Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak adanya rumah sakit, infeksi nosokomial telah merupakan masalah. Untuk
mencegah penyebaran penyakit dalam masyarakat pada abad kedelapan belas, si sakit dikucilkan
di rumah sakit demam, rumah sakit cacar, sunatorium tuberculosis, atau rumah “hama” . Rumah
sakit-rumah sakit ini, yang merupakan bangsal-bangsal luas yang suram dan penuh sesak
sehingga beberapa pasien saling berdesakan, penuh dengan kutu dan kotoran dan infeksi pun
menjalar dengan cepat dari seorang pasien ke yang lain. Pada tahun 1788 dihotel Dieu di Paris,
sebagaimana diceritakan oleh Garrison pada tahun 1917 di dalam Sejarah Kedokteran , “Demam
septik dan penyakit menular lainnya umum terjadi, mortalitas rata-rata sekitar 20% dan sembuh
dari operasi bedah jarang terjadi “. Deman nifas, yang merupakan momok rumah sakit-rumah
sakit bersalin merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah melahirkan dan sering kali fatal.

Sedikit lebih dari seabad yang lalu, terjadi perkembangan yang menuntun kearah evolusi
rumah sakit modern.Oliver Wendell Holmes dan Ignaz Philipp Semmelweis membiasakan
praktek kebersihan termasuk memcuci tangan setiap kali menangani suatu kasus.Akibatnya,
pasien-pasien mereka menjadi relatif bebas dari infeksi.

Pada tahun 1854, selama Perang Krimea, Florence Nightingale mereorganisasi rumah
sakit-rumah sakit tentara dan membiasakan praktek kebersihan yang menurunkan laju kematian
orang-orang yang terluka dari 50% menjadi 2,2%.

Hampir 20tahun kemudian seperti telah dikemukakan pada Bab I, Pasteur mencetuskan
konsep kuman infeksi, dan Lister menerapkan konsep ini untuk mengatur sistem pembedahan
antiseptik, yang kelak menjadi dasar dipraktekkannya teknik-teknik aseptik.

Penurunan nyata jumlah kematian karena infeksi, yang dimulai dengan kebiasaan
membersihakan lingkungan dan menjalankan antisepsis , menjadi dipercepat selama 35 tahun
terakhir ini dengan digunakannya obat-obatan antimikrobial. Sayangnya, hal ini menimbulkan
sutu kepercayaan terutama diantara staf rumah sakit bahwa infeksi dapat dikendalikan dengan

1
antibiotik dan tidak lagi merupakan masalah.Baik penggunaan antibiotik secara luas maupun
penyalahgunaan antibiotic untuk mencegah infeksi pembedahan, dan bertambahnnya
kepercayaan orang terhadap keefektifan antibiotik untuk memerani infeksi, mengakibatkan
diabaikannya teknik aseptik dan pengucilan sebagai tindakan pencegahan.Keadaan ini menjadi
makin gawat dengan terbentuknnya gudang bakteri yang resisten terhadap antibiotik serta virulen
dilingkungan rumah sakit.

Dalam tahun 1950-an sering berjangkitnya penyakit oleh stafilokukus dirumah sakit-
rumah sakit telah menyebabkan terpusatnya perhatian terhadap infeksi yang diperoleh para
pasien selama dirawat dirumah sakit. Muncullah istilah baru bagi infeksi semacam ini yang
mulai digunakan sekitar tahun 1960an, yaitu penyakitnosokomial .

Walapun dengan penggunaan anitibiotik, jumlah kematian akibat infeksi nosokomial


berkurang dengan pesat, tetapi hai ini tidak disertai penurunan yang sama besarnya dalam hal
banyaknya kasus.

Perlu di ingat lagi komentar dua orang besar pelopor perbaikan rumah sakit pada abad
yang lalu. Florence Nightingale berkata : “ Persyaratan utama setiap rumah sakit ialah tidak
,membahayakan pasien”. Sir James Y. Simpson mengemukakan bahwa ”di dalam usaha
mengobati si sakit, maka akan berbahaya bila mereka dikumpulkan dan keselamatan hanya dapat
tercapai bila mereka saling dipisahkan”.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Infeksi Nosokomial?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses infeksi?
3. Apa saja sumber Infeksi Nosokomial?
4. Apa sajaistilah tindakan yang sering digunakan terhadap Infeksi Nosokomial?
5. Apa saja penyebab Infeksi Nosokomial?
6. Bagaimana cara penularan Infeksi Nosokomial?
7. Bagaimana cara pencegahan Infeksi Nosokomial?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Infeksi Nosokomial
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses infeksi
3. Untuk mengetahui sumber Infeksi Nosokomial
4. Untuk mengetahui tindakan yang sering digunakan terhadap Infeksi Nosokomial
5. Untuk mengetahui penyebab Infeksi Nosokomial
6. Untuk mengetahui cara penularan Infeksi Nosokomial
7. Untuk mengetahui pencegahan Infeksi Nosokomial

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infeksi Nosokomial


Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama
seseorang itu dirawat disebut infeksi nosokomial.
Infeksi Nosokomial, berasal dari kata Yunani yang berarti ”di Rumah Sakit”. Jadi,
infeksi nosokomial ialah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah
sakit.Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika, pasien di rawat 3 x 24 jam di rumah sakit
dan infeksi ini sangat sulit di atasi karena di timbulkan oleh mikroorganisme dan
bakteri.Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster
merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme pathogen tertentu
kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas,Raymond
L. Gold Steen,Karen Gold Steen,2007). Selanjutnya,apabila suster atau dokter yang sama
merawat pasien lainnya,maka ada kemungkinan pasien lain dapat tertular infeksi dari
pasien sebelumnya.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Infeksi


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses infeksi, yaitu:
a. Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.
b. Kuman Penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan
mikroorganisme masuk kedalam tubuh, dan virulensinya.

4
c. Cara Membebaskan Sumber dari Kuman
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat teratasi
atau diperlambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran (cahaya) dan
lain-lain.

d. Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara, dapat
menyebabkan penyebaran kuman kedalam tubuh.
e. Cara Masuknya Kuman
Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk
melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, kulit dan lain-lain.

f. Daya Tahan Tubuh


Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau
mempercepat proses penyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan yang
buruk dpat memburuk proses infeksi.

2.3Sumber Infeksi Nosokomial


Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah:
a. Pasien
Pasien merupakan unsure pertama yang dapat menyebarkan infeksi ke pasien
lainnya, petugas kesehatan, penunjang atau benda dan alat kesehatan lainnya.
b. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat
menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
c. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dalam dari luar ke dalam
lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit ke
luar rumah sakit.

5
d. Sumber Lain
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah
sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, dan
sebaliknya.

2.4Istilah-Istilah Tindakan yang Sering digunakan


a. Antiseptik
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,selaput lendir,atau tubuh
lainnya dengan menggunakan bahan antimicrobial (antiseptik).
b. Asepsis dan Teknik Aseptik
Suatu istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi
untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam area tubuh manapun yang sering
menyebabkan infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan sampai ke tingkat aman atau
membasmi jumah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan
objek mati (alat-alat bedah dan barang-barang yang lain).

c. Dekontaminasi
Proses yang membuat objek mati lebih aman ditangani staf sebelum dibersihkan
(umpamanya,menginaktifasi HBV,HBC,dan HIV serta menurunkan,tetapi tidak
membasmi,jumlah mikroorganisme lain yang mengkontaminasi). Idealnya,ada bedah
yang kotor,sarung tangan,dan bahan lain harus selalu ditangani oleh staf yang
memakai sarung tangan. Karena hal ini tidak selalu mungkin,akan lebih aman kalau
pertama-tama peralatan kotor ini direndam selama 10 menit dalam larutan klorin 0,5%,
terutama apabila akan dibersihkan dengan tangan (Nystrom 1981). Benda logam harus
dibilas terlebih dahulu untuk mencegah karat sebelum dibersihkan (Lynch dkk 1997).
Benda-benda lain yang harus didekontaminasi,dilap dengan larutan klorin 0,5%,
termasuk permukaan yang luas (umpamanya meja operasi dan meja ginekologi) dan
alat-alat yang bersinggungan dengan darah atautubuh,sekresi atau eksresi pasien
(kecuali keringat).

6
d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora
bakteri pada benda mati dengan merebus,mengukus,atau penggunaan disenfektan
kimia.
e. Pembersihan
Proses yang secara fisik menghilangkan semua debu,kotoran,darah,atau tubuh
lainnya yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah besar mikroorganisme
untuk mengurai risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani benda
tersebut. (Proses ini terdiri darii pencucian dengan sabun atau deterjen dan
air,pembilasan dengan air bersih,dan pengeringan secara seksama).
f. Sterilisasi
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,virus,fungi,dan
parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan
tinggi (otoklaf),panas kering (oven),sterilan kimia,atau radiasi.

2.5Penyebab Infeksi Nosokomial


Penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1. Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.
2. Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan
laboratorium.
3. Standar dan praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan
pelayanan transfusi
4. Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang
membuat cairan sendiri
5. Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik
spektrum luas yang berlebih atau salah
6. Berat penyakit yang diderita
7. penderita lain, yang juga sedang dalam proses perawatan
8. petugas pelaksana (dokter, perawat dan seterusnya)
9. peralatan medis yang digunakan
10. tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat

7
11. tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar
operasi dan kamar bersalin
12. makanan dan minuman yang disajikan
13. lingkungan rumah sakit secara umum

2.6Cara Penularan Infeksi Nosokomial

1. Penularan secara kontak


Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan
droplet.Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan
penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara
fecal oral.Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek
perantara (biasanya benda mati).Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah
terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme.

2. Penularan melalui Common Vehicle


Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu.Adapun jenis-jenis common
vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.

3. Penularan melalui udara dan inhalasi


Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran
pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas
(staphylococcus) dan tuberculosis.

4. Penularan dengan perantara vektor


Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal.Disebut penularan
secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme
yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

8
2.7Cara Pencegahan Infeksi Nosokomial
Beberapa cara pencegahan infeksi nosokomial, melalui:
A. Melalui Alat
Penatalaksanaan alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui alat atau untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.
Semua alat, bahan dan obat yang akan dimasukan ke dalam jaringan di bawah
kulit harus dalam keadaan steril. Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan
melalui 4 tahap kegiatan, yaitu: dekontaminasi,
pencucian, sterilisasi atau desinfeksi dan penyimpanan.
Pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan tergantung pada kegunaan alat
tersebut dan berhubungan dengan tingkat resiko penyebaran infeksi.
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan
kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan
dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan pencemaran lingkungan,
seperti misalnya tumpahan darah atau cairan tubuh, juga sebagai langkah pertama
pengelolaan limbah yang tidak dimusnahan dengan cara insinerasi atau
pembakaran.Dekontaminasibertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui
alat kesehatan atau suatu permukaan benda, sehingga dapat melindungi petugas
atau pun pasien.Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan
bahan desinfektan yaitu suatubahan atau larutan kimia yang digunakan untuk
membunuhmikroorganisme pada benda mati dan tidak digunakan untuk kulit atau
jaringan mukosa.

2. Pencucian Alat
Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah
penting yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka pada
umumnya proses desinfeksi atau selanjutnya menjadi tidak efektif. Kotoran yang
tertinggal dapat mempengaruhi fungsinya atau menyebabkan reaksi pirogen bila
masuk ke dalam tubuh pasien.

9
Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya
kursi roda, alat pengukur tekanan darah, infuspump dsb.Cukup dilap dengan
larutan detergen, namun apabila jelas terkontaminasi dengan darah maka
diperlukan desinfektan.

3. Sterilisasiatau Desinfeksi
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Desinfeksi adalah cara
yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang
berhubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulit yang secara
normal bersifat steril.

4. Penyimpanan
Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan
proses sterilisasi ataudesinfeksi itu sendiri. Ada dua macam alat dilihat dari cara
penyimpanan yaitu :
a) Alat yang dibungkus
Dalam kondisi penyimpanan yang optimal dan penanganan yang minimal,
dapat dinyatakansteril sepanjang bungkus tetap utuh dan kering.Untuk
penyimpanan yang optimal simpan bungkusan sterildalam lemari tertutup
dibagian yang tidak terlalu sering dijamah, suhu udara sejuk dan kering atau
kelembapan rendah.
Jika ragu-ragu akan sterilitas paket maka alat itu dianggap tercemar dan
harus disterilkan kembali sebelum pemakaian. Alat yang tidak dibungkus harus
digunakan segera setelah dikeluarkan.Jangan menyimpan alat dalam larutan.

b) Pengelolaan benda tajam


Benda tajam sangat berisiko untuk menyebabkan perlukaan sehingga
meningkatkan terjadinya penularan penyakit melalui kontak darah, untuk
menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda tajam harus

10
digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh
digunakan lagi.
Tidak dianjurkan untuk melakun daur ulang atas pertimbangan
penghematan karena 17% kecelakaan kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum
atau selama pemakaian, Salah satu contoh cara yang dianjurkan untuk mencegah
perlukaan akibat penggunaan jarum suntik yaitu jarum suntik tersebut langsung
dibuang ke tempat sementaranya tanpa menyentuh atau memanipulasi bagian
tajamnya seperti dibengkokkan, dipatahkan atau ditutup kembali. Jika jarum
terpaksa ditutup kembali, gunakanalah cara penutupan jarum dengan satu tangan
untuk mencegah jari tertusuk jarum.
Instrumen yang sering digunakan Rumah Sakit Simonsen et al (1999)
menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang dilakukan di negara
berkembang tidaklah aman (contohnya jarum, tabung atau keduanya yang dipakai
berulang-ulang) dan banyaknya suntikan yang tidak penting (misalnya
penyuntikan antibiotika).
Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui jarum suntik maka
diperlukan:
a) Pengurangan penyuntikan yang kurang diperlukan, pergunakan
jarum steril,penggunaan alat suntik yang sekali pakai.
b) Masker; sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan melalui
udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi saluran nafas,
mereka harus menggunakan masker saat keluar dari kamar penderita.
c) Sarung tangan; sebaiknya digunakan terutama ketika menyentuh darah,
cairan tubuh, feses maupun urine. Sarung tangan harus selalu diganti untuk
tiap pasiennya.Setelah membalut luka atau terkena benda yang kotor,
sarung tangan harus segera diganti.
d) Baju khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama
kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan
tubuh, urinedan feses.

11
B. Melalui Manusia
1. Perbaiki ketahanan tubuh
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada
pulabakteri yang secara mutualistiky yang ikut membantu dalam
proses fisiologistubuh, dan membantu ketahanan tubuh
melawan invasi jasad renik patogen serta menjaga keseimbangan di antara
populasi jasad renik komensal pada umumnya, misalnya seperti apa yang terjadi
di dalam saluran cerna manusia. Pengetahuan tentang mekanisme ketahanan
tubuh orangsehat yang dapat mengendalikan jasadrenik oportunis perlu
diidentifikasi secara tuntas, sehingga dapat dipakai dalam mempertahankan
ketahanan tubuh tersebut pada penderita penyakit berat.Dengan demikian
bahaya infeksi dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat
diatasi tanpa harus menggunakan antibiotika.

2. Stratifikasi Risiko
Perolehan Infeksi Nosokomial di tentukan dari semua faktor dari pasien,
seperti imunitasyang membahayakan dan melakukan campur tangan yang dapat
meningkatkan faktor risiko.Perawatan pasien harus dibedakan berdasarkan
macam-macam infeksi yang ada. Penilaian risiko akan sangat membantu untuk
mengkategorikan pasien dan mengontrol infeksi yang kira-kira akan ada pada
kedepannya.

3. Mengurangi Transmisi dari orang ke orang


a. Hand Decontamination (dekontaminasi tangan)
Dapat dilakukan dengan mencuci tangan, menjaga kehigienisan diri
khususnya tangan.Cuci tangan adalah teknik dasar yang paling penting dalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Tujuan cuci tangan, yaitu:
1) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
2) Mencegah infeksi silang (cross infection)
3) Menjaga kondisi steril

12
4) Melindungi diri dan pasien dari infeksi
5) Memberikan perasaan segar dan bersih

b. Personal Hygiene
Para pegawai harus mempunyai personal hygiene yang bagus, kuku harus
bersih dan tetap pendek.Rambut sekiranya pendek dan terikat.Jambang atau
kumis pendek dan bersih.

c. Pakaian
1) Pakaian Bekerja
Normalnya para pegawai memakai pakaian yang seragam dan ditutupi oleh jas
putih.
2) Sepatu
Diderah yang harus terjaga kebersihannya dan di ruang operasi, para pegawai
harus memakai sepatu yang sudah distandarkan, yang mana mudah dipakai dan
dibersihkan.

d. Masker
Menggunakan masker yang terbuat dari wool, atau bahan-bahan lain yang
tidak mudah terinfeksi.

e. Sarung Tangan
Sarung Tangan digunakan untuk :
1) Melindungi pasien : para staff menggunakan sarung tangan
yang steril untuk operasi, dan kegiatan lain
2) Sarung tangan yang tidak steril harus dijauhkan dari pasien
3) Tangan harus dicuci bersih ketika sarung tangan dilepas

13
C. Melalui Udara/lingkungan
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah
sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran.Perlu
diingat bahwa sekitar 90 % dari kotoran yang terlihat pasti mengandung
kuman.Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat
tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai
berkali-kali.
Pengaturan udara yang baik sukar dilakukan di banyak fasilitas
kesehatan.Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita
dengan statusimun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan
penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih
banyak menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis.
Rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga
kebersihan pemprosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya
pertumbuhanbakteri.Sterilisasi air pada rumah sakit dengan prasarana yang
terbatas dapat menggunakan panas matahari.Toilet rumah sakit juga harus dijaga,
terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah
terjadinya infeksi antar pasien.Permukaan toilet harus selalu bersih dan
diberi desinfektan.Sumber infeksi dari udara biasanya dipicu antara lain,oleh
sistem ventilasi,air condioners (AC),bahan-bahan bangunan. Beberapa kuman
yang biasa terbawa udara antara lain Entero
bacteriaceae,Pseudomonas,Staphylococcus,Asperigillus,Varicella zoster.Udara
yang masuk kamar operasi harus bersih (bebas kuman) dan suhu serta
kelembabannya sudah diatur.Desinfektanakan membunuh kuman dan mencegah
penularan antar pasien.Desinfeksi yang dipakai adalah:
1. Mempunyai kriteria membunuh kuman
2. Mempunyai efek sebagai detergen
3. Mempunyai efek terhadap banyak bakteri, dapat melarutkan minyak dan
protein.
4. Tidak sulit digunakan
5. Tidak mudah menguap

14
6. Bukan bahan yang mengandung zat yang berbahaya baik untuk petugas
maupun pasien
7. Efektif
8. Tidak berbau, atau tidak berbau tak enak

Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah dengan membuat suatu
pemisahan pasien.Ruang isolasi sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis, dan SARS, yang
mengakibatkankontaminasi berat.Penularan yang melibatkan virus,
contohnya DHF dan HIV.Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah
seperti leukimia dan pengguna obatimmunosupresan juga perlu diisolasi agar terhindar
dari infeksi.
Tetapi menjaga kebersihan tangan dan makanan, peralatan kesehatan di dalam
ruang isolasi juga sangat penting.Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan
ventilasi udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam satu ruang
isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa dan penderita melebihi kapasitas,
beberapa pasien dalam satu ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita
penyakit yang sama.

D. Melalui Bahan/specimen
Pada penatalaksanaan pencegahan infeksi nosokomial melalui
bahan/specimen perlu diterapkan kewaspadaan.
Kewaspadaan merupakan kombinasi segi-segi utama dari kewaspadaan
universal (dirancang untuk mengurangi risiko penularan patogen melalui darah
dari darah dan cairan tubuh) dan isolasi zat tubuh (dirancang untuk mengurangi
risiko penularan penyakit dari zat tubuh yang lembab).
Kewaspadaan standar diterapkan untuk:
a) Darah
b) Seluruh cairan tubuh, sekresi dan eksresi, kecuali keringat, tidak tergantung
apakah ada atau tidak kandungan darah yang terlihat

15
c) Kulit yang tidak utuh
d) Selaput lendir.
Kewaspadaan standar dimaksudkan untuk mengurangi risiko penularan
mikroorganisme dari kedua sumber dari infeksi di rumah sakit yang dikenal
maupun yang tidak dikenal. Dalam prinsip kewaspadaan standar, semua darah dan
cairan tubuh harus dipertimbangkan secara potensial terinfeksi dengan penyakit
menular-darah termasuk HIV dan hepatitis B dan C, tanpa terkait dengan status
ataupun faktor-faktor risiko seseorang.
Kewaspadaan standar termasuk penggunaan:
1. Cuci tangan
2. Alat pelindung diri (sarung tangan, apron, kaca mata, alat pelindung kepala,
masker, sepatu kapan saja menyentuh atau terpajan cairan tubuh pasien perlu
diantisipasi)
3. Penempatan pasien
4. Penatalaksanaan linen
5. Praktek terhadap lingkungan (pembuangan limbah)

a. Cara membuang limbah cair yang terkontaminasi oleh darah, feses, urine,
dan cairan tubuh lain)
1). Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa limbah cair
2). Hati-hati waktu menuangkan limbah cair tersebut ke dalam saluran
pembuangan atau dalam toilet bilas, hindari percikan limbah
3). Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk
membersihkan sisa-sisa limbah cair berbahaya tersebut
4). Dekontaminasi tempat limbah dengan larutan klorin 0,5%, rendam selama
10 menit sebelum dicuci
5). Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi,
serta cuci sarung tangan.

16
b. Cara membuang limbah padat
1). Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah
tersebut.
2). Buang sampah padat tersebut ke dalam wadah yang dapat dicuci dan tidak
korosif (plastic atau metal yang berlapis seng) dengan tutup yang rapat.
3). Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa sampah-
sampah yang dapat dibakar ke tempat pembakaran atau insinerator. Jika
tempat pembakaran tidak tersedia maka bisa dilakukan penguburan saja.
4). Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan sebelum
tersebar ke lingkungan sekitar. Pembakaran adalah metode terbaik untuk
membunuh mikroorganisme.
5). Cuci tangan setelah menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta
cuci sarung tangan yang tadi dipakai saat membersihkan sampah tersebut.

6. Penanganan dan pembuangan benda-benda tajam


a. Gunakan sarung tangan rumah tangga yang tebal.
b. Buang barang-barang tajam tadi ke dalam wadah yang tahan tusukan. Wadah
dapat dibuat dari bahan-bahan yang mudah didapat, seperti kotak karton tebal,
kaleng yang bertutup, atau botol plastic yang tebal. Botol bekas cairan intra vena
dapat pula dipakai untuk benda-benda tajam, tetapi ada kemungkinan terjadi
kebocoran.
Ingat :
1) Letakkan wadah-wadah di dekat tempat pembuangan
2) Cegah terjadinya tusukan jarum yang tidak disengaja, jangan
membengkokkan atau mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum tidak
perlu ditutup secara rutin, tetapi bila perlu gunakan metode menutup
jarum dengan satu tangan :
a) Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata,
kemudian lepaskan tangan dari penutup jarum
b) Dengan satu tangan, pegang tabung alat suntik dan gunakan jarumnya
untuk mengait penutup jarum

17
c) Bila penutup telah mencakup seluruh jarum, gunakan tangan lainnya
untuk mengeratkan penutup tersebut pada pangkal jarum

c. Bila wadah sampah barang tajam tersebut telah terisi ¾ penuh, tutuplah, sumbat
atau beri pita perekat rapat
d. Buanglah wadah tersebut bila telah ¾ penuh dengan cara menguburkannya
e. Cuci tangan setelah menangani benda tajam tersebut dan lakuka dekontaminasi

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

A. Infeksi nosokomial ialah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah
sakit.Infeksi nosokomial biasanya timbul ketika, pasien di rawat 3 x 24 jam di
rumah sakit dan infeksi ini sangat sulit di atasi karena di timbulkan
oleh mikroorganisme dan bakteri. Sumber infeksi berasal dari pasien,petugas
kesehatan,pengunjung. Infeksi nosokomial dapat dicegah melalui
alat,manusia,udara/lingkungan,dan bahan.
 Melalui Alat
Penatalaksanaan alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat atau untuk
menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai

3.2 Saran

19
DAFTAR PUSTAKA

Musrifatul Uliyah, A. Aziz Alimul Hidayat.2006:Keterampilan Dasar Praktik Klinik


Kebidanan.Jakarta.Salemba Medika

Michael J. Pelczar, Jr., dan E.C.S. Chan. 1988:Dasar-Dasar Mikrobiologi.Jakarta.Universitas


Indonesia (UI-Press)

Prawirohardjo Sarwono.2004: Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan


dengan Sumber Daya Terbatas.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

http://yayanannah.blogspot.co.id/2015/05/pencengahan-infeksi-nosokomial.html

Mikrobiologi Dasar. Edisi Ketiga Satish Gupen,MD. Departemen Microbiology. Govt. Medical
College and Association Hospital,Jammu-180001,Kashmir. INDIA.

Dr.Julius E.S.1982:Ahli Mikrobiologi & Imunologi.Jakarta.Binarupa Aksara

20

Anda mungkin juga menyukai