ELEKTROFORESIS GEL
Elektroforesis gel merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan atas
ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya, teknik ini tidak hanya digunakan sebagai
metode analisis tetapi juga digunakan untuk persiapan memurnikan fragmen-fragmen DNA
tertentu. Selain dapat memunculkan fragmen-fragmen DNA yang panjangnya berbeda-beda,
elektroforesis gel juga dapat digunakan untuk memisahkan konfigurasi molekul yang berbeda-
beda dari suatu molekul DNA. Hal ini disebabkan tiap konfigurasi molekul DNA mempunyai
kecepatan gerak yang berbeda-beda, baik itu konfigurasi berbentuk lingkaran tertutup kovalen,
lingkaran longgar (relaks), lurus, dll. Keuntungan metode ini adalah pita DNA dapat dideteksi
dengan tingkat kepekaan yang tinggi.
Gel yang digunakan pada teknik ini tersusun atas poliakrilamida atau agarosa. Agarosa
banyak digunakan untuk memisahkan fragmen-fragmen DNA yang mempunyai rentang beberapa
ratus hingga 20.000 pasangan basa, sedangkan poliakrilamida lebih disukai untuk fragmen DNA
yang berukuran lebih kecil. Untuk fragmen DNA yang sangat besar (1000-2000kb) telah
dikembangkan elektroforesis dalam agarosa dengan bidang listrik bergetar.
Cara pembuatan gel agarose yaitu:
1. Tentukan konsentrasi atau presentase agarose yang dibutuhkan dan hal ini tergantung dari
ukuran fragmen DNA yang dianalisis. Presentase gel agarose yang direkomendasikan, adalah
sebagai berikut:
a. 0,5% agarose untuk fragmen DNA berukuran 1000-30.000pb
b. 0,7% agarose untuk fragmen DNA berukuran 800-12.000pb
c. 1,5% agarose untuk fragmen DNA berukuran 200-3.000pb
d. 2,0% agarose untik fragmen DNA berukuran 50-20.000pb
2. Pilih tipe agarose yang digunakan. Kebanyakan tipe yang digunakan adalah standart agarose.
Misalnya telah ditentukan akan dibuat 2% gel agarose dalam volume 200 ml 1x buffer TAE,
maka jumlah agarose yang akan ditimbang yaitu: 2 gram/100ml x 200ml=4 gram.
3. Tempatkan 4 gram agarose ke dalam labu erlenmeyer dan isi dengan larutan 1X Buffer TAE
sampai volume 200ml, kemudian kocok sampai merata.
4. Panaskan dalam microwave sampai mendidih sampai larutan menjadi jernih.
5. Didinginkan agarose kira-kira sampai 600C dan tambahkan 5µl ethidium bromide (10mg/ml)
dan campur hingga merata.
6. Setelah itu larutan dituang ke dalam tray dan pasang well-forming combs, tunggu kurang lebih
30 menit atau sampai gel mengeras. Lepaskan well-forming combs secara perlahan-lahan dan
gel agarose siap digunakan untuk elektroforesis.
Gambar X. Gel Agarosa untuk Elektroforesis DNA
(Sumber: Yuan & Hoon Kim, Yong. (2012). Agarose Gel Electrophoresis
for the Separation of DNA Fragments)
Merupakan metode transformasi pada bakteri E.coli yang pertama kali dikembangkan pada tahun
1970 oleh M. Mandel dan A. Higa. Metode ini merupakan metode paling sederhana di mana
bakteri E.coli yang akan ditransformasi diinkubasi pada larutan yang mengandung kation divalen
(umumnya magnesium klorida, kemudian kalsium klorida pada kondisi dingin, yang kemudian
dipaparkan pada pulsa heat shock). Membran sel E.coli mempunyai ratusan pori-pori yang disebut
dengan zona adisi, dan tersusun dari molekul-molekul negatif. Bakteri E.coli memiliki permukaan
yang bermuatan negatif akibat adanya fosfolipid dan lipopolisakarida, sehingga digunakan kation
divalen yang berfungsi untuk melindungi muatan negatif DNA agar dapat melekat pada
permukaan E.coli. Walaupun ukuran zona adisi terbilang cukup besar untuk DNA yang akan
masuk, karena DNA juga bermuatan negatif, maka akan terjadi tolakan. Penggunaan larutan CaCl2
sebagai medium akan menyumbangkan ion kalsiumnya yang bermuatan positif, sehingga keadaan
menjadi netral. Penurunan temperatur sampai 00C menyebabkan molekul lipid menjadi lebih diam
dan keadaan menjadi lebih stabil. Selain itu, pemaparan E.coli pada larutan kation divalen yang
bertemperatur dingin akan melemahkan struktur permukaan E.coli dan mempengaruhi porositas
membran sel sehingga pada saat terjadi lonjakan temperatur, membran selnya menjadi tidak
selektif terhadap molekul asing (dan permeabel terhadap DNA plasmid). Akan terjadi induksi
untuk membuat celah sehingga DNA plasmid superkoil dapat masuk ke bagian dalam sel.
Selanjutnya, pemaparan heat shock akan membentuk ketidakseimbangan termal pada kedua sisi
membran sel, sehingga DNA plasmid dapat masuk melalui pori-pori sel atau dinding sel yang
dirusak tersebut.
5. Mediasi Agrobacterium
Agrobacterium tumefaciens merupakan bakteri Gram positif yang bersifat fitopatogen pada
tanaman dikotil. Bakteri tersebut mempunyai kemampuan yang secara alami dapat mentransfer
potongan DNA (transfer DNA) ke dalam genom tanaman dan menyebabkan terbentuknya tumor
(crown gall), yang merupakan sumber karbon bagi A. tumefaciens. Kemampuan A. tumefaciens
tersebut digunakan untuk menyisipkan gen bermanfaat ke dalam tanaman seperti gen yang
berperan dalam perbaikan sifat. Transformasi dengan A. tumefaciens memiliki beberapa
keuntungan, seperti mudah dilakukan, integrasi ke dalam genom DNA yang stabil, dan efisiensi
transformasi yang cukup tinggi. Transformasi dengan A. tumefaciens juga memiki efisiensi
transformasi dengan salinan gen tunggal yang dihasilkan lebih tinggi. Akan tetapi, keberhasilan
transformasi A. tumefaciens masih terbatas pada genotipe tanaman tertentu.
6. Lipofeksi
Sel-sel binatang, dan protoplas khamir sel tanaman dan bakteri rentan terhadap
transformasi oleh liposom (Deshayes dkk, 1985). Suatu sistem transformasi sederhana sudah
dikembangkan yang memanfaatkan liposom yang diambil dari lipida kationik (Filgner dkk, 1987).
DNA dalam lautan secara spontan dan efisien akan membentuk kompleks dengan liposom ini.
Liposom yang bermuatan positif tidak hanya membentuk kompleks dengan DNA, tetapi juga
melekat pada sel-sel hewan yang dikultur dan lapisan-lapisan itu efisien melakukan transformasi
atas sel-sel tersebut, yang mungkin terjadi melalui fusi dengan membran plasma. Pemanfaatan
liposom sebagai suatu sistem transformasi atau transfeksi disebut sebagai Lipofeksi.