Anda di halaman 1dari 17

MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

DANNIS INDRA KUNCORO ( 18041344026 )

MUHAMMAD KHOIRIL ANWAR ( 18041344035 )

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN...................................................................................................................2
A. Latar belakang Implmentasi Model Pembelajaran Kooperatif Role Playing......................2
B. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Kooperatif Role Playing.....................................4
1. Landasan Teoritis.............................................................................................................4
II. DESAIN MODEL ROLE PLAYING..................................................................................7
A. Sintaks..................................................................................................................................7
1. Literasi Dasar (Basic Literacy).........................................................................................7
2. Orientasi (Orientation)......................................................................................................8
3. Asosiasi (Asosiation)........................................................................................................8
4. Refleksi (Reflection).........................................................................................................8
B. Sistem Sosial........................................................................................................................9
C. Peran/Tugas Guru.................................................................................................................9
D. Sistem Pendukung................................................................................................................9
E. Dampak Instruksional dan Pengiring.................................................................................10
F. Prinsip.................................................................................................................................10
G. Kerangka Implementasi Model Pembelajaran Role Playing..........................................11
III. STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL ROLE PLAYING.............................................12
A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.............................................................................12
B. Model Pembelajaran Role Playing.....................................................................................13
C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...................................................................................14
IV. REFERENSI.......................................................................................................................16
MODEL PEMBELAJARAN IPS KOOPERATIF ROLE PLAYING

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Implmentasi Model Pembelajaran Kooperatif Role Playing

Peningkatan kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran.


Keterbatasan kemampuan guru berdampak pada munculnya sikap intuitif dan spekulatif
dalam menggunakan strategi pembelajaran. Kondisi ini berakibat pada rendahnya mutu hasil
belajar. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif dan mewarnai interaksi
yang terjadi antara guru dengan peserta didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pembelajaran dilakukan. Dengan demikian harus ada interaksi yang
baik antar guru dan siswa agar pembelajaran di kelas dapat diterima oleh siswa.
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) memuat kajian manusia, tempat dan lingkungan, sistem
sosial budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan, serta waktu, keberlanjutan dan
perubahan. Melalui pelajaran IPS, siswa diarahkan, dibimbing dan dibantu untuk menjadi
warga negara Indonesia yang efektif . IPS sebagai salah satu bidang studi yang mempelajari
dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Untuk membangun kemampuan siswa dalam
kehidupan bermasyarakat, guru dituntut harus dapat menciptakan suasana belajar yang
menarik, nyaman dan aman.
Model pembelajaran bermain peran (role playing) merupakan salah satu model
pembelajaran sosial, yaitu suatu model pembelajaran dengan menugaskan siswa untuk
memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang diungkapkan dalam
bentuk cerita sederhana. Arti role secara harfiah adalah peranan, dan play adalah bermain.
Bermain peran (role playing) merupakan salah satu dari pengajaran berdasarkan pengalaman
[ CITATION Ham01 \l 1057 ].
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi perlunya implementasi model pembelajaran
kooperatif role playing adalah sebagai berikut:
1. Pada abad 21, siswa akan dituntut untuk dapat memiliki kemampuan berpikir kritis
untuk dapat memecahkan serta mengolah sebuah informasi untuk digunakan dalam
memecahkan masalah akan akan siswa hadapi. Agar siswa nantinya mampu dengan
mudah menyelesaikan sebuah permasalahan yang sedang mereka hadapi.
2. Kemampuan berkomunikasi sangat dibutuhkan pada masa sekarang ini, siswa harus
mampu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, agar nantinya siswa dapat
melakukan kegiatan bersosialisasi atau berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat
mereka nanti.
3. Kemampuan bekerja sama harus bisa dimanfaatkan dengan baik pada abad 21,
kemajuan teknologi serta perkembangan informasi yang sangat modern
mengharuskan siswa untuk dapat melakukan kerjasama yang baik dalam mengelola
data maupun informasi yang telah mereka dapatkan.
Karena melaui bermain peran anak mampu mengekspresikan perasaannya tanpa adanya
keterbatasan kata atau gerak. Role playing merupakan suatu metode pembelajaran yang
mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran
berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam meluapkan imajinasinya terkait
dengan bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya keterbatasan kata dan gerak, namun
tidak keluar dari bahan ajar. Penerapan metode role palying memfasilitasi siswa untuk
belajar secara aktif melalui bermain peran.
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode role playing, menimbulkan suasana yang
baru serta memberikan pengalaman belajar yang berbeda, sehingga membentuk siswa untuk
berfikir lebih kreatif dan aktif. Karena penggunaan metode ini merupakan salah satu
penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Manfaat dari pengaplikasian metode role
playing yaitu siswa mampu untuk mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan dengan
ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut memungkinkan cara untuk mengubah perilaku dan
sikap siswa sebagaimana siswa menerima setiap karakter yang diperankannya [ CITATION
Ham01 \l 1057 ].
Untuk itu guru dituntut kreatif dalam memilih dan menggunakan metode atau model
yang tepat dalam setiap mata pelajaran. Hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang dilihat dari skor hasil belajar siswa melalui penerapan
model pembelajaran bermain peran (role playing). Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran,
sedangkan hasil belajar IPS dalam adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran yang dilihat dari skor hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran bermain peran.
B. Kerangka Berpikir Model Pembelajaran Kooperatif Role Playing

1. Landasan Teoritis

Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-
peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang. Pada
kenyatannya pembelajaran IPS menurut siswa adalah pelajaran yang memboankan.
Dampak dari kondisi tersebut adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, sehingga guru lebih dominan. Kondisi ini membuat siswa tidak mampu
memahami konsep pembelajaran IPS dengan baik dan mengerjakan tugas sendiri, yang
akhirnya berdampak pada tidak maksimalnya hasil belajar mereka.Untuk mengatasi
kondisi tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat membuat siswa
senang dan tidak bosan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa terlibat secara aktif
dan dominan dalam proses pembelajaran dan mampu memahami materi pembelajaran
IPS dengan baik. Salah satu metode pembelajaran yang diduga cocok untuk mengatasi
kondisi tersebut adalah metode bermain peran (role playing). Karena permainan
merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan melibatkannya
secara luas.
Secara teoritik metode bermain peran membutuhkan keterlibatan sebagian atau
semua siswa dalam memerankan suatu tokoh atau benda, kondisi ini menuntut siawa
untuk tidak diam, ia akan aktif, tidak statis, namun dinamis.4 Role playing adalah suatu
aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang spesifik . Role play berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman
peran dalam kehidupan sehari-hari :

a. Mengambil peran (Role Taking), yaitu: tekanan ekspekatasiekspektasi sosial


terhadap pemegang peran, contoh: berdasar pada hubungan keluarga , berdasar
tugas jabatan dalam situasi situasi sosial.
b. Membuat peran (Role Making), yaitu: kemampuan pemegang peraan untuk
berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta
memodifikasi peran sewaktu-watu diperlukan.
c. Tawar-menawar peran (Role negotiation, yaitu: tingkat dimana peran-peran
dinegosiasi dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam parameter dan
hambatan interksi sosial.
Beberapa kelebihan penerapan model pembelajaran bermain peran role playing
menurut [ CITATION Dja10 \l 1057 ], yaitu:

a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang
akan didramakan.
b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.
c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan
muncul tumbuh seni drama dari sekolah.
d. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya.
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab
dengan sesamanya.
f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami
orang lain.

Pada metode bermain peran (role playing), siswa dilibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran. Siswa akan memerankan suatu situasi yang berkaitan dengan
materi yang dipelajari dan mereka akan berusaha mengatasi setiap kasus yang terjadi
dari peran yang dimainkan, sehingga siswa bisa menemukan sendiri konsep dari
materi yang mereka pelajari. Jadi, dengan metode ini siswa diharapkan mampu
memahami pembelajaran IPS sesuai persepsi yang mereka temukan sendiri.
Belajar secara aktif berarti keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran
sangat dominan. Keaktifan siswa selama proses belajar tergantung pada interaksi
siswa dengan lingkungannya. Jadi belajar adalah upaya menciptakan lingkungan agar
siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatannya secara aktif dalam
kegiatan belajar. Keaktifan siswa yang diamati dalam penelitian ini adalahkeaktifan
yang berhubungan dengan antusias mengikuti pembelajaran, pemanfaatan guru, proses
pemahaman materi dan penyelesaian tugas secara individu atau kelompok. Solusi
yang tepat dengan latar belakang tersebut adalah diterapkanya model pembelajaran
dengan pendekatan sosial seperti model pembelajaran Role Playing. Karena model
pembelajaran Role Playing didesain untuk siswa beraktivitas secara langsung dalam
pembelajaran yakni dengan memerankan sebuah skenario yang dibuat oleh guru
sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Role playing juga sangat tepat diterapkan
pada mata pelajaran IPS karena karakter mata pelajaran IPS yang menuntut siswa
dalam menghafal bisa disiasati dengan menggunakan cara melibatkan langsung siswa
dalam aktivitas pembelajaran sehingga siswa bisa langsung mengalami tidak hanya
menghayalkan kejadian itu.
Karena melaui bermain peran anak mampu mengekspresikan perasaannya tanpa
adanya keterbatasan kata atau gerak. Role playing merupakan suatu metode
pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran,
penguasaan bahan pelajaran berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam
meluapkan imajinasinya terkait dengan bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya
keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari bahan ajar. Penerapan metode
role palying memfasilitasi siswa untuk belajar secara aktif melalui bermain peran.
Dengan kelebihan yang dimiliki oleh metode role playing, menimbulkan suasana
yang baru serta memberikan pengalaman belajar yang berbeda, sehingga membentuk
siswa untuk berfikir lebih kreatif dan aktif. Karena penggunaan metode ini merupakan
salah satu penerapan pengajaran berdasarkan pengalaman. Manfaat dari
pengaplikasian metode role playing yaitu siswa mampu untuk mengidentifikasi
situasi-situasi dunia nyata dan dengan ide-ide orang lain. Identifikasi tersebut
memungkinkan cara untuk mengubah perilaku dan sikap siswa sebagaimana siswa
menerima setiap karakter yang diperankannya [ CITATION Ham01 \l 1057 ].
Metode bermain peran (Role playing) dipilih karena dalam metode ini siswa
menjadi pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Siswa terlibat langsung dalam
peran yang dimainkannya dan mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Keterlibatan siswa secara langsung tersebut diharapakan dapat
menjandikan siswa lebih aktif dalam aktivitas belajarnya dan hasil belajar siswa dapat
mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Dengan mengunakan metode ini juga
diharapkan tujuan akhir pembelajaran yang telah ditetapkan guru dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat tercapai.
II. DESAIN MODEL ROLE PLAYING
A. Sintaks
Model pembelajaran kooperatif role playing berlandaskan pandangan konstruktivisme
sosial yang berasal dari vygotsky. Sehingga dasar-dasar pemikiran dan penerapan terhadap
belajar akan diaktualisasikan dalam model pembelajaran ini. Berdasarkan prinsip-prinsip
belajar menurut vygotsky yang diadaptasikan menjadi sebuah model pembelajaran, model
pembelajaran ini menekankan pada perkembangan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Guru
berperan menjadi pengarah dan memberikan instruksi kepada siswa lewat pembelajaran
bermakna yang nantinya akan membentuk pemahaman siswa terhadap situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya yaitu membangun karakter siswa itu sendiri.

1. Literasi Dasar (Basic Literacy)


Model pembelajaran role playing mengharuskan siswa untuk mampu memahami
kemampuan dalam mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita
dan mengeksplorasi isu-isu. Siswa harus secara kritis memahami topik permasalahan
yang akan mereka perankan. Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi
peserta didik agar tertarik pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam
bermain peran dan paling menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila
peserta didik menaruh minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.

2. Orientasi (Orientation)
Pada tahap ini peserta didik dan guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter,
apa yang mereka suka, bagaimana mereka merasakan, dan apa yang harus mereka
kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi
pemeran. Siswa harus mampu untuk mengetahui dan memahami tujuan dari
mendeskripsikan sampai merasakan apa yang sedang mereka perankan.
Siswa juga akan berusaha memahami interaksi sosial yang terjadi saat berkomunikasi
dengan siswa lain dalam hal pemahaman karakter yang sedang mereka perankan. Disini
guru memperhatikan perkembangan kognitif siswa dengan memberikan arahan dan
pemahaman lebih tentang peranan setiap siswa dalam karakter yang mereka perankan.
3. Asosiasi (Asosiation)
Pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis besar adegan yang akan
dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus karena para peserta didik
dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan. sebaiknya pengamat dipersiapkan
secara matang dan terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik
turut mengalami dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan peran masing-masing.
Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah merasa cukup, dan apa yang
seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada kalanya para peserta didik
keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah mamakan waktu yang terlampau
lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan bermain peran dihentikan.
Pada tahap ini guru berperan sebagai pengamat jalannya cerita dan memberikan
pembenaran serta arahan kepada siswa, agar siswa mampu mehamami topik
permasalahan secara mendalam.

4. Refleksi (Reflection)
Pada tahap terakhir ini, Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat
telah terlibat dalam bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual.
Dengan melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk
diskusi. Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai
alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini
memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap
perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
Para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya dalam berhadapan
dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman peserta didik dapat
diungkap atau muncul secara spontan. Dan guru menghubungkan situasi yang diperankan
dengan kehidupan di dunia nyata masalah-masalah lain yang mungkin muncul serta
menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.

B. Sistem Sosial
Suasana didalam kelas nantinya bersifat interaktif dan komunikatif. Peserta didik
nantinya akan diberikan pengarahan dan pemahaman terhadap skenario dan peran yang
diberikan oleh guru, siswa akan memahami hal tersebut secara individu untuk mengasah
kemampuan berpikir kritis mereka. Setelah itu peserta didik akan melakukan kegiatan
berkelompok untuk mendiskusikan setiap peran yang akan mereka perankan sesuai dengan
skenario. Peserta saling berinteraksi dan bertukar pikiran mengenai hal-hal yang dibutuhkan
dalam melakukan pemeranan. Dalam situasi ini interaksi sosial dan kemampuan
berkomunikasi peserta didik akan dilatih dan dibentuk. Guru nantinya akan memberikan
arahan dan pemahaman bilamana peserta didik mengalami kesulitan dalam mehamami peran
yang sudah diberikan.

C. Peran/Tugas Guru
Guru memiliki peran dan tugas yang kompleks serta menyeluruh di dalam kelas.
Pertama, guru memberikan landasan materi serta pemahaman terhadap skenario yang akan
diberikan. Kedua, guru mendeskripsikan serta menjelaskan setiap peran yang akan
diperankan berdasarkan skenario awal. Ketiga, guru membagi kelompok skenario dan guru
menjadi pengamat jalannya cerita. Keempat, guru mengarahkan dan membimbing siswa
menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata.

D. Sistem Pendukung
Hal yang menjadi pendukung utama dalam pembelajaran ini adalah skenario. Skenario
yang diberikan kepada peserta didik berupa materi yang sesuai dengan apa yang akan
diperankan, skenario dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk membentuk pola
pikir peserta didik dalam menganalisis peran yang akan mereka perankan sesuai dengan
skenario yang diberikan oleh guru. Peserta didik juga harus menambah materi pemahaman
tentang peran dan skenario melalui referensi dari guru maupun sumber lainnya.

E. Dampak Instruksional dan Pengiring


Model pembelajaran merujuk pada pandangan kontruktivisme sosial dan teori belajar
vygotsky serta fokus menggunakan bermain peran dalam proses pembelajarannya. Untuk itu
ada dampak yang diharapkan dalam penerapan model role playing di kelas. Berikut ini
adalah dampak intruksional dari pembelajaran role playing :
1. Dampak intruksional yang pertama adalah peserta didik akan memningkatkan
kemampuan interaksinya dengan sesama peserta didik lainnya.
2. Dampak intruksional yang kedua, Dengan metode pembelajaran role playing peserta
didik dapat mengembangkan keterampilan bermain peran di dalam lingkungan
belajar.
3. Dampak intruksional ketiga adalah peserta didik akan terlatih untuk berinisiatif dan
berkreatif dalam pembelajaran.
Selain dampak intruksional, model model pembelajaran ini juga memiliki dampak
pengiring jika diterapkan di kelas secara baik dan sesuai prosedur, berikut ini dampak
pengiring dari model pembelajaran role playing :
1. Peserta didik akan lebih tertarik perhatiannya pada saat pembelajaran.
2. Melatih peserta dididk agar aktif dalam proses pembelajaran.
3. Memunculkan rasa tanggung jawab terhadap peran yang dilakoni.
4. Bahasa peserta didik dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami.

F. Prinsip
Prinsip yang diterapkan pada model pembelajaran role playing ini merujuk pada teori
belajar konstruktivisme sosial yang berasal dari vygotsky. Model pembelajaran ini
menekankan pada perkembangan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Berikut adalah beberapa
prinsip yang diterapkan pada Model Pembelajaran Role Playing:
1. Konstruktivisme sosial
Pesera didik mampu mengembangkan kemampuan kognitif secara interaktif dan
komunkatif dalam membangun interaksi sosial yang terjadi di kelas.
2. Interaktif
Mampu membuat pembelajaran IPS terintegratif untuk membentuk pembelajaran IPS
terpadu.
3. Komunikatif
Peserta didik mampu untuk membangun kemampuan komunikasi yang baik dalam
berinteraksi dengan peserta didik lain saat berkelompok.
4. Aktif
Peserta didik mampu meningkatkan semangat yang tinggi dalam memahami dan
mempelajari pembelajaran IPS secara menyeluruh.
5. Bermakna
Mampu menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna dan membuat peserta didik
memiliki motivasi dan semangat yang tinggi dalam mempelajari IPS.

G. Kerangka Implementasi Model Pembelajaran Role Playing


Model pembelajaran Role Playing diimplementasikan dalam pembelajaran IPS dengan
berpegang teguh pada kurikulum nasional yang ada. Sehingga dapat sesuai dengan tujuan
pembelajaran IPS terpadu yang ada di Indonesia.
1. Model pembelajaran Role Playing bersifat implementatif dengan kurikulum sekolah
prinsip-prinsip pembelajaran dan pengembangan konten disesuaikan kurikulum 2013
edisi revisi 2016 merujuk pada permendikbud no.22 tahu 201
MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

LANDASAN TEORI PRINSIP PEMBELAJARAN


1. Filsafat pendidikan konstruktivisme 1. Konstruktivis 5. Bermakna
sosial. 2. Interaktif
2. Teori perkembangan kognitif 3. Komunikatif
vygotsky. 4. Aktif

SINTAKS MODEL
Landasan Teori
1. Guru menjelaskan role playing.
2. Guru mengidentifikasi dan memaparkan masalah skenario.
3. Peserta didik mengidentifikasi masalah skenario.
Orientasi
1. Guru memilih pemain (peserta didik) yang akan melakukan peran.
2. Peserta didik mengidentifikasi peran.
3. Peserta didik menghayati peran.
Asosiasi
1. Guru dan peserta didik memulai role playing
2. Peserta didik berkolaborasi melakukan peran sesuai skenario.
Refleksi
1. Guru menghubungkan dengan kehidupan di dunia nyata masalah-masalah lain
yang mungkin muncul.
2. Peserta didik menyimpulkan hasil dari proses pembelajaran.

Sistem Pendukung Sistem Sosial Penilaian


1. Metode Diskusi Kolaboratif peserta didik 1. Kemampuan literasi
Kelompok. dengan guru. sosial melalui penilaian
2. Sumber Belajar :
pemahaman skenario.
Buku IPS Panduan
Siswa. 2. Keterampilan berpikir
3. Media : Materi Teks Peran Guru kritis melalui
Skenario Guru sebagai fasilitator penghayatan peran.
serta memberikan arahan 3. Penilalian kemandirian
kepada siswa tentang belajar.
pemahaman materi.

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS


 Level mudah, terdiri dari konsep skenario
 Level sedang, terdiri dari penghayatan
 Level sukar, terdiri dari konsep pengambilan kesimpulan
III. STRATEGI IMPLEMENTASI MODEL ROLE PLAYING

A. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar


Model Pembelajaran Role Playing didesain untuk pembelajaran IPS yang membutuhkan
sekenario peserta didik untuk bermain peran dalam menghayati materinya. Model ini tidak
hanya tergantung pada skenario namun memiliki tujuan intruksionalnya yaitu
mengembangkan kemampuan berinisiatif dan berkreatif, maka sangat sesuai dengan konten
IPS di kelas IX. Berikut ini kompetensi inti an Kompetensi dasar yang ada dalam
pembelajaran IPS di kelas IX.

Kompetensi Inti
1. Menghagai dan menghayati ajaran yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong
royong), santun dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural)
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ramah abstrak (menulis, membaca,
menghitung menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Menganalisis kronologi, perubahan dan Pertemuan 1
kesinambungan ruang (geografis, 3.4.1 Mengidentifikasi skenario yang
politik, ekonomi, pendidikan, sosial, diberikan.
budaya) dari awal kemerdekaan sampai 3.4.2 Mengidentifikasi dan penghayatan
awal reformasi. peran sesuai skenario.
4.4 Menyajikan hasil analisis kronologi, Pertemuan 1
perubahan dan kesinambungan ruang 4.4.1 Mempraktekan peran sesuai skenario
(geografis, politik, ekonomi, pendidikan, yang diberikan.
sosial, budaya) dari awal kemerdekaan 4.4.2 Menjelaskan peran dan menafsirkan
sampai awal reformasi. skenario yang diberikan.

B. Model Pembelajaran Role Playing


Langkah langkah dalam implementasi model pembelajaran Role Playing sangat
penting untuk diketahui dan dipahami. Berikut ini alur penerapan model pembelajaan
role playing. Model pembelajaran role playing dimulai dengan persiapan termasuk dngan
perangkat pembelajaran yaitu RPP, buku ajar dan materi teks skenario. Setelah
pendahuluan selanjutnya masuk kedalam tahap 1, yaitu literasi dasar. Model
pembelajaran role playing mengharuskan siswa untuk mampu memahami kemampuan
dalam mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan
mengeksplorasi isu-isu. Siswa harus secara kritis memahami topik permasalahan yang
akan mereka perankan. Kemudian tahap 2 Orientasi. Pada tahap ini peserta didik dan
guru mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana
mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik
diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran. Siswa harus mampu untuk
mengetahui dan memahami tujuan dari mendeskripsikan sampai merasakan apa yang
sedang mereka perankan. Tahap 3 asosiasi, pada tahap ini guru berperan sebagai
pengamat jalannya cerita dan memberikan pembenaran serta arahan kepada siswa, agar
siswa mampu mehamami topik permasalahan secara mendalam. Kemudian pada tahap
terakhir, diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam
bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan melontarkan
sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk diskusi. Pemeranan
ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai alternatif pemeranan.
Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan ini memungkinkan
adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah. Setiap perubahan peran
akan mempengaruhi peran lainnya.
Pada setiap langkah pembelajaran terdapat pengambilan keputusan berdasarkan
penilaian otentik. Peserta didik yang memiliki kesulitan akan dibantu oleh sesama teman
mereka. Pemahaman materi sangat perlu dalam proses pembelajaran role playing ini,
setelah seluruh proses pembelajaran selesai diharapkan peserta didik mampu
meningkatkan kemampuan bersosial dan berkomunikasi yang baik untuk dapat
memahami kondisi dan situasi yang berada disekitar mereka.

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Permendikbud No. 20 Tahun 201 menjadi pedoman dalam penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran dalam model pembelajaran Role Playing. Struktur RPP yang
dirancang terdiri dari 1) Kompetensi Inti; 2) Kompetensi dasar; 3) Tujuan pembelajaran; 4)
Materi pembelajaran; 5) Pendekatan dan model pembelajaran; 6) Langkah langkah
pembelajaran; 7) Media dan sumber belajar; 8) penilaian. Secara Lengkap RPP terlampir.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


IPK 3.4.1 - 3.4.4/IPK: 4.4.1

Sekolah : ................. Kelas/Semester : IX ( Sembilan )/Genap


Mata Pelajaran : IPS Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (Pertemuan ke-14)
Sub Materi Pokok:
Proklamasi Kemerdekaan

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah melaksanakan kegiatan melalui model cooperativ learning peserta didik mampu menjelaskan
persiapan proklamasi kemerdekaan; menganalisis kronologi tercapainya proklamasi kemerdekaan Indonesia;
menjelaskan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan; mengidentifikasi tokoh yang turut serta dalam persiapan
dan pelaksanaan kemerdekaan; menjelaskan sambutan rakyat terhadap proklamasi kemerekaan Indonesia;
menyajikan hasil analisis proklamasi kemerdekaan; menampilkan sikap kerja keras, tanggung jawab, peduli,
dan santun, serta rasa syukur.
2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
2.1 Pendahuluan (10 menit)
Guru mengucapkan salam, mengecek kebersihan kelas, berdoa, menyanyikan lagu nasional, dan absensi
lanjut menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi, langkah pembelajaran dan teknik penilaian.

2.2 Kegiatan Inti (@ 40 menit)


Guru memberikan materi tentang proklamasi kemerdekaan dan
memberikan skenario peran tentang materi tersebut.
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk memahami dan mengidentifikasi skenario tersebut dan
bertanya bila kurang jelas.

(Creativity Thinking an Innovation)

Membagi kelas menjadi 5 kelompok dengan anggota 4–6 orang perkelompok. Masing-masing kelompok
diberi tugas untuk memahami, menghayati dan menganalisis informasi/data tentang salah satu
permasalahan di atas dari skenario yang telah diberikan.
Kemudian peserta didik menentukan peran masing-masing didalam kelompok, serta berdiskusi untuk
melakukan role playing.
Kemudian guru dan peserta didik melakukan role playing sesuai dengan skenario yang telah diberikan.
(4Cs: Critical Thinking and Problem Solving; Collaboration; Communication)

2.3 Penutup (30 menit)


Membuat simpulan, refleksi, umpan balik, pesan-pesan moral kaitannya dengan proklamasi kemerdekaan,
menyampaikan informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan datang dan berdoa.

3. Penilaian
3.1 Sikap : Kemandirian;
3.2 Pengetahuan : Literasi;
3.3 Keterampilan : Unjuk Kerja Kegiatan diskusi dan pemeranan;

Mengetahui, Surabaya, 2020


Kepala SMPN Guru Mata Pelajaran,
IV. REFERENSI

Djamarah, S. B. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Hamalik, O. (2001). Proses belajar mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ismawati Alidha Nurhasanah, A. S. (2016). PENERAPAN METODE ROLE PLAYING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
HUBUNGAN MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA. Jurnal Pena
Ilmiah: Vol. 1, No. 1.
Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Tarigan, A. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS III SD NEGERI 013
LUBUK KEMBANG SARI KECAMATAN UKUI. Jurnal Primary Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Riau.

Anda mungkin juga menyukai