Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah….
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karna berkat rahmat dan hidayah-NYA lah
penulis telah mampu menyelesaikan laporan yang berjudul ‘’Laporan Perencanaan Irigasi’’ laporan
ini di buat sebgai salah satu tugas PRAKERIN .

Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kebutuhan
pertanian dan disamping itu air irgasi juga digunakan dalam hal lain seperti untuk air baku,
penyediaan air minum, pembangkit tenaga listrik, dan keperluan industry dan lain-lain.

Pengelolaan air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (down stream)
Memerlukan saran adan prasarana irigasi yang memadai. Rusaknya atau tidak tersedianya salah
satu bangunan – bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga
mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menurun serta menurunnya prokkdutifitas lahan
usaha tani.

Permasalahan utama dalam pengelolaan irigasi berkaitan dengan jaringan tersier (jaringan
yang mensuplai air ke lahan sawah) msih terkendala dan belum mencukupi. Jaringan tersier ini
menjadi satu faktor yang menentukan keberhasilan produksi padi Karena keberadaan jaringan ini
berhubungan langsung dengan petak sawah petani.

Laporan pendahulan ini memuat :


- pendahuluan - ruang lingkup
- Tinjauan pustaka - Metodologi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………….


DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………


1.1 Kata pengantar…………………………………………………………………………………………
1.2 Maksud dan tujuan ………………………………………………………………………………….
1.3 Sasaran dan Manfaat ……………………………………………………………………………….

BAB II RUANG LINGKUP PEKERJAAN …………………………………………………


BAB III TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………..
3.1 Acuan normative……………………………………………………………………………………..
3.2 Klasifikasi Jaringan Irigasi ……………………………………………………...................
3.2.1 Irigasi sederhana ……………………………………………………………………………
3.2.2 Jaringan irigasi semiteknis………………………………………………………………
3.2.3 Jaringan Irigasi teknis………………………………………………………………………
3.3 Pengelolaan jaringan irigasi …………………………………………………………………..
3.4 Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi……………………………………………..
3.4.1. Operasi jaringan irigasi …………………………………………………………………
3.4.2. Pemeliharaan jaringan irigasi ………………………………………………………..
BAB IV METODOLOGI …………………………………………………………………………………
4.2. Tahapan kegiatan …………………………………………………………………………………………..
4.2.1. Persiapan dan pengumpulan data sekunder ………………………………………………..
4.2.2 Pengumpulan data ……………………………………………………………………………………….
4.2.3 Tabulasi, kompilasi dan Analisis Data ……………………………………………………………

BAB V Progres Pekerjaan ………………………………………………………………………….


5.1. Pengumpulan data primer……………………………………………………………………………….
5.2 Tabulasi dan Kompilasi Data…………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan
manusia maupun akhluk hidup lainnya yang ada dimuka bumi ini. Air juga sangat
diperlukan untuk kegiatan industri, perikanan, pertanian dan usaha-usaha lainnya.
Dalam penggunaan air kita harus seimbang antara yang digunakan dan
ketersediaan yang ada.
Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kebutuhan
pertanian dan disamping itu air irgasi juga digunakan dalam hal lain seperti untuk air baku,
penyediaan air minum, pembangkit tenaga listrik, dan keperluan industry dan lain-lain.
Undang – undang No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air dan peraturan pemerintah No. 20
tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi
desa menjadi hak dan tanggung jawab petani, yang terhimpun dalam wadah perkumpulan petani
pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38
tahun 2007 tentang pembagian pembagian urusan pemerintah antara pemerintah, pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten / kota yang menangani urusan pertanian.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari kajian ini adalah untuk mengevaluasi jaringan irigasi tersier dalam
rangka meningkatkan produksi dan prokdutivitas lahan sawah sehingga mencapai
sasaran yang telah ditetapkan pemerintah. Tujuan dari kajian ini adalah (1)
mengidentifikasi jumlah dan kondisi (eksisting) saluran irigasi dan (2) menghitung
dan menganalisa jumlah kebutuhan irigasi tersier.
1.3 Sasaran dan Manfaat
Sasaran dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi ju,lah dan kondisi saluran irigasi
tersier. Manfaat kajian ini adalah dapat menjadi informasi mendaasar bagi dinas
teknis (SKPA/SKPK) dan kelompok petani serta stakeholder lainnya dalam
menuyusun program rehabilitasi dan atau merehabilitasi dan atau membuat baru
saluran irigasi tersier sesuai kebutuhan.
BAB II
Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup analisis kebutuhan dan kondisi eksisting jaringan irigasi tesier meliputi:
1. Mengupulkan data skunder tentang luasan sawah, jumlah jaringan irigasi primer, sekunder,
dan tersier serta kondisinya (eksisiting) .
2. Mengupulkandan menganalisis data primer melalui survei lapangan tentang kondisi eksisting
jaringan irigasi tersier.
3. Menghitung dan menganalisis kebutuhan jaringan irigasi tersier.
4. Membuat laporan hasil kajian analisis kebutuhan dan kondisi eksisiting jaringan irigasi tersier.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 KLASIFIKASI JARINGAN


Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi - Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe,
yaitu :

a. Irigasi Sistem Gravitasi


Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam kegiatan
usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari
sungai, waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-
petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.

b. Irigasi Sistem Pompa


Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan,apabila pengambilan secara gravitatif ternyata
tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik.

Cara ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai, misalnya Stasiun
Pompa Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak Serayu), atau dari air tanah,
seperti pompa air suplesi di 01 simo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

c. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan
pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal yang direncanakan untuk tipe
irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk
daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 -
15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci
kandungan tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat air laut surut.
Adapun klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran air dan
fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :

a. Jaringan Irigasi Sederhana


Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atai diatur sehingga air lebih akan
mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar antara
sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian
air.
Jaringan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahan- kelemahan serius yakni :
1. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang
terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
2. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap
desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
3. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka umumya pendek.

b. Jaringan Irigasi Semi Teknis


Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pintu
pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan permanen biasanya
juga sudah dibangun di. jaringan saluran. Sistim pembagian air biasanya serupa dengan jaringan
sederhana. Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas dari pada
daerah layananjaringan sederhana.

c. Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan
saluran pembuanglpematus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang
bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-
sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah- sawah ke saluran pembuang.

Petak tersier menduduki fungsi sentral dalamjaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari
sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang
sampai 150 ha.

Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu
jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang
sekunder dan kuarter.

Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara pembagian air yang
paling efisien dengan mempertimbangkan waktu- waktu merosotnya persediaan air serta kebutuhan
petani. Jaringan irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi
dan pembuangan air lebih secara efisien.Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat
saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran
primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan
air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan.
3.2. Pengelolaan Jaringan Irigasi
Pengolahan jaringan irigasi muncul sebagai akibat dari beberapa hal antara lain

 Pesatnya perkembangan penduduk dan industri (terutama di Jawa).


 Keseimbangan antara pengendalian dan pemanfaatan air menjadi terganggu.
 Ketersediaan air menurun, kebutuhan naik.
 Gangguan pada catchment area.
 Meningkatnya erosi (kandungan lumpur di sungai). Terjadi pendangkalan sehingga intake
terganggu
 Peningkatan usaha intensifikasi pertanian dan diversifikasi tanaman.
 Adanya dukungan penyedia air sesuai WARUNG JAMU (Waktu Ruang Jumlah dan Mutu)

Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya operasi pemeliharaan dan rehab jaringan irigasi
yang memadai.

A. OPERASI

Operasi adalah kesatuan proses penyadapan air dari sumber air ke petak sawah serta pembuangan air
yang berlebihan sehingga :

 Penggunaan air secara efektif dan efisien.


 Air yang tersedia dibagi adil dan merata
 Pemberian air secara WARUNG JAMU (Waktu Ruang Jumlah dan Mutu)

Adapun kegiatan operasi mencakup beberapa hal antara lain

1. Pengumpulan data (Tugas dinas SDA / Irigasi kabupaten / kota, Provinsi balai wilayah sungai)

Data yang dikumpulan antara lain :

 —Data hidrologi (φ yang tersedia)


 —Data klimatologi (Kebutuhan air tanam)
 —Data jenis tanaman, macam dan areal

2. Penyediaan air irigasi (Tugas dinas SDA / Irigasi kabupaten / kota, Provinsi balai wilayah sungai,
Komir)

Kegiatan penyediaan air irigasi antara lain :

 —Penyediaan dan pengaturan air irigasi untuk tanaman yang bersumber dari air hujan
maupun air irigasi yang berasal dari mata air, sungai, waduk, maupun air tanah.
 Rencana tahunan pada setiap daerah irigasi disiapkan oleh dinas kabupaten / provinsi /
wilayah yang diusulkan oleh petani. Pembahasan dan kesepakatan rencana tahunan
penyediaan air di komir.

3. Menyusun Rencana Tata Tanam (Tugas Komir) Partisipasi P3A / GP3A


 Masalah lahan yang akan di tanami.
 Tanggal dimulainya pemberi air irigasi.
 Pembagian golongan tanam.
 Jumlah golongan dalam satu daerah irigasi
 Tanggal mulai masa pengelolaan tanah dalam setiap golongan.
 Luas tanam padi gadu.
 Luas tanam polowijo & tebu.
 Adanya peran aktif dan partisipasi P3A / GP3A.
 Tersedia data debit andalan (Dinas SDA / Bidang SDA)

4. Menyusun Sistem Golongan (Tugas Dinas SDA / Bidang SDA, Komir) Partisipasi P3A / GP3A

 φ kecil
 Daerah irigasi dibagi 3 – 5 bagian / golongan.
 Pembagian air pada awal berjarak 10 – 15 hari

5. Rencana Pembagian Air (Tugas dinas SDA / Irigasi / Kabupaten / Kota / Provinsi, Balai PSDA / WS)

 Rencana tahunan pembagian air disusun oleh dinas / bidang SDA atau usulan P3A / GP3A
 Penetapan oleh bupati / walikota / gubernur dan oleh pusat bila lintas provinsi atau strategis

6. Pemberian air irigasi (Tugas dinas irigasi provinsi / Kabupaten / kota, Balai wilayah sungai)

 Kebutuhan air irigasi yang diperlukan


 Kesepakatan dengan P3AApabila :φ tersedia > 70 % tersedia maka kelebihan masuk ke saluran
pembuangan.φ tersedia < 70 %, dan > 50 % rencana maka pembagian air dengan rotasi
sekunder A 3 hari dan sekunder B 3 hari berikutnya atau petak tersier 1,2,3,4 genap 3 hari,
ganjil 3 hari berikutnya.
 Cara pemberian air intermitten maka melalui waduk, pompa dengan 1 minggu operasi, 1
minggu tutup

7. Membuka dan menutup pintu (Tugas Dinas SDA Kab/Kota/ Prov, Balai WS)

 Pintu intake / bendung


 Pintu bangunan bagi di saluran primer / sekunder

8. Kalibrasi (Tugas dinas SDA Kabupaten / Kota / Provinsi, Balai WS)

Pengecekan kebenaran φ pada intake / bendung dan bangunan bagi dengan alat current meter atau
pelampung.

9. MONEV (Tugas dinas SDA Kabupaten / kota / Provinsi, Balai WS)

Perencanaan operasi yang ada meliputi ketersediaan air, waktu pembagian air, tata tanam, dan
sistem golongan.
B. PEMELIHARAAN

1. Kegiatan Pemeliharaan

 Pengaman / Pencegahan
 Pemeliharaan rutin
 Pemeliharaan berkala
 Pemeliharaan darurat

2. Pengamanan Jaringan Irigasi

 Mencegah kerusakan jaringan irigasi yang diakibatkan oleh hewan, manusia, daya rusak alam.
 Pengamanan terhadap bangunan bagi / pelengkap serta bangunan ukur.
 Pengamanan terhadap garis sempadan, memasang tanda larangan, membuang sampah di
saluran / bangunan, memasang portal / pada jalan inspeksi.

3. Pemeliharaan Berkala

 Mengecat pintu air.


 Menggali endapan lumpur.
 Memperbaiki sayap dan tembok saluran.
 Memperbaiki dan mengecat rumah bangunan bagi.
 Meninggikan tanggul saluran.
 Mengganti pintu air yang rusak.
 Perbaikan akibat bencana alam secara permanen.

4. Pemeliharaan Darurat

Perbaikan darurat dilakukan akibat bencana alam dan atau kerusakan berat akibat terjadinya kejadian
luar biasa (seperti pengrusakan / penjebolan tanggul, longsoran tebing yang menutup jaringan,
tanggul putus dll).

5. REHABILITASI

Apabila fungsi ≤ 60 % maka terjadi kerusakan ± 40 %


Hubungan OP
dan Rehabilitasi

C. KEWENANGAN PENGELOLAAN IRIGASI

1. Pusat

Lintas provinsi, strategis, lintas negara, areal ≥ 3000 Ha

2. Provinsi

 Lintas provinsi, strategis, lintas negara, areal > 1000 Ha ≤ 3000 Ha


 Tugas pembantuan dari pusat

3. Kabupaten / Kota

 Untuk kabupaten areal ≤ 1000 Ha


 Tugas pembantuan dari provinsi atau pusat

4. Pemerintah Desa

Dibangun oleh desa

5. P3A / GP3A

Tinjauan tersier, bila ikut ke sekunder dilaksanakan oleh GP3A.

6. Badan Usaha, Badan Sosial dan Perorangan

Bertanggung jawab atas pengelolaan jaringan irigasi yang dimiliki.

D. PERMASALAHAN PENGOLAHAN IRIGASI

1. Prasarana Fisik
 Kondisi inventarisasi
 OP jaringan dilaksanakan dengan baik

2. Fasiltas Penunjang

* Peralatan Pemeliharaan

Pemeliharaan dilaksanakan diborongkan atau swakelola, apakah peralatannya cukup memadai (alat
berat, pengerukan, buldozer, dll).

* Pengangkutan / Mobilitas

Alat angkut untuk kegiatan OP sangat minim, sepeda motor, kendaraan roda 4 (pick up), baik untuk
cabang dinas, juru, mantri.

* Kantor dan Peralatan

Fasilitas kantor dan peralatan sangat kurang memadai (komputer, printer, meja dan peralatan kantor,
dll)

* Peralatan Komunikasi

Pencatatan debit, curah hujan, radio komunikasi belum memadai

* Rumah Jaga

 Jarang difungsikan karena jauh dari bendung


 Belum dibuat

* Gudang

Penyimpanan shote balok, bahan banjir, bronjong.

* Organisasi dan Personalia O & P

 Organisasi belum sesuai dengan refedinasi KPI.


 SDM kurang baik di kualitas dan kuantitas.

* Sumber air dan pemanfaatannya

Debit tidak mencukupi (waduk, sungai, masa air, pompa)

* Masyarakat tani dengan P3A

 —Pemilikan lahan kecil ± 0,3 Ha sulit untuk berkembang.


 —Masih kurangnya pembinaan dari instansi terkait (PEMDA, PU, DIPERTA)

* Dana Pengelolaan Irigasi

 AKNOP kurang berjalan.


 Dana rendah
BAB IV
METODOLOGI
Mengingat banyaknya jumlah irigasi di wilayah semarang jawa tengah serta keterbatasan waktu,
tenaga, dan dana, maka kajian analisis dan kebutuhan dan kondisi eksisiting jaringan irigasi tersier
semarang dibatasi hanya D.I penggaron di wilayah semarang timur.

4.1. Tahapan kegiatan


4.1.2. Persiapan dan pengumpulan Data skunder
Pada tahap ini dilakuka persiapan studi yang meliputi: (1) koordinasi dengan
Instansi/ lembaga terkait, (2) Penyamaan persepsi dan pembekalan diantara sesama
tim peneliti, (3) pengumpulan data (skunder dan primer), dan (4) pengumpulan peta
rupa bumi, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah, peta administrasi, dan peta
irigasi dan jaringannya (primer, skunder dan tersier).
4.1.3. Penyusunan rencana kerja
Penyusunan recana kerja dilakukan untuk memudahkan konsultan mengapresiasi pelaksanaan
teknis kegiatan secara terukur dan terjadwal. Berdasarkan lingkup kegiatan yang tertera di KAK
dan kontrak kerja, rencana pelaksanaan kegiatan analisis kebutuhan dan kondisi eksisiting jaringan
irigasi.

NO KELOMPOK URAIAN KEGIATAN


1 KEGIATAN 1 Persiapan dan Mobilisasi Tim.
2 KEGIATAN 2 Inventarisasi Lapangan, Pengumpulan
Data dan Peta, Informasi mengenai
kondisi umum pekerjaan.
3 KEGIATAN 3 Identifikasi kondisi infrastruktur.

4.1.4. Pengumpulan Data


Peneliti ini mengunakan metode survei. Pengumpulan data primer (lapangan) dilaksanakan
dengan observasi dan wawancara langsung dengan tokoh masyarakat, pemerintah desa, dan
ketua kelompok tani. Pengumpulan data skunder berupa peta – peta utama dan pendukung yang
diolah dengan memanfaatkan teknologi geographikal information system (GIS) serta informasi
dari instansi terkait. Untuk mendapatkan data primer dilakukan survei lapangan .
4.1.5. Tabulasi dan Kompilasi Data
Data yang dikumpulkan dan diperoleh dari lapangan di tabulasi dan dikopilasi untuk
menjadi bahan di dalam laporan antar. Temuan dan kendala yang di peroleh di lapangan
didiskusikan di internal tim dan disampaikan kepada Dinas Tata ruang untuk memperoleh
masukan.

Anda mungkin juga menyukai