Anda di halaman 1dari 15

KEBUDAYAAN ISLAM

Disusun oleh :

 Nindya Aliza : I1A012008


 Yuli rahmawati : I1A012015
 Faizal Rahman : I1A012033
 Eka Sri Rahayu : I1A012048
 Lia Astuti Ratnasari : I1A012118
 Felicia Arum Wijayanti : I1A012088
 Yulianti : I1A012073
 Sekar Intan P : I1A012114
 Brian Afiff Budio’hana : I1A012093
 M. Chandra Fahlevi : I1A012108
 Risa Resfiani : I1A012010
 Pradhika Perdana Sakti : I1A012128

MATA KULIAH DASAR UMUM AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

TAHUN AKADEMIK 2012/2013


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Muhammad telah meninggalkan warisan rohani yang agung, yang telah


menaungi dunia dan memberi arah kepada kebudayaan dunia selama dalam
beberapa waktu yang lalu. ia akan terus demikian sampai Tuhan
menyempurnakan cahayaNya ke seluruh dunia. Warisan yang telah memberi
pengaruh besar pada masa lampau itu. Dan akan demikian, bahkan lebih lagi pada
masa yang akan datang, ialah karena ia telah membawa agama yang benar dan
meletakkan dasar kebudayaan satu-satunya yang akan menjamin kebahagiaan
dunia ini. Agama dan kebudayaan yang telah dibawa muhammad kepada umat
manusia melalu wahyu Tuhan itu, sudah begitu berpadu sehingga tidak dapat lagi
terpisahkan (Tim Dosen: 2009).

Menurut ahli budaya, kata kebudayaan merupakan gabungan dari 2 kata,


yaitu budi dan daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat,
ikhitar, perasaan. Daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Jadi
kebudayaan adalah kumpulan segala usaha dan upaya manusia yang di kerjakan
dengan mempergunakan hasil pendapat budi untuk memperbaiki kesempurnaan
hidup (Pjiper: 1984).

Al-Qur’an memandang kebudayaan itu sebagai suatu proses, dan


meletakan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan
suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang
menyatu dalam suatu perbuatan. Oleh karena itu secara umum kebudayaan dapat
dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak
mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-
nilai Ketuhanan. Kebudayaan Islam berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam
sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil akal,
budi rasa, dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang
bersifat universal berkembang jadi semua peradapan (Pjiper: 1984).

Periode modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan
berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi Dunia Islam secara
politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20
M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat. Periode
ini memang merupakan zaman kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami
kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan
pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan pemabaharuan ini muncul karena
dua hal:
1. Timbulnya kesadaran dikalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran “asing”
yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran ini bertentangan
dengan semangat ajaran Islam yang sebenarnya, seperti bid’ah, khurafat dan
tahyul. Oleh karena itu mereka bangkit untuk membersihkan Islam dari ajaran
atau paham seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi.
2. Pada periode ini Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban.
Persentuhan dengan Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan
mereka. Karena itu, mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam
masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power
(Tim Dosen: 2012).
Sistem ekonomi dasar kebudayaan barat. Sebagai akibatnya, di Barat
timbul pula aliran-aliran yang hendak membuat segala yang ada dimuka bumi ini
tunduk kepada kehidupan dunia ekonomi. Begitu juga tidak sedikit orang yang
ingin menempatkan sejarah umat manusia dari segi agamanya, seni, filsafat, cara
berfikir dan pengetahuaannya dengan ukuran ekonomi. Pikiran ini tidak terbatas
hanya pada sejarah dan penulisannya, bahkan beberapa filsafat Barat telah pula
membuat pola-pola atas dasar kemanfaatan materi ini semata. Sungguh aliran-
aliran demikian ini dalam pemikirannya sudah begitu tinggi dengan daya ciptanya
yang besar sekali, namun perkembangan pikiran di Barat itu telah membatasinya
pada batas-batas keuntungan materi. Sebaliknya mengenai masalah rohani dalam
pandangan kebudayaan Barat ini adalah masalah pribadi semata, orang tidak perlu
memberikan perhatian bersama untuk itu. Oleh karenanya membiarkan masalah
kepercayaan ini secara bebas di Barat merupakan suatu hal yang diagungkan.
Kisah kebudayaan Barat mencari kebahagiaan umat manusia, kebudayaan yang
hendak menjadikan kehidupan ekonomi itu dengan tidak menganggap penting arti
kepercayaan dalam kehidupan umum, dalam merambah jalan untuk umat manusia
mencapai kebahagiaan seperti yang dicita-citakannya itu. Bahkan tanggapan hidup
yang demikian ini sudah sepatutnya bila akan menjerumuskan umat manusia ke
dalam penderitaan berat seperti yang di alami pada abad-abad belakangan ini
(Pjiper: 1984).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Apa pengertian kebudayaan?
2. Apa kebudayaan islam itu?
3. Bagaimana perkembangan islam saat ini?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat:

1. Mengetahui pengertian kebudayaan


2. Mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam
3. Membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan islam
4. Mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari
5. Mengetahui lintasan peristiwa, waktu dan kejadian yang berhubungan
dengan kebudayaan Islam
6. Memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam kebudayaan Islam dari
satu periode ke periode berikutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEBUDAYAAN ISLAM

Kebudayaan ialah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga fikiran


dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan
tenaga lahir manusia. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap,
maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan. Jadi kalau
begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang batin walau dibidang
apapun dianggap kebudayaan. Sebab hasil daripada daya pemikiran dan daya
usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal politik, pendidikan,
ekonomi, seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya (Pjiper: 1984).
Secara garis besar, defenisi kebudayaan islam dikelompokkan kedalam
enam kelompok sesuai dengan tinjauan dan sudut pandang masing-masing
membuat defenisi. Kelompok pertama menggunakan pendekatan deskriptif
dengan menekankan pada sejumlah isi yang terkandung didalamnya seperti
definisi yang dipakai oleh tailor bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan yang
amat kompleks meliputi ilmu pengetahuaan, kepercayaan, seni, hukum, moral,
adat istiadat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diterima manusia
sebagai anggota masyarakat (Tim Dosen: 2009).

Sejarah Intelektual Islam dilihat dari segi perkembangannya, sejarah


intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa, yaitu:

1. Masa Klasik (650-1250 M)


Kemajuan umat Islam dimulai sejak dilakukannya ekspansi oleh dinasti
Umayyah.

2. Masa Pertengahan (1250-1800 M)


Pemikiran Islam mengalami masa kemunduran, karena filsafat mulai dijauhkan
dari umat Islam.

3. Masa Modern (1800 M-sekarang)


Merupakan masa kebangkitan umat Islam karena menyadari ketertinggalannya
dengan Barat. Untuk mengembalikan umat Islam ada beberapa alternatif yang
dilakukan, yaitu:

a. Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab


kemunduran umat Islam.
b. Menyerap pengetahuan Barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka.
Melepaskan diri dari penjajahan bangsa Barat (Pjiper: 1984).

Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju


kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah
datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan
tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini
jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa
madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan
membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan
yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat
perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32,
disebutkan : “ Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya
dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing
yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri,
serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Idonesia” (Tim Dosen: 2009).

Berdasarkan hal tersebut, Islam telah membagi budaya menjadi tiga


macam:

 Pertama: Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. seperti; kadar


besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh,
umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin
sekitar 50-100 gram emas.
 Kedua: Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam
Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji
dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh “
talbiyah “ yang sarat dengan kesyirikan, thowaf di Ka’bah dengan telanjang.
 Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya
“ngaben” yang dilakukan oleh masyarakat Bali (Muhtar: 2012).

Kelompok kedua menggunakan pendekatan historis dengan menekankan


pada warisan sosial dan tradisi kebudayaan seperti definisi yang dipakai oleh Park
dan Burgess yang menyatakan bahwa kebudayaan suatu masyarakat adalah
sejumlah totalitas dan organisasi dan warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu
yang bermakna yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa. Dari
berbagai tujuan dan sudut pandangan tentang definisi kebudayaan, menunjukkan
bahwa kebudayaan itu merupakan sesuatu persoalan yang sangat luas. Alquran
memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan meletakkan kebudayaan
sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan
manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu
perbuatan. Jadi secara umum kebudayaan islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa,
karsa, dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat
menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang (Pjiper: 1984).

Agama islam adalah wahyu dari Allah SWT yang disampaikan kepada
Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup
manusia agar selamat dunia dan akhirat. Agama islam bukanlah kebudayaan,
sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir manusia. Tetapi
islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi, berpolitik, bergaul,
bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan lain lain. jadi, sekali
lagi dikatakan, agama islam itu bukan kebudayaan, tapi mendorong manusia
berkebudayaan. Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah
hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat
manusia. Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap
insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha
mencapai kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan
yang baik (Pjiper: 1984).
Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh pengorbanan,
untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula Allah telah mengutusnya. Suatu
pengorbanan yang sudah berkali kali menghadapkan nyawanya kepada maut.
Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun yang dalam gengsi dan keturunan ia
sederajat dengan mereka yang baik dengan harta, kedudukan atau dengan godaan-
godaan lain, mereka tidak dapat merintanginya (Pjiper: 1984).

Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlang itu belum ada dalam
kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang sudah meliputi
segala segi kehidupan apalagi yang kita lihat suatu kehidupan manusia yang sudah
bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini berkembang sampai akhir
zaman, berhubungan dengan pencipta alam dengan segala karunia dan
pengamppunannya. Kalau tidak karena adanya kesunggguhan dan kejujuran
Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita lihat ini
lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu. Pada masa awal
perkembangan islam, sistem pendidikan dan pemikiran yang sistematis belu
terselenggara karena ajaran islam tidak diturunkan sekaligus. Namun demikian
isyarat alquran sudah cukup jelas meletakkan pondasi yang kokoh terhadap
pengembangan ilmu dan pemikiran (Imaza: 2012).

Dalam menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun nasution,


dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual islam dapat dikelompokkan
kedalam tiga masa yaitu masa klasik antara tahun 650-1250M. Masa pertengahan,
tahun 1250-1800M. Dan masa modern yaitu sejak tahun 1800 sampai sekarang
(Tim Dosen: 2012).

B. BENTUK KEBUDAYAAN ISLAM


Bentuk atau wujud kebudayaan Islam dapat dibedakan menjadi tiga hal,
yaitu:
1.wujud ideal (gagasan)
2.wujud aktivitas
3.wujud artefak (benda)
Salah satu tokoh yang dikenal sebagai sejarawan dan dijuluki Bapak Sosiologi
Islam adalah Ibnu Khaldun. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir
karena studinya yang sangat dalam, pengamatan terhadap berbagai masyarakat.
Ibnu Khaldun menulis sebuah buku yang berjudul Al’Ibar (Sejarah umum) yang
diterbitkan di Kairo tahun 1248 M. Ibnu Khaldun juga dipandang sebagai peletak
dasar ilmu sosial dan politik Islam (Muhtar: 2012).
1. Kebudayaan Islam yang berwujud Ideal (Gagasan)

 Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan


ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.
 Wujud kebudayaan ini terletak di alam pemikiran warga masyarakat. Jika
masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-
buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut (Muhtar: 2012).

Kebudayaan Islam yang berwujud ideal diantaranya :


1. Pemikiran di bidang hukum Islam muncul ilmu fiqih.
2. Pemikiran di bidang agama muncul ilmu Tasawuf dan ilmu tafsir.
3. Pemikiran di bidang sosial politik muncul sistem khilafah Islam (pemerintahan
Islam) yang diprakarsai oleh Nabi Muhammad dan diteruskan oleh
Khulafaurrosyidin.
4. Pemikiran di bidang ekonomi muncul peraturan zakat, pajak jizyah (pajak
untuk non Muslim), pajak Kharaj (pajak bumi), peraturan ghanimah (harta
rampasan perang).
5. Pemikiran di bidang ilmu pengetahuan muncul ilmu sejarah, filsafat,
kedokteran, ilmu bahasa dan lain-lain (Muhtar: 2012).
Lanjutan : Kebudayaan Islam yang berwujud Ideal (Gagasan)
Di antara tokoh-tokoh yang berperan adalah:
1. Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki (bidang ilmu fiqih).
2. Umar bin Khattab (bidang administrasi negara dan pemerintahan Islam)
3. Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd (bidang filsafat)
4. Ibnu Khaldun (bidang sejarah yang sering disebut dengan "bapak sosiologi
Islam") (Muhtar: 2012).

2. Kebudayaan Islam yang berwujud Aktivitas

 Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari


manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan (Muhtar: 2012).

Contoh kebudayaan Islam yang berwujud aktivitas atau tindakan di antaranya


adalah:
1. pemberlakuan hukum Islam seperti potong tangan bagi pencuri dan hukum
razam bagi pezina.
2. penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam pada masa
Dinasti Umayyah (masa khalifah Abdul Malik bin Marwan) memunculkan
gerakan ilmu pengetahuan dan penterjemahan ilmu-ilmu yang berbahasa Persia
dan Yunani ke dalam bahasa Arab. Gerakan ilmu pengetahuan mencapai
puncaknya pada masa Dinasti Abbasiyah, di mana kota Baghdad dan
Iskandariyah menjadi pusat ilmu pengetahuan ketika itu (Muhtar: 2012).

3. Kebudayaan Islam Yang Berwujud Artefak (Benda)

 Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
 Contoh kebudayaan Islam yang berbentuk hasil karya di antaranya: seni
ukiran kaligrafi yang terdapat di masjid-masjid, arsitektur-arsitektur
masjid dan lain sebagainya (Muhtar: 2012).
C. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA

Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di seluruh dunia. Muslim di


Indonesia juga dikenal dengan sifatnya yang moderat dan toleran. Sejarah awal
penyebaran Islam di sejumlah daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia
sangatlah beragam. Penyebaran Islam di tanah Jawa sebagian besar dilakukan oleh
walisongo (sembilan wali). Berikut ini adalah informasi singkat mengenai
walisongo (Tim Dosen: 2009).

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam


budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali"
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain (Tim Dosen: 2009).

Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam


penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri
sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para
kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya
kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat.
Kebudayaan Islam dipahami sebagai aktualisasi atas nilai-nilai yang tertanam
dalam hati seseorang atau masyarakat. Sebuah kebudayaan dapat disebut Islami
apabila nilai-nilai yang membangkitkan kegiatan dan penciptaan pada manusia
adalah nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, Islam akan menjadi budaya suatu
masyarakat apabila telah menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pijakan berbagai
kegiatan dalam kurun waktu yang relatif lama, sehingga menjadi tradisi budaya
yang menyatu (Tim Dosen: 2009).

Islam yang diwahyukan kepada Muhammad telah membawa bangsa Arab


yang semula terbelakang, bodoh, tidak dikenal dan diabaikan oleh bangsa maju.
Salah satu bukti bahwa pada awalanya bangsa Arab diabaikan oleh bangsa lain
adalah pada saat balatentara Alexander (seorang penduduk kesohor dari dunia
masa lampau) telah menduduki Mesir, setelah itu dipirannya daerah yang akan
ditaklukan berikutnya adalah Persia yang terkenal makmur dan kaya, bukan Arab
(lebih dekat dengan Mesir) yang kering kerontang dan tandus. Islam dengan
segala nilai-nilai dan ajarannya dengan cepat mengembangkan dunia, membina
satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting, arinya dalam sejarah
manusia hingga sekarang (Tim Dosen: 2009).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan sangat


diperhatikan dalam Islam. Selain itu, kebudayaan juga mempunyai peran untuik
membumikan ajaran Islam yang utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
hidup umat manuisa. Jadi, agama bukan kebudayaan, tetapi melahirkan
kebudayaan. Dalam perkembangan dakwah islam di indonesia, para penyiar
agama mendakwakan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan
oleh para wali di tanah jawa. Karena kehebatan para Wali Allah dalam mengemas
ajaran islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar
bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-
hari mereka (Tim Dosen: 2009).

D. REVOLUSI ISLAM
Bertitik tolak dari peletakan dasar masyarakat Islam di Madinah, maka
terjadilah perubahan sosial yang sangat dramatik dalam sejarah kehidupan
manusia. Hal ini disebabkan karena Muhammad dengan ajarannya memberi
suasana yang kondusif bagi timbulnya peradaban manusia dalam segala bidang
disamping, kebenaran ajaran Islam itu sendiri. Diantara perubahan yang terjadi
yang dibawah oleh Rasulullah ialah: pertama, dari segi Agama bangsa Arab yang
semula menyembah berhala berubah menganut agama Islam yang setia. Kedua,
dari segi kemasyarakatan yang semula terkenal sebagai masyarakat yang tidak
mengenal perikemanusiaan, misalnya saling membunuh, tidak menghargai
martabat wanita, berubah menjadi bangsa yang disiplin resprektif terhadap nilai-
nilai kamanusiaan sehingga tidak lagi terlihat eksploitasi wanita, dan perbudakan.
Ketiga, dari segi politik, masyarakat Arab tidak lagi sebagai bangsa yang cerai
berai karena kesukuan, tetapi berkat ajaran Islam berubah menjadi bangsa yang
besar bersatu dibawah bendera Islam, sehingga dalam tempo yang relatif singkat
bangsa Arab menjadi bangsa besar yang dikagumi oleh bangsa lainnya (Pjiper:
1984).
Contoh Kebudayaan Islam :
 Di bidang Seni : Syair, Kaligafi, Hikayat, Suluk, Babad, Tari Saman, tari
Zapin.
 Di bidang Fisik : Masjid, Istana, Keraton,
 Di Bidang Pertunjukan : Sekaten, Wayang, Hadrah, Qasidah,
 Di bidang Tradisi : Aqiqah, Khitanan, Halal Bihalal, Sadranan, Berzan
(Muhtar: 2012).

E. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Dapat mengetahui pengertian kebudayaan kemudian memberitahukan


informasi kepada orang lain.
2. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan islam pada masa kejayaan
islam.
3. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan islam.
4. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari
5. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah
karya kaum muslimin masa lalu.
6. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk
diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
7. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk
mencontoh atau meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna
perbaikan dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi
Islam pada masa yang akan datang (Muhtar: 2012).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sejarah Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau
yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada
sumber nilai-nilai Islam. Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang
seringkali bertumpang tindih, sehingga mengaburkan pemahaman kita terhadap
keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari
kebudayaan. Jadi agama islam itu bukan kebudayaan, tetapi mendorong manusia
untuk berkebudayaan.

B. SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan islam
dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan islam
dengan landasan konsep yang berasal dari Islam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Dosen Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam. 2009.


Makassar: UNM.v

2. Pjiper, G.F. 1984. Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia


1900-1950 (terj.). 1984. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

3. Muhtar. Sejarah Kebudayaan Islam. 2012


http://Muhtar/2012/pengantar-sejarah-kebudayaan-islam.html
Tanggal mengakses 8 November 2012

4. Imaza. Makalah Sejarah Kebudayaan Islam. 2012


http://imaza17.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-kebudayaan-
islam.html
Tanggal mengakses 29 November 2012

Anda mungkin juga menyukai