Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. .Latar Belakang Masalah


Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.
Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen)
yang terkandung di dalam sel darah merah. Ada dua jenis penggolongan darah yang
paling penting, yaitu penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Selain system ABO
dan Rh, masih ada lagi macam penggolongan darah lain yang ditentukan berdasarkan
antigen yang terkandung dalam sel darah merah. Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar
46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.Dan pada
makalah ini kami akan membahas penggolongan darah ABO, MN, dan Rh.
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi
transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Hemolisis adalah penguraian sel darah merah dimana hemoglobin akan terpisah dari
eritrosit. Pemilik rhesus negatif tidak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif. Jika
dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi perang. Sistem
pertahanan tubuh resipien (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu
sebagai benda asing yang perlu dilawan. Di dunia, pemilik darah rhesus negatif termasuk
minoritas (Alimin,2012)

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian golongan darah
2. Bagaimana system penggolongan darah berdasarkan rhesus?
3. Apa itu ketidakcocokan Rhesus?
4. Apa itu diskrepansi Golongan Darah ABO?
5. Apa saja jenis-jenis diskrepansi Golongan darah ABO?

C. Tujuan
1. pengertian golongan darah
2. system penggolongan darah berdasarkan rhesus

1
3. Ketidakcocokan Rhesus?
4. Diskrepansi Golongan Darah ABO
5. Jenis-jenis diskrepansi Golongan darah ABO

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Golongan Darah
Penggolongan darah melibatkan dua tipe molekul yaitu antigen dan antibodi.
Sistem penggolongan darah yang sering dipakai adalah sistem penggolongan darah ABO.
Dalam sistem ABO ada atau tidak adanya antigen tipe A dan tipe B pada sel darah merah
menetukan golongan darah orang tersebut. Misalnya jika seseorang memiliki golongan
darah A maka pada sel darah merahnya terdapat antigen A.
Pada sistem ABO terdapat empat tipe golongan darah: A, B, AB dan O. Di dalam
plasma terdapat antibodi terhadap antigen yang tidak terdapat pada sel darah merah orang
tersebut. Antibodi ini disebut anti-A dan anti-B.

Pada golongan darah A harus mempunyai anti-B pada plasmanya dan bukan anti-
A karena jika terdapat anti-A pada plasmanya maka akan terjadi penggumpalan sel darah
merah. Jika terjadi penggumpalan maka sirkulasi darah pada pembuluh darah akan
berhenti, ini akan mengakibatkan kerusakan organ. Dan hal tersebut akan diikuti oleh
hemolisis (hancurnya sel darah merah) dimana jika dibiarkan akan menyebabkan
kematian.
Maka ketika penerima donor menerima darah, plasma pada penerima donor tidak
boleh memiliki antibodi yang menyebabkan penggumpalan darah. Oleh karena itu sangat
penting untuk mengetahui golongan darah seseorang. Pada saat ini kegiatan donor darah
merupakan hal yang harus diperhatikan, bukan hanya karena golongan darah harus cocok

3
tetapi juga karena setiap orang ingin menerima darah yang berkualitas baik dan bebas
penyakit.

Salah satu antigen yang penting dalam pencocokan golongan darah adalah Rh.
Untuk meguji seseorang memiliki Rh–atau Rh+, darah dicampur dengan antibodi anti-Rh
ketika darah Rh+dicampur dengan antibody anti-Rh maka akan terjadi penggumpalan
(Mader Sylvia S, hal.117).

Jika seorang laki-laki dengan Rh+ menikahi seorang perempuan dengan Rh-maka
anaknya kemungkinan akan meninggal pada saat lahir atau anemia serius atau penyakit
kuning atau kejang-kejang karena pendarahan di otak. Hal ini bisa diatasi dengan cara
mengganti darah secara keseluruhan dengan tipe darah yang aman segera setelah
dilahirkan (Vay David Le, hal.355).

B. Penggolongan Darah Berdasarkan Sistem Rhesus


Landsteiner dan Weiner tahun 1940 menemukan antigen sistem Rhesus pada sel
darah merah. Mula-mula mereka menyuntikkan sel darah monyet Rhesus pada kelinci,
ternyata serum kelinci yang telah disuntik atau diimunisasi tersebut, mengandung zat anti
atau antibody yang mengagglutinasikan (menggumpalkan) sel darah merah, seperti pada
±85% orang-orang Eropa, dan golongan darah mereka kemudian disebut golongan
Rhesus Positif (Rh Positif). Pada ±15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan
(tidak digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif). Dalam sistem Rhesus
tidak ada anti Rh yang timbul secara alami. Bila dalam tubuh seseorang ada zat anti, anti
RH, pasti hal itu karena immunisasi.
Proses immunisasi memerlukan waktu, mungkin beberapa minggu setelah
penyuntikan antigen, sebelum zat antinya terbentuk dalam darah. Dalam sistem Rhesus
telah ditemukan beberapa macam antigen dan antigen yang utama, yaitu antigen D.
Antigen ini merupakan antigen yang kuat yang dapat menyebabkan komplikasi, berupa
reaksi transfusi hemolitik, yaitu reaksi hancurnya sel-sel darah merah. Pada bayi
menyebabkan penyakit Hemolytic disease of the newborn, yaitu bayi lahir kuning atau
bahkan bengkak di seluruh tubuh atau mungkin lahir meninggal.Cara seseorang
mendapatkan immunisasi antigen golongan darah adalah:

4
1. Transfusi darah. Seseorang yang mempunyai golongan Rhesus negatif ditransfusi
dengan golongan Rhesus positif, pada orang itu dapat berbentuk zat anti atau
antibody, yaitu anti-D.
2. Kehamilan. Wanita yang mempunyai golongan Rhesus negatif, menikah dengan laki-
laki yang mempunyai golongan Rhesus positif, kemudian hamil bayi golongan
Rhesus positif, pada wanita tersebut dapat berbentuk zat anti atau antibody, yaitu anti-
D.Perlu diketahui bahwa adanya zat anti atau antibody dalam serum seseorang, tidak
dengan sendirinya mempengaruhi kesehatan seseorang, tetapi keadaan ini dapat
menjadi buruk pada keadaan:
a. Transfusi darah. Bahaya timbulnya reaksi transfusi hemolitik.
b. Kehamilan. Bahaya timbulnya Hemolytic disease of the newborn pada bayi.

C. Ketidakcocokan Rhesus

Ketidakcocokan atau inkompatibilitas Rh ini bisa berakibat kematian pada janin


dan keguguran berulang. Inilah alasan mengapa pemeriksaan faktor Rh ibu dan ayah
perlu dilakukan sedini mungkin agar inkompatibilitas yang mungkin muncul bisa
ditangani segera. Perbedaan Rh antara ibu dengan bayi membuat tubuh ibu memproduksi
antirhesus untuk melindungi tubuh ibu sekaligus menyerang calon bayi. Rh darah janin
akan masuk melalui plasenta menuju aliran darah ibu. Melalui plasenta itu juga,
antirhesus yang diproduksi ibu akan menyerang si calon bayi. Antirhesus lalu akan
menghancurkan sel-sel darah merah calon bayi. Kerusakan sel darah merah bisa memicu
kerusakan otak, bayi kuning, gagal jantung, dan anemia dalam kandungan maupun
setelah lahir. Kasus kehamilan dengan kelainan Rh ini lebih banyak ditemui pada orang-
orang asing atau mereka yang memiliki garis keturunan asing, seperti Eropa dan Arab.
Sementara di Indonesia sendiri, walaupun tidak banyak, kasus seperti ini kadang tetap
ditemui (Alimin,2012).

D. Diskrepansi Golongan Darah ABO

Diskrepansi ABO terjadi apabila ada ketidakcocokkan antara hasil cell grouping
dengan serum grouping. Diskrepansi ini dapat terjadi karena masalah teknis dan dapat

5
diselesaikan dengan cara melakukan pemeriksaan reagen, membaca hasil dengan teliti
serta melaporkan hasil dengan benar (Saiemaldahr, 2010).

Ada beberapa kasus diskrepansi ABO yang dapat terjadi karena masalah teknis dan
dapat menyebabkan reaksi negatif atau positif palsu. Reaksi positif palsu disebabkan oleh

 Centrifuge tidak dikalibrasi


 Reagen terkontaminasi
 Tabung yang kotor
Reaksi negative palsu dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti :

 Kegagalan menambahkan serum atau reagen


 Penggunaan reagen atau sampel yang salah
 Suspensi sel dengan konsentrasi terlalu tinggi atau rendah
(Saiemaldahr, 2010)

E. Jenis-jenis Diskrepansi Golongan Darah ABO

Berdasarkan penyebabnya, maka diskrepansi dapat dibagi menjadi empat


golongan, yaitu:
Diskrepansi kelompok I merupakan ketidaksesuaian yang terjadi pada
penggolongan serum, karena antibodi yang lemah atau hilang. Kondisi ini dapat
ditemukan di bayi baru lahir, orang tua, penderita: leukemia, mereka yang menggunakan
obat penekan kekebalan, pengidap congenital agammaglobulinemia dan yang
pascacangkok sumsum tulang.
Diskrepansi kelompok II merupakan ketidaksesuaian yang terjadi pada
penggolongan serum, diketahui karena antigennya yang lemah atau hilang. Hal tersebut
terjadi di pengidap Hodgkin’s disease, penyakit yang menetap seperti: leukemia, atau Ca
pancreas.
Diskrepansi kelompok III merupakan ketidaksesuaian yang terjadi pada
penggolongan sel dan serum karena abnormalitas protein atau plasma, sehingga terbentuk
reaksi antigen yang tidak diharapkan. Reaksi ini dapat mengakibatkan terbentuk
rouleaux. Diskrepansi ini terjadi di myeloma multipel, yaitu peningkatan jumlah

6
fibrinogen, plasma ekspanders (dextran). Penyakit lain yang juga dapat menyebabkan
diskrepansi ini ialah Waldenstrom makroglobulinemia, diskrasia plasma dan lain-lain.

Diskrepansi kelompok IV merupakan ketidaksesuaian yang terjadi pada


penggolongan seldan serum, karena ada masalah di antibodi, hal tersebut biasa terjadi di
autoantibodi reaksi dingin. Yaitu eritrosit diselubungi oleh antibodi, sehingga akan
teraglutinasi secara langsung, atau terjadi isoaglutinasi yang tidak diharapkan dan lain-
lain.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengelompokan golongan darah system ABO didasarkan atas ada tidaknya
aglutinogen (antigen) A dan aglutinogen B dan antibodi anti-A dan anti-B dalam
darah.
2. Pengelompokan golongan darah system Rhesus ini didasarkan atas adanya antigen D
dalam sel darah. Orang-orang dengan eryhtrosit yang mengandung antigen D disebut
Rh positif atau Rh (+) sedangkan mereka yang tidak mempunyai antigen D disebut
Rh negative.

8
DAFTAR PUSTAKA

Garratty G, Dzik W, Issitt PD, Lublin DM, Reid ME, Zelinski T. Terminology for blood
group antigens and genes-historical origins and guidelines in the new millennium.
Transfusion 2000; 40 :477-89

Yuniar, Hilma. Rachmawati Muhiddin, Mansyur Arif. 2014. Discrepancy of Blood


Group ABO in Auto Immune Haemolytic. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory, Vol. 20, No. 3 Juli 2014: 249–252

Arora, Komal. American Journal of Clinical Pathology , Volume 138, Masalah suppl_2,
1 November 2012, Halaman A315, https://doi.org/10.1093/ajcp/138.suppl2.22

Anda mungkin juga menyukai