Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN ROLE PLAYING DALAM FISIKA

USAHA DAN ENERGI

DISUSUN OLEH
1. ILHAM MAULANA SYAH 16030184017
2. NIKMATUS YUSRILIA P. 16030184083
3. IRVAN PRAKOSO 16030184088
4. PUTRI ZULAIHA R.A 16030184100

PENDIDIKAN FISIKA C 2016

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 1


PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 2
1. Pengertian Role Playing ..................................................................................................... 2
2. Karakteristik Role Play ...................................................................................................... 3
3. Tujuan ................................................................................................................................ 3
4. Manfaat .............................................................................................................................. 4
5. Keuntungan Role Playing .................................................................................................. 5
6. Kelemahan Role Playing .................................................................................................... 5

IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA ............................................................


1) Perencanaan persiapan ....................................................................................................... 6
2) Menentukan Tujuan Pembelajaran .................................................................................... 7
3) Pendekatan Role-Play ........................................................................................................ 7
4) Mengidentifikasi Skenario ................................................................................................ 7
5) Menetapkan Peran .............................................................................................................. 8
6) Interaksi .............................................................................................................................. 8
7) Refleksi dan evaluasi ....................................................................................................... 10
ACTION PLAN USAHA DAN ENERGI .................................................................................. 11

1
PENDAHULUAN

Sebagai seorang guru, guru haru jelih melihat keadaaan para siswa-siswanya baik
didalam pembelajaran atau pun diluar pembelajaran. Begitu pula ketika proses belajar-mengajar
di mulai, guru harus mampu menyusun strategi pembelajaran yang ampuh untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Seorang guru tidak selayaknya masuk ke dalam
kelas dan mengajar seadanya tanpa persiapan sama sekali. Karena setiap bahan pembelajaran
butuh strategi yang dijabarkan lewat model pembelajaran agar substansi pembelajaran tercapai
secara maksimal.
Menurut Djumungin (2011: 121), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
sistematis untuk mengorganisasikan pembelajaran. Model dapat diartikan sebagai perangkat
rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk merancang bahan-bahan pembelajaran. Model
dapat juga diartikan sebagai perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk
merancang bahan-bahan pembelajaran. Beliau menambahkan bahwa tidak satu pun model yang
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada model lainnya. Begitu pula tidak ada satu pun
model yang paling ampuh untuk segala situasi.
Makalah ini akan membahas model pembelajaran inovatif pada pembelajaran fisika khususnya
model role playing atau sosiodrama. Tentu tidak semua bahan ajar harus menggunakan model
tersebut. Namun makalah ini menyajikan secara lengkap mengenai model pembelajaran role
playing sebagai model pembelajaran inovatif yang akan dibutuhkan pada bahan-bahan ajar
tertentu nantinya pada mata pelajaran fisika.

1. Pengertian Role Playing


Menurut Greenblat (Kindsvatter; dalam Suparno, 2007: 82), metode role play adalah
model dinamika yang menggambarkan atau mengungkapkan system fisik (nonmanusia) atau
sosial (manusia) yang diabstraksikan dari kenyataan dan disederhanakan untuk proses
belajar.
Menurut Prasetyo (dalam Ina, 2008: 6), role play adalah suatu cara penguasaan bahan-
bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa
dengan memerankan sehagai tokoh hidup atau benda mati.
Sedangkan menurut Rustaman (dalam Nurjanah, 2009), role play adalah pembelajaran
dengan cara seolah olah berada dalam situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang
suatu konsep.
Taylor (dalam Gabrielle McShary dan Sam Jones, 2000: 73) berpendapat bahwa teori
dibalik pemakaian role play dalam pengajaran dan pembelajaran sains adalah bahwa anak-
anak didorong terlibat secara fisik dan intelektual dalam pembelajaran-pembelajaran mereka
ngar memungkinkan mereka mengungkapkan diri mereka dalam sebuah konteks ilmiah
maupun mengembangkan sebuah pemahaman mengenai konsep konsep yang sulit.

2
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil arti role play dalam pembelajaran Fisika
sebagai suatu cara penyampaian bahan pelajaran fisika melalui aklivitas fisik yaitu
memerankan peristiwa dan kejadian yang ada dalam bahan itu, sehingga siswa lebih mudah
memahami dan menggingat materi yang telah dipelajari tersebut.
2. Karakteristik Role Play
Hapidin (dalam Kartini, 2007) menyatakan bahwa dalam metode ini anak diberi
kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau
benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat
dari tokoh atau benda tersebut. Dalam bermain peran, anak diberi kebebasan untuk
menggunakan benda-benda sekitarnya dan mengkhayalkannya jika benda tersebut
diperlukan dalam memerankan tokoh yang dibawakan. Contoh kegiatan ini misalnya anak
memerankan bagaimana ia dalam bereksperimen tentang cara kerja katrol, bagaimana katrol
itu bia bergerak untuk membuat timba air menjadi ke atas dan kebawah. Baroro (2011)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa dalam role playing peserta didik dituntut dapat
menjadi pribadi yang imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, mandiri
dalam berfikir, ingin tahu, penuh energi dan percaya diri.
Sehubungan dengan itu, Nursid Sumaatmadja (dalam Kartini, 2007) juga menyatakan
bahwa metode bermain peran sangat difokuskan pada kenyataan-kenyataan yang terjadi di
lingkungan masyarakat. Metode ini berhubungan dengan penghayatan suatu peranan sosial
yang dimainkan anak di masyarakat. Basri Syamsu (dalam Santoso, 2011) menyatakan
bahwa dalam role playing murid dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun
saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan bahasa Inggris. Selain
itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar
membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain.
Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik
dalam materi usaha dan energi yang ada pada kehidupan disekitarnya. Belajar efektif
dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Santoso, 2011).

3. Tujuan

Menurut Zuhaerini (dalam Santoso, 2011), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk:

1) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan


berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan,
karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak;

2) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-


psikologis; dan

3
3) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

4. Manfaat

Bobby DePorter (Santoso: 2011) mengatakan manfaat yang dapat diambil dari role
playing adalah:

1) role playing dapat memberikan semacam hidden practise yaitu murid tanpa sadar
menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka
pelajari;

2) role playingmelibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar;

3) role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada
dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain
adalah dunia siswa.

Di sisi lain, Sadali dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ada empat asumsi yang
mendasari model mengajar ini yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya. Keempat asumsi tersebut ialah:

1) secara implisit bermain peran mendukung suatu situasi belajar berdasarkan


pengalaman dengan menekankan dimensi “di sini dan kini” (here and now) sebagai isi
pengajaran.

2) bermain peran memberikan kemungkinan kepada para siswa untuk mengungkapkan


perasaan-perasaannya yang tak dapat mereka kenali tanpa bercermin kepada orang
lain.

3) model ini mengasumsikan bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf kesadaran
untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok.

4) model mengajar ini mengasumsikan bahwa proses-proses psikologis yang tersembunyi


(covert) berupa sikap-sikap nilai-nilai, perasaan-perasaan dan sistem keyakinan dapat
diangkat ke taraf kesadaran melalui kombinasi pemeranan secara spontan dan
analisisnya.

4
5. Keuntungan Role Playing
Role play menurut Suparno (2007: 84-85) mempunyai beberapa keuntungan dan
kegunaan antara lain
a. Siswa tertarik dan senang belajar. Banyak siswa sangat senang belajar karena bahan yang
disajikan dengan role play. Motivasi belajar mereka menjadi tambah besar
b. Pelajaran menjadi menyenangkan. Pelajaran fisika menjadi lebih menarik dan
menyenangkan, tidak tegang dan kaku
c. Siswa sungguh menghayati peran yang dilakukan dan pengetahuan mereka menjadi lebih
realistik. Siswa menjadi semakin mengerti apa yang terjadi, bukan hanya dalam pikiran.
d. Lebih mencerminkan pembelajaran kontruktivis di mana siswa benar-benar aktif, kreatif,
dan partisipasif dalam belajar

6. Kelemahan Role Playing


Menurut Djamarah dan Zain (dalam Ina, 2008: 8), kerugian role play adalah:
a. Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.
b. Banyak memakan waktu.
c. Memerlukan tempat yang cukup luas.
d. Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan penonton
atau pengamat.

5
IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
Berdasarkan Model Pembelajaran Diskusi, salah satu tipe diskusinya yaitu Role Playing.
Yang mana tipe ini berorientasi pada proses saja. Implementasi materi fisika yang cocok
digunakan untuk tipe Role Playing adalah Usaha dan Energi. Salah satu alasannya dikarenakan
tipe ini menggunakan pembelajaran bermain peran. Jadi siswa dituntut untuk menampilkan
sebuah peran atau drama yang mana isi dari peran tersebut membahas materi fisika Usaha dan
Energi. Selain itu materi Usaha dan Energi cocok dan ringan dibawakan untuk diaplikasikan ke
dalam media peran, bisa diambil dari kehidupan sehari-hari manusia yang tidak lepas dari usaha
dan energi. Commented [A1]:

Langkah-langkah bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran


Sebagian besar role-play cenderung dibagi pada tiga fase yang berbeda:
1) Perencanaan persiapan
Perencanaan yang hati-hati adalah kunci untuk sukses dalam role-play. Berikut ini
adalah daftar beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh guru/dosen masuk kelas dan
melalui roleplay:
 Mengenal Peserta Didik
Semakin guru mengenal peserta didik, akan semakin besar kemungkinan untuk
memperkenalkan role-play dengan relevan dan berhasil. Perlu dipertimbangkan:
a) Jumlah peserta didik, Pastikan tersedia ruang yang cukup sebelum role-play
dimulai, dan ceklah bahwa ada peran yang tersedia atau tugas-tugas observasi bagi semua
peserta didik
b) Apa yang diketahui peserta didik tentang materi, peserta didik membutuhkan
informasi yang cukup berbagai peran dan skenario yang akan menjadi dasar diskusi,
pemeranan dan refleksi mereka.
c) Pengalaman terdahulu tentang role-play. Peserta didik yang lebih berpengalaman
mungkin dapat menghandel peran-peran yang lebih kompleks, sementara mereka yang
pengalamannya kurang, membutuhkan bimbingan yang lebih bertahap kedalam aktivitas.
Peserta didik yang memiliki pengalaman negatif membutuhkan kepastian dan dukungan
dari yang lebih besar.
d) Kelompok umur. Peran yang berbeda mungkin menuntut tingkat pengalaman hidup
yang berbeda pula. Role-play menuntut pentingnya hubungan dengan pengalaman hidup
peserta didik
e) Latar belakang peserta. Terdapat kebutuhan untuk mengetahui pengalaman masa
lalu dan pengalaman role-play peserta didik yang dapat mempengaruhi persepsi tentang
peran-peran tertentu
f) Minat dan kemampuan. Adalah yang sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh
mana minat dan kemampuan peserta didik bersesuaian dengan materi yang akan
dieksplorasi melalui role-play, peserta didik yang akan membawa sekumpulan
pengalaman, sikap, kepercayaan dan agenda yang mereka miliki kedalam sesi role-play

6
g) Kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi: adalah sangat bermanfaat untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik dapat bekerjasama dalam berpasangan, kelompok
atau dalam keseluruhan kelas. Kerjasama yang bagaimana yang memungkinkan bagi
mereka.
2) Menentukan Tujuan Pembelajaran
Apa yang diinginkan guru/dosen dari pembelajaran peserta didik? Adalah penting
untuk mendefinisikan tujuan pembelajaran sesempurna mungkin sebelumnya. Mungkin
sewaktu-waktu ada tujuan yang tentatif, atau tujuan yang berbeda dengan tujuan yang telah
dicanangkan, akan tetapi tujuan yang ditulis masih tetap diperlukan agar memiliki fokus
kerja yang jelas. Disamping itu tujuan-tujuan tersebut harus eksplisit bagi peserta didik sejak
awal.
3) Pendekatan Role-Play
Sebagai suatu strategi pembelajaran, role-play mempunyai beberapa pendekatan.
Ketika seorang guru/dosen berkeinginan untuk menggunakan salah satu pendekatan yang
ada, hendaknya pilihan pendekatan serta opsi yang tersedia didasarkan pada persepsi peserta
didik (pengalaman dan ekspektasi mereka), tujuan pendidikan, serta jumlah waktu yang
tersedia. Berikut ini adalah tiga pendekatan yang umum terdapat dalam role-play:
a) Role-play sederhana (simple role-play): role-play tipe ini membutuhkan sedikit
persiapan dan sering cocok untuk satu sesi umum yang berisi metode mengajar lainnya.
Daripada memperbincangkan suatu isu, peserta didik sering langsung secara cepat
diorganisir secara berpasangan oleh guru. Dalam pasangan ini, peserta didik diberi peran-
peran yang khusus, dan seperangkat skenario. Kemudian mereka diminta untuk memerankan
secara spontan problem atau dilemma kemanusiaan yang telah ditentukan. Suatu ciri pokok
dari pendekatan ini bahwa semua pasangan peserta didik akan mengerjakan tugasnya dalam
waktu yang sama
b) Role-play (sebagai) latihan (role-play exercises): role-play tipe ini merupakan
role-play berbasis ketrampilan dan menuntut suatu persiapan. Peserta akan membutuhkan
sejumlah informasi atau latar belakang faktual sebelum memasuki role-play. Tipe ini
biasanya melibatkan pendekatan “bagaimana caranya” (how to).
c) Role-play yang diperpanjang (extended role-play): di sini peserta membutuhkan
baik briefing tentang problem atau skenario serta briefing tentang peran mereka sendiri.
Peserta didik mungkin mengandaikan para komunitas dan/atau peran profesional.

4) Mengidentifikasi Skenario
Skenario memberi informasi tentang apa yang harus diketahui peserta didik sebagai
pemegang peran serta informasi tentang sudut mana yang harus mereka masuki dalam
gambaran tersebut. Pilihan skenario akan tergantung pada minat, fokus materi, serta
pengalaman guru/ dosen dan peserta didik. Kontruksi scenario harus mendapatkan perhatian
yang seksama untuk menghindari orang atau peristiwa yang stereotip (meniru).

7
5) Menetapkan Peran
Pilihan peran akan tergantung pada problem yang akan disoroti. Jadi kita dapat
bertanya peran mana yang paling memungkinkan untuk dapat mengungkapkan ketrampilan,
sikap, atau dilema yang eksplorasi. Membuat daftar peran yang mungkin sangat berguna
dalam mengidentifikasi interaksi yang memungkinkan, jalur komunikasi yang pokok, serta
perspektif untuk melihat isu.
6) Interaksi
Berikut ini adalah langkah-langkah mengimplementasikan rencana ke dalam aksi.
a) Membangun Aturan Dasar
Adalah sangat penting untuk mengetahui harapanharapan guru/ terhadap peserta didik
dan sebaliknya, serta apa yang secara rasional dapat diharapkan dari mereka satu sama lain.
Sesi role-play yang bagaimana yang diinginkan dosen/guru tersebut? Langkah-langkah apa
yang ada pada proses role-play? Dan seterusnya. Aturan. Aturan dasar untuk melaksanakan
roleplay harus dirundingkan oleh semua pihak sejak awal, dan akan lebih bagus lagi jika
dicatat untuk jadi rujukan nanti.
b) Mengeksplisitkan Tujuan Pembelajaran.
Dosen perlu mengemukakan tujuan pembelajaran dari role-play tersebut pada peserta
didik dan menjelaskan pentingnya menggunakan role-play untuk mengeksplorasikan isu
tersebut.
Hal ini penting untuk memfokuskan peserta didik lebih pada konten ketimbang strategi serta
memudahkan mereka mengevaluasi tingkat keberhasilan yang dicapai.
c) Membuat Langkah-Langkah Yang Jelas
Peserta didik yang tidak punya pengalaman dengan roleplay akan merasa ragu dan takut
dengan strategi ini. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menjelaskan tujuan yang
menyokong penggunaannya dalam konteks pembelajaran ini serta menjelaskan garis besar
langkah-langkahnya.
d) Mengurangi Ketakutan Tampil di depan Publik
Role-play tidak dirancang dengan menjadi suatu pertunjukan publik. Meskipun demikian
peserta didik pemula sulit untuk menghilangkan dari kesan tersebut. Karen itu penting bagi
guru/dosen. Untuk menghilangkan kecemasan peserta didik tentang hubungan antara role-
play dan pertunjukan. Peserta didik perlu tahu bahwa tidak akan ada ekspresi publik sejak
dari permulaan. Banyak guru/dosen yang melakukan hal ini dengan langsung meminta
mereka menampilkan suatu kegiatan secara bersama-sama kemudian menanyakan sesuatu di
depan temannya. Walaupun sebenarnya pada akhirnya nanti mereka harus tampil di depan
yang lain tapi paling tidak, hal tersebut sudah diberi pra-kondisi dulu sebelumnya.
Pendekatan apapun yang digunakan guru/dosen, yang pasti bahwa peserta didik perlu
didorong untuk bertanya dan klarifikasi pemahaman mereka sebelum role-play dimulai.
e) Menggunakan Skenario atau Situasi
Skenario atau bisa diciptakan oleh guru/dosen dan/atau peserta didik. Skenario yang
paling berhasil adalah yang menarik peserta dan juga mengandung segi-segi ketidakpastian,

8
sehingga tidak semua jawaban dapat diketahui sebelumnya. Skenario dibuat untuk dirinya
sendiri yaitu sesuatu yang hanya dapat diperoleh dengan cara berpartisipasi di dalamnya,
atau mengamati role-play terlebih dahulu. Skenario bisa berbentuk tertulis atau verbal atau
lisan.
f) Mengalokasikan Peran
Peran-peran dapat dialokasikan dalam berbagai cara yang kebanyakan tergantung pada
sejauh mana guru/dosen mengenal peserta didiknya dengan baik, maka pengalokasian
biasanya dilakukan dengan baik, maka pengalokasian biasanya dilakukan dengan misalnya,
pemegang peran kunci diberikan pada peserta didik yang paling berpengalaman, atau
memegang peran disesuaikan dengan sedekat mungkin dengan pengalaman hidupnya dan
lain-lain. Sementara jika guru/dosen tidak terlalu mengenal peserta didiknya dengan baik,
maka biasanya peran dibagi secara acak, atau diminta seseorang yang mau menjadi
sukarelawan dan seterusnya.
g) Memberi Informasi yang Cukup
Adalah penting untuk memberi informasi yang cukup pada pemain supaya mereka dapat
menjalankan tugasnya dengan efektif dan sukses. Menurut Jones dan Palmer (1987) terdapat
empat tipe informasi yang harus diberikan oleh guru/dosen:
a) Informasi yang dibutuhkan buat semua peserta
b) Tambahan informasi bagi orang atau kelompok tertentu saja
c) Informasi yang diberikan ketika role-play berlangsung (contoh: intervensi oleh
guru/dosen)
d) Informasi tentang macam hubungan diantara orang-orang yang terlibat (sosial,
familial, kultural, dll).
h) Menjelaskan Peran Pengajar dalam Role-Play
Guru yang mengandaikan dirinya terlibat sebagai partisipan dalam role-play perlu
menjelaskan dulu kepada peserta didik tentang keterlibatannya serta menjelaskan fungsinya
dalam keseluruhan proses. Disamping itu perlu dijelaskan pula bagaimana ia akan memberi
sinyal kapan ia mulai berak ting dan kapan keluar dari aktingnya. Demikian pula jika ia
ingin jadi observe saja, maka ia bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukan sebagai
observer, seperti; menyoroti aspekaspek penting yang terjadi dalam role-play dsb.
i) Memulai Role-Play secara Bertahap
Melalui role-play dengan pelan-pelan misalnya melalui diskusi akan membantu melalui
diskusi akan membantu peserta didik memasuki role-play dengan cara:
a) Melibatkan peserta didik dalam “ice breaker” (Jones, 1991) atau game (Brandes,
1977)
b) Peserta didik bekerja tanpa peran, baik melibatkan seluruh kelas, kelompok kecil atau
berpasangan untuk mendiskusikan suatu atau tertentu.
c) Separuh peserta didik memegang peran tertentu dan separuh lagi memerankan dirinya
sendiri. Contoh interview oleh media massa
d) Semua peserta didik mengandaikan peran sejak dari permulaan.

9
j) Menghentikan role-play dan Memulai Kembali jika Perlu
Sering diperlukan untuk menghentikan role-play pada suatu titik tertentu. Hal ini
memerlukan tanda atau sinyal yang disepakati. Misalnya: guru/dosen mengangkat t angan
atau bergerak ke tempat tertentu yang telah disepakati sebelumnya.
Guru/dosen mungkin ingin menghentikan aktivitas role-play untuk:
a) Berhubungan dengan problem yang mempengaruhi semua orang
b) Mengambil suatu tindakan tertentu
c) Melakukan pertukaran peran
d) Dan lain-lain
e) Bertindak sebagai Pengatur Waktu
Ketika role-play telah berjalan, maka guru/dosen perlu bertindak sebagai pengatur waktu.
Sebelum role-play dimulai kemukakan pada peserta didik bahwa waktu yang disediakan
adalah sekian menit, dan seterusnya. Dan ketika waktu sudah berakhir, berilah kode sesuai
yang telah disepakati sebelumnya.
7) Refleksi dan evaluasi
Tahap yang terakhir ini dalam proses role-play sering dinamakan “debriefing”
mengikuti istilah yang biasa digunakan dalam militer (Van Ments, 1994). Aspek yang
fundamental dari tahap ini bagi guru/dosen dan peserta didik adalah melakukan refleksi dan
evaluasi. Guru/dosen biasanya memberi kesempatan untuk refleksi diantara interaksi atau di
akhir dari interaksi. Tahap refleksi ini lebih dari sekedar pertanyaan-pertanyaan teknis
seperti:
“apakah peran peserta didik dapat menjalankan perannya dengan realistis?”
sebaliknya, hal ini lebih berkenaan identifikasi, klarifikasi, dan analisis terhadap isu-isu
pokok (Colquhoun & Errington, 1990) Refleksi atau evaluasi yang dalam seperti itu
dilakukan setelah interaksi selesai. Hal ini dapat dilihat dalam enam langkah sederhana:
a) Membawa peserta didik keluar dari peran yang dimainkannya
b) Meminta peserta didik secara individual mengekspresikan pengalaman belajarnya.
c) Mengkonsolidasikan ide-ide
d) Memfasilitasi suatu analisis kelompok
e) Memberi kesempatan untuk melakukan evaluasi.
f) Menyusun agenda untuk masa depan

10
ACTION PLAN USAHA DAN ENERGI
FASE RINCIAN
Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam dan menunjuk
salah satu dari siswa untuk memimpin
doa awal pembelajaran
2. Guru menanyakan siapa siswa yang tidak
hadir
Fase 1 3. Guru menunjuk 2 siswa untuk maju ke
depan dan menyuruh siswa untuk
memainkan mobil remot yang telah
disediakan oleh guru dari ara ang
berlaanan. Dan guru bertanya kepada
siswa “........”
guru mengarahkan siswa untuk menjawab
sesuai dengan pembahasan pembelajaran.
4. Menyampaikan judul materi pembelajaran
”Usaha dan energi”
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti 6. Siswa Menonton video yang telah di
siapkan oleh guru.
(video usaha dan energi dalam kehidupan
sehari-hari)
7. Dua siswa ditunjuk secara acak oleh guru
Eksplorasi untuk menceritakan kembali video yang
telah ditontonnya
8. Guru menjelaskan tentang usaha dan
energi berdasarkan video tersebut.
9. Guru menjelaskan bahwa siswa akan
memainkan skenario tentang usaha .
Fase 2 10. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil yang terdiri dari 4 siswa. Dari setiap
kelompok diminta satu orang untuk
memerankan sekenario yang telah dibuat.
Fase 3 11. Siswa mendengarkan penjelasan oleh
guru tentang alur cerita usaha dan energy
yang akan diperankan dari masing-
masing peran yang telah dipilih
Elaborasi
Fase 4 12. Anggota kelompok yang tidak berperan
dalam skenario bertugas mengamati dan
mencatat proses yang akan diperagakan.
13. Setiap kelompok diberikan role cards
yang berisi peran yang akan dilakukan
kelompok tersebut yaitu berupa skenario
usaha dan energy beserta beserta sketsa
dan penjelasannya.

11
14. Siswa yang telah ditunjuk didalam
kelompoknya untuk berperan dalam
skenario di berikan waktu 2 menit untuk
memahami bagian dari alur cerita yang
diperankan
Fase 5 15. Guru memanggil para siswa yang sudah
ditunjuk untuk memperagakan skenario
yang sudah dipersiapkan.
16. Siswa yang yang berperan sebagai
pengamat memperhatikan dan mencatat
peragaan skenario sistem pencernaan
manusia
Fase 6 17. Siswa diminta untuk menanggapi
peragaan skenario sistem pencernaan
Siswa menjelaskan proses yang terjadi
dalam usaha dan energi telah
Konfirmasi
diperagakan
18. Siswa diminta untuk menjelaskan
bagaimana usaha dan energi yang telah
diperagakan
Penutup 19. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang materi yang
tidak dimengerti.
Fase 7 20. Setiap kelompok diberikan lembar kerja
untuk diskusikan secara kelompok
bagaimana proses usaha dan energi serta
gaya atau resultan yang ada
21. Guru meminta setiap perwakilan
Evaluasi
kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
22. Setelah semua perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusi guru
menarik garis besar kesimpuan dari yang
di paparkan tiap kelompok
23. Guru memberikan tindak lanjut (tugas PR
latihan soal)

Keterangan :
Fase 1: persiapan Fase 4 : Menyiapkan pengamat
Fase 2 : Memilih pemeran Fase 5: Peragaan
Fase 3 : mengatur peran Fase 6 : Diskusi dan evaluasi

12
13

Anda mungkin juga menyukai