Anda di halaman 1dari 17

SENYAWA METABOLIT SEKUNDER TANIN

I. DEFINISI TANIN

Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada tanaman.
Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul biasanya berkisar
1000-3000 (Waterman dan Mole tahun 1994, Kraus dll., 2003). Menurut definisi, tanin
mampu menjadi pengompleks dan kemudian mempercepat pengendapan protein serta dapat
mengikat makromolekul lainnya (Zucker, 1983). Tanin merupakan campuran senyawa
polifenol yang jika semakin banyak jumlah gugus fenolik maka semakin besar ukuran
molekul tanin. Pada mikroskop, tanin biasanya tampak sebagai massa butiran bahan berwarna
kuning, merah, atau cokelat.

Secara struktural tanin adalah suatu senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar
yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil
untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa makromolekul
(Horvart, 1981). Tanin ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun,
buah, dan akar (Hagerman et.al., 1998). Tanin dibentuk dengan kondensasi turunan flavan
yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman, tanin juga dibentuk dengan
polimerisasi unit kuinon (Anonymous, 2005).

Khasiat Tanin
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada
tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninya hilang.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
gastrointestinal dan pada kulit.
5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar,
dengan cara mengendapkan protein.
6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang
tidak larut.
Sifat-sifat Tanin
Senyawa tanin termasuk ke dalam senyawa polifenol yang artinya senyawa yang
memiliki bagian berupa fenolik. Sifat utama tanin tumbuh-tumbuhan tergantung pada
gugusan fenolik -OH yang terkandung dalam tanin.
Secara kimia sifat tanin adalah sebagai berikut :
1. Tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus phenol dan bersifat koloid.
2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, metanol, etanol, aseton dan pelarut organik
lainnya. Kelarutannya besar, dan akan bertambah besar apabila dilarutkan dalam air
panas.
3. Dengan garam besi memberikan reaksi warna. Reaksi ini digunakan untuk menguji
klasifikasi tanin, karena tanin dengan garam besi memberikan warna hijau dan biru
kehitaman.
4. Tanin akan terurai menjadi pyrogallol, pyrocatechol dan phloroglucinol bila dipanaskan
sampai suhu (99 -102oC).
5. Tanin dapat dihidrolisa oleh asam, basa dan enzim
(Risnasari, 2002)
6. Tanin merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar
dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi, dan
senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna
(Najebb, 2009).

Secara fisik sifat tanin adalah sebagai berikut :


1. Umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi
menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin bentuknya amorf dan tidak mempunyai titik
leleh.
2. Tanin berwarna putih kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung dari sumber
tanin tersebut.
3. Tanin berbentuk serbuk atau berlapis-lapis seperti kulit kerang, berbau khas dan
mempunyai rasa sepat (astrigent).
4. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya langsung atau dibiarkan di udara
terbuka.
5. Tanin mempunyai sifat atau daya bakterostatik, fungistatik dan merupakan racun
(Risnasari, 2002).

Sifat fisika tanin adalah sebagai berikut :


1. Jika dilarutkan kedalam air akan membentuk koloid dan memiliki rasa asam dan sepat.
2. Jika dicampur dengan alkaloid dan glatin akan terjadi endapan.
3. Tidak dapat mengkristal.
4. Dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.

Ekobiologi
Tanin terkondensasi (condensed tannins) biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat
terkondensasi menghasilkan asam klorida.Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer
flavonoid yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin.
Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungkan dengan melalui
ikatan C-8 dengan C-4.Salah satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini
merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan catechin.Senyawa ini jika
dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis flavan dengan bantuan nukleofil
berupa floroglusinol.
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan
oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam
klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa
gabungan dari karbohidrat dengan asam galat.Selainmembentuk gallotanin, dua asam galat
akanmembentuk tanin terhidrolisis yang biasa disebut Ellagitanins. Ellagitanin sederhana
disebut juga ester asam hexahydroxy diphenic (HHDP).Senyawa ini dapat terpecah menjadi
asam galic jika dilarutkan dalam air.

Struktur Kimia
Tannin dibagi menjadi empat berdasarkan struktur kimianya:
1. Gallotannin, dimana unit galloyl atau derivat “meta-depsidic” terikat pada poliol-
,catechin-, atau triterpenoid.
2. Ellagitannin, sedikitnya dua unit Galloyl berpasangan dengan ikatan C-C dan tidak
mengandung ikatan glikosidik unit catechin.
3. Tannin kompleks adalah Tannin yang mempunyai unit catechin terikat dengan ikatan
glikosidik pada gallotannin atau unit ellagitannin.
4. Tannins terkondensasi (condensed tannins) adalah semua oligomer dan polimer dari
proanthocyanidins yang terikat pada C-4 dari salah satu catechin dan dengan C-8 atau
C-6 dari catechin yang lain1
Ada juga yang membagi Tannin menjadi dua :
1. Tannin Tipe A dan Polifenol yang sejenis (related polyphenols) dengan struktur dan
komposisi yang konstan.
2. Tannin tipe B, yaitu bermacam Polifenol analog (Variable Mixtures of Analogous
Polyphenols).

Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung 10% H2O. Struktur
kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun 5 - 10 residu ester galat,
sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan tanin dikenal dengan nama asam
tanat. Beberapa struktur kimia senyawa tanin adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1: Struktur kimia tanin


Gambar 2.1: Tanin Terkondensasi, Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid
yang dihubungkan dengan melalui ikatan C-8 dengan C-4.

Gambar 3.1: Tanin Terhidrolisis, Gallotanin prototipe merupakan


glukosapentagalloyl(β-1, 2, 3, 4, 6-Pentagalloyl-OD-Glukopyranose).
PGGmemiliki5hubunganesteridentikyang melibatkangugus hidroksialifatikgulainti.PGG
memiliki banyak isomer seperti Gallotanin.
Gambar 3.2: Rantai ester poligallol ditemukan di dalam gallotanin terbentukdarimeta-atau
para-depside obligasi, melibatkanhidroksilfenolikdaripadagugus hidroksialifatik.Depside
obligasi lebih mudah dihidrolisis daripada ikatan ester alifatik.Metanolisis dalam asam
lemah dengan menggunakan metanol dapat menghancurkan depside tetapi tidak ester
obligasi.Dengan demikian poliol inti dengan kelompok galloyl yang teresterisasi dapat
dihasilkan dari campuran kompleks dari ester polygalloyl oleh metanolisis dengan buffer
asetat.Asam kuat mineral, panas, dan metanol dapat digunakan untuk metanolisis baik
depside dan ester obligasi menghasilkan poliol inti dan metil galat.Hidrolisis dengan asam
kuat dapat mengubah galotanin menjadi asam galat dan poliol inti.
Gambar 3.3: Aceritannin, gallotannin yang ditemukan pada daun maple dan
hamamellitannin adalah gallotannin dari kulit kayu pohon ek.

Gambar 4.1: Elagitanin sederhana merupakan ester dari asam hexahidroxidifenik (HHDP).
Gambar 4.2: Eugenin membentuk HHDP pada ikatan karbon C-4 dan C-6, casuarictin pada

ikatan C-2 dan C-3

Gambar 4.3: Corilagin berikatan pada C-3 dan C-6, geraniin pada ikatan C-2 dan C-4,
davidiin pada ikatan C-1 dan C-6
Gambar 4.4: Setelah casuarictin berubah menjadi pedunculagin, cincin piranosa dari
glukosa terbuka dan membentuk kelompok senyawa termasuk castalagin dan vescalagin.

Gambar 4.5: Elagitanin berikatan dengan tanin terhidrolisis lain. Sebagai contoh,pada
beberapaeuforbs, geraniinoksidatifmengembunbersamaPGGuntuk
menghasilkanberbagaieuphrobin, ditandaidengan adanya kelompokvaloneoyl.
Gambar 4.6: Oenetheinadalahdimermakrosiklikdihubungkan olehdua kelompokvaloneoyl.

II. CARA EKSTRAKSI

Pembuatan Ekstraksi Tanin


Serbuk simplisia

Penambahan
ethanol 80%

Diuapkan dengan
waterbath

Penambahan air
panas

Dinginkan dan
centrifuge

Lapisan yang
diatas didekantasi

Penambahan
NaCl 10%

Penyaringan

Ekstrak tanin

Keterangan :

1. Serbuk simplisia diekstraksi dengan etanol 80%.


Ethanol TM nya cukup rendah sehingga mudah diuapkan dan merupakan pelarut yang
polar sehingga efektif dalam menarik tanin.
2. Ekstrak etanol kemudian diuapkan di atas waterbath.
3. Sisa penguapan kemudian dilarutkan dalam air panas dan diaduk.
Air panas meningkatkan kelarutan tanin tersebut, selain itu untuk menyari senyawa
yang lebih polar lagi dalam ekstrak tersebut.
4. Dinginkan dan kemudian disentrifuge, lalu lapisan diatas didekantasi
5. Tambahkan NaCl 10%, saring.
NaCl untuk memisahkan pengotor yang berupa protein atau senyawa amida. NaCl
membuat larutan menjadi jenuh sehingga protein-protein mengendap.

Cara identifikasi setiap senyawa berkaitan dengan bagaimana sifatnya. Untuk tanin, ada 5
macam identifikasi yang dapat digunakan :
1. Penambahan gelatin menghasilkan endapan coklat hitam. Tanin akan dan dapat
mengendapkan gelatin (protein).
2. Penambahan NaCl-gelatin.
NaCl membuat larutan menjadi jenuh sehingga terjadisalting out atau penggusiran
gelatin dari larutan. Hal ini menyebabkan endapan coklat hitam menjadi lebih banyak
dibandingkan reaksi no 1
3. Penambahan Pb(II)Asetat.
Positif bila terdapat endapan putih hingga coklat terang. Reaksi ini harus dilakukan
pada suasana asam lemah dengan pH berkisar antara 3-6. Jika terlalu basa, ditakutkan
ada endapan pengecoh yang berupa Pb(OH)2.
4. Penambahan FeCl3 3%.
Larutan ini ditambah dengan ekstrak tanin untuk membedakan tanin terhidrolisis
(gallotanin) dan tanin terkondensasi (proantosianin). Pada tanin terhidrolisis, larutan
akan berubah warna menjadi biru - biru kehitaman, sedangkan pada tanin
terkondensasi berubah menjadi hijau.
5. Test fluorosensi.
Ekstrak tanin+NaOH untuk membuat tanin berubah menjadi asam fenolat yang
mempunyai gugus kromofor sehingga dapat terbaca di spektro 365nm warna hijau
terang. Untuk memisahkan adanya gugus kromofor lain yang (mungkin) dapat
mengganggu ditambahkan petroleum eter pada ekstrak NaOH-tanin dan diambil
larutan petroleum eter sebelum dispekrto.

Bagan Identifikasi Ekstrak Tanin


Penambahan endapan
gelatin coklat hitam

Penambahan endapan
NaCl-gelatin coklat hitam

Penambahan endapan
Pb(II)Asetat putih-coklat
dengan pH 3-6 terang
Ekstrak Tanin
tanin biru - biru
terhidrolisis kehitaman
Penambahan
FeCl3 3%. tanin
hijau
terkondensasi

Penambahan Test fluorosensi asam fenolat


penambahan
petroleum dengan spektro
NaOH (hijau terang)
eter 365nm

III. CONTOH TUMBUHAN dan KHASIAT


Simplisia yang mengandung Tanin :

1. Psidii Folim
- Tanaman asal : Psidium guajava
- Suku : Myrtaceae
- Isi : Psidii Tanin, minyak atsiri , euginol mengandung minyak
lemak, damar dan garam mineral.
- Kegunaan : Obat mencret, adstrigen

2. Granati Fructus Cortex (Kulit buah delima)


- Tanaman asal : Punica granatum
- Suku : Punicaceae
- Isi : Alkaloid cair terutama isopeleterina dan pelleterina, alkaloid
metal peleterina dan metal iso peleterina, Tanin, Co-oksalat dan pati.
- Kegunaan : Sebagai adstrigensia, tainisida (obat cacing) Tania saginata =
cacing pita.

3. Sappan Lignum (Kayu saccang)


- Tanaman asal : Caesalpinea sappan
- Suku : Caesalpineaceae
- Isi : Asam tanat, asam gallat dan zat merah sappan.
- Kegunaan : Adstrigensia, obat penyakit dalam.
4. Murrayae Folium (Daun kemuning)
- Tanaman asal : Murraya paniculata
- Suku : Rutaceae
- Isi : Murayin, minyak atsiri, damar, tannin.
- Kegunaan : Sebagai antigonorea dalam bentuk dekogta dengan dosis 2-5
gram. (Deogta merupakan proses infusa namun lebih lama).

5. Polyanthi Folium (Daun salam)


- Tanaman asal : Eugonia polyantha
- Suku : Myrtaceae
- Isi : Tanin, minyak atsiri.
- Kegunaan : Adstrigensia dalam bentuk dekogta dosis 5- 12 gram,
menurunkan kadar gula darah (DM) bumbu masak.
6. Areca Semen (Biji pinang)
- Tanaman asal : Areca catechu
- Suku : Palmae
- Isi : Tanin 15 %, 0,25 % alkaloid, terutama arekolin.
- Kegunaan : Anthelmentik khususnya cacing pita.

7. Catechu (Gambir)
- Tanaman asal : Vurcaria gambir
- Suku : Rubiaceae
- Isi : 25-50 % asam katekutanat, 7-33 % pirokatekol (katekin) dan
merakateku , gambir dan floresin dan guarcein.
- Kegunaan : Dilaboratorium farmasi digunakan sebagai adstrigensia,
digunakan dalam penyamakan kulit dan juga bahan pewarna.
8. Caemferia amustifolia Rhizome (Kunyit pepet)
- Tanaman asal : Caemferia amustifolia
- Suku : Zingiberacea
- Isi : Minyak atsiri, damar, tannin dan pati mineral.
- Kegunaan : Karminatif dan obat pelangsing.
9. Cassiae Folium (Ketepeng)
- Tanaman asal : Cassia alata
- Suku : Leguminoceae
- Isi : Zat samak, zat pahit.
- Kegunaan : Obat demam adstrigensia.

Anda mungkin juga menyukai