2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum dan perkembangan peraturan
kerahasiaan bank di Indonesia terkait dengan perpajakan, serta untuk mengetahui kebijakan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016 terkait pelaporan data transaksi penggunaan
kartu kredit ke Direktorat Jenderal Pajak. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif, dimana metode ini lebih cocok digunakan saat membahas masalah sosial secara umum.
Data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data yang berasal dari hasil
wawancara serta dokumen resmi lainnya.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dasar hukum dan perkembangan peraturan kerahasiaan bank di
Indonesia terkait dengan perpajakan diatur Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan pasal 41 ayat (1), Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
pasal 35 ayat (1), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak-pihak yang Terikat oleh Kewajiban Merahasiakan,
dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Tata Cara Pemberian Perintah atau
Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Rahasia bank pun memiliki pengecualian diantaranya untuk
kepentingan perpajakan seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
39/PMK.03/2016 mengenai kewajiban bank dalam pelaporan data transaksi penggunaan kartu
kredit ke Direktorat Jenderal Pajak.
Melalui hasil penelitian yang dilakukan disarankan adanya ketentuan hukum yang jelas agar pihak
pemeriksa pajak tidak akan mengalami hambatan dalam proses pemeriksaan data wajib pajak dan
dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat dikoordinasikan terlebih dahulu oleh pihak-pihak
yang terkait karena dalam menjalankan kebijakan ini diperlukan data yang akurat baik data dari
pihak perbankan maupun perpajakan dan harus ada komitmen agar data yang akan dibuka untuk
kepentingan pajak dijamin kerahasiaannya.
Kata Kunci: Kebijakan Publik, Perpajakan, Kerahasiaan Bank, Konsumtif Kartu Kredit.
Abstract. This research aims to determine the legal basis and the development of bank secrecy
regulations in Indonesia related to taxation, as well as to determine the policy of the Minister of
Finance Regulation No. 39 / PMK.03 / 2016 related to the reporting of data transactions using
credit cards to the Directorate General of Taxation. The research method used is qualitative
method, which method is more suitable for use when discussing social issues in general. The data
collected is not in the form of figures, but data derived from interviews and other official
documents. The results of the study explained that the basic legal and regulatory developments of
bank secrecy in Indonesia related to taxation regulated Law No. 10 of 1998 Article 41 paragraph
(1), Law on General Provisions and Tax Procedures (CTP) of Article 35 paragraph (1) , Minister
of Finance Regulation No. 87 / PMK.03 / 2013 on Procedures Demand description or evidence of
the parties bound by the Confidentiality Obligations, and Bank Indonesia Regulation Number 2/19 /
PBI / 2000 on Procedures for Granting Permission command or Written Opens Bank secrecy. Bank
Secrecy also has exceptions including for tax purposes as set out in Finance Minister Regulation
No. 39 / PMK.03 / 2016 regarding the liabilities of the bank in the reporting of data transactions
using credit cards to the Directorate General of Taxation. Through research conducted suggested
103
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
the existence of clear legal provision that the tax inspector will not experience bottlenecks in the
process of examination of taxpayer data and the policy is expected to be coordinated in advance by
the parties are related because in running this policy required accurate data good data from the
banks as well as taxation and there must be a commitment that the data will be open for tax
purposes guaranteed confidentiality.
kartu kredit agar tidak perlu khawatir akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
kebocoran data yang nantinya dihimpun oleh Nomor 39/PMK.03/2016, terkait dengan
Direktorat Jenderal Pajak. Sebab, berdasarkan informasi data transaksi nasabah kartu kredit
pasal 34 Undang-Undang Ketentuan Umum pun akan ditunda hingga Maret 2017 setelah
dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), data periode Tax Amnesty selesai.
tersebut dijamin kerahasiannya. Melalui
kebijakan ini, Ditjen Pajak bisa membuka Kerangka Pemikiran
data nasabah yang tersimpan di perbankan Kebijakan publik dalam bidang
untuk evaluasi dan investigasi pajak. perpajakan adalah administrasi perpajakan
Dalam Peraturan Menteri Keuangan yang bukan hanya merupakan kepentingan
(PMK) Nomor 39/PMK.03/2016, bank atau negara sebagai pemungut pajak, akan tetapi
lembaga penyelenggara kartu kredit wajib merupakan kepentingan dan hak dari para
menyerahkan data transaksi nasabah kartu wajib pajak agar segala pelaksanaan penata
kredit paling sedikit memuat nama bank, usahaan dan pelayanan yang meliputi tahap-
nomor rekening kartu kredit, ID merchant, tahap pendafaran wajib pajak, penetapan
nama merchant, nama pemilik kartu, alamat pajak, pembayaran pajak, pelaporan pajak,
pemilik kartu, NIK atau nomor paspor dan penagihan pajak ditatausahakan dengan
pemilik kartu, NPWP pemilik kartu. baik dan benar sesuai ketentuan peraturan
Akan tetapi, semenjak peraturan perundang-undangan. Salah satu adminis-trasi
Menteri Keuangan mengenai kewajiban bank perpajakan adalah pengumpulan data basis
melaporkan data transaksi penggunaan kartu pajak yang digunakan untuk kepentingan
kredit nasabah yang diatur dalam Peraturan perpajakan.
Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016, Administrasi perpajakan berupa
terkait dengan informasi data transaksi pengumpulan data basis pajak yang sudah
nasabah kartu kredit diberlakukan, penutupan disusun dalam kebijakan publik ini adalah
kartu kredit sangat meningkat dengan pesat mengenai keterbukaan kerahasiaan bank
sehingga menimbulkan pro dan kontra dari untuk kepentingan pajak. Kerahasiaan
pihak perbankan maupun masyarakat perbankan merupakan jiwa dari sistem
pengguna kartu kredit. Banyak pihak yang pro perbankan yang didasarkan pada kelaziman
akan kebijakan ini karena kebijakan ini dapat dalam praktik perbankan, perjanjian
meningkatkan kepatuhan wajib pajak serta atau kontrak antara bank dengan nasabah
dapat pula meningkatkan penerimaan pajak serta pengaturan tertulis yang ditetapkan oleh
negara. Di sisi lain ada pula pihak yang kontra negara yang sudah sepatutnya
dengan kebijakan ini dikarenakan kebijakan bank menerapkan ketentuan rahasia bank
pajak yang dikeluarkan ini merupakan suatu tersebut secara konsisten dan bertanggung
kerahasiaan bank yang harus dijaga padahal jawab sesuai peraturan perundang-undangan
kebijakan pajak ini tidak melanggar sebuah yang berlaku untuk melindungi kepentingan
kerahasiaan bank. Hal ini dapat terlihat bahwa nasabahnya dan bank harus menjaga rahasia
dalam Undang-Undang Perbankan pasal 41 tentang keadaan keuangan nasabah dan
ayat (1) terdapat pengecualian rahasia bank apabila melanggar kerahasiaan ini perbankan
untuk kepentingan perpajakan dan jika dilihat akan dikenakan sanksi.
dari kedudukan perundang-undangan, Rahasia bank pun memiliki
Undang-Undang Perbankan lebih tinggi pengecualian diantaranya untuk kepentingan
daripada Peraturan Menteri Keuangan dan perpajakan seperti yang tertuang dalam
seharusnya kebijakan ini sah apabila Peraturan Menteri Keuangan Nomor
diterapkan. 39/PMK.03/2016 mengenai kewajiban bank
Akan tetapi dengan adanya pro dan dalam pelaporan data transaksi penggunaan
kontra seperti ini, maka kebijakan Menteri kartu kredit ke Direktorat Jenderal Pajak.
Keuangan mengenai kewajiban bank dalam Kebijakan tersebut bertujuan untuk
pelaporan data transaksi kartu kredit yang meningkatkan kembali penerimaan pajak
105
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
Model Konseptual
106
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
107
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
108
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
sebuah privacy tetapi untuk tujuan perpajakan Pengecualian untuk kepentingan perpajakan
seharusnya kerahasiaan bank itu tunduk dan bagi kerahasiaan bank yang diatur dalam
semua negara pun sudah melakukan pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Perbankan
keterbukaan rahasia bank tersebut dan di UU tersebut merupakan paksaan hukum demi
KUP juga sudah jelas bahwa bank wajib kepentingan umum, yaitu kepentingan negara
memberikan data yang diminta oleh pajak. serta kepentingan masyarakat.
109
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
Dalam pasal (2), dijelaskan bahwa untuk bukti yang diminta, dan maksud
kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank dilakukannya permintaan keterangan
Indonesia atas permintaan Menteri dan/atau bukti.”
Keuangan berwenang mengeluarkan Adapun bank wajib memberikan data,
perintah tertulis kepada bank agar bukti-bukti atau informasi yang diminta
memberikan keterangan dan terkait dengan wajib pajak yang
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta diperiksa, setelah pemeriksa pajak yang
surat-surat mengenai keadaan keuangan dilengkapi permintaan tertulis dari
nasabah penyimpan tertentu kepada Menteri Keuangan tersebut meminta
pejabat pajak. “c. Tata cara permintaan dokumen-dokumen, bukti-bukti, dan
keterangan atau bukti dari pihak-pihak keterangan-keterangan yang dibutuhkan
yang terikat oleh kewajiban kepada bank.
merahasiakan sebagaimana dimaksud Berdasarkan pasal 2 ayat (2) dalam
pada ayat (2) diatur dengan atau Peraturan Menteri Keuangan Nomor
berdasarkan Peraturan Menteri 87/PMK.03/2013, tertulis seperti berikut:
Keuangan”. “Pihak-pihak sebagaimana dimaksud
Undang-Undang KUP pada dasarnya wajib memberikan keterangan atau bukti
memberikan kesempatan kepada paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
Direktorat Jenderal Pajak untuk diterimanya surat permintaan keterangan
melakukan pemeriksaan data wajib pajak atau bukti.”
yang terdapat pada bank terkait untuk Dijelaskan dalam pasal 2 ayat (2), bahwa
pemeriksaan pajak. Akan tetapi pada pihak bank wajib memberikan dokumen-
kenyataannya, Direktorat Jenderal Pajak dokumen, bukti-bukti atau keterangan
terkadang mengalami hambatan dalam yang diminta paling lambat 7 hari sejak
melakukan pemeriksaan data wajib pajak diterimanya surat permintaan keterangan
yang terdapat pada bank. atau bukti atau surat izin dari pihak yang
berwenang.
3. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Penolakan untuk pemberian data-data,
Nomor 87/PMK.03/2013 tentang Tata dokumen, atau bukti-bukti yang bersifat
Cara Permintaan Keterangan atau Bukti rahasia tersebut dapat berakibat
dari Pihak-pihak yang Terikat oleh pelanggaran hukum di bidang pidana.
Kewajiban Merahasiakan Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 2
Ketentuan ini mengatur bahwa ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan
proses permintaan atau keterangan yang Nomor 87/PMK.03/2013, yang berbunyi:
pada bank ini harus berdasarkan pada “Apabila permintaan keterangan atau
permintaan dari Menteri Keuangan bukti tidak dipenuhi dalam jangka waktu
kepada Gubernur Bank Indonesia sebagaimana dimaksud, Direktur
sebagaimana diatur dalam Undang- Jenderal Pajak dapat menyampaikan
Undang Nomor 10 tahun 1998. surat peringatan.”
Permintaan tertulis dari Menteri Dan diatur pula dalam pasal 41A
Keuangan tersebut harus terdapat hal-hal Undang-Undang KUP, yang berbunyi:
sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat “Setiap orang yang wajib memberikan
(1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor keterangan atau bukti yang diminta
87/PMK.03/2013, yang berbunyi sebagai sebagaimana dimaksud dalam pasal 35
berikut: “Surat permintaan keterangan tetapi dengan sengaja tidak memberi
atau bukti oleh Direktorat Jenderal Pajak keterangan atau bukti, atau memberi
atau Menteri Keuangan sebagaimana keterangan atau bukti yang tidak benar di
dimaksud sekurang-kurangnya memuat pidana dengan pidana kurungan paling
identitas wajib pajak, keterangan atau lama 1 (satu) tahun dan denda paling
110
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
banyak Rp 25.000.000 (dua puluh lima bank terkait dengan pemeriksaan pajak
juta).” selambat-lambatnya dalam jangka waktu
Dalam pasal 41A, dijelaskan agar pihak 14 hari setelah surat permintaan diterima
ketiga memenuhi permintaan Direktur secara lengkap oleh Direktorat Hukum
Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Bank Indonesia sebagaimana diatur
pasal 35, maka perlu adanya sanksi bagi dalam pasal 10 ayat (1), yang berbunyi:
pihak ketiga yang melakukan perbuatan “Pemberian perintah atau izin tertulis
atau tindakan sebagaimana dimaksud membuka rahasia bank dilaksanakan oleh
dalam pasal ini. Gubernur Bank Indonesia dalam waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas)
4. Menurut Peraturan Bank Indonesia hari setelah surat permintaan diterima
Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Tata Cara secara lengkap oleh Direktorat Hukum
Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Bank Indonesia.”
Membuka Rahasia Bank Bank dilarang memberikan keterangan
Ketentuan tentang pengecualian tentang keadaan keuangan nasabah
terhadap rahasia terkait pemeriksaan penyimpan selain yang disebutkan dalam
pajak tersebut dijabarkan dalam perintah atau izin tertulis dari Bank
peraturan pelaksanaannya yang Indonesia. Bank hanya dapat
dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu memberikan keterangan baik lisan
Peraturan Bank Indonesia Nomor maupun tertulis, memperlihatkan bukti-
2/19/PBI/2000. PBI Nomor bukti tertulis, surat-surat, dan hasil cetak
2/19/PBI/2000 mengatur bahwa data elektronik tentang keadaan
penerobosan rahasia bank demi keuangan nasabah penyimpan yang
kepentingan perpajakan terlebih dahulu disebutkan dalam perintah atau izin
harus diperoleh izin atau perintah tertulis tertulis yang disampaikan kepada bank
untuk membuka rahasia bank dari tersebut.
Pimpinan Bank Indonesia atas Ketentuan-ketentuan yang tertuang
permintaan tertulis dari Menteri dalam Undang-Undang Perbankan
Keuangan. Permintaan penerobosan maupun Peraturan Bank Indonesia pada
rahasia bank tersebut harus disertai tanda prinsipnya sejalan dengan apa yang
tangan dengan membubuhkan tanda menjadi tuntuan Undang-Undang KUP.
tangan basah dari Menteri Keuangan. Peraturan perundang-undangan di bidang
Pimpinan Bank Indonesia mengeluarkan perpajakan dan perbankan secara
perintah tersebut kepada bank agar bersama-sama mengatur mempermudah
memberikan keterangan dan proses dan upaya dari pemeriksa pajak
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta untuk melakukan pemeriksaan pajak,
surat-surat mengenai keadaan keuangan termasuk upaya untuk memperoleh data-
nasabah penyimpan tertentu kepada data, bukti-bukti, atau informasi dari
pejabat pajak. wajib pajak yang terdapat pada bank.
Adanya hal-hal yang harus Efektifitas dari pelaksanaan sistem
dicantumkan yang lengkap tentunya pembukaan rahasia bank untuk
dapat menjadi pertimbangan dari kepentingan perpajakan tentunya juga
Gubernur Bank Indonesia yang lebih perlu didukung kerjasama yang baik
efektif, sehingga perintah atau izin dari antara Kementerian Keuangan, Bank
Bank Indonesia tersebut tidak dapat Indonesia, dan pihak bank yang terkait.
disalahgunakan. Kemudian, Gubernur Kenyataannya saat ini, dalam
Bank Indonesia wajib menjawab atau pembukaan rahasia bank untuk
memberi tanggapan terhadap kepentingan perpajakan seperti yang
permohonan tertulis dari Menteri sudah diatur dalam Undang-Undang,
Keuangan untuk pembukaan rahasia Direktorat Jenderal Pajak masih
111
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
112
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
113
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan pemilik kartu kredit yang berpenghasilan
bahwa jumlah kartu kredit yang beredar di Rp. 3.000.000–Rp.10.000.000 hanya boleh
tahun 2009 – September 2016 mengalami memiliki dua kartu kredit. Dengan
peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi peraturan seperti ini, maka terjadilah
pada bulan November 2012 – Oktober penurunan jumlah kartu kredit di bulan
2013, jumlah kartu kredit mengalami November 2012 – Oktober 2013 dan
penurunan dikarenakan adanya peraturan kemudian jumlah kartu kredit pun
dari Bank Indonesia mengenai persyaratan mengalami peningkatan kembali pada
pengajuan kartu kredit serta batas November 2013 hingga September 2016.
penghasilan pemilik kartu kredit yang Dengan meningkatnya jumlah kartu kredit
berlaku secara efektif pada 1 Januari 2013. yang beredar, maka meningkat pula jumlah
Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa transaksi kartu kredit di Indonesia.
batas penghasilan yang dimiliki pemilik Peningkatan jumlah transaksi kartu kredit
kartu kredit adalah Rp 3.000.000 dan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Dari grafik jumlah transaksi kartu kredit pun sudah mulai terbiasa dengan
kredit diatas, dapat dijelaskan bahwa setiap kebijakan pajak ini sehingga jumlah
tahunnya mengalami peningkatan dan transaksi kartu kredit pun mulai kembali
penurunan. Akan tetapi, pada April 2016 meningkat. Dengan meningkatnya jumlah
mengalami penurunan kembali transaksi kartu kredit seharusnya
dikarenakan adanya kebijakan Menteri meningkat pula nilai transaksi kartu
Keuangan terkait dengan kewajiban bank kreditnya. Akan tetapi jumlah nilai
melaporkan data transaksi kartu kredit transaksi kartu kredit mengalami
nasabah ke DJP yang bertujuan untuk penurunan seperti yang terlihat pada grafik
meningkatkan penerimaan pajak negara. dibawah ini:
Kemudian, masyarakat pengguna kartu
114
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan mengatakan bahwa: “Saya tidak setuju,
bahwa selama periode tahun 2009 – karena saya selalu bayar pajak sesuai
September 2016 jumlah nilai transaksi dengan apa yang saya dapat dan saya
kartu kredit sama dengan jumlah transaksi punyai. Jadi tanpa bank melaporkan setiap
kartu kredit. Akan tetapi, pada periode transaksi kartu kredit saya ke Direktorat
April - Juli 2016 sama halnya dengan Jenderal Pajak, saya tetap akan membayar
jumlah transaksi kartu kredit, jumlah nilai pajak. Jadi itu semua tergantung kepada
transaksi kartu kredit pun mengalami kejujuran setiap orangnya masing-masing
penurunan dikarenakan adanya peraturan dan saya akan menutupnya karena tidak
yang dikeluarkan oleh Kementerian ada lagi privacy untuk nasabah seperti
Keuangan sehingga membuat beberapa kita.”
masyarakat resah bahkan ada beberapa Sama halnya dengan Lina Herawati,
masyarakat yang menutup kartu kreditnya salah satu pemilik kartu kredit yang kontra
sehingga jumlah nilai transaksi pun dengan kebijakan ini adalah Susana. Dalam
mengalami penurunan yang cukup drastic wawancara dengan beliau, beliau pun
dari periode sebelumnya, yaitu Maret mengatakan bahwa: “Saya tidak setuju,
2016. Dengan adanya peraturan pajak karena dengan adanya kebijakan ini berarti
tersebut saat ini pemegang kartu lebih melanggar privacy kami sebagai nasabah
disiplin lantaran khawatir transaksi kartu bank yang seharusnya di lindungi transaksi
kreditnya dianggap tidak wajar karena keuangannya bukan membuka transaksi
melebihi pendapatan yang dilaporkan ke keuangan nasabahnya kepada pihak-pihak
dalam SPT. yang seharusnya tidak boleh
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengetahuinya dan saya akan menutup
melalui wawancara perihal analisa kartu kredit saya karena tidak ada lagi
kebijakan pajak tentang kewajiban bank kerahasiaan dari pihak bank untuk menjaga
dalam pelaporan data transaksi penggunaan transaksi keuangan nasabahnya.”
kartu kredit, beberapa nasabah pemegang Selain ada nasabah yang tidak
kartu menyatakan bahwa mereka tidak menyetujui kebijakan ini, ada pula nasabah
menyetujui kebijakan tersebut sehingga pengguna kartu kredit yang lain yang pro
menimbulkan pro dan kontra. dengan kebijakan ini. Salah satunya adalah
Salah satu nasabah pemegang kartu Almira Khairani, beliau berpendapat
kredit yang kontra dengan kebijakan bahwa: “Dengan adanya kebijakan ini
tersebut adalah Lina Herawati yang maka terciptalah transparansi transaksi.
115
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
116
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
informasi nasabah debitur, data transaksi perlu ditetapkan sanksi yang jelas jika
keuangan dan lalu lintas devisa, kartu terjadi kebocoran data ini. Kami berharap
kredit, serta laporan keuangan dan/atau agar kebijakan ini dapat dikaji ulang
laporan kegiatan usaha yang disampaikan terlebih dahulu kepada pihak yang terkait,
kepada instansi lain diluar Direktorat dengan begitu sosialisasi kebijakan
Jenderal Pajak. Dalam rangka pelaksanaan tersebut kepada perbankan akan lebih jelas
ketentuan ini, sumber, jenis, dan tata cara karena dengan munculnya kebijakan ini,
penyampaian data dan informasi kepada sangat berpengaruh sekali terhadap
Direktorat Jenderal Pajak diatur dengan penutupan kartu kredit nasabah kami.
Peraturan Pemerintah. Sebagian dari nasabah kami justru
Di ayat (2), dapat dijelaskan pula apabila ketakutan jika transaksi keuangan mereka
data dan informasi yang berkaitan dengan diketahui oleh Direktorat Jenderal Pajak.
perpajakan yang diberikan oleh instansi Bahkan sebagian nasabah kami
pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak menghubungi kami untuk menanyakan
lain belum mencukupi untuk kepentingan lebih lanjut mengenai kebijakan ini dan
negara maka Direktorat Jenderal Pajak kami hanya bisa menjelaskan bahwa
dapat menghimpun data dan informasi kebijakan ini merupakan usaha pemerintah
yang berkaitan dengan perpajakan untuk menggiatkan pajak.”
sehubungan dengan terjadinya suatu
peristiwa yang diperkirakan berkaitan Kebijakan ini muncul sebenarnya
dengan pemenuhan kewajiban perpajakan untuk keperluan data kepatuhan
wajib pajak dengan memperhatikan pembayaran pajak dan tidak menyalahi
ketentuan tentang kerahasiaan atas data aturan dalam Undang-Undang Perbankan.
dan informasi dimaksud. Jadi Peraturan Transaksi kartu kredit akan dibandingkan
Menteri Keuangan Nomor dengan data penghasilan yang dilaporkan
39/PMK.03/2016 tidak melanggar aturan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan
apapun dan jika dilihat pula dari (SPT), selama SPT pajak penghasilan yang
kedudukan perundang-undangan, Undang- dilaporkan jelas dan benar serta sesuai
Undang Perbankan dan Undang--Undang dengan transaksi kartu kredit yang
Ketentuan Umum Perpajakan lebih tinggi dilakukan maka tidak akan menjadi
daripada Peraturan Menteri Keuangan dan masalah.
seharusnya kebijakan ini sah apabila Pengamat Kebijakan Pajak Danny
diterapkan. Darussalam Tax Centre, Bapak Bawono
Dari hasil wawancara yang didapat Kristiaji berpendapat bahwa: “Sebenarnya
dari Ibu Monika, Sales dan Marketing pemerintah itu memutar otak
Supervisor UOB Buana, beliau dikeluarkannya kebijakan ini untuk melihat
berpendapat: “Saya setuju dengan apakah tax ratio itu disebabkan karena
kebijakan ini, karena dengan kebijakan ini tidak patuhnya wajib pajak dalam
memudahkan pemerintah untuk melihat melaporkan pajaknya. Sistem pajak kita itu
transaksi keuangan. Trans-paransi seperti kan self assessment dan data yang dimiliki
ini sangat penting mengingat penerimaan oleh pemerintah itu sangat bergantung
pajak dari wajib pajak khususnya orang pada SPT. Kebijakan ini mungkin bisa
pribadi masih sangat minim dan kebijakan dibilang cara yang secara langsung bisa
pelaporan data nasabah bank yang terlihat kemampuan seseorang dari
melakukan transaksi kartu kredit ke konsumsi pemakaian kartu kredit apakah
Direktorat Jenderal Pajak sah dilakukan. sesuai dengan penghasilan yang dilaporkan
Akan tetapi, dari pihak kami berharap dalam pajak. Dan dengan adanya kebijakan
adanya komitmen yang tegas dari ini masyarakat akhirnya melaporkan data
pemerintah agar data nasabah kami tidak yang sebenar-benarnya dan disesuaikan
tersebar dan apabila data tersebut tersebar dengan pola konsumsi kartu kreditnya
117
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
118
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
bagi pengguna kartu kredit agar kebijakan kartu kredit baru dilakukan setelah semua
ini dapat berjalan secara efektif perbankan melaporkan data kartu kredit
sebagaimana mestinya. “ dengan lengkap. Saat ini, otoritas pajak
mengaku belum semua bank melaporkan
Selain itu, salah seorang nasabah data kartu kredit nasabahnya karena
pengguna kartu kredit yang bernama sejumlah bank perlu melakukan
Andry mengatakan bahwa “Sebaiknya penyesuaian agar kebijakan ini bisa
tidak perlu dijalankan kembali kebijakan berjalan. Analisis tidak dapat dilakukan
tersebut karena sangat mengganggu jika data yang ada belum lengkap.
kenyamanan para pemegang kartu kredit”. Menurut pendapat dari Bapak Bawono
Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Kristiaji, seorang pengamat kebijakan
Hana Lestari, salah satu nasabah pengguna pajak di Danny Darussalam Tax Centre,
kartu kredit. Beliau pun mengatakan: beliau mengatakan: “Kebijakan ini
“Lebih baik kebijakan ini tidak usah mengalami penundaan sampai tax amnesty
dijalankan karena sangat menganggu selesai dan selain mempunyai kapasitas
kenyamanan dan keamanan nasabah yang dan otoritas pajak yang cukup banyak dan
menyimpan uangnya khususnya para berkualitas, pemerintah juga harus
masyarakat yang memiliki kartu kredit.” mempunyai data yang terintegrasi antara
data kependudukan, perbankan serta
Apabila dunia usaha mengalami perpajakan nah persoalannya di Indonesia
penurunan dengan banyaknya nasabah kita tidak punya data seperti itu padahal
yang tidak nyaman mengenai peraturan otoritas pajak pun bisa mengakses data
tersebut, maka ini pun akan menimbulkan tersebut. Jadi sebaiknya diperlukan
perlambatan ekonomi negara. matching data terlebih dahulu antara data
Menurut pendapat Bapak Reynold Sinaga, perbankan dengan perpajakan.”
salah satu Account Representative
mengatakan bahwa: “Dampak bagi Simpulan
perekonomian negara hanya sedikit. Kartu Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kredit kan hanya berbicara metode dilakukan peneliti mengenai analisa kebijakan
pembayaran. Konsumen pengguna kartu pajak terkait kewajiban bank melaporkan data
kredit yang menutup kartu kreditnya akan transaksi penggunaan kartu kredit nasabah ke
berbelanja dengan menggunakan metode Direktorat Jenderal Pajak menurut Peraturan
pembayaran yang lain. Beliau pun Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016,
menambahkan akan efektif jika penundaan maka peneliti dapat memberikan kesimpulan
kebijakan ini dijalankan kembali karena sebagai berikut:
sudah dimulai dengan keterbukaan melalui 1. Dasar hukum dan perkembangan peraturan
program amnesti pajak, sehingga ada kerahasian bank di Indonesia terkait
pengakuan wajib pajak akan keadaan harta dengan kepentingan perpajakan diatur
dan hutang termasuk SPT yang sudah dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun
pernah dilaporkan. Dengan begitu, baik 1998 tentang Perbankan pasal 41 ayat (1),
fiskus maupun wajib pajak tidak perlu Undang-Undang Ketentuan Umum dan
khawatir.” Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 35 ayat
(1), Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Dampak kebijakan yang mewajibkan 87/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
perbankan melapor data kartu kredit Permintaan Keterangan atau Bukti dari
nasabahnya mungkin tidak akan terjadi Pihak-pihak yang Terikat oleh Kewajiban
pada tahun ini, sebab Direktorat Jenderal Merahasiakan, dan Peraturan Bank
Pajak baru menganalisis semua data kartu Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang
kredit yang telah diterimanya pada tahun Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin
depan. Hal ini disebabkan karena analisis Tertulis Membuka Rahasia Bank.
119
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X
120
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…
121