M ORAL
Standar Kompetensi
Setelah membaca bab ini mahasiswa diharapkan mampu:
Mengerti tentang pengertian moral, susila, etika, dan akhlak
Mengeti tentang persamaan dan perbedaan moral, susila, etika, dan akhlak
Mengerti tentang sumber moralitas atau al-akhlaqulkarimah
Mengerti, mau dan mampu merealisasikan dirinya untuk menjadi seorang moralis atau ber-
akhlaqulkarimah dan menjalani hidup dan kehidupan ini
Ruang Lingkup
Moral, etika, maupun akhlak sungguhpun berbeda dari segi titik tolak penilain ,namun
ketiganya adalah sama-sama menjelaskan mengenai baik dan buruk suatu perbuatan manusia.
Dengan demikian, ruang lingkup moral, etika, susila, dan akhlak (selanjutnya cukup disebut
moral mengikuti aturan formal dari DIKTI) adalah ajaran baik dan buruknya suatu perbuatan
manusia, bagaimana supaya manusia mau berbuat baik, dan bagaimana supaya manusia tidak
mau berbuat tidak baik dalam semua lapangan kehidupan.
Manusia sebagai makhluk yang bermobilitas tinggi, di manapun ia pasti berbuat. Di saat ia
berbuat, ia dapat diteropong dari segi baik atau buruk perbuatannya.Tidak ada satu pun yang
lolos dari penilaian baik atau buruk. Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya :
“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan) nya pula“. (QS. Az Zalzalah: 7-8 )
Artinya :
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)“. (QS. Al Baqarah :
l85 ).
Artinya :
“ Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang
berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai Balasan (siksa) “. ( QS. Ali Imran : 4 ).
atau para hambanya yang takwa kepada-Nya atau muttaqin. Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya :
“ Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa “. ( QS. Al Baqarah : l - 2 ).
Salah satu bagian dari kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan manusia itu ketika
diniali baik atau buruk, sumber penilaian itu haruslah dari Alquran dan Assunnah. Artinya
Alquran dan Assunnah menjadi sumber nilai perbuatan manusia. Pengertian sumber nilai tidak
hanya suatu perbuatan itu dinilai baik atau buruk, melainkan juga menjadi acuan untuk berbuat
sesuai dengan yang dikatakan baik oleh Alquran dan assunnah, dan berdiam diri tidak
melakukan sesuatu karena Alquran dan Assunnah mengatakannya tidak baik.
Orang tidak boleh mabuk-mabukan dan berjudi karena keduanya adalah perbuatan setan yang
berarti buruk.
Artinya :
“ Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan “. ( QS. Al Maidah : 90 ).
Orang disuruh hanya memakan makanan yang halalan thayyiban) karena itu adalah baik.
Artinya :
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu “. (QS. Al Baqarah : l68).
Di Dalam Alquran sedemikian banyak, bahkan tak terhitung apa saja yang dikatakan baik dan
apa saja yang dikatakan buruk. Perbedaan baik dan buruk, halal dan haram, hak dan batal
dijelaskan kriterianya masing-masing oleh Alquran. Itulah sebabnya Salah satu dari nama
Alquran - di samping nama-nama yang lain - adalah al-furqan.
Salah satu kriteria sesuatu dikatakan tidak baik karena akan berekibat dosa dan tempat
kembalinya ke neraka, sedangkan yang baik akan mendapatkan pahala dan tempat kembalinya
adalah surga dan ampunan Allah. Contohnya adalah seorang muslim kawin dengan wanita
musyrik atau seorang muslimah kawin dengan laki-laki musyrik , baik laki-laki maupun wanita
musyrik, keduanya mengajak ke neraka. Jika seorang muslim hanya kawin dengan wanita
muslimah, perkawinan itu diajak oleh Allah kepada ampunan-Nya dan surga. Demikian firman
Allah:
Artinya :
“dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita
mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak
ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran“. ( QS. Al Baqarah : 221 ).
Karena Alquran dan Assunnah sebagai sumber akhlak, setiap muslim untuk bisa
berakhlakulkarimah, pertama-tama harus mengetahui setiap yang dikatakan baik dan buruk
oleh Alquran maupun Assunnah. Alquran terdiri atas 30 juz (bagian). Setiap juz terdiri ata 9
lembar. Setiap lembar terdiri atas 2 halaman. Setiap halaman terdiri atas sejumlah ayat. Setiap
ayat terdiri atas satu hingga sejumlah informasi atau petunjuk. Melalui kegiatan pemahaman
atau tafsir dapat diketahui maknanya mengandung kualitas baik atau buruk, dosa atau pahala,
manfaat atau madarat, hak atau batal, surga atau neraka sebagai balasan pelaku kandungan
makna tersebut.sementra itu Assunnah lebih banyak lagi.
Naskah kitab-kitab hadis lebih tebal daripada Alquran. “Shahih al-Bukhari” terdiri atas 99
kitab (dalam arti bab), Shahih Muslim terdiri atas 54 bab, Sunan Abu Dawud terdiri atas 40 bab,
Suinan at-Turmuzi terdiri atas 47 bab, Sunan Nasai terdiri atas 51 bab, Sunan Ibnu Majah
terdiri atas 38 bab, Sunan ad-Darimi terdiri atas 24 bab, Muwatta’ Malik terdiri 56 bab
(Syuhudi Ismail, l99l:85-94). Setiap bab terdiri atas sejumlah (secara umum banyak) sub bab.
Setiap sub bab terdiri atas sejumlah hadis. Setiap hadis terdiri atas sejumlah informasi atau
petunjuk. Selain yang telah disebutkan ini masih ada kitab-kitab hadis lain yang bersifat induk
seperti Musnad Imam Ahmad bin Hanbal. Kitab ini terdiri atas 6 jilid tebal, yang secara
keseluruhan mengandung l0.000 hadis. 9000 hadis lebih dalam kitab ini termasuk hadfis sahih
yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum atau pedoman dalam beragama.
Ketidaktahuan apa yang dikatakan baik atau buruk oleh Alquran maupun Assunnah
menyebabkan ketidaktahuan pula perbuatan (perasaan, pikiran, keyakinan, maupun perbuatan
fisik) yang dilakukan itu baik atau buruk, masuk kategori akhlaqul karimah atau akhaqul
mazmuihah. Persoalannya adalah, seberapa banyak yang sudah diketahui yang termasuk baik
dan yang termasuk buruk menurut Alquran dan Assunnah, dan seberapa banyak pula yang
diketahui baik telah menjadi tabiat seorang muslim. Dari sinilah setiap muslim telah dapat
diukur atau mengukur dirinya sendiri telah termasuk ber-akhlaqul karimah atau belum, masih
jauh dari kriteria itu atau telah mendekatinya, secara umum termasuk orang yang ber-akhlaqul
karimah atau termasuk orang yang ber-akhlaqul mazmuhah. Di sinilah sekali lagi arti penting
pengakuan Nabi :
الحد يث- انما بعثت ل تامم مكا رم ال خال ق
Artinya:
(Aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemulyaan akhlak- al-Hadis).
Langkah selanjutnya menyatakan komitmen atas dasar keyakinan “keharusan” untuk menjadi
orang baik, orang bermanfaat, orang yang ber-akhlaqul karimah. “Aku harus berbuat baik”,
“Aku berhenti menjadi orang jahad”, “Aku harus bermanfaat bagi orang lain”, “Aku tidak
pernah akan merugikan orang lain”. Supaya komitmen itu memiliki energi sehingga mampu
melahirkan perbuatan konkrit, maka harus didasari argumentasi rasional atau bukti bahwa
orang yang tidak baik, orang jahad, orang yang ber-akhlaqul mazmumah ternyata merugikan
orang lain, bahkan juga merugikan dirinya sendiri.
Artinya :
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena
itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat
dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)“. ( QS. Hud : 61 ).
Kebaikan yang diajarkan Islam tidak hanya terbatas didunia, melainkan mencakup kehidupan
akhirat. Tuntunan doa untuk ini sebagaimana firman Allah:
Artinya :
“ dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka ". ( QS. Al Baqarah :
20l ).
Untuk diktum yang kedua, Allah berfirman:
Artinya :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya pula“. (QS. Az-Zalzalah: 7–8)
Di antara dua kutub moralitas global dan detail manusia diberi kebebasan untuk mengapresiasi
diri, berlomba, berangan-angan, bercita-cita, bertutur kata, dan berbuat yang baik. Allah
berfirman :
Artinya :
“ dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang
paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek “. ( QS. Al Kahfi : 29 ).
Artinya :
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan“. ( QS. Al Baqarah : l48 )
Semakin seseorang berpacu ke arah kebaikan dan dapat mengaktualisasikannya ke
dalam kehidupan praktis, ia akan memperoleh predikat muhsinin. Allah berfirman:
Artinya :
“ ......dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik “. ( QS. Al Baqarah : l95 ).
Orang-orang seperti ini akan dimulyakan Allah. Yang paling mulya kedudukannnya di antara
para muhsinin adalah yang paling takwa diantara mereka. Allah berfirman:
Artinya :
“ Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu “ . ( QS. Al Hujarat : l3 ).
yaitu tipologi orang yang dalam hidup dan kehidupannya senantiasa berusaha berbuat baik,
berlomba dalam kebaikan, sekuat tenaga menghindari kejahatan (fahsya’ wal munkar), dia
itulah orang yang ber-akhlaqul karimah.Di dalam literatur klasik Islam, orang semacam ini
disebut insan kamil (manusia sempurna)
Ada jalan khusus untuk menjadi orang yang memiliki akhlaqul karimah atau insan kamil,
sebagaimana yang ditempuh oleh kaum sufi (kaum yang senantiasa mengupayakan kesucian
jiwa untuk secara ruhani mendekat kepada Allah). Jalan itu disebut maqamat atau tingkatan
dalam tangga. Secara kronologis, tingkatan tangga menurut Mohammad Iqbal meliputi: (l)
keberanian dan menghindari rasa takut, (2) toleransi dan menghindari sukuisme berlebihan, (3)
kasbi halal dan tidak meminta-minta, (4) kerja kreatif dan orisinal dan (5) cinta dan menjauhi
sikap memperbudak.
Artinya :
“ dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam “.
( QS. Al Anbiya’ : l07 ).
Semua makhluk dan lingkungan hidup diperlakukan ramah (Iqbal,l982:xiv):
Amatlah salah mengatakan kata “buruk !”
Kafir dan mukmin sama-sama ciptaan Allah
Kemanusiaan berarti menghormati manusia
Tumbuhkan dalam dirimu kejayaan insani !
Hamba yang bercinta mencari taufiq dari Tuhan
Dia ramah kepada kafir dan yang beriman
Bersamaan dengan itu, Islam sebenarnya melarang sukuisme berlebihan. Satu dengan yang
lain, kelompok yang satu dengan kelompok lainnya justru supaya saling mengenal, bekerja
sama, dan saling menghormati.
Artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal “. ( QS. Al Hujarat : l3 ).
Syair berikut menyebutkan (Iqbal, l976:45):
Menyombongkan nenek moyang adalah suatu kejahatan
Leluhur hanya mengenai tubuh, tubuh itu fana
Millat kita berlainan dasarnya
Rahasianya terpendam dalam hati sanubari kita
Jika seseorang tidak memiliki rasa cinta sebagaimana disebutkan dalam syair di atas
sebenarnya ia adalah ateis (Syafii Maarif,l983:9), tetapi bila menghiasi diri dengan cinta
laksana Nabi Muhammad saw. “Ia tidur di atas ilalang, tetapi di bawah telapak kaki umatnya
terhampar mahkota kaesar (Iqbal,l976:47).
Jika kita bisa mengaktualisasi konsep menuju manusia sempurna menurut sang sufi, filosof,
seniman, politus sejati, dan muslim yang taat, Mohammad Iqbal dari Pakistan ini, tentu akan
menjadi orang mulia karena ber-akhlaqul karimah.
Latihan
Apa yang dimaksud moral, susila, etika, dan akhlak ?
Apa perbedaan dan persamaan diantara moral, susila, etika dan akhlak ?
Jelaskan bagaimana setiap pemeluk agama apapun di Indonesia ber-akhaqul karimah dan tidak
saling bertikai antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lain, antara
mazhab yang satu dengan mazhab yang lain dalam satu agama ?
Jelaskan ruang lingkup akhlak menurut ajaran Islam sebagaimana tertuang dalam Alquran dan
Assunnah !
Sudah berapa point perintah-perintah Allah sebagaimana tertulis dalam kitab suci yang sudah
saudara ketahui ? Dari yang sudah saudara ketahui, sudah berapa point yang sudah dapat
saudara lakukan secara istikomah ? dan berapa point yang saudara lakukan tetapi belum
istikomah ?
Sudah berapa point larangan Allah sebagaimana termaktub dalam Alquran yang sudah saudara
ketahui ? Berapa point larangan tersebut yang sudah saudara tinggalkan dan yang masih
saudara lakukan ?
Apakah saudara sudah mengetahui semua larangan dan perintah Allah sebagaimana termaktub
dalam Alquran dan Assunnah ? Kalau belum apa rencana saudara ? kalau sudah bagaimana
saudara mengapresiasinya ?
Jelaskan akhlak umum bangsa Indonesia sebagai dijelaskan dalam teks ini ? Bagaimana
menurut saudara berkenaan dengan akhlak umum bangsa Indonesia ini ?
Bersediakah saudara berlomba dalam kebaikan ? Kalau tidak mengapa ? Kalau ya mengapa ?
Dan kalau ya bagaimana persiapan saudara ?
Jelaskan secara rinci konsep Mohammad Iqbal untuk mencapai predikat insan kamil ! maukah
sudara mencoba ?
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo, 2005
Djatnika, Rahmat, Sistem Ethika Islam, Surabaya: Pustaka Islam, l987.
Ibnu Maskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathir al-Auraq, Mesir: al-Husainiyyah,
l329 H.
Iqbal, Mohammad, Asrar-i Khudi (trans.) R.A. Nicholson: The Secrets of the Self , London:
Mohammad Ashraf, l950.
---------------Asrar-i Khudi (tans.) Bahrum Rangkuti: Rahasia-Rahasia Pribadi: Jakarta: Bulan
Bintang, l976.
Ismail, M.Syuhudi, Cara Praktis Mencari Hadis, Jakarta:Bulan Bintang, l99l.
Kraar, Louis, “The Powers of Asia”, dalam Readers Digest (edition of Asia),Vol.
52 no.309, Desember l988.
Lidinillah, Mustofa Anshari (edit.), Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Filsafat UGM, 2006.
M.Maarif, Ahmad, dan Diponegoro, Muhammad, Percik-percik Pemikiran Mohammad Iqbal,
Yogyakarta: Shalahuddin Pres, l983.
M.Mangun Suwito, Kamus Bahasa Jawa: Indonesia- Jawa, Bandung:Yrama Widya, 2002.
“Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa “, Kamus Besar
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, l990.
Newer Post Older Post Home
"Allah! None has the right to be worshipped but He, the Ever Living, the One Who sustains
and protecs all the exists. It is Who has sent down the Book (Al Quran) to you with the truth,
confirming what came before it, and He sent down the Taurat (Torah) & the Injil (Gospel)."
(Surah Ali Imran: 2-3)
"And We have sent down to you the Book (Al Quran) as an exposition of everything, have
submitted themselves (to Allah as Muslims)." (Surah an-Nahl: 89)