Anda di halaman 1dari 13

Analisis kajian seni budaya bagi pembelajara siswa sekolah dasar

Dosen pengampu : Probosiswi, M.Sn

Oleh : Febriyani Dyah Wulansari

NIM : 1500005030

Semester/Kelas : VI/A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
Kajian jurnal seni budaya bagi pembelajaran SD

A. Peneliti
Nama : Wan Ridwan Husen
Institusi : Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

B. Nama Jurnal
Pengembangan Apresiasi Seni Rupa Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Kritik
Seni Pedagogik

C. Tempat dan waktu penelitian


Tempat : sekolah dasar
Waktu : -

D. Tujuan penelitian
Untuk meningkatkan apresiasi siswa dalam mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya.

E. Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kritik seni pedagogic dengan metode
kualitatif deskriptif

F. Pendahuluan
Sekolah dasar memiliki banyak program kegiatan belajar. Salah satunya kegiatan seni
budaya yang khusus pada seni rupa. Siswa sekolah dasar senang tentang pelajaran
seni rupa, misalnya dengan tanya jawab, menggambar, finger printing dan lain
sebagainya. Kegiatan yang telah dilakukan siswa dengan berbagai model corak
masing – masing siswa memiliki ciri khas.
Siswa memiliki rasa bangga jika karyanya di apresiasi yaitu dengan di
tampilkan dalam kelas, di luar kelas, atau ruangan khusus untuk memperlihatkan
karya siswa tersebut. Untuk menumbuhkan siswa memiliki jiwa seni, orang tua dapat
mengajak anak ke pameran, museum, memperlihatkan gambar lewat sosial media,
dan lain sebagainya. Tentunya jika mengunjungi suatu tempat orang tua memberi
penjelasan ringan tentang seni rupa agar anak mudah mengerti maksudnya.
Dengan berkunjung di tempat – tempat tersebut siswa dapat membedakan hal
yang telah diamati sehingga dapat mengkritik secara sederhana. Peneliti membuat
tulisan sederhana agar dapat di aplikasikan disekolah dasar untuk meningkatkan guru
dalam mengapresiasi karya siswa.
Penulis berupaya mencari essensi dari makna apresiasi seni rupa untuk siswa
sekolah dasar melalui kritik seni pedagogic. Penulis menggunakan metode kualitatif
deskriptif.
Ketika di sekolah siswa bertemu dengan teman – teman dihabiskan untuk
belajar dan bermain. Tentunya menjadi rumah kedua dimana harus didesin senyaman
mungkin agar siswa menjadi betah. Dengan kritik seni pedagogik siswa dapat belajar
menghargai orang lain dan diri sendiri melalui materi seni rupa.
Pada jurnal ini, penulis tidak memberikan nama sekolah dasar yang menjadi
tempat untuk penelitian. Selain itu, penulis tidak menjelaskan secara detail kegiatan
yang terjadi pada penelitian yang dilakukan.

G. Hasil dan Pembahasan


1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar
Menurut Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
(Sisdiknas, 2011 p. 3). Dengan pendidikan siswa dapat memiliki ilmu, memiliki
wawasan yang luas, serta mempunyai banyak impian yang ingin di wujudkan.
Siswa disekolah jika guru ketika pembelajaran hanya ceramah maka siswa
tidak dapat menunjukan potensi dan bakat. Penulis ingin mengungkapkan bahwa
pembelajaran tidak hanya akademik saja, melainkan dengan kegiatan praktek.
Disekolah dasar diajarkan tentang kesenian pada seni rupa, namun untuk lebih
ringannya yaitu dengan menggambar. Seni rupa adalah cabang seni yang
membentuk karya seni dengan mdia yang bisa ditangkap panca indera dan
dirasakan dengan rabaan (Aminuddin, 2009 p. 5). Oleh karena itu siswa membuat
karya seni agar dapat dilihat orang lain dengan nilai seni yang baik.
Karya yang telah dibuat oleh siswa kemudian dievaluasi yaitu dengan kegiatan
kritik. Kegiatan tersebut diharapkan agar guru memberikan stimulus kepada siswa
dan siswa dapat mengapresiasi karya yang telah di buat. Kritik seni pedagogik
perlu dilakukan disekolah dasar agar siswa dapat menghargai karya siswa yang lai
dengan arahan dan bimbingan dari guru. Selain itu, dengan kegiatan tersebut
siswa dapat menuangkan atau mengekspresikan apa yang ada didalam pikiran
menjadi sebuah karya. Karena setiap siswa memiliki latarbelakang masing –
masing serta guru dapat mengetahui bakat atau potensi siswa.
Pendekatan seni kritik senada dengan pendapat Aristoteles yaitu meyatakan
bahwa aresiasi seni tertinggi adalah apresiasi-kritis (Iswantara, 2016 p. 45).
Dengan demikian jika mengikuti proses apresiasi seni maka mengarah pada
kegiatan pemikiran. Pada awalnya hanya dengan melihat atau merasakan dengan
panca indera kemudian seseorang mengalami keterlibatan psikis pada karya itu.
Kemudian apresiator (orang yang mengapresiasi) dapat berimajinasi, mempunyai
pendalaman, dan perluasan.
Tujuan dari kritik seni adalah memahami karya seni, dan ingin menemukan
suatu cara untuk mengetahui apa yang melatar belakangi suatu karya seni yang
dihasilkan, serta memahami apa yang ingin disampaikan oleh yang membuat,
sehingga hasil kritik seni benar – benar maksimal, dan secara nyata dapat
menyatakan baik dan buruknya sebuah karya.
Fungsi kritik seni adalah sebagai jembatan atau mediator antara pencipta dan
penikmat karya seni, serta antara kerya seni itu sendiri dengan penikmatnya
(Bahari, 2008 p. 3). Oleh karena itu, siswa SD diharapkan dapat mengkritik suatu
karya agar dapat menikmati serta memahami karya yang dikritik.
Penulis mengatakan bahwa dari bukunya (Jazuli, 2008:18) tujuan Pendidikan
seni adalah mengembangkan pengalaman estetik siswa agar memiliki kepekaan
dan peduli terhadap sesuatu yang indah, mudah dan cermat menerima
rangsangan dari luar , mudah tersentuh nuraninya sehingga menjadi manusia
yang sensitive.
Bagi siswa sekolah dasar yang memiliki keberanian dalam berkarya semakin
sering ia membuat karyanya dengan melalui berbagai proses yang Panjang. Maka,
jiwa untuk berapresiasi akan terlatih dan tumbuh sehingga memiliki nilai estetika
yang lebih.
Diharapkan dengan kegiatan praktek seni rupa siswa dapat merealisasikan apa
yang ada dipikiran untuk dituangkan pada media yang tersedia. Dimana kegiatan
tersebut melatih nilai estetika, kerja otak, mengembangkan imajinasinya, serta
kecerdasan intelektualitas.
Pada sekolah dasar pelajaran seni budaya banyak sekali macamnya contoh :
seni tari, sen musik, seni rupa, seni drama, dan seni sastra. Bagi siswa SD diberikan
pelajaran seni khususnya seni rupa namun, sebelumnya diebrikannya materi
secara sederhana terlebih dahulu agar siswa mudah untuk membuatnya. Guru
memberikan bimbingan, arahan, serta pelatihan untuk siswa untuk berkreasi
sesuai keinginan setiap siswa. Mislanya dengan menggambar pemandangan,
tokoh idola, atau kegiatan sehari-hari siswa.
Ilmu mengambar adalah ilmu yang mempelajari ketajaman mata keterampilan
tangan (Daksopartono, 2009 p. 9). Siswa SD dapat mewujudkan atau
menggambarkan kembali dengan keterampilan tangan apa yang telah dilihat
dengan ketajaman mata, maka diperluan bantuan banyak macam alat seperti :
pensil, krayon, cat air, tinta, pensil warna, dan lain – lain. Jadi, sepert mata, tanga
dan alat – alat menggambar tersebut bekerja sama sebagai usaha lengkap yang
mencatat untuk menuangkan sebagai karya dengan teliti.
Dalam menuangkan karyanya ketika sebelum berkreasi siswa dapat melihat
berbagai sumber untuk menjadi refrensi atau contoh gambaran yang akan dibuat.
Sumber tersebut dapat berupa lewat internet, buku, majalah, televisi, atau arahan
dari guru yang mendampingi.
Menggambar dengan tema bebas guru dapat mengetahui apa yang ada
dipikiran siswa. Kegiatan menggambar merupakan ranah psikomotor yaitu dapat
melatih siswa dalam mengkreasikan karyanya pada gambaran.
Sebelum melakukan kegiatan menggambar sebaiknya di tentukan dahulu tema
yang akan dibuat, hal yang menarik, pengolahan warna, teknik pemilihan warna
yang disukai. Kemudian jika telah selesai mengambar, guru meminta siswa untuk
memajang hasil karyanya di suatu tempat yang telah disediakan dan
mempresentasikan hasil gambarannya kepada siswa yang lain.
Guru membimbing dan memberi penjelasan tentang presentasi agar orang lain
terinspirasi karya yang telah di buat. Dengan cara tersebut siswa dapat
menghargai karya diri sendiri dan siswa lai pun dapat mengapresiasikarya yang
ditampilkan.
Pendidikan seni rupa di sekolah dasar wajib diadakan yaitu sebagai proses
kreatifitas dan apresiasi berjalan berdampingan. Karena pada tahap apresiasi
sangat mempengaruhi kualitas pribadi siswa. Keberhasilan Pendidikan seni rupa
akan kembali kepada kemampuan guru yang memahami karakteristtik seni rupa
yang dikemas untuk siswa SD sesuai dengan kebutuhan anak didiknya.

H. Apresiasi
Dalam pembelajaran seni rupa pada akhirnya melakukan pameran atau secara
sederhananya yaitu menunjukan hasil karya siswa. Pelajaran yang paling banyak
mendapat apresiasi salah satunya pelajaran seni rupa. Karena tidak hanya teori
saja namun, dengan melakukan sebuah praktek.
Penulis mengungkapkan hasil dari apresiasi tidak hanya sebagai sarana
memahami dan menghargai karya seni saja. Akan tetapi juga mengajarkan siswa
untuk mengimplementasikan berbahai perbedaan yang di jumpai dikeseharian
siswa.
Apresiasi senni merupakan suatau proses sadar yang dilakukan seseorang
dalam menghadapi dan memahami karya seni (Bahari, 2008 p. 148).
Mengapresiasi adalah berusaha mengerti tentang seni dan menjadi peka
terhadap segi – segi didalamnya, sehingga secara sadar mampu menikmati dan
menilai karya dengan semestinya (Nusantara, 2007 p. 1). Oleh karena itu perlunya
apresiasi terhadap karya agar siswa mengetahui nilai – nilai seni dengan baik serta
dapat, menikmati yang dipamerkan.
Seorang pengamat seni yang sedang memahami karya seni sebaiknya terlebih
dahulu mengenal struktur bentuk karya seni, pengorganisasian elemen – elemen
seni rupa atau dara – dasar penyusun dari karya yang diamati. Memahami estetika
dalam seni ruapa merupakan salah satu wujudpelaksanaan apresiasi seni, dan
merupaka salah satu proses penyadaran yang dilakukan penikmat seni rupa dalam
menghadapi dan menghargai sebuah karya seni.
Dengan berapresiasi yaitu sama dengan mengharga. Untuk menghargai
melibatkan dua pihak, yaitu subjek sebagai pihak yang memberi penghargaan dan
objek yang bernilai sebagai pihak yang dihargai. Subjek akan memberikan
penghargaan dengan tepat apabila ia mampu mengamati dan menilai apa yang
bermakna dalam objek.
Sesungguhnya, semua pengertian yang menambah pengetahuan dan
pengalaman seseorang adalah sesuatu yang kita hargai. Oleh karena itu,
berapresiasi kepuasan intelektual, metal, dan spiritual seseoarang. Dengan
demikian kegiatan apresiasi sangan penting dalam Pendidikan seni rupa. Kegiatan
tersebut dapat berefek pada pengalaman siswa diantaranya yaitu menyerap,
menyaring, menyikap, menafsirkan, dan menanggapi gejala estetik baik seni
maupun alam.
Disini penulis banyak menjelasakan tentang apresiasiasi saja. Penulis tidak
memberikan contoh kepada siswa sekolah dasar secara sederhana tidak dengan
praktek secara nyata. Sebaiknya siswa diberikan praktek sederhana disekolah
dasar agar apa yang dilakukan siswa dapat diingat apa yang telah dilakukannya.
Tentunya pihak yang berperan dalam memberikan contoh tersebut senantiasa
mendukung siswa.
Hal tersebut menjadikan siswa menjadi percaya diri, mempunyai wawasan
luas, mengerti seni secara baik , dan lain sebagainya. Namun, ketika pelaksanaan
dilapangaan kegiatan apresiasi ini penulis mengatakan yang menjadi
tanggungjawab sepenuhnya tidak hanya guru terhadap siswa.
Melainkan lingkungan dan keluarga hendaknya mendukung kearah Pendidikan
yang lengkap untuk memberikan fasilitas yang baik. Dimana sekolah formal terus
mengevaluasi seluruh program sekolah agar menjadi baik dari pada sebelumnya
sebagai penguat berupa Pendidikan non formal maupun informal, maka proses
apresiasi akan menajdi lebih aktif.
Pada bukunya (Feldman,1981) apresiasi seni bukanlah sebuh proses pasif,
namun dengan proses aktif dan kreatif, agar secara efektif dapat menegrti nilai
suatu karya seni , dan mendpatkan nilai estetik.
Disini penulis mengatakan bahwa untuk meningkatan apresiasi seni dan
budaya di Indonesia sangat diperlukan berbagai pihak maka, diperlukannya
kerjasama dengan bidang – bidang sekolah yg mendukung dalam
mengembangkannya. Untuk mengevaluasi hendaknya melihatu dahulu pada
kurikulum, bahan ajar yang digunakan guru, profesionalisme guru, dan
pemahaman guru tentang penentu kebijakan.
Pengertian apresiasi banyak sekali ditulis pada jurnal ini dengan Bahasa yang
hampir sama dengan sebelumnya dan mempunyai maksud yang sama. Kegiatan
tersebut dapat membuat pembaca mengulangi terus menerus jurnal yang ada dan
menjadikan pembaca menajdi merasa bosan. Sebaiknya penulis membuat
pengertian apresiasi dengan Bahasa yang berbeda serta menajdkan pembaca
tertarik tentang pengertian apresiasi itu sendiri.
Pada sekolah dasar untuk belajar kritik seni belum bisa untuk siswa. Namun,
dapat digantikan dengan belajar membandingkan secara nyata, dengan contoh
mislanya siswa mengamati 2 gambar kemudian siswa ditanya oleh guru perbedaan
apa saja yang ada Digambar yang diberikan guru. Maka, siswa dengan arahan an
tuntunan guru pelan – pelan dapat mencari perbedaan yang ada pada gambar
tersebut.
Dengan kata lain secara sederhana yang dilakukan siswa dalam mengamati
lebih dari satu gambar adalah belajar mengkritik atau kritik seni. Pada dasarnya
kritik seni pedagogic diterapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar
dilembaga Pendidikan kesenian (Bangun, 2000 p. 9). Jadi kritik seni disini, terjadi
pada proses pembelajaran siswa pada lembaga kesenian.
Menurut penulis, selain membekali wawasan siswa akan cara – cara melakukan
apresiasi terhadap karya seni. Kritik pedagogik ini diterapkan dalam upaya
menerapkan pengetahuan – pengetahuan dan pembinaan siswa pada pendekatan
kritik seni.
Berikut menurut teori, kritik pedagogik dimaksudkan untuk meningkatkan
kematangan estetik dan artistik para pelajar (Bahari, 2008 p. 148). Oleh karena
itu, bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa yang nantinya diharapkan
menjadi guru seni rupa di tingkat sekolah dasar. Kritik seni pedagogic ini sangat
penting digunakan untuk memberikan dorongan dan bimbingan kepada siswa.
Kritik seni peda gogik dapat dilakukan secara verbal dengan cara
mendeskripsikan karya dari siswa. Kemudian menganalisis unsur – unsur yang ada
pada karya, menafsirkan dan mengevaluasi karya siswa dengan menjelaskan
bagian – bagian mana yang menjadi kelebihan atau yang menarik untuk dibahas
lebih lanjut.
Kriteria yang digunakan tidak boleh terlalu kaku atau keras, yang terpenting
dari kritik tersebut dapat mendorong siswa supaya lebih kreatif, dan dapat berpikir
secara visual atau sapatial. Contoh kritik seni pedagogik yang bisa dilakukan guru
sekolah dasar terhadap siswanya diantaranya melalui kegiatan berbincang –
bincang mengenai karya yang telah dibuat oleh siswa, disini guru berperan sebagai
fasilitator,selain sebagai membuat diskusi menjadi kondusif guru juga memberikan
pemahaman – pemahaman baru terutama bagaimana bersikap atau
mengapresiasi terhadap sebuah karya.
Kemudian guru bisa saja membahas bagaimana Gaya, Teknik, Tema
Komposisi, dari karya siswa maupun karya terkenal seniman besar. Karena kritik
seni pada dasarnya merupakan kegiatan menanggapi kerya seni. Perbedaaanya
hanyalah kepada fokus dari kritik seni yang lebih bertujuan untuk menunjukan
kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai ini
dipergunakan dalam beragam aspek, terutama sebagai bahan untuk menunjukan
kualitas dari sebuah karya.
Kritik seni merupakan pembicaraan mengenai karya seni, sedangkan kritik seni
adalah pembicaraan mengenai karya seni rupa. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut maka diperlukan cara penilaian untuk mempermudah dalam memahami
karya seni rupa dengan segala aspeknya, baik fator intarestik dan ekstrestik.
Dalam pembahasan karya pada kritik seni pedagogik, guru bisa saja
mengunakan teknik pembahasan dari kritik seni, seperti kritik formalistik, kritik
ekspresivistik dan instrumentalistik. Dimana melalui pendekatan formalistik, kajian
dikritik ditunjukan terhadap karya seni sebagai konfigurasi – konfigurasi aspek –
aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur – unsur pembentukannya, atau
melalui pendekatan ekspresivistk dalam kritik seni. Disini guru (menjadi kritikus)
cenderung menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin
dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni, dan yang terakhir
melalui pendekatan instrumentalistik, dimana sebuah karya cenderung dikritisi
berdasarkan kemapuannya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religious, politik
atau psikolog. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal
dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteknya baik saat ini maupun
masa lalu.
Pada pembahasan kritik seni pedagogik ini penulis hanya sedikit memberikan
contoh dalam menerapkan cara menkritik. Disini kritikus lebih tertuju pada guru.
Guru memang mempunyai peranan yang sangat penting bagi siswanya. Amun
alangkah lebih baiknya penulis menjadikan siswanya untuk berperan langsung
menjadi kkritikus dengan cara yang sederhana. Dengan demikian, siswa menjadi
lebih teliti dan dapat berfikir kritis apa yang telah diamatinya.
Aspek yang dikritk penciptaan karya seni diharapkan dapat merespon ruang
dan waktu dimana awal diciptakan. Disini aspek ide, tema, atau gagasan, teknik
pengolahan material, prinsip – prinsip penyususunan atau pengorganisasian dalam
mengelola kaidah -kaidah estetis, keunikan bentuk, gaya perorangan, kreatifias dan
inovasi turut dipertimbangkan. Para kritikus seni diharapkan mampu
mengkomunikasikan aspek – aspek tersebut diatas berserta nilainya kepada
masyarakat namun, disini lebih dikhususkan kepada siswa sekolah dasar dan guru
sebagai fasilitator.
I. Simpulan
Untuk siswa sekolah dasar belajar mengapresiasi karya orang lain atau karya
sendiri merpakan sesuatu hal yang membuat pribadi masing – masing siswa menjadi
bangga. Karena apa yang telah ia buat dalam berkreasi dalam karya seni mendapat
apresiasi oleh orang lain. Selain itu, siswa diajarkan untuk berlatih dalam jangka
waktu yang dapat dikatakan sering karena untuk menunjukan estetika karya
dibutuhkan latihan. Tentunya guru harus selalu mendampingi siswa, memberikan
arahan -arahan terhdapa kegiatan yang akan dilakukan siswa.
Sebelumnya penulis telah menjelaskan bagai mana cara mengapresiasi karya
siswa. Kemudian penulis menanyakan hasil akhir setelah siswa sekolah dasar ber
kereasi atau tindak lanjut untuk menyikapi jika karya siswa sekolah dasar sudah
selesai.
Disini guru dapat memamerkan hasil karya siswa di sekolah. Karya (gambar)
dapat dipamerkan pada setiap kelas yang ada di sekolah. Tidak hanya itu, karya
dapat di tempelkan pada ruang guru atau ruang kepala sekolah agar nantinya dapat
memperindah ruangan serta mendapat apresiasi dari guru – guru dari sekolah lain
yang berkunjung di sekolah tersebut.
Dalam karya menggambar, penulis mengemukakan lritik seni berarti mengajak
diskusi atau membahas satu persatu darinkarya yang ada. Sehingga selain siswa
berani berekspresi melalui gambar, mereka juga mulai membiasakan diri dalam
berargumen atau berbicara dihadapan teman – teman sekelasnya perihal gagasan,
ide, cara, teknik, harapan, bahkan cita – cita yang sudah tergambar dalam karyanya.
Karya siswa dalam menggambar, guru dapat mengetahu latar beakang siswa
tentang tema mislakan bebas yang ia kerjakan. Selain itu, guru dapat mengetahui
susasana hati siswa ketika membuat karta.
Dalam mengkritik seni guru menjadi fasilitator untuk siswanya dalam belajar
mengkritik. Dengan Bahasa yang sederhana mengkritik dapat di ganti dengan
mengamati lebih dari 1 karya siswa untuk dicari perbedaanya yang diamati. Guru
mengajarkan hal mengkritik agar siswa menjadi lebih aktif, kreatif, kritis, serta dapat
belajar berargumen dengan teman yang lain sesuai aspek karya yang di amati secara
nyata.
Peran guru sebagai kritikus dikelas adalah menjadi penentu bagaimana proses
apresiasi siswa bisa dilakukan, sikap saling menghargai satu sama lain dan yang
paling penting dapat menghargai diri sendiri merupakan hal yang baik apabila
dilakukan ketika sekolah dasar. Pada akhirnya yang dilakukan tersebut dapat
mempengaruhi kepribadian siswa ketika proses beranjak dewasa
Daftar Pustaka

Aminuddin. 2009. Apresiasi dan Ekspresi Seni Rupa. Bnadung : PT. Puri Pustaka

Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Daksopartono. 2009. Ilmu Menggambar. Jakarta : PN Balai Pustaka

Iswantara, Nur. 2016. Kritik Seni, Seni Kritik. Semarang : Gigih Pustaka Mandiri

Nusantara, Yayat. 2007. Seni Budaya SMA Jilid 1. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama

Sisdiknas. 2011. Undang - undang sistem pendidikan Nasional. Yogyakarta : Pustaka


pelajar

Anda mungkin juga menyukai