LATAR BELAKANG
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya
matahari mengandung yang sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta
menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang
untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada kulit,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena penyakit
tertentu.
atau oleh kedua-duanya. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini
adalah hygiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, atau jika telah ada penyakit lain
di kulit. Ektima adalah pioderma ulseratif kulit yang umumnya disebabkan oleh Streptococcus
β-hemolyticus. Penyebab lainnya bisa Staphylococcus aureus atau kombinasi dari keduanya.
Menyerang epidermis dan dermis membentuk ulkus dangkal yang ditutupi oleh krusta berlapis,
ektima. Gambaran ektima mirip dengan impetigo, namun kerusakan dan daya invasifnya pada
kulit lebih dalam daripada impetigo. Infeksi diawali pada lesi yang disebabkan karena trauma
pada kulit, misalnya, ekskoriasi, varicella atau gigitan serangga. Lesi pada ektima awalnya
mirip dengan impetigo, berupa vesikel atau pustul. Kemudian langsung ditutupi dengan krusta
yang lebih keras dan tebal daripada krusta pada impetigo, dan ketika dikerok nampak lesi
punched out berupa ulkus yang dalam dan biasanya berisi pus.
1
Insiden ektima di seluruh dunia tepatnya tidak diketahui. Frekuensi terjadinya ektima
berdasarkan umur biasanya terdapat pada anak-anak dan orang tua, tidak ada perbedaan ras dan
jenis kelamin (pria dan wanita sama). Pada anak-anak kebanyakan terjadi pada umur 6 bulan
sampai 18 tahun. Dari hasil penelitian epidemiologi didapatkan bahwa tingkat kebersihan dari
pasien dan kondisi kehidupan sehari-harinya merupakan penyebab yang paling terpenting
untuk perbedaan angka serangan, beratnya lesi, dan dampak sistemik yang didapatkan pada
pasien ektima.
Di Indonesia penyakit kulit menempati urutan ke-3 setelah infeksi saluran napas dan
diare. Dari data jumlah kunjungan pasien ke poliklinik Divisi Dermatologi Ilmu Kesehatan
Mangunkusomo (FKUI/RSCM) selama tahun 2001 menunjukan pasien pioderma anak sebesar
362 kasus (18,53%) dari 2190 kunjungan baru. Penyakit ini menempati urutan ke-2 setelah
dermatitis atopik. Sedangkan tahun 2002 terbanyak 328 kasus (16,72%) dari 1962 kunjungan
krustosa (15,0%), impetigo vesikobulosa (14,02%), dan ektima (11,59%). Infeksi sekunder
berkaitan kebiasaan perilaku hidup sehat yang kurang baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan rumah tangga. Kebiasaan anak yang jarang mencuci tangan dengan air yang
mengalir dengan sabun sebelum makan atau setelah bermain menjadi salah satu faktor pencetus
2
BAB II
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit
merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit juga sangat kompleks, elastik dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras,
dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya;
kulit yang elastik dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan
tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang
lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar pada kepala. Pembagian kulit secara
1. Lapisan epidermis.
Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum
2. Lapisan dermis
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis.
Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua yakni pars papilare dan pars retikulare.
3. Lapisan subkutis.
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
didalamnya.6
3
2.2 Fungsi Kulit
1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial. Stratum korneum dengan sel-sel
nya yang saling tumpang tindih dan lemak interselularnya, menghalangi terjadinya difusi air
keluar tubuh.
2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan mikroorganisma.
3. Fungsi-fungsi imunologis.
Kulit merupakan suatu organ yang kompeten secara imunologis dan berperan penting bagi
pertahanan tubuh. Bukan hanya sel-sel Langerhans, tetapi juga keratinosit mempersiapkan
antigen eksternal untuk dipresentasikan pada limfosit T, yang kemudian akan meningkatkan
respon imun.
Kulit dilindungi dari radiasi ultraviolet oleh melanin. Melanin adalah produk dari melanosit
yang memberikan warna (pigmen) kecoklatan pada kulit. Melanin dibentuk oleh melanosit
dengan enzim tirosinase memainkan peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai
akibat dari kerja enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan
kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi dan melalui beberapa tahap
transformasi menjadi melanin. Setelah terbentuk melanin akan ditransfer ke keratinosit yang
sitoplasma tepatnya di atas inti sel keratinosit. Akumulasi melanin di atas inti sel keratinosit
bertujuan melindungi nukleus dari efek radiasi ultraviolet. Nukleus yang mengandung DNA di
4
5. Mengatur suhu tubuh.
Respon kulit terhadap dingin adalah dengan vasokonstriksi dan banyak mengurangi aliran
darah, sehingga akan mengurangi transfer panas ke permukaan tubuh. Respon terhadap panas
adalah dengan vasodilatasi, peningkatan aliran darah, dan pelepasan panas keluar tubuh.
6. Sintesis vitamin D. Vitamin D dibentuk di kulit oleh aktivitas sinar UV.
2.3 Pioderma
atau kedua-duanya. Penyebabnya yang utama adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus
2. Penurunan daya tahan tubuh, seperti pada keadaan: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik,
3. Penyakit kulit yang sedang diderita: karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit
Klasifikasi
1. Pioderma primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya biasanya
5
2. Pioderma sekunder
Gambaran klinisnya tidak khas dan mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit
scabies impetigenisata. Tanda impetigenisata, adalah jika terdapat pus, pustula, bula purulen,
krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional, leukositosis,
Pengobatan Umum
I. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma. Berikut ini disebutkan
contoh-contohnya.
a. Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta per hari, i.m obat ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan i.m
b. Ampisilin
c. Amoksilin
Dosisnya sama dengan ampisilin, kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah
makan. Juga cepat diabsorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga konsentrasi dalam
plasma tinggi.
Yang termasuk golongan ini: oksasilin, diklosasilin, flukoksasilin. Dosis kloksasilin 3x250mg
per hari sebelum makan. Golongan obat ini mempunyai kelebihan karena juga berkhasiat bagi
6
2. Linkomisin dan klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klidamisin diabsorbsi lebih baik Karena itu dosisnya
lebih kecil, yakni 4 x 150 mg sehari per os. Pada infeksi berat dosisnya 4 x 300 – 450 mg sehari.
3. Eritromisin
4. Sefalosporin
Pada pioderma berat atau tidak member respon dengan obat-obat tersebut diatas, dapat dipakai
sefalosporin. Ada empat generasi yang berkhasiat untuk kuman positif gram adalah generasi I,
juga generasi IV. Contohnya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa 2 x
II. Topikal
antimicrobial sebaiknya tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan
gram negatif. Sebagai obat topikal kompres terbuka contohnya larutan permanganas kalikus
1/5000, larutan rivanol 1 0/00 dan yodium povidon 7,5% yang dilarutkan 10 kali. Rivanol
Pemeriksaan Pembantu
Pada pemeriksaan laboratorik terdapat leukositosis. Pada kasus-kasus yang kronis dan
sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan
7
stapilokokus atau strepkokus melainkan kuman gram negatif. Hasil tes resistensi hanya bersifat
Bentuk Pioderma
Ada berbagai macam bentuk pioderma yang memiliki ciri khas tersendiri baik dari
A. IMPETIGO
Definisi
Klasifikasi
impetigo bulosa
1. Impetigo Krustosa
Sinonim
Etiologi
Gejala Klinis
Tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di muka, yakni di
sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang
8
berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tamapk
erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.
Diagnosis Banding
Ektima.
Pengobatan
Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotic. Kalau banyak diberi pula antibiotik
sistemik.
2. Impetigo Bulosa
Sinonim
Etiologi
9
Gejala Klinis
Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung, sering
bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelaianan kulit berupa eritema,
bula, dan bula hipopion. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula
telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa.
Diagnosis Banding
Vesikel/bula teah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema, maka mirip dermatofitosis.
Pengobatan
Jika terdapat hanya beberapa vesikel/ bula, dipecahkan lalu diberi salep antibiotic atau cairan
Gambar 2: impetigo bulosa yang telah pecah dengan permukaan yang terkikis dan tepi yang
berskuama
3. Impetigo Neonatorum
Penyakit ini merupakan penyakit varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonates. Kelainan
kulit serupa impetigo bulosa hanya lokasinya menyeluruh, dapat disertai demam.
10
Diagnosis Banding
Sifilis congenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat di telapak tangan dan kaki, terdapat pula
Pengobatan
Antibiotik harus diberikan secara sistemik. Topikal dapat diberikan bedak salisil 2%.
B. FOLIKULITIS
Definisi
Etiologi
Klasifikasi
Sinonim
Impetigo Bockhart
11
Gejala Klinis
Tempat predileksi di tungkai bawah. Kelainan berupa papul atau pustule yang eritromatosa dan
Gambaran klinisnya seperti di atas, hanya teraba infiltrate di subkutan. Contohnya sikosis
Diagnosis Banding
Pengobatan
C. FURUNKEL/KARBUNKEL
Definisi
Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada sebuah
12
Gambar 7: kumpulan furunkel (karbunkel)
Gejala Klinis
terdapat pustule. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu
memecah membentuk fistel. Tempat predileksi di tempat yang banyak friksi, misalnya aksila,
dan bokong.
Pengobatan
Jika sedikit cukup dengan antibiotik topikal, jika banyak digabung dengan antibiotic
sistemik. Kalau berulang-ulang mendapat furunkulosis atau karbunkel, cari fakor predisposisi,
13
D. EKTIMA
Definisi
streptococcus .
Etiologi
Streptococcus B Hemolyticus
Gejala Klinis
Tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning, biasanya berlokasi di tungkai bawah,
yaitu tempat yang relative banyak mendapat trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan
Diagnosis Banding
impetigo krustosa terdapat pada anak, berlokasi di muka, dan dasarnya erosi. Sebaliknya
ektima terdapat baik pada anak maupun dewasa, tempat predileksi di tungkai bawah, dan
dasarnya ulkus.
14
Pengobatan
Jika terdapat sedikit, krusta diangkat lalu diolesi dengan salep antibiotic. Kalau banyak,
E. PIONIKIA
Definisi
15
Etiologi
Gejala klinis
Penyakit ini didahuui trauma. Mulainya infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda-tanda
radang, kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku, dapatterbentuk abses subungual.
Pengobatan
Kompres dengan larutan antiseptic dan berikan antibiotic sistemik. Jika terjadi abses
F. ERISIPELAS
Definisi
Erisipelas adalah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, gejala
utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai gejala
konstitusional
16
Gambar 12: erisipela
Etiologi
Gejala Klinis
Terdapat gejala konstitusi seperti demam, dan malaise. Lapisan kulit yang diserang
adalah epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu temapt predileksinya di
tungkai bawah. Kelaianan kulit yang utama adalah eritema yang berwarna merah cerah,
berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi karena radang-radang akut, dapat pula disertai edema,
Jika tidak diobati akan menjalar ke sekitarnya terutama ke proksimal. Jika sering terjadi
Diagnosis Banding
17
Pengobatan
Istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit
lebih tinggi daripada letak kor. Pengobatan sistemik adalah antibiotik, topikal diberikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Jika terdapat edema diberikan diuretika.
G. SELULITIS
Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
Gambar 13: selulitis pada tungkai bawah; terdapat eritema, edema, dan nyeri
H. FLEGMON
Flegmon adalah selulitis yang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis
18
I. ULKUS PIOGENIK
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai dengan pus di atasnya.
Dibedakan dengan ulkus lainnya yang disebabkan kuman negatif-gram, oleh karena itu perlu
dilakukan kultur.
Definisi
Abses multipel kelenjar keringat adalah infeksi yang biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus pada kelenjar keringat, berupa abses multipel tidak nyeri berbentuk
kubah.
Etiologi
Gejala Klinis
Didapati pada anak. Faktor predisposisi ialah daya tahan yang menurun (misalnya
malnutrisi, morbili), juga banyak keringat, karena itu sering bersama-sama dengan miliaria.
Gambaran klinisnya berupa nodus eritematosa, multipel, tak nyeri, berbentuk kubah, dan lama
Diagnosis Banding
Furunkulosis, pada penyakit ini terasa nyeri, bentuknya seperti kerucut dengan pustule
Pengobatan
19
Antibiotik sistemik dan topikal.
K. HIDRAADENITIS
Definisi
Gambar 14: hidradenitis supuratifa kronis yang berada pada ketiak (dapat pula muncul pada
Etiologi
Staphylococcus aureus.
Gejala Klinis
Infeksi terjadi pada kelenjar apokrin, karena itu terdapat pada usia sesudah akil balig
sampai dewasa muda. Sering didahului oleh trauma atau mikrotrauma, misalnya banyak
20
Penyakit ini disertai gejala konstitusi yaitu demam, malaise. Ruam berupa nodus
dengan kelima tanda radang akut. Kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah
membentuk fistul yang disebut hidraadenitis supurativa. Pada yang menahun dapat terbentuk
abses, fistula, dan sinus yang multipel. Terbanyak berlokasi di ketiak, juga di perineum, dan
tempat lain dengan jumlah kelenjar apokrin yang banyak. Terdapat juga leukositosis.
Diagnosis Banding
hidraadenitis supurativa pada permulaan disertai tanda-tanda radang akut dan disertai gejala
konstitusi. Sebaliknya pada skrofuloderma tidak terdapat radang-radang akut dan tidak ada
leukositosis.
Pengobatan
Antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses, diinsisi. Kalau belum melunak diberi
kompres terbuka. Pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin dieksisi.
Definisi
Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS) ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus
21
Gambar: Staphylococcal scald skin syndrome
Epidemiologi
Penyakit ini terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, pria lebih banyak daripada
wanita.
Etiologi
Etiologinya antara lain Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55 dan/atau faga 71.
Patogenesis
Sumber infeksi adalah infeksi mata, telinga, hidung dan tenggorokan. Eksotoksin yang
dikeluarkan bersifat epidermolitik yang beredar di seluruh tubuh, sampai pada epidermis dan
menyebabkan kerusakan, karena epidermis merupakan jaringan yang rentan terhadap toksin
Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk mengekskresikan eksotoksin. Pada anak-anak
dan bayi diduga fungsi ekskresi ginjal belum sempurna, karena itu umumnya penyakit ini
terdapat pada golongan usia tersebut. Jika penyakit ini menyerang orang dewasa diduga karena
22
terdapat kegagalan fungsi ginjal, atau terdapat gangguan imunologik, termasuk yang mendapat
obat imunosupresif.
Gejala Klinis
Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi saluran napas bagian atas.
Kelainan kulit yang pertama timbul adalah eritema yang timbul mendadak pada wajah, leher,
Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar berdinding kendur dan
memberikan tanda Nikolskiy positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai
akan mongering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Penyembuhan penyakit akan
Komplikasi
Histopatologi
granulosum. Meskipun ruang lepuh sering mengandung sel-sel akantolitik, epidermis sisanya
Diagnosis Banding
umumnya menyerang anak di bawah 5 tahun, mulainya kelainan kulit di wajah, leher, aksila
23
dan lipat paha, mukosa umumnya tidak terkena, organ dalam tidak diserang dan memiliki
tingkat mortalitas yang rendah. Perbedaan lainnya adalah pada pemeriksaan histopatologik
secara frozen section letak celah SSSS terdapat pada stratum granulosum sedangkan celah pada
NET pada sub epidermal. Perbedaan lainnya, pada NET terdapat sel-sel nekrosis di sekitar
Pengobatan
generasi I. Topikal dapat diberikan sufratulle atau krim antibiotik. Selain itu juga perlu
Prognosis
Kematian dapat terjadi terutama pada bayi berusia di bawah 1 tahun, berkisar antara 1-
10%. Penyebab kematian utama adalah tidak adanya keseimbangan cairan atau elektrolit dan
sepsis.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigm sehat
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun
sosial.
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas
24
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran sehingga secara mandiri mampu mencegah
sehat.
25
2.4 Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan yang dilakukan untuk mengurangi angka kejadian pioderma ini
adalah metode penyuluhan berkelompok dan metode penyuluhan individu. Metode penyuluhan
penyuluhan individu atau perorangan dapat dilakukan melalui diskusi dan pemberian edukasi
2.5 Intervensi
Beberapa intervensi dapat dilakukan dalam penanganan kasus pioderma, baik secara
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Secara preventif, tenaga medis dapat menjelaskan
kepada pasien untuk menjaga higienitas tubuh seperti sering mencuci tangan dengan air yang
mengalir dan sabun setelah bermain di luar atau sebelemu makan, mandi teratur 2 kali sehari,
menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan nilai gizi pada makanan yang
dikonsumsi setiap hari guna meningkatkan daya tahan tubuh sehingga terhindar dari penyakit
Secara promotif, pasien dan keluarga pasien perlu dijelaskan mengenai penyakit dan
komplikasi dari pioderma ini. Perlu dijelaskan juga kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
penyakit pioderma ini dapat menular melalui nanah yang dihasilkan, oleh karena itu pentingnya
mencuci tangan sebelum dan sesudah mengobati luka yang bernanah atau mencuci tangan
sebelum memberi makan atau menyiapkan makanan untuk anggota keluarga yang lain wajib
Secara kuratif, pasien dapat diberikan antibiotic oral berupa Amoxicillin sirup
125mg/ml (3 x 1 sendok teh), antibiotik topikal yaitu salep basitrasin (2 x dioleskan sehabis
mandi), dan multivitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan pasien.
Secara rehabilitatif, perlu dianjurkan kepada pasien dan orang tua pasien agar meningkatkan
26
asupan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, serta membawa anak ke
puskesmas atau rumah sakit bila gejala bertambah parah, seperti luka yang tidak sembuh dan
bertambah parah, adanya benjolan di kelenjar getah bening, atau terjadi bakteremia.
27
2.6 Penatalaksanaan
Pada kasus pioderma, yang menjadi factor predisposisi atau faktor pencetus
timbulnya penyakit pioderma adalah buruknya higienitas pasien, menurunnya daya tahan
tubuh, atau terdapat penyakit kulit yang telah diderita sebelumnya. Sehingga penanganan yang
tepat untuk penyakit pasien adalah meminum antibiotik hingga habis, memakan makanan yang
bergizi, serta edukasi mengenai pentingnya meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Gambar 4.1 Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit dan pengobatan
28
Gambar 4.2 Penyuluhan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
29
Gambar 4.4 Meningkatkan asupan makanan dengan gizi seimbang
30
BAB III
KESIMPULAN
Pasien dianjurkan untuk kontrol ulang penyakitnya satu minggu kemudian. Saat kontrol ulang,
lesi-lesi sudah berkurang, nanah sudah hilang, nafsu makan pasien sudah membaik. Pada
pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki tidak ditemukan kelainan. Dari segi perilaku dan
kebiasaan pasien sudah mengalami perbaikan, pasien menghabiskan obat antibiotik yang
diberikan, pasien sudah memulai makan makanan sehat dengan gizi seimbang. Kesan yang
didapatkan dari perkembangan pemulihan penyakit pasien adalah sudah ada perbaikan perilaku
kesehatan dan perbaikan penyakit yang diderita pasien. Evaluasi untuk pasien ini diharapkan
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. 2007. Fakultas Kedokteran
3. Thomas P, et al. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed.
Mosby. 2003.
4. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNPAD/RSHS. Standar Pelayanan Medik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK
6. Wasitaatmadja Syarif M. Anatomi Kulit dan Kelamin. Dlm:Djuanda,Adhi. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Balai penerbit FKUI. Jakarta:2008. Hal 3 – 5.
32