TINJAUAN TEORI
7
8
2. Definisi
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru, disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Somantri, 2009). Menurut Mansjoer (1999), Tuberculosis adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat
bervariasi (Padila, 2013). Tuberkulosis merupakan infeksi bakterikronik yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan
granuloma pada jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai
sel (Wahid dan Suprapto, 2013).
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenal parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.TB
dapat menyebar hampir kesetiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang,
dan nodus limfe.Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah
pajanan(Smeltzer, 2011).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa Tuberkulosis (TB)
paru merupakan penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis menyerang parenkim paru ditandai dengan pemebentukan granuloma
dan dapat menular melalui droplet/percikan dahak.
3. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri atau
kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-0,6 πm.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki kandungan
oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini merjadi predileksi pada penyakit
tuberculosis (Somantri, 2009).
Menurut Price (1997), tuberculosis paru adalah mycobacterium tuberculosis
yang berbentuk batang dan tahan asam. Penyebab tuberculosis adalah
mycobactorium tuberculosis bentuk batang panjang 1-4/πm, dengan tebal 0,3-0,5 πm.
selain itu juga kuman lain memberi infeksi yang sama yaitu mycobacterium bovis,
mycobacterium kansasii, mycobacterium intracellutare (Padila, 2013).
10
Sifat kuman :
1) Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam basa (asam alkohol) disebut bakteri
tahan asam (BTA).
2) Kuman tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.
3) Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
4) Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag
karena makrofag banyak mengandung lipid.
5) Kuman bersifat aerob, kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya (Manurung,2016).
4. Klasifikasi
1) Tuberculosis Paru
2) Bekas Tuberculosis Paru
3) Tuberculosis Paru Tersangka
Yang terbagi atas:
a. Tuberculosis paru tersangka yang diobati
Disisni sputum BTA (-), tetapi tanda lain (+).
b. Tuberculosis paru tersangka yang tidak diobati
Disini sputum BTA (-), tanda-tanda lain juga meragukan. Dalam tiga bulan
harus sudah dipastikan apakah tersangka termasuk dalam TB paru aktif atau
bekas tuberculosis paru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan:
a. Status bakteriologik: Mikroskopik sputum BTA atau Biakan sputum BTA
b. Status radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberculosis paru.
c. Status kometerapi, riwayat pengobatan dengan obat anti tuberculosis
(Manurung, 2016).
5. Patofisiologi
Seseorang yang dicurigai menghirup basil mycobacterium tuberculosis akan
menjadi terinfeksi. Bakteri menyebar melalui jalan nafas ke alveoli, dimana pada
daerah tersebut bakteri bertumpuk dan berkembang biak. Penyebaran hasil ini bisa
juga melalui sistem limfe daan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang,
korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Sistem kekebalan tubuh
11
Keluar dari
tracheobionchial Dibersikan oleh Menetap di jaringan paru
bersama sekret mikrofag
Berkembang
Pembentukan tuberkel
menghancurkan
jaringan ikat sekitar
Membentuk jaringan
keju MK : Ketidak alveolus
efektifan bersihan
jalan nafas
Sekret keluar saat batuk Alveolus mengalami
konsolidasi & eksudasi
MK : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh Kelemahan
MK : Intoleransi
aktivitas
6. Manifestasi klinis
Untuk mengetahui tentang penderita tuberculosis dengan baik harus dikenali
tanda dan gejala. Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberculosis paru
apabila ditemukan gejala klinis utama (cardinal symptom) pada dirinya. Gejala utama
pada tersangka TBC adalah :
1) Batuk berdahak lebih dari tiga minggu
2) Batuk berdarah
3) Sesak nafas
4) Nyeri dada
Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tinggi/meriang
dan penurunan berat badan (Widoyono, 2008).
7. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1) Komplikasi dini
Komplikasi dini yag akan terjadi pada penderita tuberculosis antara lain:
a) Pleuritis
b) Effusi pleura
c) Empiema
d) Laringitis
e) Menjalar ke organ lain seperti usus
2) Komplikasi lanjut
Komplikasi lanjut yang terjadi pada penderita Tuberculosis antara lain
menurut (Manurung, 2016):
a. Obstruksi jalan nafas: SOPT (Sindrom obstruksi pasca Tuberculosis)
b. Kerusakan parenkim berat: SOPT, fibrosis paru, korpulmonal
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru
e. Sindrom Gagal Nafas Dewasa
14
8. Pemeriksaan Penunjang
Dalam mendiagnosa penyakit tuberculosis di perlukan beberapa pemeriksaan
penunjang antara lain:
1) Darah :
a) Leokosit sedikit menurun
b) LED meningkat
2) Sputum : BTA
Pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman pada satu sediaan
dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum (Padila, 2013).
3) Tes Tuberculin
Biasanya dipakai cara Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin
P.P.D (purified protein derivate) intrakutan berkekuatan 5 T.U. (intermediate
strength). Hasil tes mantoux ini dibagi dalam:
a) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative = golongan no sensitivity.
b) Indurasi 6-9 mm : hasilnya meragukan golongan low grade sensitivity.
c) Indurasi 10-15 mm : mantoux positif = golongan normal sensitivity.
d) Indurasi lebih dari 16 mm : mantoux positif kuat = golongan hyper-sensitivity.
4) Foto Thoraks
Foto thoraks PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiologi
standar. Karakteristik radiologi yang menunjang diagnostik antara lain, bayangan
lesi radiologi yang terletak di lapangan atas paru dan Bayangan yang berawan
(patchy) atau berbecak (noduler), Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat
di lapangan atas paru, bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa
minggu, dan Bayangan bilier (Wahid dan Suprapto, 2013).
9. Penatalaksanaan
Tuberculosis paru ditangani terutama dengan agens antituberculosis selama 6
sampai 12 bulan. Durasi terapi yang lama penting dilakukan untuk memastikan
bahwa organisme telah terberantas. Pencegahannlainnya dapat dilakukan dengan
pemberian obat anti tuberculosis, bronkodilator, ekspektoran, vitamin, fisioterafi dan
dapat dilakukan dengan melakukan konsultasi secara teratur (Somantri, 2008).
Menurut (Manurung 2016), penatalaksanaan untuk penderita tuberculosis paru
antara lain:
15
Panduan OAT
Kategori I (2HRZE/4H3R3), Kasus baru dengan dahak positif dan
penderita dengan keadaan yang seperti, meningitis, perikarditis, peritonitis,
pleuritis masif, spondilitis, gangguan neurologik, penderita dengan dahak
negatif tetapi kelainan paru luas, TB usus, TB saluran kemih.Tahap intensif
terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), dan Etambutol
(E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan. Diteruskan
dengan tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan rifampisin (R),
diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan.
Obat diberikan untuk :
a) Penderita baru TBC paru BTA positif.
17
1. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis
paru ialah sebagai berikut :
a. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama : Batuk lebih dari 3 minggu.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak sembuh.
Pernah berobat tetapi tidak teratur.
Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
Daya tahan tubuh yang menurun.
Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya.
Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
Riwayat Sosial Ekonomi:
Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
Faktor Pendukung:
Riwayat lingkungan.
Pola hidup. (Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat
dan tidur, kebersihan diri.)
Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,
pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
20
2. Diagnosa Keperawatan
a. (Nanda, 2015 & PPNI, 2016) : Ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan upaya batuk buruk.
Data mayor :
1. Batuk efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi
5. heeziing
Data minor :
1. Dispnea
2. sulit bicara
3. orothopnea
4. gelisah
5. sianosis
6. bunyi nafas menurun
7. frekuensi nafas berubah
22
b. (Nanda, 2015 & PPNI, 2016): Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
penurunan permukaan efektif paru, atelektasis,
kerusakan membrane alveolar-kapiler dan secret
kental, tebal.
Data mayor :
1. Dispnea
2. Hiperkapnia
3. Hipoksia
4. Takikardi
5. Kadar karbon dioksida abnormal
6. Bunyi nafas tambahan
Data minor :
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
3. Sianosis
4. Diaforesis
5. Gelisah
6. Pola nafas abnormal
7. Kesadaran menurun
c. (Nanda,2015) : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/ produksi
sputum, dispnea dan anorexia.
(PPNI,2016) : Defisit nutrisi berhubungan dengan kelemahan, sering batuk/
Data mayor :
1. Berat badan menurun minimal 10 %
Data minor :
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. nafsu makan menurun
4. Bising usus hiperaktif
5. Otot pengunyah melemah
6. Sariawan
7. Otot menelan melemah
8. Diare
9. Mmembran mukosa pucat
23
Data minor :
1. Dispnea stelah aktifitas
2. merasa lemah
3. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
4. Sianosis
e. (Nanda,2015 & PPNI,2016) : Hipertermia berhubungan dengan proses
inflamasi , peningkatan suhu tubuh
Data mayor :
1. Suhu tubuh lebih dari 37,8ºC oral atau 38,8ºC
rektal
Data minor :
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Data mayor :
1. Mengeluh mual
2. saliva meningkat
3. tidak berminat makan
4. merasa ingin muntah
Data minor :
1) Merasa asam dimulut
2) Sensasi panas dingin
3) Sering menelan
4) Pucat
5) Takikardi
24
napsu untuk makan 7. Ciptakan lingkungan nyaman 8. Memberikan waktu istirahat saat
selama klien makan makan klien
11. kaji makanan kesukaan pasien 14. Gejala GI dapat menunjukkan efek
. anemia (hipoksia) pada organ
DO: 4. Melaporkan kekuatan yang lamanya tidur/istirahat klien mempengaruhi klien, namun periode
1. Frekuensi jantung cukup untuk beraktivitas kunjungan yang tenang bersifat
atau tekanan darah terapeutik
tidak normal sebagai Toleransi aktivitas : 5. Tingkatkan tirah baring,
respon terhadap 1. Sangat terganggu istirahat (di tempat 5. Aktivitas yang memerlukan
aktivitas 2. Banyak terganggu tidur/kursi) menahan napas dan menunduk dapat
2. Perubahan EK yang 3. Cukup terganggu mengakibat bradikardi
menunjukkan 4. Sedikit terganggu Terapi Aktivitas
aritmia atau iskemia 5. Tidak terganggu 6. Bantu untuk memilih aktivitas
Nilai yang di harapkan: 4-5 konsisten yang sesuai dengan 6. Aktivitas yang disukai akan
Dengan kriteria : kemampuan fisik, psikologi menambah semangat beraktifitas
1. Saturasi oksigen saat ber dan sosial
aktivitas baik 7. Alat bantu diberikan untuk
2. Frekuensi pernapasan saat 7. Bantu untuk mendapatkan alat mobilisasi tanpa pengeluaran
beraktifitas normal bantuan aktivitas seperti kursi banyak energi
3. Kemampuan untuk roda, kruk
berbicara saat beraktifitas 8. Meningkatkan kepercayaan diri
fisik baik 8. Bantu klien untuk tetap fokus klien
pada kekuatan di bandingkan
dengan kelemahan 9. Mendorong keinginan pasien untuk
melakukan aktifitas
9. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktifitas yang 10. Memberikan waktu istirahat pasien
diiinginkan. dalam melakukan aktifitas
harian.
1. Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawtan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan
serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
2. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah,
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1) Keefektifan bersihan jalan napas.
2) Intoleran aktivitas teratasi
3) Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
4) Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
5) Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan
perubahan perilaku untuk memperbaiki kesehatan.
38