Anda di halaman 1dari 7

Menganalisis Komponen Pembelajaran

Karakteristik Siswa

Setiap siswa mempunyai kemampuan dan pembawaan yang berbeda. Siswa juga berasal
dari lingkungan sosial yang tidak sama. Kemampuan, pembawaan, dan lingkungan sosial siswa
membentuknya menjadi sebuah karakter tersendiri yang mempunyai pola perilaku tertentu. Pola
perilaku yang terbentuk tersebut menentukan aktivitas yang dilakukan siswa baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas diarahkan untuk mencapai cita-cita siswa, tentunya
dengan bimbingan guru.
Pola perilaku yang dimiliki masing-masing siswa menyebabkannya mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan yang ada
merupakan hal yang sudah pasti, tidak ada satupun siswa yang mempunyai kesamaan dengan
lainnya. Apabila ada satu aspek yang sama maka aspek yang lainnya pasti berbeda. Perbedaan
setiap individu merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukung untuk mewujudkan
kualitas masing-masing individu.
Karakteristik siswa antara lain ditemukan ada siswa yang pandai, siswa kurang pandai,
dan siswa yang tidak pandai. Siswa yang pandai akan lebih mudah menerima materi
pembelajaran dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai dan yang tidak pandai. Belum lagi
perbedaan dalam bakat, emosional, dan sosial. Siswa yang berbakat, emosi stabil, dan
lingkungan sosial yang baik akan lebih mudah mengikuti proses pembelajaran bila dibandingkan
dengan siswa yang tidak berbakat, emosi tidak stabil, dan siswa yang berasal dari lingkungan
sosial yang buruk. Perbedaan karakteristik ini menuntut guru untuk bersikap arif menyikapinya.
Begitu banyak ditemukan perbedaan dalam karakteristik siswa, antara lain perbedaan
dalam hal biologis, psikologis, intelegensi, dan bakat. Keadaan fisik biologis satu siswa dengan
yang lain berbeda sama sekali. Ada siswa yang mempunyai fisik sehat dan lengkap, ada juga
siswa yang mempunyai fisik lengkap tetapi tidak sehat. Keadaan psikologis siswa juga beragam,
tidak semua siswa siap secara psikologis untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Ada siswa yang datang ke sekolah dengan penuh semangat dan senang gembira, ada siswa yang
datang ke sekolah dengan sedih dan susah, ada siswa yang malas, ada juga siswa yang berangkat
ke sekolah karena menghindari pekerjaan di rumah, dan sebagainya. Intelegensi yang dimiliki
siswa juga berbeda-beda, ada yang mempunyai intelegensi tinggi, intelegensi sedang, dan ada
yang mempunyai intelegensi rendah. Perbedaan lain yang memerlukan perhatian dari guru
adalah bakat. Guru harus memahami bahwa tidak semua siswa mempunyai bakat dalam semua
mata pelajaran.
Karakteristik siswa yang berikutnya adalah karakteristik fisiologis dan karakteristik
psikologis. Kedua karakteristik ini memerlukan perhatian khusus dari guru. Siswa dengan
kondisi fisiologis kurang sehat akan lebih memerlukan perhatian dari guru dibandingkan dengan
siswa yang mempunyai kekurangan pada kondisi fisiologisnya. Karakteristik psikologis siswa
juga berbeda-beda. Minat siswa terhadap suatu pelajaran berbeda-beda, apalagi penyajian materi
pelajaran guru yang tidak menarik. Motivasi tidak kalah penting untuk diperhatikan. Guru harus
mampu memberikan motivasi yang tepat kepada para siswanya. Motivasi yang tidak tepat hanya
akan membuat siswa semakin tidak bersemangat untuk belajar, karena tidak semua siswa
mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar.
Karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa antara lain:
latar belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan, gaya belajar, usia kronologi, tingkat
kematangan, spektrum dan ruang lingkup minat, lingkungan sosial ekonomi, hambatan-hambatan
lingkungan dan kebudayaan, intelegensia, keselarasan dan attitude, prestasi belajar, motivasi dan
lain-lain.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa


1. Masukan Mentah
Masukan mentah merupakan kondisi seseorang pada situasi awal (sebelum
kegiatan belajar dan pembelajaran berlangsung). Keberhasilan atau kegagalan belajar sangat
tergantung pada masukan mentah ini. Kondisi subjek ini meliputi:
a. Kondisi Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-
organ tubuh, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas
kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang dipahami.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indera pendengaran dan indera
penglihatan, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

b. Kondisi Psikologis
Banyak faktor yang termasuk kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas hasil belajar siswa, diantaranya adalah sebagai berikut:
  Intelegensi Siswa
Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan cara yang tepat (Reber, 1988).Jadi, intelegensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh
lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya Karena otak
merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menetukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa
maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, Sebaliknya, semakin rendah kemempuan
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan
intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline,
lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang
sangat cerdas akan merasa tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena
pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi
karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Di
sisi lain, siswa yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar
baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti
yang dialami rekannya yang luar biasa positif.1[1]


  Sikap
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu
sama lain.Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam
beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Di sini Trow lebih menekankan pada kesiapan
mental atau emosional seseorang terhadap sesuatu objek. Sementara itu Allport seperti dikutip
oleh Gable mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun
melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap
semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu.
Definisi sikap menurut Allport ini menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul
seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan
pengaruh langsung kepada respons seseorang. Harlen mengemukakan bahwa sikap merupakan
kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau
situasi tertentu.
 
  Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai
dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak
dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat
selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebiih mudah
dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar
ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan
berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan
bahan pelajaran yang dipelajari itu.
 

 Motivasi
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu
tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu
kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya
dengan cara tertentu. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi adalah proses
membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan prilaku arah suatu tujuan. Dari tiga definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang
terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan (kebutuhan).2[4]

  Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalahkemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber,1988). Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk berprestasi
sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Seseorang yang berbakat pada bidang Matematika, akan jauh lebiih mudah menyerap
informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding
dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus (specific aptitude) yang
konon tidak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).3[5]
 
  Gaya Kognitif
Setiap orang memiliki cara-cara sendiri yang disukainya dalam menyusun apa yang
dilihat, diingat, dan dipikirkannya. Perbedaan-perbedaan antara pribadi yang menetap dalam
cara menyusun dan mengolah informasi serta pengalaman-pengalaman ini dikenal sebagai gaya
kognitif. Gaya kognitif merupakan variabel penting yang mempengaruhi pilihan-pilihan dalam
bidang akademik, bagaimana siswa belajar, serta bagaimana siswa dan guru berinteraksi dalam
kelas.

2. Masukan Instumental
Masukan instrumental menunjukkan kualifikasi serta sarana yang diperlukan untuk dapat
berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran. Masukan instrumental meliputi berbagai
komponen seperti guru (kemampuan/ kompetensi, kesiapan, sikap, minat, dan sebagainya),
kurikulum, metode, evaluasi ( proses dan hasil belajar), sarana prasarana (ruangan, alat bantu
belajar, buku teks, buku penunjang dan sebagainya), dan sebagainya.4[7]

3. Masukan Lingkungan
Masukan lingkungan merupakan masukan yang berasal dari lingkungan sekitar siswa.
Yang termasuk dalam masukan lingkungan ini adalah :
a. Lingkungan Fisik
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya,
kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli
bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari lebih efektif daripada belajar
pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya
belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada
pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).
b. Lingkungan Sosial.
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di sekitarnya,
sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang
tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik
ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Kondisi masyarakat di lingkungan siswa yang kumuh, anak-anak penganggur dan serba
kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan
menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun meminjam
alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.
c. Lingkungan Kultural
Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan masyarakat di
sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda. Hal
ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai