhan tulang akan sampai pada periode yang disebut dengan peride
konsolidasi. Pada periode ini terjadi proses penambahan kepadatan tulang atau
penurunan porositas tulang pada bagian korteks. Proses konsolidasi secara maksimal
akan dicapai pada usia kuarang lebih antara 30-45 tahun untuk tulang bagian korteks
dan mungkin keadaan serupa akan terjadi lebih dini pada tulang bagian trabekula.
Sesudah manusia mencapai umur antara 45-50 tahun, baik wanita maupun pria
akan mengalami proses penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5% setiap
tahun, sedangkan tulang bagian trabekula akan mengalami proses serupa pada usia
lebih muda. Pada wanita, proses berkurangnya massa tulang tersebut pada awalnya
sama dengan pria, akan tetapi pada wanita sesudah menopause, proses ini akan
berlangsung lebiuh cepat. Pada pria seusia wanita menopause massa tulang akan
menurun berkisar antara 20-30%, sedang pada wanita penurunan massa tulang
berkisar antara 40-50%. Pengurangan massa tulang ini berbagai bagian tubuh ternyata
tidak sama.
Dengan teknik pemeriksaan tertentu dapat dibuktikan bahwa penurunan massa
tulang tersebut lebih cepat terjadi pada bagian-bagian tubuh seperti berikut:
metacarpal, kolum femoris serta korpus vertebra, sedang pada bagian tubuh yang lain,
misalnya : tulang paha bagian tengah, tibia dan panggul, mengalami proses tersebut
secara lambat.
Pada osteoporosis, terjadi proses pengurangan massa tulang dengan mengikuti
pola yang sama dan berakhir dengan terjadinya penipisan bagian korteks serta
pelebaran lumen, sehingga secara anatomis tulang tersebut tampak normal. Titik kritis
proses ini akan tercapai apabila massa tulang yang hilang tersebut sudah sedemikian
berat sehingga tulang yang bersangkutan sangat peka terhadap trauma mekanis dan
akan mengakibatkan terjadinya fraktur. Bagian-bagian tubuh yang sering mengalami
fraktur pada kasus osteoporosis adalah vertebra, paha bagian prosimal dan radius
bagian distal. Osteoporosis dapat terjadi oleh karena berbagai sebab, akan tetapi yang
paling sering dan paling banyak dijumpai adalah osteoporosis oleh karena
bertambahnya usia (http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
5. WOC
Genetik Beban Mekanis Usia Hormon/makanan
OSTEOPOROSIS
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang
dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula
transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam
ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3
baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
b. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun
d. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
8. Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,
dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat
melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim
atau susu penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus,
salmon kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium
yang mencukupi perlu diresepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
Pada menopause, terapi pergantian hormone (HRT=hormone replacemenet
therapy) dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat
kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita
yang telah mengalami pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause
prematur dapat mengalami osteoporosis pada usia yang cukup muda;penggantian
hormon perlu dipikirkan pada pasien ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi
tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan hormon dalam jangka panjang masih
dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan kehilangan tulang dengan
pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit pengingkatan insidensi
kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus diperiksa
payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk masukan papanicolaou
dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.
Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk
kalsitonin, natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan
kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek
samping ( mis gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya ringan
dan kadang-kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang ; namun,kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian.
Natrium etidronat, yang menghalangi resorpsi tulang osteoklastik, sedang dalam
penelitian untuk efisiensi penggunaannya sebagai terapi osteoporosis
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
9. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan
mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur
kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah
trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan
(http://debyrahmad.blogspot.com/2013).
10. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
1. Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2. Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c. Hindari :
-Makanan Tinggi protein - Minum kopi
- Minum Antasida yang - Merokok
-Mengandung Alumunium - Minum Alkohol
d. pola hidup sehat antara lain cukup tidur, olahraga teratur (seperti jalan kaki,
berenang, senam aerobic.
- Program latihan
merangsang
pembentukan tulang
2. Ambulasi yang
2. Berikan dukungan
dilakukan tergesa-gesa
ambulasi sesuai
dapat menyebabkan
dengan kebutuhan:
mudah jatuh.
Kaji kebutuhan
untuk berjalan.
Konsultasi dengan
ahli therapist.
Ajarkan klien
untuk meminta
bantuan bila
diperlukan.
Ajarkan klien
untuk berjalan dan
keluar ruangan.
http://debyrahmad.blogspot.com/2013/11/asuhan-keperawatan-osteoporosis.html
http://sehatbreww.blogspot.com/2013/10/makalah-askep-osteoporosis.html