I. PENDAHULUAN...................................................................................................................2
A. Latar belakang Implmentasi Model Pembelajaran Kooperatif Role Playing......................2
B. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Kooperatif Role Playing.....................................4
1. Landasan Teoritis.............................................................................................................4
II. DESAIN MODEL ROLE PLAYING..................................................................................7
A. Sintaks..................................................................................................................................7
1. Literasi Dasar (Basic Literacy).........................................................................................7
2. Orientasi (Orientation)......................................................................................................8
3. Asosiasi (Asosiation)........................................................................................................8
4. Refleksi (Reflection).........................................................................................................8
B. Sistem Sosial........................................................................................................................9
C. Peran/Tugas Guru.................................................................................................................9
D. Sistem Pendukung................................................................................................................9
E. Dampak Instruksional dan Pengiring.................................................................................10
F. Prinsip.................................................................................................................................10
G. Kerangka Implementasi Model Pembelajaran Role Playing..........................................11
III. STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL ROLE PLAYING.............................................12
A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.............................................................................12
B. Model Pembelajaran Role Playing.....................................................................................13
C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...................................................................................14
IV. REFERENSI.......................................................................................................................16
MODEL PEMBELAJARAN IPS KOOPERATIF ROLE PLAYING
I. PENDAHULUAN
1. Landasan Teoritis
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-
peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang. Pada
kenyatannya pembelajaran IPS menurut siswa adalah pelajaran yang memboankan.
Dampak dari kondisi tersebut adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga guru lebih dominan. Kondisi ini membuat siswa tidak mampu
memahami konsep pembelajaran IPS dengan baik dan mengerjakan tugas sendiri, yang
akhirnya berdampak pada tidak maksimalnya hasil belajar mereka.Untuk mengatasi
kondisi tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa
senang dan tidak bosan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa terlibat secara aktif
dan dominan dalam proses pembelajaran dan mampu memahami materi pembelajaran
IPS dengan baik. Salah satu metode pembelajaran yang diduga cocok untuk mengatasi
kondisi tersebut adalah metode bermain peran (role playing). Karena permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan melibatkannya
secara luas.
Secara teoritik metode bermain peran membutuhkan keterlibatan sebagian atau
semua siswa dalam memerankan suatu tokoh atau benda, kondisi ini menuntut siawa
untuk tidak diam, ia akan aktif, tidak statis, namun dinamis.4 Role playing adalah suatu
aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang spesifik . Role play berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman
peran dalam kehidupan sehari-hari :
a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang
akan didramakan.
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan
muncul tumbuh seni drama dari sekolah.
d. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya.
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab
dengan sesamanya.
f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami
orang lain.
Pada metode bermain peran (role playing), siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran. Siswa akan memerankan suatu situasi yang berkaitan dengan
materi yang dipelajari dan mereka akan berusaha mengatasi setiap kasus yang terjadi
dari peran yang dimainkan, sehingga siswa bisa menemukan sendiri konsep dari
materi yang mereka pelajari. Jadi, dengan metode ini siswa diharapkan mampu
memahami pembelajaran IPS sesuai persepsi yang mereka temukan sendiri.
Belajar secara aktif berarti keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran
sangat dominan. Keaktifan siswa selama proses belajar tergantung pada interaksi
siswa dengan lingkungannya. Jadi belajar adalah upaya menciptakan lingkungan agar
siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatannya secara aktif dalam
kegiatan belajar. Keaktifan siswa yang diamati dalam penelitian ini adalahkeaktifan
yang berhubungan dengan antusias mengikuti pembelajaran, pemanfaatan guru, proses
pemahaman materi dan penyelesaian tugas secara individu atau kelompok. Solusi
yang tepat dengan latar belakang tersebut adalah diterapkanya model pembelajaran
dengan pendekatan sosial seperti model pembelajaran Role Playing. Karena model
pembelajaran Role Playing didesain untuk siswa beraktivitas secara langsung dalam
pembelajaran yakni dengan memerankan sebuah skenario yang dibuat oleh guru
sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Role playing juga sangat tepat diterapkan
pada mata pelajaran IPS karena karakter mata pelajaran IPS yang menuntut siswa
dalam menghafal bisa disiasati dengan menggunakan cara melibatkan langsung siswa
dalam aktivitas pembelajaran sehingga siswa bisa langsung mengalami tidak hanya
menghayalkan kejadian itu.
Karena melaui bermain peran anak mampu mengekspresikan perasaannya tanpa
adanya keterbatasan kata atau gerak. Role playing merupakan suatu metode
pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran,
penguasaan bahan pelajaran berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam
meluapkan imajinasinya terkait dengan bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya
keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari bahan ajar. Penerapan metode
role palying memfasilitasi siswa untuk belajar secara aktif melalui bermain peran.
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode role playing, menimbulkan suasana
yang baru serta memberikan pengalaman belajar yang berbeda, sehingga membentuk
siswa untuk berfikir lebih kreatif dan aktif. Karena penggunaan metode ini merupakan
salah satu penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Manfaat dari
pengaplikasian metode role playing yaitu siswa mampu untuk mengidentifikasi
situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut
memungkinkan cara untuk mengubah perilaku dan sikap siswa sebagaimana siswa
menerima setiap karakter yang diperankannya [ CITATION Ham01 \l 1057 ].
Metode bermain peran (Role playing) dipilih karena dalam metode ini siswa
menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat langsung dalam
peran yang dimainkannya dan mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Keterlibatan siswa secara langsung tersebut diharapakan dapat
menjandikan siswa lebih aktif dalam aktivitas belajarnya dan hasil belajar siswa dapat
mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Dengan mengunakan metode ini juga
diharapkan tujuan akhir pembelajaran yang telah ditetapkan guru dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat tercapai.
II. DESAIN MODEL ROLE PLAYING
A. Sintaks
Model pembelajaran kooperatif role playing berlandaskan pandangan konstruktivisme
sosial yang berasal dari vygotsky. Sehingga dasar-dasar pemikiran dan penerapan terhadap
belajar akan diaktualisasikan dalam model pembelajaran ini. Berdasarkan prinsip-prinsip
belajar menurut vygotsky yang diadaptasikan menjadi sebuah model pembelajaran, model
pembelajaran ini menekankan pada perkembangan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Guru
berperan menjadi pengarah dan memberikan instruksi kepada siswa lewat pembelajaran
bermakna yang nantinya akan membentuk pemahaman siswa terhadap situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya yaitu membangun karakter siswa itu sendiri.
2. Orientasi (Orientation)
Pada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter,
apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka
kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi
pemeran. Siswa harus mampu untuk mengetahui dan memahami tujuan dari
mendeskripsikan sampai merasakan apa yang sedang mereka perankan.
Siswa juga akan berusaha memahami interaksi sosial yang terjadi saat berkomunikasi
dengan siswa lain dalam hal pemahaman karakter yang sedang mereka perankan. Disini
guru memperhatikan perkembangan kognitif siswa dengan memberikan arahan dan
pemahaman lebih tentang peranan setiap siswa dalam karakter yang mereka perankan.
3. Asosiasi (Asosiation)
Pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan
dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik
dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. sebaiknya pengamat dipersiapkan
secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik
turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing.
Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang
seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para peserta didik
keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau
lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan.
Pada tahap ini guru berperan sebagai pengamat jalannya cerita dan memberikan
pembenaran serta arahan kepada siswa, agar siswa mampu mehamami topik
permasalahan secara mendalam.
4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap terakhir ini, Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat
telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual.
Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk
diskusi. Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai
alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini
memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap
perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
Para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan
dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat
diungkap atau muncul secara spontan. Dan guru menghubungkan situasi yang diperankan
dengan kehidupan di dunia nyata masalah-masalah lain yang mungkin muncul serta
menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.
B. Sistem Sosial
Suasana didalam kelas nantinya bersifat interaktif dan komunikatif. Peserta didik
nantinya akan diberikan pengarahan dan pemahaman terhadap skenario dan peran yang
diberikan oleh guru, siswa akan memahami hal tersebut secara individu untuk mengasah
kemampuan berpikir kritis mereka. Setelah itu peserta didik akan melakukan kegiatan
berkelompok untuk mendiskusikan setiap peran yang akan mereka perankan sesuai dengan
skenario. Peserta saling berinteraksi dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang dibutuhkan
dalam melakukan pemeranan. Dalam situasi ini interaksi sosial dan kemampuan
berkomunikasi peserta didik akan dilatih dan dibentuk. Guru nantinya akan memberikan
arahan dan pemahaman bilamana peserta didik mengalami kesulitan dalam mehamami peran
yang sudah diberikan.
C. Peran/Tugas Guru
Guru memiliki peran dan tugas yang kompleks serta menyeluruh di dalam kelas.
Pertama, guru memberikan landasan materi serta pemahaman terhadap skenario yang akan
diberikan. Kedua, guru mendeskripsikan serta menjelaskan setiap peran yang akan
diperankan berdasarkan skenario awal. Ketiga, guru membagi kelompok skenario dan guru
menjadi pengamat jalannya cerita. Keempat, guru mengarahkan dan membimbing siswa
menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata.
D. Sistem Pendukung
Hal yang menjadi pendukung utama dalam pembelajaran ini adalah skenario. Skenario
yang diberikan kepada peserta didik berupa materi yang sesuai dengan apa yang akan
diperankan, skenario dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk membentuk pola
pikir peserta didik dalam menganalisis peran yang akan mereka perankan sesuai dengan
skenario yang diberikan oleh guru. Peserta didik juga harus menambah materi pemahaman
tentang peran dan skenario melalui referensi dari guru maupun sumber lainnya.
F. Prinsip
Prinsip yang diterapkan pada model pembelajaran role playing ini merujuk pada teori
belajar konstruktivisme sosial yang berasal dari vygotsky. Model pembelajaran ini
menekankan pada perkembangan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Berikut adalah beberapa
prinsip yang diterapkan pada Model Pembelajaran Role Playing:
1. Konstruktivisme sosial
Pesera didik mampu mengembangkan kemampuan kognitif secara interaktif dan
komunkatif dalam membangun interaksi sosial yang terjadi di kelas.
2. Interaktif
Mampu membuat pembelajaran IPS terintegratif untuk membentuk pembelajaran IPS
terpadu.
3. Komunikatif
Peserta didik mampu untuk membangun kemampuan komunikasi yang baik dalam
berinteraksi dengan peserta didik lain saat berkelompok.
4. Aktif
Peserta didik mampu meningkatkan semangat yang tinggi dalam memahami dan
mempelajari pembelajaran IPS secara menyeluruh.
5. Bermakna
Mampu menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna dan membuat peserta didik
memiliki motivasi dan semangat yang tinggi dalam mempelajari IPS.
SINTAKS MODEL
Landasan Teori
1. Guru menjelaskan role playing.
2. Guru mengidentifikasi dan memaparkan masalah skenario.
3. Peserta didik mengidentifikasi masalah skenario.
Orientasi
1. Guru memilih pemain (peserta didik) yang akan melakukan peran.
2. Peserta didik mengidentifikasi peran.
3. Peserta didik menghayati peran.
Asosiasi
1. Guru dan peserta didik memulai role playing
2. Peserta didik berkolaborasi melakukan peran sesuai skenario.
Refleksi
1. Guru menghubungkan dengan kehidupan di dunia nyata masalah-masalah lain
yang mungkin muncul.
2. Peserta didik menyimpulkan hasil dari proses pembelajaran.
Kompetensi Inti
1. Menghagai dan menghayati ajaran yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ramah abstrak (menulis, membaca,
menghitung menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Menganalisis kronologi, perubahan dan Pertemuan 1
kesinambungan ruang (geografis, 3.4.1 Mengidentifikasi skenario yang
politik, ekonomi, pendidikan, sosial, diberikan.
budaya) dari awal kemerdekaan sampai 3.4.2 Mengidentifikasi dan penghayatan
awal reformasi. peran sesuai skenario.
4.4 Menyajikan hasil analisis kronologi, Pertemuan 1
perubahan dan kesinambungan ruang 4.4.1 Mempraktekan peran sesuai skenario
(geografis, politik, ekonomi, pendidikan, yang diberikan.
sosial, budaya) dari awal kemerdekaan 4.4.2 Menjelaskan peran dan menafsirkan
sampai awal reformasi. skenario yang diberikan.
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan melalui model cooperativ learning peserta didik mampu menjelaskan
persiapan proklamasi kemerdekaan; menganalisis kronologi tercapainya proklamasi kemerdekaan Indonesia;
menjelaskan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan; mengidentifikasi tokoh yang turut serta dalam persiapan
dan pelaksanaan kemerdekaan; menjelaskan sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerekaan Indonesia;
menyajikan hasil analisis proklamasi kemerdekaan; menampilkan sikap kerja keras, tanggung jawab, peduli,
dan santun, serta rasa syukur.
2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
2.1 Pendahuluan (10 menit)
Guru mengucapkan salam, mengecek kebersihan kelas, berdoa, menyanyikan lagu nasional, dan absensi
lanjut menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi, langkah pembelajaran dan teknik penilaian.
Membagi kelas menjadi 5 kelompok dengan anggota 4–6 orang perkelompok. Masing-masing kelompok
diberi tugas untuk memahami, menghayati dan menganalisis informasi/data tentang salah satu
permasalahan di atas dari skenario yang telah diberikan.
Kemudian peserta didik menentukan peran masing-masing didalam kelompok, serta berdiskusi untuk
melakukan role playing.
Kemudian guru dan peserta didik melakukan role playing sesuai dengan skenario yang telah diberikan.
(4Cs: Critical Thinking and Problem Solving; Collaboration; Communication)
3. Penilaian
3.1 Sikap : Kemandirian;
3.2 Pengetahuan : Literasi;
3.3 Keterampilan : Unjuk Kerja Kegiatan diskusi dan pemeranan;