Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi

Definisi akuntansi seperti yang diberikan oleh Komite Terminologi dari American Institute of
Certifieed Public Accountantas adalah sebagai berikut : Akuntansi adalah suatu seni pencatatan,
pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian diantaranya, memiliki sifat keuangan, dan
selanjutnya menginterprestasikan hasilnya. (Belkaouis, Riahi 2011:50)

Suwarjono (2002) dalam kutipan Pura Rahman (2013) menyatakan akuntansi dapat pula
didefinisikan sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan transaksi yang bersifat
keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Pengertian seni dalam definisi tersebut dimaksudakan
untuk menunjukan bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu pengetahuan eksakta, karena dalam proses
penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan. Pengertian seni mengacu
pada suatu keahlian untuk memilih (prinsip, metode, dan teknik) yang sesuai dengan kebutuhan dan
selera dari pihak yang menggunakan akuntansi.

2.1 Pengertian Akuntansi

Definisi akuntansi seperti yang diberikan oleh Komite Terminologi dari American Institute of
Certifieed Public Accountantas adalah sebagai berikut : Akuntansi adalah suatu seni pencatatan,
pengklasifikasian, dan pengikhtisaran dalam cara yang signifikan dan satuan mata uang, transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian diantaranya, memiliki sifat keuangan, dan
selanjutnya menginterprestasikan hasilnya. (Belkaouis, Riahi 2011:50)

Suwarjono (2002) dalam kutipan Pura Rahman (2013) menyatakan akuntansi dapat pula
didefinisikan sebagai seni pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan transaksi yang bersifat
keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Pengertian seni dalam definisi tersebut dimaksudakan
untuk menunjukan bahwa akuntansi bukan merupakan ilmu pengetahuan eksakta, karena dalam proses
penalaran dan perancangan akuntansi banyak terlibat unsur pertimbangan. Pengertian seni mengacu
pada suatu keahlian untuk memilih (prinsip, metode, dan teknik) yang sesuai dengan kebutuhan dan
selera dari pihak yang menggunakan akuntansi.

2.2 Standar Akuntansi Pemerintahan

Hariadi, Restianto dan Bawono (2010:115) mendefinisikan Standar Akuntansi adalah acuan
dalam penyajian laporan keuangan yang ditunjukan kepada pihak-pihak di luar organisasi yang
mempunyai otoritas tertinggi dalam kerangka akuntansi berlaku umum. Standar akuntansi berguna bagi
penyusunan laporan keuangan dalam menentukan informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak
yang di luar organisasi. Nugroho (2013), pada hakekatnya akuntansi pemerintahan adalah aplikasi
akuntansi di bidang keuangan negara khususnya pada tahapan pelaksanaan anggaran.
Definisi Sistem Akuntansi Pemerintahan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010 adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk
mewujudkan fungsi akuntansi sejak analis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
organisasi pemerintah.

2.3 Akuntansi Keuangan Daerah

Peran penting akuntansi bagi Pemerintah Daerah ditunjukkan dalam pasal 51 UU No. 17 tahun
2003 yaitu setiap Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (selaku Bendahara Umum Daerah) dan Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah (selaku Pengguna Anggaran) harus menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas termasuk transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan
yang berada dalam tanggungjawabnya.

Menurut Halim dan Kusufi (2012:40), Akuntansi keuangan daerah didefinisikan sebagai proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
pemerintah daerah (Kabupaten, Kota atau Provinsi).

2.4 Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011, Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Unsur yang paling penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah adalah cara pengelolaan keuangan daerah
secara berdaya guna dan berhasil guna. Dalam hal ini keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

2010 maka mulai tahun 2015, Pemda wajib menggunakan basis akrual. Basis akrual adalah basis
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu
terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar

2.5 Basis Akuntansi Keuangan Daerah

Sesuai dengan amanat UU No. 17 tahun 2003 dan PP No. 71 tahun

2.6 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.6.1 Pengertian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010, menyatakan bahwa Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Hariadi, Restianto dan Bawono (2010:122)
menyatakan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah digunakan untuk membandingkan realisasi
pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, menilai
efektifitas dan efesiensi, serta membantu ketaatannya terhadap Peraturan Perundang-undangan.

2.6.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan adalah ukuran-
ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya.

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat norfmatif yang diperlukan agar laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki: Relevan, Andal, Dapat Dibandingkan, Dapat
dipahami

2.6.3 Peran Laporan Keuangan

Tanjung (2014:11) Laporan Keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode
pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang
dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
megevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menengtukan ketaatannya
terhadap peraturan perundang-undangan

2.6.4 Jenis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
paragrapf 14 disebutkan bahwa laporan keuangan (financial statement) pemerintah terdiri dari dua jenis
yaitu, laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial (financial reports).
Laporan pelaksanaan anggaran terdiri atas laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih (SAL). Anggaran merupakan instrumen penting bagi pemerintah yaitu sebagai alat
pernyataan kebijakan publik, target fiskal dan pengendalian. Oleh karena itu laporan pelaksanaan
anggaran merupakan laporan keuangan penting untuk transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan
pemerintah. Laporan finansial terdiri atas Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE), Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).

2.7 Anggaran dan Belanja Daerah

2.7.1 Pengertian Anggaran

Hariadi et al. (2010:7) menyatakan anggaran adalah pernyataan tentang estimasi kinerja yang
akan dicapai selama periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Proses penyusunan
anggaran disebut penganggaran. Teesen (2015) anggaran memiliki peranan penting dalam perencanaan,
pengendalian, dan evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah. Penganggaran dalam organisasi
sektor publik khususnya pemerintah merupakan tahapan yang cukup kompleks karena tidak hanya
mempertimbangkan faktor ekonomi, tetapi juga terdapat faktor sosial politik yang sangat kental.
Penganggaran pada pemerintah terkait dengan penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program
atau aktivitas yang akan dilakukan dalam satuan moneter. Beberapa aspek yang harus dipenuhi dalam
anggaran pemerintah adalah aspek perencanaan, aspek pengendalian, serta aspek transparansi dan
akuntabilitas public

2.7.2 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keungan Daerah Pasal 1 Mengatakan bahwa Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Gozaliem (2013)
APBD adalah suatu rencana operasional keuangan daerah disatu pihak menggambarkan penerimaan
pendapatan dan dilain pihak merupakan pengeluaran untuk membiayai pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan dalam satu tahun anggaran. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah terdiri atas :

1) Anggaran Pendapatan, terdiri atas:

 Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah daerah, dan
penerimaan lain-lain.

 Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusu (DAK).

 Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

2) Anggaran Belanja, digunakan untuk keperluaan Penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah.

3) Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibaya kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikut
nya.

2.7.3 Akuntansi Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri dalam Negeri
Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam kontribusi keuangan
daerah, terdapat dua jenis satuan kerja yaitu sebagai berikut:

 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada
memerintah daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna barang.
 Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku Pengguna Anggaran/Pengguna barang yang juga
melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.

Kegiatan akuntansi pada SKPD meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, aset dan selain
kas. Proses tersebut dilakukan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD berdasarkan
dokumen-dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara.

2.7.4 Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

Penyusunan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran yang menjadi
acuan dalam perencanaan operasional anggaran. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD
merupakan bentuk pengalokasian sumber daya keuangan pemerintah daerah berdasarkan stuktur APBD
dan Kode Rekening.

Rencana kerja dan anggaran yang selanjutnya disingkat RKA adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta
rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

2.7.5 Pelaksanaan Anggaran Belanja

Akonji, Olatelu dan Wakili (2013), menyatakan bahwa belanja publik sebagian besar dikendalikan oleh
tingkat pertumbuhan ekonomi. Permendagri No. 21 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah menyatakan, pelaksanaan belanja daerah, harus didasarkan pada prinsip hemat, tidak
mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja pada
setiap SKPD diklasifikasikan berdasarkan kelompok belanja yaitu sebagai berikut:

 Belanja Langsung

 Belanja Tidak Langsung

2.7.6 Konsep Belanja Pemerintah

Aremu, et al (2015) Belanja pemerintah di berbagai sektor memiliki khasiat yang berbeda terhadap
pertumbuhan ekonomi. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menyatakan bahwa belanja diakui pada
saat terjadinya pengeluaran dari rekening kas umum Negara/ Daerah. Definisi lain berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No.
59 Tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011, belanja
dikelompokkan menjadi:

 Belanja Langsung Adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan
kegiatan. Belanja Langsung terdiri atas: Belanja pegawai, Belanja Barang dan jasa, Belanja Modal
 Belanja Tidak Langsung

Adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari: Belanja
pegawai, Belanja bunga, Belanja hibah, Belanja subsidi, Belanja bantuan sosial, Belanja bagi hasil kepada
provinsi/kabupaten/kota dan Pemerintah Desa.

2.7.7 Belanja Langsung

Chude (2013) menyatakan bahwa realisasi belanja langsung diasumsikan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Belanja langsung terdiri dari sebagai berikut :

 Belanja Pegawai

Belanja yang digunakan untuk pengeluaran honorium atau upah dalam melaksanakan program dan
kegiatan pemerintah daerah

 Belanja Barang dan Jasa

Belanja yang digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang
dari 12 bulan dalam melaksanakan program dan pemerintah daerah

 Belanja Modal

Belanja digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan asset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegitan pemerintah.

2.7.8 Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Belanja

Dalam PP No. 71 Tahun 2010 dan Permendagri No. 21 tahun 2011 menyatakan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan atau Bendahara Pengeluaran dan orang
atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan
penatausahaan sesuai dengan peraturan perundangundangan.

Dalam hal dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
menerbitkan SPM.Penerbitan yang dimaksud adalah penandatanganan (otorisasi) sedangkan
pembuatan SPM dilakukan oleh PPK SKPD. Karena dokumen atau media tersebut berkaitan dengan
dasar pembayaran oleh BUD menimbulkan kewajiban untuk menatausahakan dan media yang
digunakan adalah sebagai berikut : Register SPD, Register SPP, Register SPM

2.7.9 Belanja Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan

Belanja menurut peraturan pemerintah (PP) No.24 Tahun 2005 yang di ubah menjadi PP No. 71 Tahun
2010 tentang standar akuntansi pemerintahan sebagaimana diatur pada pernyataan No. 2 tentang
laporan realisasi anggaran paragraph 31 dan 32 menyatakan:
 Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran dari rekening kas umum daerah.

 Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuan terjadinya pada saat


pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.

 Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan
yang mengatur mengenai badan layanan umum

 Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi

2.8 Peneliti Terdahulu

N Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan


O Peneliti / Penelitia Penelitian
Tahun n

1 Dewi Analisis Melakukan Deskriptif Mengenai Penelitian Penelitian ini


Basalama pencatata analisis sistem ini dengan dilakukan
h (2011) n dan pencatatan akuntansi peneliti pada tingkat
pelaporan dan pemerintah sebelumny SKPKD dan
keuangan pelaporan pada SKP a adalah objek
pada keuangan Dinas sama-sama penelitianny
pemerinta pada Pendapatan, meneliti a
h kabupaten Pengelolaan kesesuaian
kabupaten Kepulauan Keuangan Sistem
kepulauan Sangihe dan Aset Akuntansi
Sangihe Daerah Kab. Keuangan
tahun Kepulauan Daerah
2008-2009 Sangihe
sudah sesuai
dengan
aturan
2 Anastasia Analisis Menganalisis Deskriptif Laporan Penelitian
Patrisia pencatata pencatatan bendahara ini dan Dalam
Thilda n dan dan pada Dinas penelitian penelitian ini
Tampanat pelaporan pelaporan Kependuduka sebelumny peneliti
u 2013. belanja akuntansi n dan a adalah sebelumnya
langsung belanja Pencatatan sama masih
pada SKPD langsung Sipil Kota meneliti menggunaka
di Kota pada Dinas Bitung pencatatan n PP no. 24
Bitung Kependuduka berpedoman dan Tahun 2005
(Studi n dan pada pelaporan
kasus pada Pencatatan Permendagri akuntansi
Sipil dengan No.13 Tahun belanja
berpedoman 2006 langsung
pada Standar
Akuntansi
Pemerintahan

2.8 Peneliti Terdahulu

No Nama Judul Tujuan Metode Hasil Persamaan Perbedaan


penelitia Penelitia Penelitian
n n

3 Arika Evaluasi Mengetahui Deskriptif Prosedur Peneliti Peneliti


Sweetly prosedur bagaimana pengeluara sebelumnya sebelumnya
Longdong pengeluara prosedur n kas juga melakukan
(2013 n kas pengeluara belanja membahas penelitian
belanja n kas langsung materi yang dengan
langsung khususnya pada Dinas berkaitan berpedoma
pada Dinas belanja Kebersihan dengan n pada
Kebersihan langsung Kota Bitung pengeluara Permendagr
Kota Bitung pada Dinas telah sesuai n kas i No. 13
Kebersihan dengan khususnya Tahun 2006
Kota Bitung peraturan belanja
serta cara yang ada langsung
penerapan
yang
digunakan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini ditinjau dari pendekatan analisisnya diklasifikasikan ke dalam metode kualitatif, dan
ditinjau dari tingkat eksplanasinya termasuk jenis penelitian deskriptif. Sugiyono (2010;13)
menyimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat indukatif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada
generalisasi.

Menurut Nazir (1988: 63), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Menurut Kuncoro (2009:12), penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis
atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Dengan demikian,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pencatatan dan pelaporan akuntansi belanja
langsung yang dilakukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kabupaten Bolaang Mongondow
dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan No. 71 Tahun 2010.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

ini dilakukan pada Dinas Penelitian Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow
dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016

3.3.Prosedur Penelitian

 Mengidentifikasi permasalahan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif mengenai


pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bolaang Mongondow.

 Mengumpulkan informasi mengenai gambar umum instansi dan data mengenai analisis
pencatatan dan pelaporan belanja langsung yakni berupa Surat Permintaan Pembayaran (SPP),
Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana ( SP2D), dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran.
 Menganalisis pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow berdasarkan dokumen-dokumen yang didapat
dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow.

 Memberikan kesimpulan dan saran sehingga dapat menjadi masukan bagi pihak Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow tentang pencatatan dan
pelaporan belanja langsung.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif, berupa gambaran umum dari objek penelitian, struktur
organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow, serta proses
pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data menurut Kuncoro ( 2011:138) terbagi atas 2 bagian, yaitu sebagai berikut :

 Data Primer Data yang diperoleh dengan survey lapangan yang menggunakan semua metode
pengumpulan data original.

 Data Sekunder

Data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data yang dipublikasikan kepada masyarakat
pengguna data.

Sumber data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer berupa
wawancara dengan kepala Dinas dan Bendahara pengeluaran dan data sekunder berupa Register
SPP,SP,SP2D dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bolaang Mongondow.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap
berikut:

 Field Research (Penelitian Lapangan)

Yaitu mengumpulkan data-data dengan datang langsung ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bolaang Mongondow melakukan:

 Wawancara , dengan bertanya secara langsung pada pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bolaang Mongondow,
 Studi dokumentasi, dilakukan dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen
yang mendukung penelitian.

 3.5 Metode Analisis

 Dalam menganalisis data yang terkumpul penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode
yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-
fakta yang diperoleh berupa catatan dan laporan belanja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bolaang Mongondow dengan berlandaskan peraturan pemerintah yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai