PENDAHULUAN
Apendisitis merupakan kasus gawat bedah abdomen yang tersering dan memerlukan
tindakan bedah segera untuk menghindari komplikasi yang serius. Apendisitis yang terlambat
ditangani akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas penderita. Untuk itu ketepatan
tergantung dari kemampuan dokter melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan
kasus-kasus gawat darurat, seperti halnya di negara barat. Walaupun demikian, diagnosa serta
keputusan bedah masih cukup sulit di tegakkan. Pada beberapa keadaan Apendisitis akut
agak sulit didiagnosis, misalnya pada fase awal dari gejala Apendisitis akut dan tandanya
masih sangat samar apalagi bila sudah diberikan terapi antibiotika. Dengan pemeriksaan yang
cermat dan teliti resiko kesalahan diagnosis sekitar 15-20%. Bahkan pada wanita kesalahan
diagnosis ini mencapai 45-50%. Hal ini dapat disadari mengingat wanita sering timbul
gangguan organ lain dengan gejala yang serupa dengan Apendisitis akut.(1)
Apendisitisakut, serta akurasi dan spesifitas modalitas diagnosa tersebut untuk memudahkan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Appendiks
2.1.1 Anatomi
Appendiks merupakan organ dengan struktur tubular yang rudimeter dan tanpa
fungsi yang jelas. Appendiks berkembang dari posteromedial caecum dengan panjang
yang bervariasi namun pada orang dewasa sekitar 5-15 cm dan diameter sekitar 0,5-0,8
cm. Appendiks merupakan derivat bagian dari midgut yang terdapat di antara Ileum dan
Colon ascendens. Caecum terlihat pada minggu ke-5 kehamilan dan apppendiks terlihat
pada minggu ke-8 kehamilan yaitu bagian ujung dari protuberans caecum. Dalam
kemudian berotasi dan terletak lebih medial ekat Plica ileocaecalis. Lumen apendiks
sempit dibagian proksimal dan melebar di bagian distal. Hampir seluruh permukaan
apendiks dikelilingi oleh peritoneum dan mesoapendiks (mesenter dari appendiks) yang
2
Pada appendiks terdapat 3 taenia coli yang menyatu di persambungan caecum dan
bisa berguna dalam menandakan tempat untuk mendeteksi appendiks. Posisi apendiks
dimana appendiks berputar ke atas di belakng caecum. Selain itu juga terdapat posisi
dibawah caecum) 2,26% retroileal (dibelakang usus halus) 0,4%, retrokolika, dan pre-
ileal. (1)
sepanjang masoapendiks dan merupakan cabang dari arteri ileocolica dan yang
merupakan cabang trunkus mesenterik superior. Selain dari arteri apendikular yang
memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat kontribusi dari arteri asesorius.
Untuk aliran balik, vena apendiseal cabang dari vena ileocoli berjalan ke vena
3
Persarafan parasimpatis dari apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang
2.1.2 Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir
sistem Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT), imunoglobulin ini sangat efektif
virus, serta mencegah penetrasi enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun,
pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan
sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
2.2 Appendisitis
2.2.1 Definisi
kenal juga sebagai usus buntu. Diklasifikasikan sebagai suatu kasus medical emergency
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Obstruksi
dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan
4
50% ditemukan adanya faktor obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasi jaringan
limfoid submukosa 60%, fekalith 35%, benda asing 4%, dan sebab lainnya 1%.
2.2.2 Epidemiologi
hari.Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang dilaporkan.Insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menurun.Insidens pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur
20-30 tahun, insidens pada lelaki lebih tinggi. Meskipun jarang, pernah dilaporkan
kasus appendiks neonatal dan prenatal. Pasien dengan usia yang lebih dari 60 tahun
5
2.2.3 Etiologi
a. Faktor sumbatan
yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia
jaringan limfoid submukosa,35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan
sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. Obstruksi yang
diantaranya : 40% pada kasus apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus
apendisitis akut gangrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus apendisitis akut
dengan ruptur.
b. Faktor bakteri
Adanya fekalith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan
Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa
awal dari kebanyakan penyakit ini. Berbagai spesies bakteri yang dapat diisolasi
6
Bakteri Aerob Fakultatif Bakteri Anaerob
yang terus-menerus dan berlebihan memberikan efek merubah suasan flora usus
d. Kecenderungan familiar
organ, appendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya
yang mudah terjadi appendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan
makanan dalam keluarga terutama denga diet rendah serat dapat memudahkan
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makan sehari-hari. Bangsa
kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai resiko lebih tinggi
7
dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah merubah pola makan mereka ke pola makan
tinggi serat. Justru negara berkembang, yang dulunya memiliki tinggi serat kini
beralih ke pola makan rendah serat, memiliki resiko appendisitis yang lebih
tinggi.
2.2.4 Klasifikasi
appendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri
infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.
8
Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas
di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri
dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu
ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Apada appendisitis akut gangrenosa
2.2.5 Patofisiologi
Bila appendiks tersumbat, terjadi sekresi mukus yang tertimbun dalam lumen
appendiks, sehingga tekanan intra luminer tinggi. Tekanan ini akan mengganggu aliran
limfe sehingga terjadi edema dan terdapat luka pada mukosa, stadium ini disebut
Appendisitis Akut Ringan. Tekanan yang meninggi, edema dan disertai inflamasi
memperberat iskemi dan edema. Pada lumen appendiks juga terdapat bakteri, sehingga
dalam keadaan tersebut suasana lumen appendiks cocok buat bakteri untuk diapedesis
dan invasi ke dinding dan membelah diri sehingga menimbulkan infeksi dan
9
2.2.6 Manifestasi Klinis
a. Nyeri abdominal
dirasakan samar-samar, tumpul dan hilang timbul yang merupakan nyeri viseraldi
mempunyai persarafan yang sama. Setelah beberapa jam (4-6 jam) nyeri
terjadi inflamasi (>6 jam) akan terjadinyeri somatik setempat yang berarti sudah
terjadi rangsangan pada peritoneum parietal dengan sifat nyeri yang lebih tajam,
terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat
dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika
(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas
dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut
kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan,
bernafas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya
o Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul
10
meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulang-
ulang (diare).
o Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat
beberapa jam sesudah rasa nyeri yang timbul saat permulaan.Hampir 75%
penderita disertai dengan vomitus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan
Timbul beberapa jam sesudahrasa nyeri yang timbul saat permulaan. Keadaan
anoreksia hampir selalu ada pada setiap penderita appendisitis akut, bila hal in
nyeri dan beberapa penderita mengalami diare. Hal tersebut timbul biasanya pada
e. Demam
Demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 – 38,50C tetapi bila
11
2.2.7 Diagnosa
a. Anamnesis
o Demam
o Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa
2) Auskultasi
12
3) Palpasi
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran bawah atau titik Mc
Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat
pinggang.
Akan didapatkan nyeri pada jam 9-12. Pada apendisitis pelvika akan
13
c. Pemeriksaan khusus/tanda khusus
Rovsing sign
Penekanan perut kiri bawah terjadi nyeri perut kanan bawah, karena tekanan
Blumberg sign
Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kiri bawah atau
kolateral dari yang sakit kemudian dilepaskan tiba-tiba, akan terasa nyeri pada
kuadran kanan bawah karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan.
Psoas sign
memfleksikan articulation coxae kanan, psoas sign (+) bila terasa nyeri
14
Gambar 7. Cara melakukan Psoas Sign
Obturator sign
fleksi dan endorotasi sendi panggul atau articulation coxae. Obturator sign (+)
15
Gambar 8. Cara melakukan Obturator Sign
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
(PMN), netrofil (shift to the left) dimana terjadi pada 90% pasien. Hal ini
16
biasanya terdapat pada pasien dengan akut appendisitis dan apendisitis
diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang
hanya mencapai 50-87% dan hasil dari CRP tidak dapat membedakan tipe
Radiologi polos tidak spesifik, umunya tidak efektif untuk biaya, dan
dapat menyesatkan dalam stuasi tertentu. Dalam <5%, suatu fekalith buram
mungkin tidak terlihat di kuadran kanan bawah. Foto polos abdomen dapat
dapat terlihat abnormal “gas pattern” dari usus, tapi hal ini tidak spesifik.
local air fluid level, peningkatan densitas jaringan lunak pada kuadran kanan
bawah, perubahan bayangan psoas line, dan free air (jarang) bila terjadi
17
misalnya perforasi, obstruksi usus, saluran kemih kalkulus. Walaupun
demikian, foto polos abdomen bukanlah sesuatu yang rutin atau harus
3) USG
invasif, tidak membutuhkan kontras dan dapat digunakan pada pasien yang
False (+) dapat ditemukan pada adanya dilatasi tuba falopii dan pada
4) Barium enema
18
appendisitis akut sebab pada apendisitis akut ada kemungkinan sudah terjadi
diminum sebelum kurang lebih 8 – 10 jam untuk anak – anak atau 10 – 12 jam
negative (partial filling) didapatkan pada 10% kasus. Barium enema ini sudah
tidak lagi digunakan secara rutin dalam mengevaluasi pasien yang dicurigai
5) CT Scan
pada abdomen dan adanya gejala tidak khas untuk appendisitis. Appendiks
normal akan terlihat struktur tubular tipis pada kuadran kanan bawah yang
homogenus berbentuk cincin (halo sign), dan terlihat pada 25% populasi. (7)
19
mesenterium (“dirty fat”), penebalan fascia lokalis, dan peningkatan densitas
pada pasien yang mengalami penanganan gejala klinis yang telat (48-72 jam)
media kontras rektal digunakan), paparan radiasi pengion, biaya dan tidak
e. Scoring Appendisitis
Skor Alvarado(9)
Semua penderita dengan suspek appendisitis akut dibuat skor alvarado dan
20
Manifestasi Skor
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Nyeri lepas 1
Febris 1
Laboratorium Leukositosis 2
Total poin 10
1–4 : observasi
5–7 : antibiotik
8 – 10 : operasi dini
21
Skoring appendisitis pada anak – anak(9)
Yang sering digunakan adalah Samuel Score. Sistem penilaian ini meliputi 9
No Kriteria Skoring
1. Gender
1) Laki-laki 2
2) Perempuan 0
2. Intensitas Nyeri
1) Berat 2
2) Sedang 0
3. Perpindahan nyeri
1) Ya 4
2) Tidak 0
1) Ya 4
2) Tidak 0
5. Muntah
1) Ya 2
2) Tidak 0
6. Suhu badan
1) 37,50C 3
2) <37,50C 0
7. Guarding
1) Ya 2
22
2) Tidak 0
8. Bising Usus
1) Absent/meningkat 4
2) Normal 0
9. Rebound tenderness
1) Ya 7
2) Tidak 0
Appendisitis akut mempunyai nilai 0 sampai nilai maksimal 32. Dan nilai ini
Nilai batas untuk appendisitis akut adalah >21 kemungkinan besar appendisitis
akut.
Terdapat banyak penyakit akut abdomen yang mempunyai tanda dan gejala yang
a. Gastroenteritis
Pada gastroenteritis mual, muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Demam
b. Peradangan pelvis
23
Tuba Fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendiks. Radang kedua
Suhu biasanay lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah
lebih difus. Biasanya disertai dengan keputihan. Pada colok vaginal jika uterus
c. Kehamilan Ektopik
Jika terjadi ruptur tuba atau abortus diluar rahim dengan perdarahan akan timbul
nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin akan terjadi syok
Batu ureter atau batu ginjal kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke
serung ditemukan. Foto perut polos atau urografi intravena dapat meyakinkan
24
2.2.9 Penatalaksanaan
Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah apendektomi
dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan appendiktomi sambil
memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi appendiks
normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%. Pada appendisitis akut tanpa
komplikasi tidak banyak masalah. Pada apendisitis akut, abses, dan perforasi diperlukan
tindakan operasi apendiktomi cito.
Terapi Non-Operatif
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk
appendisitis akut bagi mereka yang sulit mendapatkan intervensi operasi
(misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memiliki resiko
tinggi untuk dilakukan operasi.
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Terapi Operatif
Antibiotika preoperatif (persiapan preoperatif)
Pemberian antibiotika preoperatif efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi
post operasi.
Diberikan antibiotika spektrum luas dan juga untuk gram negatif dan anaerob.
Antibiotika preoperatif diberikan oleh ahli bedah.
Antibiotika profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya
digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau
Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang
terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus,
Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
Indikasi Appendiktomi :
Appendisitis akut
Appendisitis kronik
Periapendikular infiltrat dalam stadium tenang
Apendiks terbawa dalam operasi kandung kemih
Apendisitis perforata
25
Teknik operasi Apendiktomi :
1) Open Appendectomy
2) Laparoscopy Appendectomy
2.2.10 Prognosis
Mortalitas adalah 0,1% jika appendisitis akut tidak pecah, dan 15% jika pecah
pada orang tua. Kematian biasanya akibat dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi.
Prognosis membaik dengan diagnosis dini sebelum perforasi terjadi dan dengan
antibiotik yang adekuat. Morbiditas meningkat seiring dengan perforasi dan usia tua.
26
BAB III
KESIMPULAN
Riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling
penting dalam menegakkan diagnosis appendisitis. Gejala awal yang khas, yang merupakan
gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di
sekitar umbilikus atau periumbilikalis. Dalam pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda
peritonitis lokal pada titik Mcburney, dan rangsangan kontralateral; blumberg dan rovsing
sign . Pemeriksaan lain yang dapt mendukung diagnosa yaitu psoas sign, obturator sign, dan
nyeri tekan pada rectal toucher . Upaya mempertajam diagnosis sudah banyak dilakukan,
antara lain dengan menggunakan sarana diagnosis penunjang: laboratorium (darah, urin,
CRP), foto polos abdomen, pemeriksaan barium-enema, USG dan CT scan abdomen.
Diagnosis jugadapat dibantu dengan skoring alvarado, ohmann, dan skoring apendisitis pada
anak.
Bila diagnosa klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah
appendiktomi,dapat dilakukan secara open surgery atau laparascopic appendictomy.
27
DAFTAR PUSTAKA
28