Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

Griseofulvin

Griseofulvin dihasilkan oleh penicillium griseofulvum dan pada

penggunaan oral berkhasiat fungistatik terhadap banyak dermatotif. Tetapi zat

ini tidak aktif terhdapa Candida, pityriasis versicolor, ragi dan bakteri.

Mekanisme kerjanya diperkiraan melalui penghambbat sintesis RNA(sama

seperti kolkisin). Resopsinya si usus kurang baik, karena sukar sekali melarut,

tetapi dapat di perbaiki dengan menggunakan serbuk yang sangat halus

(microfine) atau diminum bersamaan dengan makanan berlemak. Sebagian

besar dikeluarkan lewat feses dalam keadaan utuh. Bagian yang diserap akan

mendifusi kedalam lapisan tanduk (keratin) dari kulit (startum corneum), kuku

dan akar rambut. Oleh karna itu griseofulvin efketif untuk pengobatan infeksi

kulit dan kuku yang menahun, meskipun penyembuhannya berlangsung sangat

lambat, yaitu lebih kurang 2-3 bulan, bahkan membutukan satu tahun untuk

menyembuhkan infeksi kuku. Hal ini disebabkan waktu penyembuhan

tergantung pada jangka waktu penggantian jaringan yang terinfeksi oleh

jaringan baru.

Mekanisme Kerja

Griseofulvin kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein

mikrotubular dan berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.Selain itu,

griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat.

1
Penggolongan Obat jamur dapat dilakukan berdasarkan golongan obat tersebut

dan mekanisme kerja obat jamur itu sendiri.

 Obat jamur golongan Polyene, obat jamur kelompok, polyene bekerja

dengan cara mengikat sterol dalam membran sel jamur. Contohnya

adalah nistatin, candicin dan rimocidin.

 Obat jamur golongan Azoles, Anti jamur kelompok azoles merupakan

obat jamur yang paling banyak digunakan di indonesia, obat jamur

golongan azoles bekerja dengan cara menghambat α-lanosterol 14

demethylase. Contoh obat jamur golongan azoles adalah ketokonazole,

mikonazole, dan flukonazole.

 Obat jamur golongan Allylamines, bekerja dengan menghambat

expoxidase squalene. Contohnya adalah terbinafine.

 Obat jamur golongan Echinocandins, bekerja dengan menghambat

sistesa glukan dalam dinding sel. Contoh obat jamur golongan

echinocandins adalah caspofugin.

 Selain kelompok diatas masih ada beberapa kelompok obat jamur

minor lainnya seperti griseofulvin, asam benzoat dan masih banyak

lagi.

2
BAB II

FARMAKOLOGI

Berdasarkan mekanisme kerjanya obat ini berakumulasi didaerah yang

terinfeksi, disintesis kembali dalam jaringan yang mengandung keratin

sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur terganggu. Tetapi harus

dilanjutkan sampai jaringan normal menggantikan jaringan yang terinfeksi

dan biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu sampai bulan.

Berdasarkan farmakokinetiknya, griseofulvin terdistribusi baik ke jaringan

keratin yang terinfeks, karena itu obat ini cocok untuk pengobatan infeksi

dermatofitik. Konsentrasinya dalam jaringan lain dan cairan tubuh lebih

rendah. Efek samping griseofulvin yang biasa terjadi adalah alergi dengan

gejala seperti ruam kulit, sakit kepala, letih, insomnia, bingung dan juga dapat

menyebabkan gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, keluhan

lambung dan diare (Azwar, 1995).

2.1 Sifat fisika kimia dan rumus kimia obat

Sifat kimia dan rumus kimia obat Griseofulvin berwarna putih atau putih krem,

rasa pahit, termostabil. Dalam perdagangan obat ini tersedia untuk penggunaan

secara oral sebagai Griseofulvin Microsize dan Griseofulvin Ultramicrosize.

Griseofulvin Microsize mengandung partikel berukuran diameter 4 μm dan

Griseofulvin Ultramicrosize mengandung partikel berukuran diameter < 1 μm.

Kelarutan:

Larut dalam etanol, metanol, aseton, benzen, kloroform,etil asetat dan asam

asetat; Praktis tidak larut dalam air, petroleum eter.

3
Lain lain :

Griseofulvin adalah antibiotika fungistatik yang dihasilkan oleh penicillium

griseofulvum atau species lain dari Penisillium termasuk P chrysogenum.

NAMA KIMIA / IUPAC GRISEOFULVIN :

2S-trans]-7-chloro-2´,4,6-trimethoxy-6´-methylspiro[benzofuran-2(3H),1´(2)-

cyclohexene]-3,4´-dione.

FARMAKOLOGI / MEKANISME AKSI GRISEOFULVIN :

Menghambat mitosis sel jamur pada metafase; berikatan dengan keratin

manusia menyebabkan resistensi terhadap invasi jamur. Secara struktural tidak

terkait dengan antijamur lain (misalnya, allylamines, azoles, echinocandins,

poliena, pirimidin).

Biasanya fungistatic pada aksi. Kegiatan antijamur terutama melibatkan

gangguan sel jamur ini structur mitosis spindle Meskipun efek pada mitosis mirip

dengan yang disebabkan oleh colchicine, mekanisme yang berbeda mungkin

involved.a Griseofulvin dapat menyebabkan produksi DNA yang rusak yang

tidak dapat replicate.

Griseofulvin disimpan dalam sel-sel prekursor keratin dan erat terikat

keratin baru, akan menghasilkan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi

invasi jamur, Infeksi kulit, rambut, atau kuku kemudian diganti dengan jaringan

tidak terinfeksi dermatophyte.

Spektrum terbatas dari aktivitas anti jamur, Active terhadap sebagian

dermatofit, tetapi tidak aktif terhadap ragi atau jamur lain, termasuk Aspergillus,

Blastomyces, Candida, Cryptococcus, Coccidioides, Histoplasma,

Saccharomyces, Sporotrichum, atau Malassezia furfur (Pityrosporum orbiculare)

4
Dermatophytes: Aktif terhadap Epidermophyton floccosum, Microsporum

audouini, M. canis, M. gypseum, Trichophyton crateriform, T. gallinae, T.

interdigitalis, T. megnini, T. mentagrophytes, T. rubrum, T. schoenleinii, T.

sulphureum, T. tonsurans, dan T. verrucosum.

2.3 Farmakodinamik

Obat ini bekerja dengan menghambat skualenapoksidase dan obat ini

memberiakn efek fungistatik. Spectrum aktivitasnya hanya efektif terhadap

dermatofit, karena di sel-sel kandida tidak tercapai konsentrasi yang cukup.

 Khasiat

Pada hakikatnya semua antimikotika tersebut berkhasiat fungisid pada

dosis yang digunakan. Pengecualian adalah itrakonazol dan terbinafin,

yang bekerja fingisid. Pada dosis tinggi amfoterisin dan niastin juga dapat

berkhasiat fungisid.

Nistatin dan amfoterisin B sering kali digunakan dalam kombinasi dengan

tetrasiklin untuk menghindari timbulnya candi diasis usus.

 Penggunaan

Antimikotika terutama digunakan pada mycosis permukaan atau setempat

(topikal). Pada mycosis umum (sistemik) yang meliputi organ dalam

(misalnya candidiasis, actinomycosis dan aspergillosis), sejumlah obat

(juga) digunakan secara sistemis, yakni Peroal. Begitu pula lazimnya pada

infeksi di tubuh dan pityyriasis versicolor), juga pada infeksi jamur di

kepala dan mycosis kuku.

Antimikotika oral yang digunakan meliputi a.l griseofulvin, ketokonazol,

itrakonazol, flukonazol, terbinafin dan flusitosin. Ketokonazol tidak

dianjurkan berhubung risiko necrosis hati yang dapat timbul dengan akut.

5
Itrakonazol dianjurkan pada infeksi pityrosporumm dan pada candidiasis,

juga flukonaol. Griseofulvin dan terbinafin dapat digunakan terhadap tinea

capitis pada anak-anak. Untuk penggunaan setempat didalam usus tersedia

amfoterisin B dan nistatin yang buruk absorpsinya.

Terhadap infeksi kuku pada jari-jari kaki dan tangan (oncychomycosis)

khusus digunakan obat yang ditimbun dalam lapisan tanduk (stratum

corneum), yakni griseofulvin, ketokonazol, itrakonazol, dan terbinafin.

 Indikasi:

Indikasi Infeksi dermatofitosis kulit, kulit kepala, rambut dan kuku bila

terapi topikal gagal

 Kontra Indikasi:

Kontra indikasi Gangguan fungsi hati, kehamilan

 Sediaan dan dosis

- Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan

suspesi mengandung 125 mg/ml.

- Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari

- Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.

- Hasil memuaskan akan tercapai bila dosis yang diberikan dibagi

empat dan diberikan setiap 6 jam.

2.4 Farmakokinetik

Absorpsi griseofulvin sangat bergantung pada keadaan fisik obat ini dan

absorpsinya dibantu oleh makanan yang banyak mengandung lemak. Senyawa

dalam bentuk partikel yang lebih kecil diabsorpsi 2 kali lebih baik daripada

partikel yang lebih besar(Munaf, 2004).

6
Metabolismenya terjadi di hati. Metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin

dengan waktu paruh sekitar 24 jam. Jumlah yang diekskresikan melalui urine

adalah 50% dari dosis oral yang diberikan dalam bentuk metabolit dan

berlangsung selama 5 hari. Kulit yang sakit mempunyai afinitas lebih besar

terhadap obat ini, ditimbun dalam sel pembentuk keratin, terikat kuat dengan

keratin dan akan muncul bersama sel yang baru berdiferensiasi sehingga sel baru

ini akan resisten terhadap serangan jamur. Keratin yang mengandung jamur akan

terkelupas dan digantikan oleh se baru yang normal. Griseofulvin ini dapat

ditemukan dalam sek tanduk 4-8 jam setelah pemberian oral.

2.5 Taksisitas

Efek Samping ringan, jarang terjadi dan berupa sakit kepala, gatal-gatal (urtikaria)

dan kepekaan terhadap cahaya (fotosensitasi), juga gangguan hati. Griseofulvin

mengurangi aktivifats antikoagulasi (Warfarin) dan memperkuat daya kerja

alkohol.

Kehamilan. Tidak boleh diberikan pada wanita haminl, karena risiko teratogen

dan keguguran. Zat ini dapat menggangu pembentukan kromosom pada waktu

pembelahan sel.

7
BAB III

Contoh obat yang ada dipasaran

(bentuk sediaan, dosis, cara pemakain)

Grisoefulvin merupakan suatu antibiotik yang bersifat fungistatik, secara

in vitro efektif terhadap berbagai jenis jamur dermatofit seperti Trichophyton,

Epidermophyton, dan Microsporum. Produk generik harganya jauh lebih murah

sehingga menjadi dasar untuk mengetahui apakah produk generik dengan harga

yang lebih murah memiliki kualitas yang sama dengan produk merk dagang.

Griseofulvin ini adalah produk obat dengan Biopharmaceutics Classification

System (BCS) kelas 2, sehingga laju pelepasan griseofulvin ini menjadi tahap

penentu absorbsi obat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan mutu

fisik dan profil disolusi tablet grisoefulvin merek dagang dan generik. Penelitian

ini menggunakan 4 produk griseofulvin yang berbeda yaitu 1 produk generik dan

3 produk merk dagang. Setiap produk diuji sifat fisik serta profil disolusi. Evaluasi

disolusi dengan menggunakan parameter Q60, dissolution efficiency (DE60) dan

faktor kemiripan (F2). Data yang diperoleh dibandingkan dengan standar

Farmakope Indonesia dan kepustakaan lain. Dilakukan uji statistik

KolmogorovSmirnov, dilanjutkan dengan uji Anava satu jalan dan uji t dengan

taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk generik dan

produk merk dagang memenuhi persyaratan yang ditentukan, baik uji mutu fisik

maupun disolusi. Harga Q60 untuk produk generik A (81,92%), produk merk

dagang B (83,95%), produk merk dagang C (79,25%), dan produk merk dagang D

(83,37%). Hasil DE60 pada produk generik A (80,98%), produk merk dagang B

(80,92%), produk merk dagang C (75,71%), produk merk dagang D (81,26%).

8
Hasil uji faktor kemiripan (f2) dengan produk merk dagang D sebagai inovator

dengan produk generik A, produk merk dagang B,dan produk merk dagang C

sebagai produk uji yaitu 75,31; 81,00; 71,45. Dari hasil statistik menunjukkan

antara produk generik dan merk dagang tidak ada perbedaan yang bermakna.

Di apotek, griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet oral dan suspensi oral

atau syrup. Suspensi hanya tersedia sebagai obat generik. Sedangkan tablet oral

tersedia dalam berbagai merek dagang. Suspensi oral: 125mg / 5 mL

Tablet: 125mg, 250mg, 500mg

1. Suspensi oral: 125mg / 5 mL

2. Tablet: 125mg, 250mg, 500m

Dosis Griseofulvin dan Cara Pemakaian Dosis yang tepat akan dokter tentukan

sesuai dengan kondisi pasien. Adapun dosis lazim yang direkomendasikan yaitu:

o Dewasa : 4 kali sehari 125 mg.

o Anak-anak : 10 mg/kg berat badan/hari dibagi menjadi beberapa

kali pemberian.

Dosis dewasa untuk tablet (microsize) pada kondisi tertentu:

o Tinea corporis, cruris, atau capitis: 500 mg / hari

o Tinea pedis atau unguium: 1000 mg / hari sebagai dosis tunggal

atau dua kali sehari.

9
BAB IV

KESIMPULAN

Obat anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan

organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan dan ragi,

atau obat yang digunakan untuk menghilangkan jamur.Macam-macam obat anti

jamur yaitu Amfoterisin B, Flusitosin, Ketokanazol dan lain-lain. Adapun efek

samping dari penggunaan setiap jenis obat anti jamur yaitu gangguan saluran

cerna merupakan ESO paling banyak, reaksi alergi pada kulit, eosinofilia,

sindrom stevensJohnson, Rhinitis,Salivasi, lakrimasi, rasa terbakar pada mulut

dan tenggorokan, iritasi pada mata,sialodenitis dan akne pustularis pada bagian

atas bahu. Pencegahan atau cara mengatasi efek samping dari obat anti jamur

dapat dilakukan dengan cara terapi atau konsumsi obat yang tidak berlebihan atau

sesuai resep dokter.

10
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, P. 2010. Farmakologi Dasar. Jakarta: Leskonfi

http://yosefw.wordpress.com/2009/03/20/sekilas-info-tentang-antijamur-flukonazol/

Ian, satria. 2014. Anti jamur

Rahardja, K & Tjay T, Hoan. 2015. Obat-obat Penting, edisi ke-7 cetakan pertama. Hal :

101,105

Roke Ezra, E. 2015. Obat Anti Jamur

Wula Maria, R. W. 2016 Farmakologi Antifungi Obat Griseofulvin.

11

Anda mungkin juga menyukai