Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.

1 Tahun 2016

PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MELALUI PENEGAKAN


HUKUM DAN KESADARAN BERAGAMA DI KOTA JAMBI
Ruslan Abdul Gani1
Abstract
This research aims to examine the response to the abuse of narcotic drugs by law enforcement
and religious awareness in the city of Jambi, with the focus of the study of how law enforcement
against abuse of narcotics in the town of Jambi and how religious awareness can help in the
prevention of the abuse of narcotics in the town of Jambi. The results showed the efforts of
countermeasures against the abuse of narcotic drugs through law enforcement hasn't been fullest
do, to overcome countermeasures against abuse of narcotics in the town of Jambi, the
recommendation can be given i.e., expected future religion can be portrayed in a manner instilled
the values of religious awareness to the community or law enforcement related.
Keywords: tackling the Narcotics and Religious Consciousness
PENDAHULUAN Ketergantungan terhadap narkotika
Narkotika sering disingkat dengan dapat menimbulkan gangguan kesehatan
sebutan NAZA (Narkotika dan Zat jasmani dan rohani, yang lebih jauh dari
Adiktif) atau NAPZA (Narkotika, Alkohol, pada itu dapat menyebabkan penderitaan
Psikotropika, dan Zat Adiktif). Psikotropika dan kesengsaraan sampai pada kematian.
dan narkotika digolongkan ke dalam Sebagai makhluk yang mempunyai akal
obat-obatan atau zat-zat yang berbahaya sehat, dan beriman, seharusnya manusia
bagi kesehatan bila pemakaiannya mampu menghindarkan diri dari
disalahgunakan. Oleh karena itu, ketentuan penyalahgunaan narkotika.
mengenai produksi, pengadaan, peredaran, Selain menimbulkan gangguan
serta penyaluran ekspor dan impor obat- kesehatan, narkotika dapat merusak
obat tersebut diatur dalam undang-undang hubungan keluarga, menurunkan
(Hari Sasangka: 2003). kemampuan belajar, ketidak mampuan
Perkataan narkotika berasal dari bahasa untuk membedakan mana yang baik dan
Yunani “narke” yang artinya terbius mana yang buruk, perubahan perilaku
sehingga tidak merasakan apa-apa. menjadi antisosial, gangguan kesehatan,
Narkotika atau sering diistilahkan dengan menurunkan produktivitas kerja secara
“drug” adalah sejenis zat yang bisa drastis, kriminalitas, dan tindak kekerasan
menimbulkan pengaruh tertentu bagi lainnya.
mereka yang menggunakan dengan Narkotika dan zat adiktif lainya
memasukkannya ke dalam tubuh (Soedjono merupakan masalah endemik dalam
Dirjosisworo: 1990). masyarakat modern, merupakan penyakit
Dalam hukum positif, narkotika/narkoba kronik yang berulang kali kambuh.
secara terminologi adalah setiap zat yang Hingga sekarang belum ditemukan upaya
apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan penanggulangan secara universal
akal, bahkan terkadang membuat orang memuaskan, baik dari sudut prevensi,
menjadi gila atau mabuk. Hal yang terapi, maupun rehabilitasi masalah ini.
demikian dilarang oleh undang-undang, Peredaran narkotika di Indonesia, dilihat
seperti: ganja, opium, morpin, heroin, dan dari aspek yuridis, adalah sah
kokain.( Azar Husnain : 1984 ). Secara keberadaannya. Peraturan ini hanya
etimologis, narkotika atau narkoba melarang terhadap penggunaan narkotika
berasal dari bahasa Inggris narcose atau tanpa izin oleh undang-undang. Keadaan
narcosis yang berarti menidurkan dan inilah dalam kenyataan empiris, oleh
pembiusan.( Poerwadarminta: 2002) penggunanya sering disalahgunakan, dan
Penyalahgunaan narkotika dan obat tidak untuk kepentingan kesehatan, tetapi
berbahaya lainnya (Narkoba) mempunyai lebih jauh dari pada itu, dijadikan sebagai
dimensi yang luas dan kompleks, baik objek bisnis (ekonomi ) dan sehingga
dari sudut medik, psikiatrik (kedokteran merusak mental, baik fisik maupun psikis
jiwa), kesehatan jiwa, maupun psikososial generasi muda.( Rendra Widjaya : 2004)
ekonomi, politik, sosial-budaya, Untuk mengatasi penyalahgunaan
kriminalitas, dan sebagainya (Sudarto : narkotika, maka diperlukan strategi
1981). penegakan hukum secara efektif, yang
meliputi:
1 1. Pencegahan (General Prevention)
Dosen Fakultas Hukum Universitas
2. Kebijakan Kriminal (Criminal Policy
Batanghari
128
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Melalui Penegakan Hukum dan Kesadaran
Beragama di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

3. Rehabilitasi medis dan social (Medical yang terjadi selama 3 (tiga) tahun terakhir
Rehabilitation and Social yakni tahun 2011 s/d 2013 mengalami
Rehabilitation). peningkatan antara lain sebagai berikut:
Pencegahan General Prevention, 1. Pada tahun 2013 sebanyak 69 kasus.
merupakan masalah pengaturan produksi, 2. Pada tahun 2014 sebanyak 360 kasus.
penyediaan, peredaran, penyaluran, dan 3. Pada tahun 2015 sebanyak 442
penggunaan psikotrofika, diperlukan aturan kasus.(Witri Haryono: 2015).
hukum yang berfungsi sebagai regulation, Dari 871 kasus penyalahgunaan
serta pencegahan peredaran gelap Narkotika tersebut dilihat dari latar
narkotika memerlukan perhatian sebegai belakang agama yang paling banyak
bentuk pencegahan (general prevention). melakukan penyalahgunaan narkotika
Upaya pencegahan ini amat diperlukan adalah mereka yang beragama Islam dengan
sehingga dapat diketahui seberapa jauh rincian sebagai berikut:
maksimal kebutuhan tahunan akan 1. Agama Islam sebanyak 393 orang.
narkotika, memang diperlukan. Sebab 2. Agama Kristen/Protestan sebayak 175
kalau tidak dikontrol pengadaannya akan orang
memberikan dampak terhadap 3. Agama Budha sebanyak 92 orang
penyalahgunaan terhadap produksi 4. Agama Hindu 44 sebanyak orang
narkotika yang melebihi kebutuhan. 5. Kong Huchu sebanyak 91 orang
Kebijakan kriminal (Criminal Policy), 6. Agama Katolik 76 orang.
ini dapat dilakukan dengan dua cara, Dalam penanggulangan terhadap
yakni : melalui sarana penal atau penyalahgunaan narkotika, setidaknya ada 3
penegakan hukum pidana, dan dengan (tiga) tujuan yang hendak di capai yakni:
sarana non penal, antara lain melalui 1. Preventif, Pencegahan
kegiatan penyuluhan hukum kepada 2. Represif, Penindakan/Penegakan
masyarakat. Kebijakan kriminal ini adalah Hukum).
tanggung jawab aparat penegak hukum 3. Curatif , Pembinaan/Rehabilitasi (Barda
agar menegakkan hukum sebagai upaya Nawawi Arief:1996).
hukuman (punishment), untuk Preventif, adalah suatu upaya
membangkitkan motivasi masyarakat guna mencegah terjadinya penyalahgunaan dan
menunjang penegakan hokum ( Muladi peredaran gelap narkotika. Upaya ini
:1990). biasanya dilakukan dengan berbasiskan
Selanjutnya Rehabilitasi medis Medical pada masyarakat dengan cara mendorong
and Social Rehabilitation sangat diperlukan dan mengugah kesadaran, kepedulian dan
bagi pecandu atau pemakai narkotika peran aktif seluruh komponen masyarakat.
sebaiknya dibangun fasilitas sarana Motto yang menjadi pendorong semangat
rehabilitasi medis dalam rangka rehabilitasi adalah ”mencegah lebih baik dari pada
sosial. Di sisi lain, bagi para terpidana mengobati”.
narkotika hendaknya dibangun fasilitas Represif, merupakan upaya penindakan
lembaga pemasyarakatan khusus, yang dan penegakan hukum terhadap ancaman
dijauhkan dengan para pelaku tindak faktual dengan sanksi yang tegas dan
pidana lainnya. konsisten, sehingga dapat membuat efek
Dalam penegakan hukum terhadap jera para pelaku penyalahguna dan
penyalahgunaan narkotika melibatkan narkotika. Bentuk kegiatan yang dilakukan
berbagai subsistem struktural seperti dalam usaha represif adalah:
aparat kepolisian, Badan Narkotika Nasional a) Memutus, jalur peredaran gelap
Kota Jambi (BNNK) Jambi, kejaksaan, Narkotika.
pengadilan dan lembaga pemasyarakat. b) Mengungkap jaringan sindikat.
Upaya penegakan hukum terhadap c) Mengungkap motivasi/latar belakang
penyalahgunaan narkotika di Kota Jambi dari kejahatan penyalahgunaan
sudah dilakukan, namun hasilnya belum narkotika.
maksimal. Hal ini dapat diketahui dengan Curatif, upaya yang dilakukan setelah
semakin meningkatnya angka kriminalitas terjadinya penyalahgunaan narkotika.
dibidang penyalahgunaan narkotika yang Strategi ini dilakukan untuk mengobati
terjadi di dalam Kota Jambi setiap para pemakai/pecandu narkotika dengan
tahunnya. melakukan pengobatan secara medis, sosial
Dari data yang peroleh di Polresta dan spritual serta upaya untuk mencegah
Jambi, kasus penyalahgunaan narkotika menjalarnya penyakit HIV/AIDS karena
129
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Melalui Penegakan Hukum dan Kesadaran
Beragama di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

pemakaian jarum suntik oleh penyalahguna 2. Bagaimana kesadaran beragama dapat


narkotika secara bergantian dapat membantu dalam pencegahan
menularkan penyakit HIV/AIDS, untuk itu penyalahgunaan narkotika di Kota Jambi.
perlu dilakukan pencegahan lebih lanjut. PEMBAHASAN
Penegakan hukum terhadap Penegakan hukum terhadap
penyalahgunaan narkotika khususnya yang penyalahgunaan narkotika di Kota Jambi.
dilakukan di Kota Jambi selama ini hanya Berbicara masalah penegakan hukum,
menggunakan pendekatan hukum semata-mata menurut Lawrence. M. Friedman tidak
seperti penyidikan, penuntutan dan peradilan, terlepas dari 3 (tiga) Faktor yang saling
dan pelaksanaan hukum di lembaga terkait yakni:
pemasyarakatan. a. Subtstandi Hukum (Legal Subtstansi)
Di tingkat penyidikan misalnya dalam hal b. Struktur Hukum (legal culture)
pencegahan terhadap penyalahgunaan c. Budaya Hukum (Legal Culture)
narkotika yang dilakukan oleh Satuan Narkoba Untuk lebih jelasnya mengenai 3 ketiga
Polresta Jambi dengan melakukan razia di faktor tersebut di atas, dapat dilihat
tempat-tempat yang diindikasi marak penjelasan berikut di bawah ini:
terjadinya beredarnya narkotika seperti hotel, Subtstandi Hukum (Legal Subtstansi)
tempat karoke, bar dan tempat hiburan lainnya. Substansi hukum merupakan isi dari
Menurut hemat penulis salah satu hukum itu sendiri, artinya isi menciptakan
pemecahan dalam mengatasi permasalahan keadilan dan dapat diterapkan dalam
penegakan hukum terhadap penyalahgunaan masyarakat. Mengenai larangan terhadap
narkotika khusus di Kota Jambi, dengan cara penyalahgunaan narkotika dalam Undang-
preventif yakni dengan mengoptimalkan nilai- Undang Nomor 35 Tahun 2009, terdapat 4
nilai kesadaran beragama di dalam (empat) kategorisasi tindakan melawan
masyarakat (khususnya agama Islam). hukum yang dilarang oleh undang-undang
Mengingat agama memiliki peran yang dan dapat diancam dengan sanksi pidana,
sangat penting dalam kehidupan umat yakni:
manusia. Agama menjadi pemandu dalam 1. Kategori pertama, yakni perbuatan-
upaya mewujudkan suatu kehidupan yang perbuatan berupa memiliki, menyimpan,
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari menguasai, atau menyediakan narkotika
betapa pentingya peran agama bagi dan prekusor narkotika.
kehidupan umat manusia, maka internalisasi 2. Kategori kedua, yakni perbuatan-
nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap perbuatan berupa memproduksi,
pribadi perlu ditanamkan. mengimpor, mengekspor, atau
Dengan menanamkan nilai–nilai kesadaran menyediakan narkotika dan prekursor
beragama diharapkan menghasilkan manusia narkotika.
yang berupaya menyempurnakan iman, 3. Kategori ketiga, yakni perbuatan-
taqwa, dan akhlak, serta aktif membangun perbuatan berupa menawarkan untuk
peradaban dan keharmonisan kehidupan, dijual, menjual, membeli, menerima,
khususnya dalam memajukan peradaban menjadi perantara dalam jual beli,
bangsa yang bermartabat bebas dari menukar, atau menyerahkan narkotika
penyalahgunaan narkotika. dan prekursor narkotika.
Agama menyangkut kehidupan batin 4. Kategori ke-empat, yakni perbuatan-
manusia. Oleh karena itu, kesadaran beragama perbuatan berupa membawa,
dan pengalaman agama seseorang lebih mengirimkan, mengangkut, atau
mengambarkan sisi-sisi batin dalam mentransit narkotika dan prekursor
kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu narkotika.
yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran Bila dilihat dari ancaman pidana yang
agama dan pengalaman agama ini pula terdapat di dalam Undang-Undang Nomor
kemudian muncul sikap keagamaan yang 35 Tahun 2009, dapat dipahami bahwa
ditampilkan seseorang ( Jalaluddin: 2012). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
PERMASALAHAN memuat ancaman hukum pidana yang boleh
Berdasarkan latar belakang masalah di dikatakan cukup berat terutama bagi mereka
atas, terdapat beberapa masalah yang yang terbukti secara sah menggunakan
berhubungan dengan upaya penanggulangan narkotika baik golongan I s/d golongan III
terhadap penyalahgunaan narkotika di Kota ketentuan ini sebagaimana terdapat di dalam
Jambi, yaitu : Pasal 127 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
1. Bagaimana penegakan hukum terhadap 2009, berbunyi sebagai berikut:
penyalahgunaan narkotika di Kota Jambi. (1) Setiap Penyalah Guna:

130
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Melalui Penegakan Hukum dan Kesadaran
Beragama di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

a. Narkotika Golongan I Bagi diri sendiri oleh masyarakat sebagai pedoman tingkah
dipidana dengan pidana penjara laku yang harus dituruti. Walaupun hukum
paling lama 4 (empat) tahun. yang dibuat memenuhi persyaratan yang telah
b. Narkotika Golongan II bagi diri ditentukan secara filosofis dan yuridis, tetapi
sendiri dipidana dengan pidana kalau kesadaran hukum masyarakat tidak
penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan mempunyai respons untuk menaati dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri mematuhi peraturan hukum tersebut, maka
sendiri dipidana dengan pidana peraturan hukum yang dibuat tidak akan
penjara paling 1 (satu) tahun. efektif berlakunya dalam kehidupan
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana masyarakat.
dimaksud pada ayat (1), hakim wajib Kesadaran beragama dapat membantu
memperhatikan ketentuan sebagaimana dalam pencegahan penyalahgunaan
dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan narkotika di Kota Jambi.
Pasal 103. Permasahalan narkotika bagaikan puncak
(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana gunung es, yang tampak hanya yang ada di
dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atas permukaaan. Bagian terbesar di bawah
atau terbukti sebagai korban permukaan tindak tampak. Yang semakin
penyalahgunaan narkotika, penyalah guna memilukan sekaligus sangat
tersebut wajib menjalani rehabilitasi mengkhawatirkan, ternyata para korban
medis dan rehabilitasi sosial. penyalahgunaan narkotika tersebut ada juga
Struktur Hukum (Legal Structure) anak-anak remaja.
Struktur hukum merupakan pranata Gagalnya upaya penanggulangan
hukum yang menopang sistem hukum itu terhadap penyalahgunaan narkotika, tentu
sendiri, yang terdiri atas lembaga-lembaga diperlukan pendekatan lain yang dapat
hukum, aparat penegak hukum, sarana dan meminimalisir tingginya angka
prasarana yang scara kumulatif menentukan penyalahgunaan narkotika yang terjadi. Salah
proses kerja serta kinerja mereka. satunya dengan mempotensikan kesadaran
Dalam upaya penanggulangan terhadap beragama di dalam kehidupan bermasyarakat,
penyalahgunaan Narkotika di Indonesia ada 5 khususnya di Kota Jambi.
(lima) lembaga penegak hukum yang Secara harfiah, agama dapat diartikan
diberikan kewenangan oleh undang-undang. sebuah aturan atau tatacara hidup manusia
Ke lima lembaga penegak hukum tersebut yang di percayainya dan bersumber dari Yang
antara lain. Maha Kuasa untuk kebahagian dunia dan
a. Kepolisian yang dikenal sebagai Penyidik akhirat. Sedangkan Nurcholish Madjid.
b. Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagaimana dikutip oleh Mukti Ali
c. Kejaksaan mendefinisikan agama adalah: sikap pasrah
d. Pengadilan /lembaga Peradilan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, pencipta
e. Lembaga Pemasyarakat (Mardjono seluruh langit dan bumi (Mukti Ali: 2007).
Reksodiputro : 1997). Namun sangat disayangkan masih ada
Budaya Hukum ( Legal Culture) orang yang ingin mencoba untuk
Berbicara tentang budaya hukum, tidak menenggelamkan agama dan menjadi sebuah
terlepas dari kesadaran hukum masyarakat. barang antik yang sifatnya hanya untuk di
Kedua hal ini merupakan satu kesatuan yang pajang dan dikenang. Hal ini di sebabkan
tidak bisa dipisahkan, sebab sangat terlalu lamanya agama mengiringi kehidupan
berhubungan dengan pelaksanaan budaya manusia. Sehingga agama di anggap sebagai
hukum dan kesadaran. Untuk mengenal sesuatu yang kuno. Dan dikhawatirkan agama
tentang budaya hukum dan kesadaran hukum tidak akan sanggup mengikuti perkembangan
masyarakat, tidak cukup hanya zaman. Terlebih lagi dengan kebutuhan-
mempergunakan secara konvensional yang kebutuhan manusia yang semakin beraneka
lazim dikenal dalam ilmu hukum sekarang, ragam.
akan tetapi perlu mempergunakan berbagai Mengenai fungsi agama dalam pencegahan
indikator yang yang telah berkembang saat narkotika, tidak hanya ditemui dalam ajaran
ini, terutama hal-hal yang menyangkut agama Islam saja, namun dalam ajaran agama
tentang pemikiran kembali apa yang menjadi Kristen dan Katholik, Hindu, Budha dan
tujuan hukum dan refenisi tengtang fungsi Khong Hu Chu juga melarang untuk umatnya
dan peranan hukum dalam masyarakat. menggunakan narkotika. Nilai-nilai kesadaran
Dengan demikian budaya hukum dan agama benar-benar ditanamkan dalam
kesadaran hukum masyarakat merupakan dua kehidupan sehari, setidak-tidaknya ada dua
hal yang dapat dikembangkan dengan baik peranan yang dapat diharapan. Pertama,
secara terpadu, sehingga pembaharuan pencegahan (preventif). Kedua, pembinaan
hukum yang dilaksanakan dapat diterima (curatif).

131
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Melalui Penegakan Hukum dan Kesadaran
Beragama di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Dilihat dalam kajian Islam, dampak pusat, dan bila berlebihan dapat merusak
penyalahgunaan narkotika dapat menyentuh otak dan menganggu fungsi akal.
aspek al-umur ad-daru riyyah, yakni hal-hal Masalah Harta
menjadi sendi eksistensi kehidupan manusia Akibat dari ketergantungan narkotika
yang harus ada demi kemaslahatan mereka. dampak yang ditimbulkan menghancurkan
Artinya, bila sendi-sendi itu tidak ada, harta benda karena harga jual dari narkotika
kehidupan mereka menjadi kacau balau, itu sendiri sangat mahal (kecuali bagi
kemaslahatan tidak tercapai dan kebahagiaan pengguna baru biasanya dibagi secara gratis
ukhrawi tidak bakal dapat dinikmati (Yusuf untuk mencicipinya). Belum lagi bila
Qardhowi: 2003). ketangkap oleh pihak yang berwajib dan
Al-umu rad-daru riyyah meliputi urusan berkas perkara tersebut dilimpahkan ke
agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Untuk pengadilan, tersangka atau keluarganya harus
lebih jelasnya mengenai keterkaitan antara menggeluarkan uang yang cukup besar bila
penyalahgunaan narkotika dengan masalah ingin hukumannya rendah atau ingin putusan
daru riyyah tersebut dapat dilihat penjelasan rehabilitasi.
beikut ini (Shalih bin Ghanin As-Sadlan : Dari wawancara dengan salah satu
2000). mantan pengguna narkotika, yakni Rzl
Masalah Agama mengatakan: benar akibat menggunakan
Kaitannya masalah penyalahgunaan Narkotika, akhirnya saya berurusan dengan
narkotika dengan d}aru riyyah, pertama pihak penegak hukum mulai dari Polisi, Jaksa,
yakni masalah keagamaan, baik menyangkut dan Hakim. Agar tidak dijatuhi dengan
masalah keimanan/kepercayaan, akhlak, asy- kukuman penjara terpaksa saya menjual harta
syari’ah al-Islamiyyah ataupun al-itjima’iyyah benda saya yakni rumah satu-satu kepunyaan
al-Isla miyyah. Jelasnya, dengan banyak saya guna mengurus perkara yang dihadapi
penyalahgunaan narkotika kehidupan (Rzl: 2014).
keagamaan juga ikut terancam (M. Saleh Masalah Keturunan
Rasyidi: 1997). Islam mensyariatkan penikahan untuk
Masalah Jiwa. membentuk keluarga saki>nah yang diliputi
Penyalahgunaan narkotika menyangkut dengan mawaddah dan rah}mah. Hal ini
masalah d}aru>riyyah adalah jiwa. Karena, sebagaimana dalam friman Allah dalam Q.S.
narkotika yang disalahgunakan beredar di al-Rum (21).
tubuh dan sebagian masuk ke dalam jaringan Jika seorang perempuan kawin dengan
otak. Pengaruh pada otak inilah yang seorang pecandu narkotika, bila istrinya
mempunyai resiko terberat dan dapat mengandung, anak yang ada dalam
menimbulkan kemerosotan mental, jasmani kandungan sang ibu akan mendapatkan
maupun tingkah laku. keturunan (bapak) yang tidak baik. Karena
Islam melarang keras seseorang perilaku orang tua sangat berpengaruh besar
menyakiti diri, apalagi membunuh, bahkan bagi keturunanya. Karena faktor lingkungan
Islam melarang pembunuhan terhadap diri sangat mempengaruhi sekali prilaku anak
sendiri. Allah berfirman dalam surat al- Isra (termasuk lingkungan rumah tangga).
ayat 33. yang artinya dan janganlah kamu Fakta sudah ada yang membuktikan di
membunuh jiwa yang diharamkan Allah mana beberapa mantan pecandu narkotika
(membunuhnya), melainkan dengan suatu maupun mantan penjahat sadis dan terkenal
(alasan) yang benar. dapat sembuh dengan terapi agama yang
Islam sangat peduli terhadap masalah diberikan kepada mereka. Dengan
penyalahgunaan narkotika, sebab menanamkan nilai-nilai kesadaran beragama
penyalahgunaan narkotika dapat yang benar terhadap narapidana
menimbulkan penganiayaan, mengancam jiwa narkotika/narkoba, mereka menjadi sadar dan
seseorang bahkan kematian, sedangkan Islam bertaubat serta tidak menggulangi
mencegah terjadinya penganiayaan terhadap perbuatannya lagi. Seperti almarhum ustaz
orang lain maupun diri sendiri. Islam juga Jefri Al-Buchori (Uce), dahulu pecandu
melarang pembunuhan tanpa haqq. narkoba berat, setelah nilai-nilai kesadaran
Masalah Akal agama ditanamkan pada dirinya, akhirnya ia
Pengaruh dari mengkonsumsi narkotika sadar sehingga menjadi Ustaz terkenal.
yang berlebihan dapat menimbulkan Kemudian Anton Medan dan Joni Indo
ketergantungan dan merusak sel-sel saraf dahulu merupakan penjahat terkenal sadis dan
yang ada dalam tubuh dan meyerang saraf. disegani, dengan kesadaran agama yang
Mulanya orang yang mengkonsumsi melekat dalam dirinya, menjadi mereka
narkotika bisa fly. Lama-lama efek yang berubah 99 % menjadi orang baik berkat
ditimbulkan berpengaruh pada susunan syarat terapi agama yang telah diberikan.

132
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Melalui Penegakan Hukum dan Kesadaran
Beragama di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

Terapi agama perlu diberikan kepada penyalahgunaan narkotika di Kota


narapidana narkotika, karena dengan terapi Jambi kurang efektif.
agama dapat menumbuhkan kesadaran 2. Kesadaran beragama dalam memberikan
beragama yang tinggi bagi narapidana. Karena kontribusi untuk pencegahan
agama menjadi pemandu dalam upaya penyalahgunaan narkotika di Kota Jambi
mewujudkan suatu kehidupan yang sangat penting dilakukan. Sebab, dengan
bermakna, damai dan bermartabat. Dengan memiliki kesadaran beragama, dapat
pemahaman agama yang terus menerus mencegah seseorang agar terhindar dari
diberikan kepada narapidana diharapkan pengaruh narkotika.
semangkin meningkat potensi spiritual DAFTAR PUSTAKA
narapidana. Azar Husnain, al-Muskidrit wa al-
Kurang di berdayakannya nilai-nilai Mukhaddira>t baina asy-Syari>‘ah wa
kesadaran beragama dalam kehidupan al-Qanun (Riyad: t.p., 1984).
bermasyarakat, merupakan salah satu faktor Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek
penyebab penyalahgunaan narkotika di Kota Kebijakan Penegakan dan
Jambi setiap tahunnya mengalami Pengembangan Hukum Pidana (
peningkatan. Apalagi untuk saat ini Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996)
pengguna aktif narkotika di Kota Jambi Dadang Hawari, Penyalahgunaan Narkotika
tercatat lebih kurang 4.000 (empat ribu dan Zat Adiktif (Jakarta: Fakultas
orang). Dan Provinsi Jambi merupakan Hukum Kedokteran Universitas
peringkat ke-6 penyalahguna narkotika Indonesia, 1998).
tertinggi di Indonesia Hari Sasangka, Narkotika Psikotropika dalam
SIMPULAN Hukum Pidana (Bandung: Mandar
Dari uraian yang telah penulis paparkan, Maju, 2003).
ada beberapa kesimpulan yang bisa diambil Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami
sebagai jawaban dari permasalahan di atas Prilaku dengan Mengaplikasikan
yaitu: Prinsip-Prinsip Psikologi, ( Jakarta:
1. Penegakan hukum terhadap PT. Raja Grafindo Persada: 2012)
penyalahgunaan narkotika di Kota Jambi John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus
sudah dilakukan, namun hasilnya belum Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia,
maksimal dalam upaya penanggulangan 1996), hlm.
terhadap penyalahgunaan narkotika. Sebab, Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana
dalam pelaksanaannya masih ditemui (Bandung: Alumni, 1981).
berbagai permasalahan, antara lain: M. Saleh Rasyidi, Penyalahgunaan Narkotika,
a. Dari segi substansi hukum (legal Masalah dan Penanggulangannya
substance), ancaman pidana yang Sepanjang Ajaran Islam (Semarang:
terdapat dalam Undang-undang Nomor IAIN Walisonggo, 1977)
39 Tahun 2009 masih ringan. Hal ini Mardani, Penyalahgunaan Narkoba Dalam
tentunya tidak memberikan efek jera Perspektif Hukum Islam dan Hukum
bagi pelaku. Pidana Nasional (Jakarta: PT. Raja
b. Dilihat dari struktur hukum (legal Grafndo Persada, 2008)
structure), aparat penegakan hukum Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika
yang menangani kasus Indonesia (Bandung: Citra Aditya
penyalahgunaan narkotika di Kota Bakti, 1990)
Jambi belum melaksanakan tugasnya Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan
dengan baik. Pidana, (Semarang: BP Universitas
c. Adapun dilihat dari segi budaya hukum Diponegoro, 1990),
(legal culture), dengan kurang tegasnya Mukti Ali, Agama dan Pembangunan
penegakan hukum yang dilakukan, (Jakarta: Departemen Agama RI,
derdampak pada menurun-nya nilai- 2007)
nilai ketaatan masyarakat terhadap Poerwadarminta, Kamus Inggris-Indonesia
hukum. Masyarakat tidak merasa takut (Jakarta: Ver Luys, 2002).
dengan aparat penegak hukum yang Rendra Widjaya, Visi Revolusi Nyatakan
ada. Apabila mereka tersangkut dengan Perang Terhadap Narkoba (Bandung:
persoalan hukum, segala sesuatunya Humaniora, 2004)
dapat diselesaikan dengan mufakat. Yusuf Qardhowi, Al- Halal wal Haram, terj.
Artinya, bila ada uang, hukum bisa Wahid Ahmadi dkk (Solo: Era
dikesampingkan. Budaya jual beli Intermedia, 2003),
hukum inilah yang mengakibatkan
penegakan hukum terhadap

133
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Melalui Penegakan Hukum dan Kesadaran
Beragama di Kota Jambi

Anda mungkin juga menyukai