Anda di halaman 1dari 32

BAB I

LATAR BELAKANG

Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh

bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya

matahari mengandung yang sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta

menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang

untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit,

misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat,

memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit

tertentu.

Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,

atau oleh kedua-duanya. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini

adalah hygiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, atau jika telah ada penyakit lain

di kulit. Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya disebabkan oleh Streptococcus

β-hemolyticus. Penyebab lainnya bisa Staphylococcus aureus atau kombinasi dari keduanya.

Menyerang epidermis dan dermis membentuk ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis,

biasanya terdapat pada tungkai bawah.

Streptococcus merupakan organisme yang biasanya menyebabkan infeksi pada

ektima. Gambaran ektima mirip dengan impetigo, namun kerusakan dan daya invasifnya pada

kulit lebih dalam daripada impetigo. Infeksi diawali pada lesi yang disebabkan karena trauma

pada kulit, misalnya, ekskoriasi, varicella atau gigitan serangga. Lesi pada ektima awalnya

mirip dengan impetigo, berupa vesikel atau pustul. Kemudian langsung ditutupi dengan krusta

yang lebih keras dan tebal daripada krusta pada impetigo, dan ketika dikerok nampak lesi

punched out berupa ulkus yang dalam dan biasanya berisi pus.

1
Insiden ektima di seluruh dunia tepatnya tidak diketahui. Frekuensi terjadinya ektima

berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-anak dan orang tua, tidak ada perbedaan ras dan

jenis kelamin (pria dan wanita sama). Pada anak-anak kebanyakan terjadi pada umur 6 bulan

sampai 18 tahun. Dari hasil penelitian epidemiologi didapatkan bahwa tingkat kebersihan dari

pasien dan kondisi kehidupan sehari-harinya merupakan penyebab yang paling terpenting

untuk perbedaan angka serangan, beratnya lesi, dan dampak sistemik yang didapatkan pada

pasien ektima.

Di Indonesia penyakit kulit menempati urutan ke-3 setelah infeksi saluran napas dan

diare. Dari data jumlah kunjungan pasien ke poliklinik Divisi Dermatologi Ilmu Kesehatan

Kulit dan kelamin (IKKK) Fakultas kedokteran Universitas Indonesia / RS Dr Cipto

Mangunkusomo (FKUI/RSCM) selama tahun 2001 menunjukan pasien pioderma anak sebesar

362 kasus (18,53%) dari 2190 kunjungan baru. Penyakit ini menempati urutan ke-2 setelah

dermatitis atopik. Sedangkan tahun 2002 terbanyak 328 kasus (16,72%) dari 1962 kunjungan

baru. Pioderma primerterbanyak secara berturut-turut adalah furunkulosis (19,32%), impetigo

krustosa (15,0%), impetigo vesikobulosa (14,02%), dan ektima (11,59%). Infeksi sekunder

terbanyak dijumpai pada skabies dan dermatitis atopik.

Tingginya angka kejadian pioderma di kalangan anak-anak usia sekolah ternyata

berkaitan kebiasaan perilaku hidup sehat yang kurang baik di lingkungan sekolah maupun di

lingkungan rumah tangga. Kebiasaan anak yang jarang mencuci tangan dengan air yang

mengalir dengan sabun sebelum makan atau setelah bermain menjadi salah satu faktor pencetus

penyebab terjadinya pioderma di kulit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA dan TINJAUAN KASUS

2.1 Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan

hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit

merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.

Kulit juga sangat kompleks, elastik dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras,

dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya;

kulit yang elastik dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan

tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang

lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar pada kepala. Pembagian kulit secara

garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:

1. Lapisan epidermis.

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum

spinosum, dan stratum basale.

2. Lapisan dermis

Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis.

Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan

folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua yakni pars papilare dan pars retikulare.

3. Lapisan subkutis.

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak

didalamnya.6

3
2.2 Fungsi Kulit

Fungsi utama kulit ialah:

1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial. Stratum korneum dengan sel-sel

nya yang saling tumpang tindih dan lemak interselularnya, menghalangi terjadinya difusi air

keluar tubuh.

2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisma.

Keutuhan stratum korneum juga melindungi terhadap adanya invasi mikroorganisma.

3. Fungsi-fungsi imunologis.


Kulit merupakan suatu organ yang kompeten secara imunologis dan berperan penting bagi

pertahanan tubuh. Bukan hanya sel-sel Langerhans, tetapi juga keratinosit mempersiapkan

antigen eksternal untuk dipresentasikan pada limfosit T, yang kemudian akan meningkatkan

respon imun.

4. Melindungi dari kerusakan akibat radiasi UV. 


Kulit dilindungi dari radiasi ultraviolet oleh melanin. Melanin adalah produk dari melanosit

yang memberikan warna (pigmen) kecoklatan pada kulit. Melanin dibentuk oleh melanosit

dengan enzim tirosinase memainkan peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai

akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan

kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi dan melalui beberapa tahap

transformasi menjadi melanin. Setelah terbentuk melanin akan ditransfer ke keratinosit yang

merupakan sel-sel pembentuk jaringan epidermis. Melanin akan berakumulasi di dalam

sitoplasma tepatnya di atas inti sel keratinosit. Akumulasi melanin di atas inti sel keratinosit

bertujuan melindungi nukleus dari efek radiasi ultraviolet. Nukleus yang mengandung DNA di

dalamnya dapat bermutasi apabila terpapar radiasi ultraviolet.

4
5. Mengatur suhu tubuh.


Respon kulit terhadap dingin adalah dengan vasokonstriksi dan banyak mengurangi aliran

darah, sehingga akan mengurangi transfer panas ke permukaan tubuh. Respon terhadap panas

adalah dengan vasodilatasi, peningkatan aliran darah, dan pelepasan panas keluar tubuh.

6. Sintesis vitamin D.
 Vitamin D dibentuk di kulit oleh aktivitas sinar UV.

7. Berperan penting dalam daya tarik seksual dan interaksi sosial

2.3 Pioderma

Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,

atau kedua-duanya. Penyebabnya yang utama adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus

B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit

dan jarang menyebabkan infeksi.

Beberapa keadaan dapat menjadi faktor tercetusnya penyakit ini, seperti:

1. Hygiene yang kurang.

2. Penurunan daya tahan tubuh, seperti pada keadaan: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik,

neoplasma ganas, diabetes mellitus.

3. Penyakit kulit yang sedang diderita: karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit

sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya terinfeksi.

Klasifikasi

1. Pioderma primer

Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya biasanya

satu macam mikroorganisme.

5
2. Pioderma sekunder

Gambaran klinisnya tidak khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit

disertai pioderma sekunder disebut impetigenisata, ialah contohnya: dermatitis impetigenisata,

scabies impetigenisata. Tanda impetigenisata, adalah jika terdapat pus, pustula, bula purulen,

krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis,

dapat pula disertai demam.

Pengobatan Umum

I. Sistemik

Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma. Berikut ini disebutkan

contoh-contohnya.

1. Penisiln G prokain dan semisintetiknya

a. Penisilin G prokain

Dosisnya 1,2 juta per hari, i.m obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan i.m

dengan dosis tinggi, makin sering terjadi syok anafilaktik.

b. Ampisilin

Dosisnya 4x500 mg, diberikan sejam sebelum makan.

c. Amoksilin

Dosisnya sama dengan ampisilin, kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah

makan. Juga cepat diabsorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam

plasma tinggi.

d. Golongan obat penisilin resisteen-penisilinase

Yang termasuk golongan ini: oksasilin, diklosasilin, flukoksasilin. Dosis kloksasilin 3x250mg

per hari sebelum makan. Golongan obat ini mempunyai kelebihan karena juga berkhasiat bagi

staphylococcus aureus yang telah membentuk penisilinase.

6
2. Linkomisin dan klindamisin

Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klidamisin diabsorbsi lebih baik Karena itu dosisnya

lebih kecil, yakni 4 x 150 mg sehari per os. Pada infeksi berat dosisnya 4 x 300 – 450 mg sehari.

3. Eritromisin

Dosisnya 4 x 500 mg sehari per os., namun efektivitasnya kurang dibandingkan

linkomisin/klindamisin dan obat golongan penisilin resisten-penisilinase.

4. Sefalosporin

Pada pioderma berat atau tidak member respon dengan obat-obat tersebut diatas, dapat dipakai

sefalosporin. Ada empat generasi yang berkhasiat untuk kuman positif gram adalah generasi I,

juga generasi IV. Contohnya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa 2 x

500 mg atau 2 x 1000 mg sehari.

II. Topikal

Bermacam-macam topikal dapat digunakan untuk pengobatan pioderma. Obat topikal

antimicrobial sebaiknya tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan

hypersensitivitas, contohnya basitrasin, neomisin, mupirosin. Neomisisn juga berkhasiat untuk

gram negatif. Sebagai obat topikal kompres terbuka contohnya larutan permanganas kalikus

1/5000, larutan rivanol 1 0/00 dan yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali. Rivanol

mempunyai kekurangan karena dapat mengotori sprei.

Pemeriksaan Pembantu

Pada pemeriksaan laboratorik terdapat leukositosis. Pada kasus-kasus yang kronis dan

sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan

7
stapilokokus atau strepkokus melainkan kuman gram negatif. Hasil tes resistensi hanya bersifat

menyokong, in vivo tidak selalu sesuai dengan in vitro.

Bentuk Pioderma

Ada berbagai macam bentuk pioderma yang memiliki ciri khas tersendiri baik dari

efloresensinya maupun dari tempat predileksinya.

A. IMPETIGO

Definisi

Impetigo adalah pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)

Klasifikasi

Terdapat 2 bentuk impetigo pioderma superfisialis yaitu impetigo krustosa dan

impetigo bulosa

1. Impetigo Krustosa

Sinonim

Impetigo kontangiosa, impetigo vulgaris, impetigo tillbury Fox.

Etiologi

Biasanya streptococcus B hemolyticus.

Gejala Klinis

Tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di

sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.

Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang

8
berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tamapk

erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.

Komplikasi: glomerulonefritis(2-5%), yang disebabkan oleh seri tipe tertentu.

Diagnosis Banding

Ektima.

Pengobatan

Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotic. Kalau banyak diberi pula antibiotik

sistemik.

Gambar 1: impetigo krustosa (honey colored)

2. Impetigo Bulosa

Sinonim

Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet

Etiologi

Biasanya Staphylococcus aureus.

9
Gejala Klinis

Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung, sering

bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelaianan kulit berupa eritema,

bula, dan bula hipopion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula

telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa.

Diagnosis Banding

Vesikel/bula teah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema, maka mirip dermatofitosis.

Pengobatan

Jika terdapat hanya beberapa vesikel/ bula, dipecahkan lalu diberi salep antibiotic atau cairan

antiseptic. Kalau banyak diberi pula antibiotik sistemik.

Gambar 2: impetigo bulosa yang telah pecah dengan permukaan yang terkikis dan tepi yang

berskuama

3. Impetigo Neonatorum

Penyakit ini merupakan penyakit varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonates. Kelainan

kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai demam.

10
Diagnosis Banding

Sifilis congenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula

snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis parot.

Pengobatan

Antibiotik harus diberikan secara sistemik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2%.

B. FOLIKULITIS

Definisi

Radang folikel rambut

Gambar 3: tempat terjadinya folikulitis


Gambar 4: folikulitis

Etiologi

Biasanya Staphylococcus aureus.

Klasifikasi

1. Folikulitis Superfisialis: terbatas di dalam epidermis

 Sinonim

Impetigo Bockhart

11
 Gejala Klinis

Tempat predileksi di tungkai bawah. Kelainan berupa papul atau pustule yang eritromatosa dan

di tengahnya terdapat rambut , biasanya multiple.

2. Folikulitis Profunda: sampai subkutan

 Gambaran klinisnya seperti di atas, hanya teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis

barbae yang berlokasi di atas bibir atas, dan dagu, bilateral.

 Diagnosis Banding

Tinea barbae, lokasinya di mandibula/submandibula, unilateral. Pada tinea barbae sediaan

dengan KOH positif.

 Pengobatan

Antibiotik sistemik/topikal. Cari faktor predisposisi.

C. FURUNKEL/KARBUNKEL

Definisi

Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada sebuah

disebut furunkulosis. Karbunkel adalah kumpulan furunkel.

Gambar 5: tempat terjadinya furunkel Gambar 6: furunkel

12
Gambar 7: kumpulan furunkel (karbunkel)

Gejala Klinis

Keluhannya nyeri. Kelainan berupa nodus eritromatosa berbntuk kerucut, di tengahnya

terdapat pustule. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu

memecah membentuk fistel. Tempat predileksi di tempat yang banyak friksi, misalnya aksila,

dan bokong.

Pengobatan

Jika sedikit cukup dengan antibiotik topikal, jika banyak digabung dengan antibiotic

sistemik. Kalau berulang-ulang mendapat furunkulosis atau karbunkel, cari fakor predisposisi,

misalnya diabetes mellitus.

13
D. EKTIMA

Definisi

Ektima dalah ulkus superfisialis dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi

streptococcus .

Gambar 8: ektima (ecthyma) Gambar 9: ektima

Etiologi

Streptococcus B Hemolyticus

Gejala Klinis

Tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning, biasanya berlokasi di tungkai bawah,

yaitu tempat yang relative banyak mendapat trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan

tampak ulkus yang dangkal.

Diagnosis Banding

Impetigo krustosa. Persamaanya, keduanya berkrusta berwarna kuning. Perbedannya,

impetigo krustosa terdapat pada anak, berlokasi di muka, dan dasarnya erosi. Sebaliknya

ektima terdapat baik pada anak maupun dewasa, tempat predileksi di tungkai bawah, dan

dasarnya ulkus.

14
Pengobatan

Jika terdapat sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salep antibiotic. Kalau banyak,

juga diobati dengan antibiotic sistemik.

E. PIONIKIA

Definisi

Radang di sekitar kuku oleh piokokus.

Gambar 10: peradangan sekitar kuku

Gambar 11: gambaran inflamasi pada daerah sekitar kuku

15
Etiologi

Staphylococcus aureus dan/atau Streptococcus B Hemolyticus

Gejala klinis

Penyakit ini didahuui trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda

radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku, dapatterbentuk abses subungual.

Pengobatan

Kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika terjadi abses

subungual kuku diekstraksi.

F. ERISIPELAS

Definisi

Erisipelas adalah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, gejala

utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai gejala

konstitusional

16
Gambar 12: erisipela

Etiologi

Biasanya Streptococcus β-hemolyticus.

Gejala Klinis

Terdapat gejala konstitusi seperti demam, dan malaise. Lapisan kulit yang diserang

adalah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu temapt predileksinya di

tungkai bawah. Kelaianan kulit yang utama adalah eritema yang berwarna merah cerah,

berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi karena radang-radang akut, dapat pula disertai edema,

vesikel dan bula. Terdapat juga leukositosis.

Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Jika sering terjadi

residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.

Diagnosis Banding

Sellulitis, pada penyakit ini terdapat infiltrat di subkutan.

17
Pengobatan

Istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit

lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik adalah antibiotik, topikal diberikan

kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika.

G. SELULITIS

Etiologi, gejala konstitusi, temapt predileksi, kelainan pemeriksaan laboratorik, dan

terapinya sama dengan erisipelas.

Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.

Gambar 13: selulitis pada tungkai bawah; terdapat eritema, edema, dan nyeri

H. FLEGMON

Flegmon adalah selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis

namun ditambah insisi.

18
I. ULKUS PIOGENIK

Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai dengan pus di atasnya.

Dibedakan dengan ulkus lainnya yang disebabkan kuman negatif-gram, oleh karena itu perlu

dilakukan kultur.

J. ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT

Definisi

Abses multipel kelenjar keringat adalah infeksi yang biasanya disebabkan oleh

Staphylococcus aureus pada kelenjar keringat, berupa abses multipel tidak nyeri berbentuk

kubah.

Etiologi

Biasanya Staphylococcus aureus.

Gejala Klinis

Didapati pada anak. Faktor predisposisi ialah daya tahan yang menurun (misalnya

malnutrisi, morbili), juga banyak keringat, karena itu sering bersama-sama dengan miliaria.

Gambaran klinisnya berupa nodus eritematosa, multipel, tak nyeri, berbentuk kubah, dan lama

memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.

Diagnosis Banding

Furunkulosis, pada penyakit ini terasa nyeri, bentuknya seperti kerucut dengan pustule

di tengah dan relative lebih cepat memecah.

Pengobatan

19
Antibiotik sistemik dan topikal.

K. HIDRAADENITIS

Definisi

Hidraadenitis ialah infeksi kelenjar apokrin, biasanya oleh Staphylococcus aureus.

Gambar 14: hidradenitis supuratifa kronis yang berada pada ketiak (dapat pula muncul pada

lipatan payudara, suprapubis, dan bokong)

Etiologi

Staphylococcus aureus.

Gejala Klinis

Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia sesudah akil balig

sampai dewasa muda. Sering didahului oleh trauma atau mikrotrauma, misalnya banyak

keringat, pemakaian deodorant, atau rambut ketiak digunting.

20
Penyakit ini disertai gejala konstitusi yaitu demam, malaise. Ruam berupa nodus

dengan kelima tanda radang akut. Kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah

membentuk fistul yang disebut hidraadenitis supurativa. Pada yang menahun dapat terbentuk

abses, fistula, dan sinus yang multipel. Terbanyak berlokasi di ketiak, juga di perineum, dan

tempat lain dengan jumlah kelenjar apokrin yang banyak. Terdapat juga leukositosis.

Diagnosis Banding

Skrofuloderma. Persamaannya terdapat nodus, abses dan fistel. Perbedaannya, pada

hidraadenitis supurativa pada permulaan disertai tanda-tanda radang akut dan disertai gejala

konstitusi. Sebaliknya pada skrofuloderma tidak terdapat radang-radang akut dan tidak ada

leukositosis.

Pengobatan

Antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses, diinsisi. Kalau belum melunak diberi

kompres terbuka. Pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.

L. STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME

Definisi

Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus

aureus tipe tertentu dengan ciri khas epidermolisis.

21
Gambar: Staphylococcal scald skin syndrome

Epidemiologi

Penyakit ini terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, pria lebih banyak daripada

wanita.

Etiologi

Etiologinya antara lain Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan/atau faga 71.

Patogenesis

Sumber infeksi adalah infeksi mata, telinga, hidung dan tenggorokan. Eksotoksin yang

dikeluarkan bersifat epidermolitik yang beredar di seluruh tubuh, sampai pada epidermis dan

menyebabkan kerusakan, karena epidermis merupakan jaringan yang rentan terhadap toksin

ini. Pada kulit tidak selalu ditemukan kuman penyebab.

Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk mengekskresikan eksotoksin. Pada anak-anak

dan bayi diduga fungsi ekskresi ginjal belum sempurna, karena itu umumnya penyakit ini

terdapat pada golongan usia tersebut. Jika penyakit ini menyerang orang dewasa diduga karena

22
terdapat kegagalan fungsi ginjal, atau terdapat gangguan imunologik, termasuk yang mendapat

obat imunosupresif.

Gejala Klinis

Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi saluran napas bagian atas.

Kelainan kulit yang pertama timbul adalah eritema yang timbul mendadak pada wajah, leher,

ketiak dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24 jam.

Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar berdinding kendur dan

memberikan tanda Nikolskiy positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai

pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tampak daerah-daerah erosif.

Akibat epidermolisis tersebut, gambarannya mirip kombustio. Daerah-daerah tersebut

akan mongering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Penyembuhan penyakit akan

terjadi setelah 10-14 hari tanpa disertai sikatrik.

Komplikasi

Selulitis, pneumonia dan septikemia.

Histopatologi

Gambaran yang khas adalah lepuh intraepidermal, celah terdapat di stratum

granulosum. Meskipun ruang lepuh sering mengandung sel-sel akantolitik, epidermis sisanya

tampaknya utuh tanpa disetai nekrosis sel.

Diagnosis Banding

Nekrolisis epidermal toksik (NET) merupakan diagnosis bandingnya. Pada SSSS

umumnya menyerang anak di bawah 5 tahun, mulainya kelainan kulit di wajah, leher, aksila

23
dan lipat paha, mukosa umumnya tidak terkena, organ dalam tidak diserang dan memiliki

tingkat mortalitas yang rendah. Perbedaan lainnya adalah pada pemeriksaan histopatologik

secara frozen section letak celah SSSS terdapat pada stratum granulosum sedangkan celah pada

NET pada sub epidermal. Perbedaan lainnya, pada NET terdapat sel-sel nekrosis di sekitar

celah dan banyak terdapat sel radang.

Pengobatan

Pengobatannya adalah antibiotik, misalnya kloksasilin, klindamisin dan sefalosporin

generasi I. Topikal dapat diberikan sufratulle atau krim antibiotik. Selain itu juga perlu

diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Prognosis

Kematian dapat terjadi terutama pada bayi berusia di bawah 1 tahun, berkisar antara 1-

10%. Penyebab kematian utama adalah tidak adanya keseimbangan cairan atau elektrolit dan

sepsis.

2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigm sehat

dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk

meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun

sosial.

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif

dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan

perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas

24
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran sehingga secara mandiri mampu mencegah

penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan

sehat.

Manfaat PHBS di sekolah bagi siswa, diantaranya:

a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit

b. Meningkatkan semangat belajar

c. Meningkatkan produktifitas belajar

d. Menurunkan angka absensi karena sakit

Indikator PHBS di sekolah, yaitu:

a. Memelihara rambut agar bersih dan rapi

b. Memakai pakaian bersih dan rapi

c. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih

d. Memakai sepatu bersih dan rapi

e. Berolahraga teratur dan terukur

f. Tidak merokok di sekolah

g. Tidak menggunakan NAPZA

h. Memberantas jentik nyamuk

i. Menggunakan jamban sehat dan bersih

j. Menggunakan air bersih

k. Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun

l. Membuang sampah ke tempat sampah

m. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

n. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan

25
2.4 Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan yang dilakukan untuk mengurangi angka kejadian pioderma ini

adalah metode penyuluhan berkelompok dan metode penyuluhan individu. Metode penyuluhan

berkelompok dapat dilakukan melalui penyuluhan di sekolah-sekolah, sedangkan metode

penyuluhan individu atau perorangan dapat dilakukan melalui diskusi dan pemberian edukasi

secara dua arah kepada pasien dan keluarga pasien.

2.5 Intervensi

Beberapa intervensi dapat dilakukan dalam penanganan kasus pioderma, baik secara

preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Secara preventif, tenaga medis dapat menjelaskan

kepada pasien untuk menjaga higienitas tubuh seperti sering mencuci tangan dengan air yang

mengalir dan sabun setelah bermain di luar atau sebelemu makan, mandi teratur 2 kali sehari,

menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan nilai gizi pada makanan yang

dikonsumsi setiap hari guna meningkatkan daya tahan tubuh sehingga terhindar dari penyakit

kulit pioderma ini.

Secara promotif, pasien dan keluarga pasien perlu dijelaskan mengenai penyakit dan

komplikasi dari pioderma ini. Perlu dijelaskan juga kepada pasien dan keluarga pasien bahwa

penyakit pioderma ini dapat menular melalui nanah yang dihasilkan, oleh karena itu pentingnya

mencuci tangan sebelum dan sesudah mengobati luka yang bernanah atau mencuci tangan

sebelum memberi makan atau menyiapkan makanan untuk anggota keluarga yang lain wajib

disampaikan guna mengurangi angka penularan.

Secara kuratif, pasien dapat diberikan antibiotic oral berupa Amoxicillin sirup

125mg/ml (3 x 1 sendok teh), antibiotik topikal yaitu salep basitrasin (2 x dioleskan sehabis

mandi), dan multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan pasien.

Secara rehabilitatif, perlu dianjurkan kepada pasien dan orang tua pasien agar meningkatkan

26
asupan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, serta membawa anak ke

puskesmas atau rumah sakit bila gejala bertambah parah, seperti luka yang tidak sembuh dan

bertambah parah, adanya benjolan di kelenjar getah bening, atau terjadi bakteremia.

27
2.6 Penatalaksanaan

Pada kasus pioderma, yang menjadi factor predisposisi atau faktor pencetus

timbulnya penyakit pioderma adalah buruknya higienitas pasien, menurunnya daya tahan

tubuh, atau terdapat penyakit kulit yang telah diderita sebelumnya. Sehingga penanganan yang

tepat untuk penyakit pasien adalah meminum antibiotik hingga habis, memakan makanan yang

bergizi, serta edukasi mengenai pentingnya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Berikut adalah gambar-gambar mengenai penanganan permasalahan untuk pasien ini

Gambar 4.1 Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit dan pengobatan

melalui penyuluhan individu

28
Gambar 4.2 Penyuluhan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

bagi anak sekolah dasar

Gambar 4.3 Membiasakan hidup bersih dan sehat

29
Gambar 4.4 Meningkatkan asupan makanan dengan gizi seimbang

30
BAB III

KESIMPULAN

Pada pasien ini dilakukan monitoring perkembangan pemulihan penyakit pasien.

Pasien dianjurkan untuk kontrol ulang penyakitnya satu minggu kemudian. Saat kontrol ulang,

lesi-lesi sudah berkurang, nanah sudah hilang, nafsu makan pasien sudah membaik. Pada

pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki tidak ditemukan kelainan. Dari segi perilaku dan

kebiasaan pasien sudah mengalami perbaikan, pasien menghabiskan obat antibiotik yang

diberikan, pasien sudah memulai makan makanan sehat dengan gizi seimbang. Kesan yang

didapatkan dari perkembangan pemulihan penyakit pasien adalah sudah ada perbaikan perilaku

kesehatan dan perbaikan penyakit yang diderita pasien. Evaluasi untuk pasien ini diharapkan

pasien dan keluarga memahami mengenai penyakit dan pengobatan penyakitnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. 2007. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.

2. Fitzpatrick’s, MD et al : Dermatology in general medicine, 6 th ed., mc-graw-Hill., 2003.

3. Thomas P, et al. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed.

Mosby. 2003.

4. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNPAD/RSHS. Standar Pelayanan Medik Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK

UNPAD/RS dr. Hasan Sadikin. 2005.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pioderma, Pedoman Pengobatan Dasar di

Puskesmas. DEPKES RI. Jakarta. 2007.

6. Wasitaatmadja Syarif M. Anatomi Kulit dan Kelamin. Dlm:Djuanda,Adhi. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Balai penerbit FKUI. Jakarta:2008. Hal 3 – 5.

32

Anda mungkin juga menyukai

  • 5230 Hernia Inguinalis-1
    5230 Hernia Inguinalis-1
    Dokumen23 halaman
    5230 Hernia Inguinalis-1
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen6 halaman
    Bab 2
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Refrat Kulit
    Refrat Kulit
    Dokumen32 halaman
    Refrat Kulit
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Cover Obgyn
    Cover Obgyn
    Dokumen1 halaman
    Cover Obgyn
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Refarat Obgyn Solusio Plasenta
    Refarat Obgyn Solusio Plasenta
    Dokumen28 halaman
    Refarat Obgyn Solusio Plasenta
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Apendisitis
    Apendisitis
    Dokumen28 halaman
    Apendisitis
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Apendisitis
    Apendisitis
    Dokumen29 halaman
    Apendisitis
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Appendisitis Akut
    Appendisitis Akut
    Dokumen19 halaman
    Appendisitis Akut
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Referat Kulit Dermatitis Stasis
    Referat Kulit Dermatitis Stasis
    Dokumen19 halaman
    Referat Kulit Dermatitis Stasis
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • BAB II Pioderma Tropikal
    BAB II Pioderma Tropikal
    Dokumen4 halaman
    BAB II Pioderma Tropikal
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen1 halaman
    Bab Ii
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen2 halaman
    Bab Ii
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen2 halaman
    Bab Ii
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • RJPO
    RJPO
    Dokumen64 halaman
    RJPO
    Muhammad Amrie
    Belum ada peringkat
  • Isi Endometriosis
    Isi Endometriosis
    Dokumen18 halaman
    Isi Endometriosis
    Meulia Dwi Pratiwi
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Prurigo Hebra
    Lapkas Prurigo Hebra
    Dokumen20 halaman
    Lapkas Prurigo Hebra
    Kabir Muhammad
    Belum ada peringkat