Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara


permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan
amenorea berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif
ditetapkan sebagai saat menopause.1

Menopause adalah berhentinya secara fisiologis siklus menstruasi yang


berkaitan dengan tingkat lanjut usia perempuan. Seorang wanita yang mengalami
menopause alamiah sama sekali tidak dapat mengetahui apakah saat menstruasi
tertentu benar-benar merupakan menstruasinya yang terakhir sampai satu tahun
berlalu.1

Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu Mens yang mempunyai arti
siklus menstruasi dan pause kata latin memiliki arti berhentinya proses. Karena
berhentinya menstruasi mempengaruhi hanya beberapa hari dalam kehidupan
seorang wanita, maka akan sangat berguna untuk memandang menopause secara
lebih luas, sebagai suatu periode waktu.1

Wanita menemukan dirinya dalam perubahan. Hal ini menujukkan periode


saat terjadi perubahan social fisiologis, atau psikologis. Fase yang dapat
berlangsung selama beberapa bulan sampai lebih dari satu dekade. Perubahan
psikologis termasuk serangkaian perubahan hormon dan klinis yang menunjukkan
penurunan fungsi ovarium.1

Menopause merupakan peristiwa alami yang terjadi pada setiap wanita.


Peristiwa alami tersebut dipengaruhi konteks budaya yang berbeda dan persepsi
individual. Beberapa suku bangsa terentu sehingga mudah dirawat oleh keluarga
sendiri Pada masyarakat pada umumnya, usia dewasa memiliki penghargaan yang
tinggi dibandingkan usia lanjut khususnya wanita yang memiikil keyakinan dalam
diri bahwa sebagai wanita sudah merasa tidak sempurna dengan berakhirnya
proses menstruasi dan merasa tidak subur lagi. Pandangan budaya dan individual
mempengaruhi persepsi wanita berhubungan dengan proses menopause dan gejala
yang ditimbulkan dari menopause.2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir.


Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang-
kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid
yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang.1

1.2 Periode Menopause


Ada tiga periode menopause yaitu fase Klimaterium (Premenopause),
Menopause dan Senium.1

2.2.1 Klimaterium (Premenopause)


Periode klimakterium (Premenopause) merupakan masa peralihan antara
masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan
pra menopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang
tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak.
Premenopause merupakan bagian dari masa klimakterium yang terjadi
sebelum menopause.
Perubahan perimenopause dan proses penuaan itu diantaranya seperti
perubahan pola perdarahan, hot flash, gangguan tidur, perubahan atropik,
perubahan psikologi, perubahan berat badan, perubahan kulit, seksualitas
dan perubahan fungsi tiroid.

2.2.2 Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan
bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami
menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya terjadi pada usia
50-an tahun.

2.2.3 Senium
Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu
menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan
fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami berbagai
gejala karena perubahan keseimbangan hormon. Bagian-bagian tubuh
dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya
tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause seperti
sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang
yang berbeda umur yang umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada
sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an, sementara wanita-
wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur 50-an.

1.3 Perubahan Psikologi Pada Masa Menopause


Selama beberapa decade, menopause telah dikaitkan dengan masalah
psikologis. Informasi pada aspek psikologis menopause menyorot tentang
masalah morbiditas, patologi dan terapi medis. Wanita yang mencari
bantuan medis untuk gejala menopause sangat berbeda dengan wanita
yang usia dan status menopause sama yang tidak mencari bantuan, tetapi
lebih cenderung melaporkan distress. Mempunyai efek negatif terhadap
kesehatan mental.3
Beberapa wanita menemukan perubahan membuat menopause menjadi
masa-masa yang sulit. Sangat sulit bagi dokter untuk memutuskan apakah
gejala depresi, keletihan, dan insomnia disebabkan perubahan hormon
atau gangguan emosional yang dalam, karena wanita tersebut melihat
sekelilingnya dan tidak seperti apa yang dia lihat. Anak-anaknya tumbuh
dan atau meninggalkan rumah keluarga. Harapan masa muda dan
keinginannya lenyap ke dalam kehidupan rutin. Suaminya kelihatan
menemukan minat baru, meninggalkannya sendirian. Taman-temannya
pun mengalami masalah yang serupa dan terus mengeluh seperti dirinya.4
Ketidakteraturan haid mungkin secara bawah sadar meningkatkan
kecemasannya bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia
menjadi tua dan ditolak, dia mencapai akhir dari kehidupan. Psikiatris
menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui 3 tahap
sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah
perasaan cemas paling menonjol. Biasanya periode ini cukup singkat.
Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlansung berbulan-bulan,
ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainnya muncul.
Ketiga, merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapannya itu tidak
benar kelak, wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua
kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya, tinggal sebagai mimpi buruk.5
Hilangnya libido dapat dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk
peningkatan depresi. Peranan dalam kehidupan sosial sangat penting bagi
lansia, terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan
dengan dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan pensiun atau
hilangnya jabatan dan pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi
kebanggaan lansia dalam pendekatan holistik, sebenanya tidak dapat
dipisahkan antara aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya, dan
spritual dalam kehidupan lansia.4
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause ketika
menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup,
kesepian, tidak sabar, tegang, cemas, dan depresi. Ada juga lansia yang
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual.
Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda gejala dari
menopause adalah sebagai berikut :5
a. Daya ingatan menurun.
Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat
dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi
kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal sederhana.
b. Timbul kecemasan. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah
menopause, mereka menjadi pencemas.
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan.
Misalnya jika dulu biasa pergi sendirian pergi sendirian ke luar kota,
sekarang merasa cemas dan khawatir. Hal itu sering diperkuat oleh
larangan oleh anak-anaknya. Kecemaasn pada wanita lansia yang telah
menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang cemas dan
khawatir.
c. Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan dengan kecemasan.
Wanita lebih mudah tersinggungdan marah terhadap sesuatu yang
sebelumya dianggap tidak menganggu. Perasaannya menjadi sangat
sensitif terhadap tidak mengganggu. Perasaannya menjadi sangat
sensitive terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya,
terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan menyinggung
proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
d. Mengalami Stress
Ketegangan perasaan atau selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan social, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke
dalam tidur. Jika tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi,
mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap
penyakit. Ditingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress
tidak bias diramalkan.
Perbedaan suasana hati dan emosi dapat menimbulkan beragam reaksi,
mulai dari reaksi marah sampai akhirnya ke hal-hal yang lebih sulit
untuk dikendalikan.
e. Depresi
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih karena
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan
untuk memiliki anak, atau sedih karena kehilangan daya tarik.
1.4 Gejala-Gejala Menopause
a. Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini berhubungan
dengan kadar estrogen. Gejala yang menonjol adalah berkurangnya
tenaga dan gairah berkurangnyaa konsentrasi dan kemampuan
akademik, serta timbulnya perubahan emosi seperti mudah
tersinggung, susah tidur, rasa kesepian, ketakutan keganasan, tidak
sabar dan lain-lain.
Perubahan psikis ini berbeda-beda bergantung pada kemampuan
seorang wanita untuk menyesuaikan diri.
b. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan
pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan
mengurangi beban fisiologis dan psikologik.
c. Budaya Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti sangat
mempengaruhi wanita dalam penyesuaian diri dengan fase
klimakterium.

d. Faktor Lain
Wanita yang belum menikah dan wanita karier, baik yang sudah
atau belum berumah tangga, riwayat menarke yang terlambat
berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan.
Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik
tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun
karena perubahan psikologis.4
Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar
estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka
ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan
tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami
sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala
yang sifatnya ringan sampai berat.1
Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan
tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan
hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini
terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat.
Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh
pengangkatan ovarium.1
Beberapa keluhan fisik yang merupakan gejala menopause
a. Ketidakteraturan Siklus Haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur.
Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause.
Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang
kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala
peralihan.
b. Kekeringan Vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada
lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis.
Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu,
juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah
rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada
vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi
vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat
kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit
sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan
estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih
kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan
rasa sakit pada saat kencing.4
1.5 Seksualitas Pada Menopause
Fungsi seksual yang memuaskan adalah bagian integral kesehatan dan
kesejahteraan wanita diusia berapapun. Banyak mitos tentang seks dan
proses penuaan. Selama bertahun–tahun telah menjadi anggapan
bahwa semakin tua usia wanita, minat seks dan responsif wanita akan
menurun.6
Mayoritas wanita yang mengalami menopause alami tidak
melaporkan penurunan dalam hasrat seksual, kesenangan erotis atau
orgasme.6
Adapun seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat
luas. Diantaranya adalah dimensi biologis, dimensi Sosial, dimensi
kultural moral.6
a. Demensia biologis
Berdasarkan dimensi ini, seksualitas erat dengan bagaimana manusia
menjalani fungsi seksual, sesuai dengna identitas jenis kealmin nya dan
bagaimana dianmika aspek-aspek psikologis (kogisi, emosi, motivasi,
perilaku) terhadap seksualitas itu sendiriserta bagaimana dampak
psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.
Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki
atau perempuan, bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan psikologis
dan perilaku yang dihubungkan dengan identitsa peran, jenis kelamin,
serta bagaimana perilaku seksualnya.
b. Demensia sosial
Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar
manusia, bagaiamana seseorang beardaptasi atau menyesuaikan diri
dengan tuntutan peran dari lingkungan social serta bagaimana sosialisasi
peran dalam kehidupan manusia.
c. Demensia kultural moral
Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral
mempunyai penilaain terhadap seksualitas. Misalnya dinegara Timur
orang belum eksprensif mengungkapkan seksulitas berbeda dengan
Negara barat umumnya menjadi hak asasi manusia. Berbeda dengan
moralitas islam misalnya menganggap bahwa seksualitas sepenuhnya
adalah hak Tuhan, sehingga penggunaaan dan pemanfaatannya dilandasi
pada norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksuaitas
manusia secara lengkap.
Mitos dalam masyarakat berasumsi bahwa kaum lansia tidak tertarik
rangsangan seksual antara ketetarikan dan masa muda dan seksualitas
dengan cinta yang romantis atau fertilitas. Seks dapat dinikmati untuk
berbagai alasan, seperti alasan menurunkan ketegangan, perbaikan tidur
sebagai penyaluran emosi dan untuk perasaan intimasi.6
Sesudah masa transisi menopause, fungsi seksual anda bisa berubah.
Walaupun gairah seksual menurun baik untuk pria maupun wanita dengan
bertambahnya usia, umumnya terjadi penurunan gairah seksual cenderung
menurun baik untuk pria maupun wanita dengan bertambahnya usia,
umumnya terjadi penurunan gairah pada wanita di usia 40-an dan 50-an,
yaitu pada saat tingkatan estrogen menurun.
Pada masa ini diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat
terangsang. Lapisan kulit dan jaringan vagina menipis dan mengering,
sehingga hal ini dapat membuat rasa tidak nyaman dan sakit saat
berhubungan seksual.7
Pandangan terbaru yang menyebabkan wanita dan praktisi menyerah
adalah bahwa sejak terjadi penurunan kadar estrogen pada wanita, atau
setidaknya tidak menyenangkan. Hal ini terus berlanjut dengan ide bahwa
wanita yang telah melewati masa reproduksinya berpotensi kehilangan
keinginan dan hasrat seksual. Waktu yang diperlukan untuk terangsang
lebih lama pada wanita dan pria sering proses penuaaan. Meningkatkan
waktu pemanasan sering kali diperlukan.6
Hal ini berdampak pada sebagian wanita yang kurang dapat menikmati
hubungan seksual. Akan tetapi bagi sebagian wanita lagi, mereka justru
menikmati kebebasan melakukan hubungan seksual. Akan tetapi bagi
sebagian wanita lagi, mereka justru menikmati kebebasan melakukan
hubungan seksual tanpa merasa takut akan hamil, tidak harus memakai
KB, merasa nyaman dengan tubuh mereka dan justru semakin mesra
dengan pasanagn mereka. Pada umumnya wanita yang menikmati seks di
usia mudanya tetap merasa puas dan tidak mengalami masalah dalam
hubungan seks pada saat menopause dan pascamenopause.7
Respons seksual mengalami perlambatan yang sama seperti proses
fisiologis lain di dalam tubuh. Penting untuk mengingatkan wanita dan
pasangannya bawa perubahan tidak selalu merupakan bencana tetapi
justru dapat menciptakan kesenangan yang tidak terduga. Wanita
sebaiknya ditanyai mengenai perubahan vagina, termasuk kelembapan
atau kekeringan, gatal, atau nyeri dan juga lebih banyak tentang apapun
yang ingin ditanyakan. Jika wanita pernah mengalami histerektomi, ia
mungkin mempunyai pertanyaan lain dan memerlukan waktu untuk
menghubungkan dengan penyesuaian seksual. Pertimbangan lain bagi
wanita adalah tidak ada pasangan seksual karena bercerai atau meninggal.6
Bagi beberapa wanita, hal ini berarti menggali hubungan lain dengan
pasangan yang baru atau memuaskan hubungan kebutuhan seksuanya
sendri dengan masturbasi atau fantasi. Pada beberapa kondisi tidak adanya
pasangan seksual berarti kehidupan dengan kemunduran tingkat aktivitas
seksual.6
1.6 Cara Mengatasi Keluhan Menopause
Berbagai keluhan fisik opada wanita yang mengalami menopause dapat
diatasi dengan pemberian obat yang bersifat mengganti hormone estrogen.
Pemberian obat ini digunakan untuk memulihkan sel-sel yang mengalami
kemunduran. 7
Prinsip pengbatan menopause adalah memberikdimulaian estrogen
dari luar atau dikenal dengan hormon replacement theraphy (HRT) atau
istilahnya dalam bahasa Indonesia adalah Terapi Sulih Hormon (TSH).
Sebelum pemberian estrogen dimulai, perlu diketahui persyaratan-
persyaratan seperti tekanan darah normal, tidak ada kelainan atau
keganasan pada serviks dan payudara, tidak ada pembesaran uterus, hati
dan kelenjar tiroid normal dan tidak ada terdapat varises.7
Prinsip dasar pemberian TSH adalah sebagai berikut :7
a. Pada wanita yang memiliki uterus, pemberian estrogen harus selalu
dikombinasikan dengan progesterone. Tujuan penambahan progesteron
adalah untuk mencegah kanker endometrium.
b. Pada wanita tanpa uterus maka cukup pemberian estrogen saja dan
diberikan secara kontinu (tanpa istirahat).
c. Pada wanita perimenopause yang masih haid dan masih tetap
menginginkan haid, TSH diberikan secara sekuensial. Sementara bagi
yang tidak ingin haid diberikan kontinu.
d. Jenis estrogen yang digunakan adalah estrogen dan progesterone yang
alamiah.
e. Pemberian selalu dimulai dengan dosis rendah.
f. Dapat dikombinasikan dengan androgen atau diberikan dengan TSH yang
memiliki sifat androgenik.
Jenis estrogen alamiah yang banyak diguanakan adalah estrol, dikenal
dengan merk dagang ovestin buatan pabrik organon. Tersedia dalam bentuk
tablet 1 mg, tablet 2 mg, dank rim 1 mg/gram untuk pemakaian local d
vulva/vagina. Cara pemberian TSH bisa dengan oral, transdermal, semprot
hidung, implant, pervaginam, sublingual dan intramuskular. Efek samping
pemberian TSH sebagian besar diakibatkan karena dosis estrogen yang tinggi.
Keluhan seperti nyeri payudara, peningkatan berat badan, keputihan dan sakit
kepala serta perdarahan.7

2.7 Upaya Lain Untuk Memperlambat dan Mengatasi Menopause


Datangnya masa menopause tidak perlu cemas. Karena selain dapat
diatasi dengan terapi hormone pengganti, kehadiran menopause ternyata dapat
diperlambat dengan mengatur dan memulai kehidupan yang lebih sehat.
Adapun persiapan-persiapan yang dapat kita lakukan antara lain sebagai
berikut : 7
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah dan
sayuran
b. Berolahraga teratur
c. Makanan yang baik dan bergizi
d. Melakukan hobi
e. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alkohol.
f. Menghindari rokok
g. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain
h. Berfikirlah bahwa menopause itu adalah sesuatu yang wajar
i. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan sosial
j. Bersilaturrahmi dengan teman bersama untuk bertukar fikiran
k. Mengkomunikasikan masalah dengan pasangan
l. Tingkatkan ibadah
BAB III
KESIMPULAN

Menopause adalah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Tiga
periode menopause yaitu fase Klimaterium (Premenopause), Menopause dan Senium.
beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda gejala dari menopause adalah
daya ingatan menurun, timbul kecemasan, mudah tersinggung, mengalami stress,
depresi.
Upaya lain untuk memperlambat dan mengatasi menopause yaitu
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah dan sayuran,
berolahraga teratur, melakukan hobi, mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda
dan alkohol, menghindari rokok, berfikirlah bahwa menopause itu adalah sesuatu
yang wajar, tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang
lain, bersilaturrahmi dengan teman bersama untuk bertukar fikiran.
Daftar Pustaka

1. Atikah Proverawati, MPH, 2010. Menopause dan Sindrom Pre


Menopause. Yogyakarta: Muha Medika.
2. Dede Kusmana. Olahraga Untuk Orang Sehat Dan Penderita
Penyakit Jantung. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
3. Irawati, Titi. 2007. Menopause. Http; //Www.Kespro.Info.Diakses
Tanggal 22 Desember 2013.
4. Aqila, Smart. Bahagia di Usia Menopause. Yogyakarta : A Plus
Books. 2010.
5. Llewellyn, Derek & Jones. Setiap Wanita. Jakarta. 1997.
6. Verney. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Hal 36 – 39. Jakarta.
2006.
7. Suwarna, Vaishali Gaikwad. Persepsi tentang Gejala Menopause
dan Kualitas Hidup Perempuan Menopause. Journal of Health
Science. Vol. 2 No. 3. 2012.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai