BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Traumatic Brain Injury (TBI) atau yang biasa dikenal dengan istilah
cedera kepala atau trauma kepala adalah kejadian yang sering terjadi dan
fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena cedera kepala dapat
bermotor. Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala,
75.000 diantaranya meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang
Provinsi yang mempunyai prevalensi cedera lebih tinggi dari angka nasional
1
2
pada kelompok umur 15-24 tahun, laki-laki (44,6%), tingkat pendidikan tamat
cedera kepala sedang, dan 9 kasus cedera kepala ringan dengan total angka
cedera kepala 21 kasus. Selain itu, pasien dengan craniotomy ada 7 kasus dan
perbaikan kualitas hidup hidupnya dan tentu saja dibutuhkan kesabaran dan
perawatan serta kontrol dan evaluasi yang tepat dalam perawatannya. Dalam
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 45 dan ayat 155, Allah SWT berfirman:
3
shalat adalah penolong bagi umat yang beriman terutama saat sedang
kepala yang mengharuskan dirawat di rumah sakit. Sabar dan shalat yang
dideritanya. Selain tiu, bagi tenaga kesehatan khususnya pada perawat yang
dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Dan pada Surah Al-Baqarah ayat 155,
4
dijelaskan bahwa sungguh Allah SWT akan memberikan cobaan pada umat
sungguh Allah SWT akan memberikan berita gembira pada orang-orang yang
penyakit.
mengangkat kasus Traumatic Brain Injry atau cedera kepala sebagai kasus
timbul bila tidak ditangani dengan baik. Selain itu, juga diharapkan mampu
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penulisan
juga dapat menjadi bahan diskusi bagi mahasiswa profesi Ners pada
aplikasinya di lahan.
masyarakat.
D. Metode Penulisan
1. Metode kepustakaan
sumber/referensi.
6
2. Metode wawancara
3. Metode observasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
Anatomi
1. Tengkorak
tulang yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari tulang kranium dan
tulang muka. Tulang kranium terdiri dari 3 lapisan :lapisan luar, etmoid
dan lapisan dalam. Lapisan luar dan dalam merupakan struktur yang kuat
2. Meningen
6
8
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal
3. Otak
a. Cerebrum
lobus yang terdiri dari lobus frontal, oksipital, temporal dan pariental
1) Lobus frontalis
memainkan alat musik atau mengikat tali sepatu. Selain itu juga
tingkah laku dan etika. Efek perilaku dari kerusakan lobus frontalis
yang terjadi. Kerusakan yang kecil, jika hanya mengenai satu sisi
2) Lobus parietalis
3) Lobus temporalis
bentuk.
4) Lobus Oksipital
b. Cereblum
sensori.
c. Brainstem
a. Nervus I (Olfaktorius)
Sifatnya sensorik. Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh
otak.
b. Nervus II (Optikus)
penglihatan ke otak.
d. Nervus IV (Trokhlearis)
e. Nervus V (Trigeminus)
depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dan bola
mata
f. Nervus VI (Abducens)
pendengar.
i. Nervus IX (Glosofaringeus)
j. Nervus X (Vagus)
k. Nervus XI (Aksesorius)
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf
Fisiologi
meningkat sementara waktu sampai tingkat yang jauh lebih tinggi dari
normal.
Ruang intra kranial adalah suatu ruangan kaku yang terisi penuh
sesuai kapasitasnya dengan unsur yang tidak dapat ditekan, yaitu : otak
(1400 g), cairan serebrospinal (sekitar 75 ml), dan darah (sekitar 75 ml).
Peningkatan volume pada salah satu dari ketiga unsur utama ini
2. Hipotesa Monro-Kellie
ke otak dan pergeseran otak ke arah bawah ( herniasi ) bila TIK makin
kematian neuronal.
1. Pengertian
meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak (Morton, 2012). Menurut
tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Trauma kepala adalah suatu ruda
tengkorak, dan otak. Secara anatomis otak dilindungi dari cedera oleh
perlindungan ini otak akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami
kerusakan.
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan patologi
gangguan integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel di area tersebut,
GCS 3-8, kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari
intra kranial.
GCS = 13 – 15
≤ 36 jam
≤ 7 hari
GCS = 9 - 12
18
GCS = 3 – 8
3. Etiologi
a. Cedera askelerasi
b. Cedera deselerasi
Terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam, seperti pada
kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan
mobil.
c. Cedera akselerasi-deselerasi
kekerasan fisik.
ruang cranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak yang
e. Cedera rotasional
4. Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap
yaitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera
pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat
Pada cedera kepala, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa
perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil,
area benturan tidak terdapat gaya kompresi, sehingga tidak terdapat lesi.
akselerasi yang sering dialami oleh kepala akibat cedera kepala adalah
ialah, bahwa akibat akselerasi linear dan rotatorik terdapat lesi kontusio
intermediate adalah lesi yang berada di antara lesi kontusio coup dan
secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara
beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera awal. Setiap kali
jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini berespon dalam pola tertentu
ke menit pada suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan
oksigen, dan sangat rentan terhadap cedera metabolik bila suplai terhenti.
5. Manifestasi Klinis
atau kehilangan kesadaran selama beberapa detik atau menit. Gejala lain
penglihatan kabur atau mata lelah, telinga berdenging, rasa tidak enak di
21
mulut, lelah, perubahan pola tidur, dan terdapat masalah dengan memori,
tetapi juga mungkin mengalami sakit kepala yang progresif, mual, muntah,
kejang, pelebaran dari satu atau kedua pupil mata, lemah atau mati rasa
pada kaki, kehilangan koordinasi, dan gelisah. Selain itu, secara umum
b. Pernafasan dangkal
f. Peningkatan TIK
g. Sakit kepala
h. Vertigo
j. Kejang
a. Epidural hematom
dalam beberapa jam sampai 1 – 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu
b. Subdural hematoma
hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau
beberapa bulan.
c. Intraserebral hematoma
d. Perdarahan subarachnoid
pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera
6. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
x/i), fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidka sesuai, tidak ada
c. Angiografi serebral
d. EEG
patologis
g. Fungsi lumbal,CSS
menyebabkan TIK
24
TIK/perubahan mental
j. Pemeriksaan toksikologis
penurunan kesadaran
7. Komplikasi
barbiturat, asetazolamid.
c. Hidrosefalus
d. Spastisitas
primer dengan koreksi posisi dan latihan ROM, terapi sekunder dengan
e. Agitasi
Agitasi pasca cedera kepala terjadi > 1/3 pasien pada stadium awal
cedera kepala adalah wanita, beratnya cedera kepala, pre morbid dan
dengan cedera kepala 80% pada 1 bulan pertama, 30% pada 3 bulan
8. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
b. Terapi Nutrisi
dengan formula berisi protein > 15% diberikan selama 7 hari. Pilihan
1) Risiko ringan : tidak ada gejala nyeri kepala, muntah dan dizziness
trauma
3) Risiko tinggi : nyeri kepala hebat, mual yang menetap dan muntah.
perawatan di ICU.
9. Prognosis
yang dialami.Nilai GCS saat pasien pertama kali datang ke rumah sakit
memiliki nilai prognosis yang besar. Nilai GCS antara 3-4 memiliki
nilai mortalitas 5-10%. Gejala-gejala yang muncul pasca trauma juga perlu
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat
Hemiparase, quadrepelgia
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
dramatis)
d. Eliminasi
gangguan fungsi.
e. Makanan/ cairan
f. Neurosensoris
h. Nyeri/ Kenyamanan
biasanya koma.
i. Pernapasan
j. Keamanan
k. Gangguan penglihatan
Gangguan kognitif
mengalami paralisis
l. Interaksi Sosial
2. Diagnosa Keperawatan
immobilisasi.
neurologis.