Tipe ini dikembangkan oleh Slavin dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang paling sederhana.
Dalam model pembelajaran kooperatif STAD, siswa dibentuk dalam kelompok belajar yang terdiri dari
empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin berbeda
(heterogen). Siswa akan bekerja dalam kelompok dengan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, bekerja satu sama lain atau melakukan
diskusi (Ibrahim, 2000:9-10).
STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk dikuasai oleh guru ketika melakukan
pendekatan dalam mengajar karena mudah untuk diterapkan. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:51)
pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STADmelalui lima tahapan yang meliputi: 1) tahap
penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes individual, 4) tahap penghitungan skor
perkembangan individu, dan 5) tahap pemberian penghargaan kelompok.
Tahap penyajian materi, pada tahap ini guru terlebih dahulu memulai dengan menyampaikan indikator
yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.
Selanjutnya guru menyajikan materi pelajaran secara garis besar dan bersifat sebagai pengantar bagi
siswa dalam melakukan diskusi pada masing-masing kelompok. Selama persentasi siswa harus
bersungguh-sungguh memperhatikan dan memahami materi dalam matematika.
Tahap kegiatan kelompok, Cilstrap dan Martin (dalam Arikunto, 1999:30) memberikan pengertian kerja
kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil yang diorganisir untuk
kepentingan belajar. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari.
Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar
semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai
hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan seebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap
kelompok.
Tahap tes individu, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes
secara individual mengenai materi yang telah dibahas. Arikunto (1999:30) mengatakan sebagaimana
dikutip dari Webster C, bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan dan intelegensi. Dalam penelitian ini, setiap selesai satu kali
pertemuan akan diadakan tes yang harus dikerjakan secara individu. Dengan demikian setiap siswa
bertanggung jawab untuk mengetahui dan memahami materi yang telah diajarkan.
Tahap perhitungan skor perkembangan individu, setelah tes dilaksanakan selanjutnya guru menghitung
nilai kemajuan individu (poin perkembangan). Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan
yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya. Adapun penghitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari
penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (1995) dalam Isjoni (2009:53) seperti
terlihat dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan
Skor Tes individu
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor
individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.
Tahap pemberian penghargaan kelompok, penghargaan kelompok bertujuan untuk memotivasi siswa agar
aktif selama menyelesaikan tugas-tugas kelompok sehingga didapatkan kelompok yang kompak.
Pemberian penghargaan ini diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategoriakn menjadi
kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan
pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut: (Isjoni, 2009:53-54).
Tabel 2.3 Kriteria pemberian Penghargaan kelompok
Skor (rata-rata
kelompok) Predikat
STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang mudah untuk digunakan dan dikuasai oleh guru
ketika melakukan pendekatan dalam mengajar. Secara garis besar langkah-langkah penggunaan
model STAD dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap ini, tugas guru adalah membuat rencana pembelajaran, menyiapkan tugas-tugas siswa dan
kuis, mendata nama-nama siswa untuk dibentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen.
1. Persentasi materi
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran matematika dalam persentasi kelas. Penyajian
materi pelajaran secara garis besar dan bersifat sebagai pengantar bagi siswa dalam melakukan diskusi
pada masing-masing kelompok.
Pembentukan kelompok
Pada tahap ini guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa.
Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan.
Pemberian Tes/Kuis
Setiap selesai satu kali pertemuan akan diadakan tes/kuis yang harus dikerjakan secara individu dan
tidak diperbolehkan saling membantu. Dengan demikian setiap siswa bertanggung jawab untuk
mengetahui dan memahami materi yang telah diajarkan.
Penghargaan Kelompok
Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan
penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.
Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok.
b. Menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang
berbeda.
Kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
a. Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
b. Guru pada permulaan akan membuat kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi
usaha sungguh-sungguh yang terus menerus akan dapat terampil menerapkan model ini.