BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan tidak ada rasa nyeri. Secara umum merupakan suatu tindakan
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Komponen trias anestesi ideal
disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali atau reversible.
1. Anamnesis
Anamnesis baik autoanamnesis maupun hetero anamnesis, yakni
sebelumnya
2. Pemeriksaan fisik
frekuensi nafas, tekanan darah, nadi, suhu tubuh, berat dan tinggi badan
Pemeriksaan rutin secara sistemik tentang keadaan umum tentu tidak boleh
Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan
tonsil. Apakah jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit?
atas? Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung,
terlihatnya dasar uvula, arkus di depan dan belakang tonsil, dan palatum
mole. Skoring dilakukan saat pasien duduk dan pandangan ke depan. Skor
Mallampati yang tinggi (III atau IV) berhubungan dengan intubasi yang
lebih sulit sebanding juga dengan insiden yang lebih tinggi untuk terjadi
apneu.
Skoring Mallampati:
leher bebas, buka mulut >3jari. Pada pasien tidak didapatkan kelainan yang
3. Pemeriksaan penunjang
Meliputi pemeriksaan rutin yakni pemeriksaan darah dan urin.
Selain itu pada pasien yang akan operasi besar dan pasien yang menderita
hemostasis.
4. Prognosis anestesi
sebagai berikut :
alcohol
ASA II Pasien dengan penyakit Perokok aktif, peminum
sistemik ringan sampai alkohol sosial,
sedang kehamilan, obesitas (30
<BMI <40), DM / HTN
yang terkontrol dengan
baik, penyakit paru-paru
ringan
tubuh)
5. Masukan oral
Puasa sebelum operasi bertujuan untuk meminimalkan regurgitasi ke
jalan nafas selama operasi akibat pengaruh anestesi. Pada pasien dewasa
umumnya puasa 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam dan pada bayi 3-4 jam. Makanan
tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anestesi. Minum air putih
dan teh manis diperbolehkan 3 jam sebelum anastesi dan untuk keperluan
minum obat air putih dalam jumlah terbatas boleh 2 jam sebelum induksi
anestesi.
2.1.4 Premedikasi
premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesia diberi dengan tujuan
antagonis
6. Mengurangi rasa sakit
sangat darurat dengan waktu tindakan pembedahan yang tidak pasti obat-
obat dapat diberikan secara intravena. Obat akan sangat efektif sebelum
menyebabkan sedikit hipotensi kecuali atropine dan hiosin. Hal ini dapat
Analgesik non
opioid
0,5-1mg/Kg iv 1mnt 7jam
- Ketorolac
Antiemetik Mencegah
- Ondansetron 0,05-0,1mg/Kg iv 15mnt 4-8jam
mual
muntah
Muscle relaxan Merelaksasi
- Atracurium 0,5-0,6 mg/Kg iv 3mnt 20mnt
otot
Drying agent Mengurangi
- Atropin 0,4-0,6 mg im 2mnt 90mnt
produksi
mukus
Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar,
dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuscular atau rectal. Setelah pasien tidur
Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia pasien.
T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon (cuffed)
A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-
faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak
T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang
1) Induksi Intravena
pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan selalu diberikan oksigen.
total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0.2
mengurangi salvias diberikan sulfas atropin 0,01 mg/kg. Dosis bolus 1-2
mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg. ketamin dikemas dalam cairan
100 mg).
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
Diberikan dosis tinggi. Tidak menggaggu kardiovaskular,
2) Induksi Intramuskuler
intramuskulardengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
i. Induksi Inhalasi
N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen monoksida).
Berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar dan
darah.
Enfluran (etran, aliran)
Efek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih
aliran darah otak dan tekanan intracranial dapat dikurangi dengan teknik
otak. Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga
digemari untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien
napasnya seperti isofluran dan etran. Merangsang jalan napas atas sehingga
midazolam.
4) Induksi mencuri
Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa
hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita
berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup muka
kita tempelkan.
inhalasi atau dengan campuran intravena inhalasi. Rumatan anestesi mengacu pada
trias anestesi yaitu tidur rinan (hypnosis) sekedar tidak sadar, analgesia cukup,
diusahakan agar pasien selama dibedah tidak menimbulkan nyeri dan relaksasi otot
lurik yang cukup. Rumatan intravena biasanya menggunakan opioid dosis tinggi,
fentanil 10-50 µg/kgBB. Dosis tinggi opioid menyebabkan pasien tidur dengan
intravena dapat juga menggunakan opioid dosis biasa, tetapi pasien ditidurkan
dengan infuse propofol 4-12 mg/kgBB/jam. Bedah lama dengan anestesi total
perbandingan 3:1 ditambah halotan 0,5-2 vol% atau enfluran 2-4% atau isofluran
2-4 vol% atau sevofluran 2-4% bergantung apakah pasien bernapas spontan,
peralatan elektronik
Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama,
bergantung pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi
lidah jatuh)
2. hipoventilasi
3. apneu
4. batuk
5. takipneu
6. retensi CO2
7. pneumothoraks
Gastrointestinal
26
1. nausea
2. vomiting
3. hiccups
4. distensi gastric
Liver
1. hepatitis post anestesi
Urologi
1. sulit kencing
2. Produksi urin menurun
Neurologi
1. koma
2. konvulsi
3. trauma saraf perifer
Oftalmologi
1. abrasi kornea
2. kebutaan
lain-lain
1. menggigil
2. sadar dalam anestesi
3. malignant hiperpireksia
4. komplikasi intubasi
5. komplikasi obat-obatan anestesi
6. komplikasi transfusi darah
7. komplikasi teknik
Ileus obstruksi yang disebabkan karena adanya sumbatan dapat terjadi pada usus
halus maupun usus besar dan terdiri dari 2 tipe yaitu obstruksi yang terjadi secara
mekanik maupun non mekanik. Obstruksi mekanik terjadi karena usus terblok
secara fisik sehingga isi dari usus tersebut tidak bisa melewati tempat obstruksi.
Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya seperti volvulus (usus
terpuntir) yang dapat terjadi karena hernia, pertumbuhan jaringan abnormal, dan
disebabkan oleh sumbatan mekanik sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa
27
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen
usus tersebut,
2.2.2 Epidemiologi
darurat, dan mortalitas dan morbiditas sangat bergantung pada pengenalan awal
dan diagnosis yang tepat. Apabila tidak diatasi maka obstruksi usus halus dapat
kolon sering terjadi pada usia lanjut karena tingginya insiden neoplasma dan
penyakit lainnya pada populasi ini. Pada neonatus, obstruksi kolon bisa disebabkan
karena adanya kelainan anatomi seperti anus imperforata yang secara sekunder
2.2.3 Etiologi
a. Perlekatan usus atau adhesi, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat
menjepit usus.
b. Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit
Crohn.
c. Hernia inkarserata, usus terjepit di dalam pintu hernia
d. Neoplasma.
e. Intususepsi.
f. Volvulus.
g. Benda asing, kumpulan cacing askaris
h. Batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik.
i. Penyakit radang usus, striktur, fibrokistik dan hematoma
28
adalah :
a) Karsinoma.
b) Volvulus.
c) Kelainan divertikular (Divertikulum Meckel), Penyakit
Hirschsprung
d) Inflamasi.
e) Tumor jinak.
f) Impaksi fekal
2.2.4 Anatomi
1. Duodenum
biliaris dari hepar maupun dari pancreas. Selain itu duodenum juga
merupakan batas akhir dari saluran cerna atas. Dimana saluran cerna
abdomen dan disebut dengan radix mesenterii. Pada bagian akhir dari
3. Colon
Usus besar besar lebih panjang dan lebih besar diameternya dari
pada usus halus. Panjang usus besar mencapai 1,5 m dengan diameter
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum
sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus
atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum,
adanya gas/udara dan air yang berasal dari lambung, usus halus, pankreas, dan
sekresi biliary. Cairan yang terperangkap di dalam usus halus ditarik oleh sirkulasi
darah dan sebagian ke interstisial, dan banyak yang dimuntahkan keluar sehingga
darah vena, dan segmen usus yang terpengaruh akan menjadi edema, anoksia dan
iskemia pada jaringan yang terlokalisir, nekrosis, perforasi yang akan mengarah ke
peritonitis, dan kematian. Septikemia mungkin dapat terjadi pada pasien sebagai
akibat dari perkembangbiakan kuman anaerob dan aerob di dalam lumen. Usus
yang terletak di bawah obstruksi mungkin akan mengalami kolaps dan kosong .
32
usus halus), semakin sedikit distensi dan semakin cepat munculnya muntah. Dan
sebaliknya, pada pasien dengan obstruksi letak rendah (obstruksi usus besar),
distensi setinggi pusat abdomen mungkin dapat dijumpai, dan muntah pada
umumnya muncul terakhir sebab diperlukan banyak waktu untuk mengisi semua
lumen usus. Kolik abdomen mungkin merupakan tanda khas dari obstruksi distal.
Hipotensi dan takikardi merupakan tanda dari kekurangan cairan. Dan lemah serta
leukositosis merupakan tanda adanya strangulasi. Pada permulaan, bunyi usus pada
obstruksi yang terjadi. Jika abdomen menjadi diam, mungkin menandakan suatu
perforasi atau peritonitis dan ini merupakan tanda akhir suatu obstruksi.
2.2.6 Klasifikasi
a. Akut
b. Kronik
c. Kronik dengan serangan akut
33
2. Letak sumbatan
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum
terminal)
sampai anus)
3. Sifat sumbatan
4. Etiologi
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual,
muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah
umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal
maka gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila
obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar
umbilikus atau bagian epigastrium. Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana
yang tidak melibatkan pembuluh darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada
awalnya ringan, tetapi semakin lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau
derajat kesakitannya. Sakit mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien
dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala
klinis yang lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala
berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah
adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal. Bagaimanapun,
jika obstruksi berada di distal usus halus, muntah mungkin akan tertunda. Pada
awalnya muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang mana segera diikuti
oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua isi usus halus yang
sudah basi. Muntah jarang terjadi. Pada obstruksi bagian proksimal usus halus
Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik
turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus
(jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konstan/menetap. Pada
(gambaran usus), dan darm steifung (gambaran gerakan usus), pada auskultasi
menjadi bunyi metalik (klinken) / metallic sound. Pada tahap lanjut dimana
obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan melemah dan hilang. Pada palpasi tidak
terdapat nyeri tekan, defans muscular (-), kecuali jika ada peritonitis.
Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan
elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan
hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat
kecuali jika pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah (intravena).
35
distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk obstruksi letak rendah
(Sjamsuhidajat, 2003).
Tidak ada tanda pasti yang membedakan suatu obstruksi dengan strangulasi
a. Obstruksi sederhana
dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi, maupun oleh muntah. Gejala
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada
Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
nekrosis usus.
akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila
katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon
terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan
distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang
2.2.8 Diagnosis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya
berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala
yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai
gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik,
gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada
lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan
untuk mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang
air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada
perut bagian bawah. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada
terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya distensi
terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah
membesar.
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid
letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan
loop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi hernia (Khan,
2012).
Diagnosis Banding :
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus,
dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
38
terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,
akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut,
apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus
membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang
pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis
appearance. Posisi setengah duduk atau LLD: tampak step ladder appearance atau
cascade. Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid
level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.
Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus
herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal
kolon) dan kolaps usus di distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus
appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
kosta. Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi
transudasi berada dalam usus halus yang terdistensi dan air fluid level
b) CT–Scan
CT Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam
pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi
dari obstruksi.
c) USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari
obstruksi.
d) MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan kontras
yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan
obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-
hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami
dalam rongga peritoneum. Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada
sekum yang berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga
perut dengan akibat peritonitis umum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami
perforasi bakteri dapat melintasi usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam
sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan mengakibatkan shock septic.
2.2.10 Penatalaksanaan
rumah sakit .
peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami
intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan
memonitor tanda – tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
a. Persiapan Operasi
b. Operasi
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkarserata
4. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
cairan dan elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus
2.2.11 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan
sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai
angka kematian sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam
jam. Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %.
44
dihindarkan.