TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila
Hb < 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria, Hb < 12 g/dl dan Ht < 37% pada wanita
(Mansjoer, 2001).
Anemia adalah kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan oleh
kehilangan darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel
(Corwin, 2009).
massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
suatu keadaan dimana kadar Hb dalam tubuh di bawah batas normal karena
1. Anatomi darah
(dedepatologicklinik.jpg)
(cancer.umn.edu)
a. Air : 91%
fibrinogen)
warna merah.
Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan
serum darah.
2. Fisiologi darah
oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada
kompleks terdiri atas protein, globin, dan pigmen hem (besi). Jadi
1.39 ml oksigen. Oleh karena itu, pada orang normal lebih dari 20
sel/cc darah. Fungsi utama dari sel tersebut adalah untuk fagosit
darah).
infeksi cacing).
- Limfosit (ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B) keduanya
humoral.
trombokinase (tromboplastin).
d. Plasma darah
bermacam-macam.
presipitin.
Disebabkan karena :
- Hemoglobinuaria
2. Anemia makrositik
4. Anemia hemolitik
a. Intrinsik
makturnal pamosimal.
- Kelainan glikolisis
(GEDP)
b. Ektrinsik
- Infeksi
- Luka bakar
5. Animia aplastik
1. Anemia mikrositik
endothelial siderosis.
2. Anemia makrositik/megaloblastik
adanya eritroblas yang besar terjadi akibat gangguan maturasi inti sel
faktor intrinsik.
a. Perdarahan akut
kemudian.
b. Perdarahan kronik
diketahui pasien.
4. Anemia Hemolitik
baik sementera atau terus menerus. Salah satu jenis anemia ini adalah
dimana auto antibodi IgG dibentuk terkait pada membran sel darah
merah (SDM).
5. Anemia Aplastik
D. Patofisiologi
Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, mitokondria, atau
ribosom. Sel darah merah tidak dapat bereproduksi atau melakukan fosforilasi
oksidatif sel atau sintesis protein. Sel darah merah mengandung protein
memerlukan zat besi, asam folat serta vitamin B12 untuk melakukan sintesis.
Pada saat sel darah merah hampir matang, sel akan dilepas keluar dari
sumsung tulang, dan mencapai fase matang di dalam aliran darah, dengan
masa hidup sekitar 120 hari. Selanjutnya, sel ini akan mengalami disintegrasi
dan mati. Sel-sel darah merah yang mati diganti sel-sel yang baru yang
dihasilkan dari sumsum tulang. Jika sel darah merah yang mati dalam jumlah
berlebih, sel darah merah yang belum matang akan dilepas dalam jumlah yang
bersirkulasi yang dikenali sebagai salah satu jenis anemia. Anemia akibat
gangguan pembentukan sel darah merah terjadi jika jumlah besi tidak adekuat
atau tidak dapat diakses, atau kekurangan asam folat, vitamin B12, atau
globulin. Produksi sel darah merah juga dapat tidak mencukupi jika
terjadi pada gagal ginjal, juga dapat menyebabkan penurunan produksi sel
2009).
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam
fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau
pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti
Anemia yang terkait dengan kehilangan darah dapat menjadi akut dan
kronis, anemia akut adalah mempunyai peredaran RBC dalam jumlah besar.
Pada orang dewasa dapat kehilangan darah sebanyak 500 ml (di luar jumlah
yang 6000 ml) tanpa berakibat yang seluas, tetapi bila kehilangan sebanyak
volume darah sebanyak 30% atau lebih akan menimbulkan gejala seperti
besi terhadap kehilangan darah adalah merupakan anemia kronis ke dua, tubuh
memiliki daya adaptasi yang luar biasa dan dapat mengatur dengan sangat
baik terhadap pengurangan RBC dan Hb, dengan membentuk kondisi secara
perlahan. Seseorang bisa saja tidak menampakan gejala walaupun jumlah total
RBC-nya telah turun. Hampir separuh dari tingkat normal atau tingkat Hb-nya
tidak diketahui dan tidak segera ditanggulangi, maka lambat laun sumsum
tulang tidak dapat mengimbangi kehilangan tersebut, dan gejala anemia pun
akan segera muncul, akibat dari hipoksia chronis dapat juga terjadi gejala
(Long, 1996).
E. Manifestasi Klinis
- Perubahan kulit
- Penurunan hematokrit
2. Anemia makrositik
- Anoreksia, diare, dispepsia, lidah yang licin, pucat dan agak ikterik
- Neurologi
- Gangguan kepribadian
a. Perdarahan akut
b. Perdarahan kronik
- Kadar Hb menurun
4. Anemia aplastik
- Tampak pucat
- Lemah
- Demam
- Purpura
- Perdarahan
- Hemolisis
- Ikterus
- Splenomegali
a). Tanda-tanda
- Pucat
- Takikardia
- Perdarahan
- Penonjolan retina
- Demam ringan
b). Gejala
- Palpitasi, angina
- Hilangnya lipidos
a. Gejala umum anemia adalah rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga
d. Anemis hemolitik
e. Anemia aplastik
perdarahan.
F. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek,
(hemolitik)
19. Gualak : Mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
20. Analisa gaster : Penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya
(perdarahan GI).
a. Anemia aplastik
Pemeriksaan laboratorium :
3) Sumsum tulang
b. Anemia hemolitik
Pemeriksaan laboratorium
4) Peningkatan bilirubin
c. Anemia megaloblastik
2) Endoscopi
1. Penatalaksanaan medis
Pemberian preparat Fe :
mg.
b. Anemia Makrositik
1) Perdarahan Akut
a) Mengatasi perdarahan
cairan perinfus
2) Perdarahan Kronik
b) Pemberian preparat Fe
e. Anemia Aplastik
(Doengoes, 2000).
Intervensi :
intervensi.
gangguan memori.
perifer.
f) Kolaborasi :
jaringan.
Intervensi :
vitamin B12.
resiko cedera.
paru.
- BB meningkat.
Intervensi :
intervensi.
intervensi sendiri.
makan.
berhubungan.
organ
Intervensi :
a) Kaji integral kulit, catat pada perubahan turgor gangguan warna kulit,
imobilisasi.
b) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien
Intervensi :
makanan/cairan.
pantau keefektifan.
Intervensi :
pasien.
nafas dalam.
pneumonia.
tubuh.
e) Pantau/batasi pengunjung.
f) Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardi dengan atau tanpa
demam.
evaluasi/pengobatan.
Intervensi :
tingkat stres.
vasokontriksi.