Anda di halaman 1dari 19

REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No.

2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

ANALISIS KEBIJAKAN PAJAK TERKAIT KEWAJIBAN BANKMELAPORKAN DATA


TRANSAKSI PENGGUNAAN KARTU KREDIT NASABAH KE DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK MENURUT PERATURAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 39/PMK.03/2016

Selvi Dan Sennytia


Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami
selvi300990@gmail.com

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum dan perkembangan peraturan
kerahasiaan bank di Indonesia terkait dengan perpajakan, serta untuk mengetahui kebijakan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016 terkait pelaporan data transaksi penggunaan
kartu kredit ke Direktorat Jenderal Pajak. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif, dimana metode ini lebih cocok digunakan saat membahas masalah sosial secara umum.
Data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data yang berasal dari hasil
wawancara serta dokumen resmi lainnya.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dasar hukum dan perkembangan peraturan kerahasiaan bank di
Indonesia terkait dengan perpajakan diatur Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan pasal 41 ayat (1), Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
pasal 35 ayat (1), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Permintaan Keterangan atau Bukti dari Pihak-pihak yang Terikat oleh Kewajiban Merahasiakan,
dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Tata Cara Pemberian Perintah atau
Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank. Rahasia bank pun memiliki pengecualian diantaranya untuk
kepentingan perpajakan seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
39/PMK.03/2016 mengenai kewajiban bank dalam pelaporan data transaksi penggunaan kartu
kredit ke Direktorat Jenderal Pajak.
Melalui hasil penelitian yang dilakukan disarankan adanya ketentuan hukum yang jelas agar pihak
pemeriksa pajak tidak akan mengalami hambatan dalam proses pemeriksaan data wajib pajak dan
dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat dikoordinasikan terlebih dahulu oleh pihak-pihak
yang terkait karena dalam menjalankan kebijakan ini diperlukan data yang akurat baik data dari
pihak perbankan maupun perpajakan dan harus ada komitmen agar data yang akan dibuka untuk
kepentingan pajak dijamin kerahasiaannya.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, Perpajakan, Kerahasiaan Bank, Konsumtif Kartu Kredit.

Abstract. This research aims to determine the legal basis and the development of bank secrecy
regulations in Indonesia related to taxation, as well as to determine the policy of the Minister of
Finance Regulation No. 39 / PMK.03 / 2016 related to the reporting of data transactions using
credit cards to the Directorate General of Taxation. The research method used is qualitative
method, which method is more suitable for use when discussing social issues in general. The data
collected is not in the form of figures, but data derived from interviews and other official
documents. The results of the study explained that the basic legal and regulatory developments of
bank secrecy in Indonesia related to taxation regulated Law No. 10 of 1998 Article 41 paragraph
(1), Law on General Provisions and Tax Procedures (CTP) of Article 35 paragraph (1) , Minister
of Finance Regulation No. 87 / PMK.03 / 2013 on Procedures Demand description or evidence of
the parties bound by the Confidentiality Obligations, and Bank Indonesia Regulation Number 2/19 /
PBI / 2000 on Procedures for Granting Permission command or Written Opens Bank secrecy. Bank
Secrecy also has exceptions including for tax purposes as set out in Finance Minister Regulation
No. 39 / PMK.03 / 2016 regarding the liabilities of the bank in the reporting of data transactions
using credit cards to the Directorate General of Taxation. Through research conducted suggested
103
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

the existence of clear legal provision that the tax inspector will not experience bottlenecks in the
process of examination of taxpayer data and the policy is expected to be coordinated in advance by
the parties are related because in running this policy required accurate data good data from the
banks as well as taxation and there must be a commitment that the data will be open for tax
purposes guaranteed confidentiality.

Keywords: public policy, taxation, bank secrecy, consumer credit card.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan efisien dibandingkan dengan alat


adalah salah satu direktorat jenderal dibawah pembayaran lain. Kartu kredit merupakan
Kementerian Keuangan Indonesia yang jenis kredit yang paling mudah dan cepat
mempunyai tugas merumuskan serta disetujui serta memiliki beberapa kelebihan
melaksanakan kebijakan dan standardisasi lain, yaitu lingkup penggunaannya yang
teknis di bidang perpajakan. Beberapa sangat luas dari transaksi kecil sampai
kebijakan pajak yang dibuat untuk transaksi dalam volume besar.
meningkatkan tax ratio di Indonesia antara Data yang tercatat di bank UOB
lain tax amnesty (pengampunan pajak), Buana hingga akhir tahun 2015 telah
penghapusan sanksi pajak, kebijakan menerbitkan lebih dari 342,000 keping kartu
mengenai e-filling, dan keterbukaan rahasia kredit dengan kenaikan sebesar 10,75 persen
bank untuk kepentingan perpajakan. Salah sejak akhir tahun 2014. Volume nilai
satu kebijakan pajak yang akan diterapkan transaksi kartu kredit juga mengalami
oleh Direktorat Jenderal Pajak adalah kenaikan selama tahun 2015 menjadi Rp 6,14
keterbukaan rahasia bank untuk kepentingan triliun dan naik sebesar 13,70 persen dari
perpajakan, yaitu mewajibkan setiap bank tahun sebelumnya. Dengan akan
untuk melaporkan secara berkala transaksi diberlakukannya kebijakan mengenai
kartu kredit para nasabahnya untuk penggunaan data kartu kredit untuk
kepentingan perpajakan. Peraturan tersebut kepentingan perpajakan akan menimbulkan
tertulis dalam Peraturan Menteri Keuangan keresahan serta menurunkan minat dan
(PMK) Nomor 39/PMK.03/2016 tentang kepercayaan nasabah dalam bertransaksi
rincian jenis data dan informasi yang menggunakan kartu kredit. Pihak DJP pun
berkaitan dengan perpajakan. PMK Nomor menekankan bahwa kebijakan tersebut
39/PMK.03/2016 berlaku sejak 22 Maret dilakukan hanya untuk membandingkan pola
2016 lalu. Khusus untuk data kartu kredit konsumsi pemegang kartu kredit dengan pola
mulai berlaku pada 31 Mei 2016. penghasilan yang dilaporkan kepada pihak
Penggunaan kartu kredit saat ini Direktorat Jenderal Pajak melalui Surat
semakin meluas khususnya di Indonesia. Pemberitahuan (SPT).
Menurut sumber dari Asosiasi Kartu Kredit Menteri Keuangan (Menkeu)
Indonesia (AKKI), mencatat hingga akhir mengatakan tujuan pemerintah mewajibkan
tahun 2015 jumlah kartu kredit yang beredar bank menyerahkan data kartu kredit nasabah
mencapai 16,86 juta kartu dengan volume bukan untuk membatasi transaksi konsumsi
transaksi mencapai 274,71 juta kali transaksi, atau belanja nasabah bank, akan tetapi hanya
sementara nilai transaksi kartu kredit ingin mencocokan antara transaksi kartu
sepanjang tahun 2015 mencapai Rp.273,14 kredit yang dimiliki seseorang dengan profil
triliun. kewajiban membayar pajaknya. Dari
(http://www.akki.or.id/index.php/cr, diakses pencocokan data tersebut akan terlihat
pada 09 November 2016). Kartu kredit kewajiban pajak yang semestinya dibayarkan.
merupakan alat pembayaran pengganti uang Apabila data yang dicocokan sangat berbeda
tunai yang dapat digunakan oleh masyarakat maka yang selama ini dilaporkan dalam SPT
untuk ditukarkan dengan barang atau jasa harus diperbaiki. Pemerintah mengimbau
yang diinginkan karena dinilai lebih efektif kepada seluruh masyarakat yang memiliki
104
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

kartu kredit agar tidak perlu khawatir akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
kebocoran data yang nantinya dihimpun oleh Nomor 39/PMK.03/2016, terkait dengan
Direktorat Jenderal Pajak. Sebab, berdasarkan informasi data transaksi nasabah kartu kredit
pasal 34 Undang-Undang Ketentuan Umum pun akan ditunda hingga Maret 2017 setelah
dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), data periode Tax Amnesty selesai.
tersebut dijamin kerahasiannya. Melalui
kebijakan ini, Ditjen Pajak bisa membuka Kerangka Pemikiran
data nasabah yang tersimpan di perbankan Kebijakan publik dalam bidang
untuk evaluasi dan investigasi pajak. perpajakan adalah administrasi perpajakan
Dalam Peraturan Menteri Keuangan yang bukan hanya merupakan kepentingan
(PMK) Nomor 39/PMK.03/2016, bank atau negara sebagai pemungut pajak, akan tetapi
lembaga penyelenggara kartu kredit wajib merupakan kepentingan dan hak dari para
menyerahkan data transaksi nasabah kartu wajib pajak agar segala pelaksanaan penata
kredit paling sedikit memuat nama bank, usahaan dan pelayanan yang meliputi tahap-
nomor rekening kartu kredit, ID merchant, tahap pendafaran wajib pajak, penetapan
nama merchant, nama pemilik kartu, alamat pajak, pembayaran pajak, pelaporan pajak,
pemilik kartu, NIK atau nomor paspor dan penagihan pajak ditatausahakan dengan
pemilik kartu, NPWP pemilik kartu. baik dan benar sesuai ketentuan peraturan
Akan tetapi, semenjak peraturan perundang-undangan. Salah satu adminis-trasi
Menteri Keuangan mengenai kewajiban bank perpajakan adalah pengumpulan data basis
melaporkan data transaksi penggunaan kartu pajak yang digunakan untuk kepentingan
kredit nasabah yang diatur dalam Peraturan perpajakan.
Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016, Administrasi perpajakan berupa
terkait dengan informasi data transaksi pengumpulan data basis pajak yang sudah
nasabah kartu kredit diberlakukan, penutupan disusun dalam kebijakan publik ini adalah
kartu kredit sangat meningkat dengan pesat mengenai keterbukaan kerahasiaan bank
sehingga menimbulkan pro dan kontra dari untuk kepentingan pajak. Kerahasiaan
pihak perbankan maupun masyarakat perbankan merupakan jiwa dari sistem
pengguna kartu kredit. Banyak pihak yang pro perbankan yang didasarkan pada kelaziman
akan kebijakan ini karena kebijakan ini dapat dalam praktik perbankan, perjanjian
meningkatkan kepatuhan wajib pajak serta atau kontrak antara bank dengan nasabah
dapat pula meningkatkan penerimaan pajak serta pengaturan tertulis yang ditetapkan oleh
negara. Di sisi lain ada pula pihak yang kontra negara yang sudah sepatutnya
dengan kebijakan ini dikarenakan kebijakan bank menerapkan ketentuan rahasia bank
pajak yang dikeluarkan ini merupakan suatu tersebut secara konsisten dan bertanggung
kerahasiaan bank yang harus dijaga padahal jawab sesuai peraturan perundang-undangan
kebijakan pajak ini tidak melanggar sebuah yang berlaku untuk melindungi kepentingan
kerahasiaan bank. Hal ini dapat terlihat bahwa nasabahnya dan bank harus menjaga rahasia
dalam Undang-Undang Perbankan pasal 41 tentang keadaan keuangan nasabah dan
ayat (1) terdapat pengecualian rahasia bank apabila melanggar kerahasiaan ini perbankan
untuk kepentingan perpajakan dan jika dilihat akan dikenakan sanksi.
dari kedudukan perundang-undangan, Rahasia bank pun memiliki
Undang-Undang Perbankan lebih tinggi pengecualian diantaranya untuk kepentingan
daripada Peraturan Menteri Keuangan dan perpajakan seperti yang tertuang dalam
seharusnya kebijakan ini sah apabila Peraturan Menteri Keuangan Nomor
diterapkan. 39/PMK.03/2016 mengenai kewajiban bank
Akan tetapi dengan adanya pro dan dalam pelaporan data transaksi penggunaan
kontra seperti ini, maka kebijakan Menteri kartu kredit ke Direktorat Jenderal Pajak.
Keuangan mengenai kewajiban bank dalam Kebijakan tersebut bertujuan untuk
pelaporan data transaksi kartu kredit yang meningkatkan kembali penerimaan pajak

105
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

negara. Akan tetapi dengan munculnya kebijakan ini mengalami penundaan


kebijakan ini, menimbulkan pro dan kontra sementara waktu hingga periode tax amnesty
dari pihak perbankan maupun masyarakat selesai, yaitu Maret 2017.
pengguna kartu kredit. Dengan demikian,

Model Konseptual

Keterbukaan Kerahasiaan Administrasi


Bank untuk Kepentingan Perpajakan Perpajakan

Pelaporan Data Transaksi Kartu Kredit ke Pengumpulan


DJP Data Basis Pajak
(PMK Nomor 39/PMK.03/2016)

Peningkatan Penerimaan Pajak Negara

Menimbulkan pro dan kontra dari pihak perbankan


maupun masyarakat pengguna kartu kredit

Penundaan pelaporan sementara waktu hingga


periode Tax Amnesty selesai yaitu Maret 2017

METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data penelitian


Penelitian ini merupakan pendekatan ini dengan menggunakan wawancara,
penelitian yang menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Adapun
penelitian kualitatif. Penelitian berdasarkan wawancara dilakukan dengan beberapa
tujuan, yaitu penelitian deskriptif, dimana informan terkait yakni:
penelitian ini bertujuan untuk 1. If. 1 adalah Monika sebagai praktisi
menggambarkan secara detail mengenai perbankan bagian kartu kredit bank UOB
analisa kebijakan pajak tentang kewajiban Buana.
bank dalam pelaporan data transaksi 2. If. 2 adalah Reynold Sinaga sebagai
penggunaan kartu kredit. Penelitian Account Representative.
berdasarkan tempat pelaksanaan ialah 3. If. 3 adalah Bawono Kristiaji sebagai
merupakan penelitian lapangan dan penelitian pengamat kebijakan pajak mengenai kartu
kepustakaan. kredit di Danny Darussalam Tax Centre.

106
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

4. If. 5 adalah Diana Herawati sebagai Dari pengertian di atas, dapat


nasabah pengguna kartu kredit. dijelaskan bahwa yang dilindungi dari
5. If. 6 adalah Lina Herawati sebagai nasabah kerahasiaan bank hanyalah nasabah
pengguna kartu kredit. penyimpan saja dan simpanannya. Dalam hal
6. If. 7 adalah Almira Khairani sebagai ini berarti segala sesuatu yang berhubungan
nasabah pengguna kartu kredit. dengan keterangan nasabah debitur (nasabah
7. If. 8 adalah Astri Andiani sebagai nasabah peminjam) tidak dibawah perlindungan
pengguna kartu kredit. nasabah bank. Bank tidak terikat menjaga
8. If. 9 adalah Lanny sebagai nasabah kewajiban menjaga segala keterangan
pengguna kartu kredit. nasabah debitur. Apabila nasabah bank adalah
9. If. 10 adalah Susana sebagai nasabah nasabah penyimpan sekaligus nasabah
pengguna kartu kredit. debitur, maka bank tetap wajib merahasiakan
10. If. 11 adalah Hana Lestari sebagai nasabah keterangan nasabah penyimpan. Artinya, jika
pengguna kartu kredit. nasabah itu hanya berkedudukan sebagai
11. If. 12 adalah Willy sebagai nasabah nasabah debitur maka keterangan tentang
pengguna kartu kredit. nasabah nasabah debitur dan hutangnya tidak
12. If. 13 adalah Sully sebagai nasabah wajib dirahasiakan oleh pihak bank.
pengguna kartu kredit. Selain memberikan rumusan dari
13. If. 14 adalah Andry sebagai nasabah pengertiannya, Undang-Undang Nomor 10
pengguna kartu kredit. Tahun 1998 juga memberikan rumusan yang
lebih rinci mengenai rahasia bank
Dasar Hukum dan Perkembangan sebagaimana ditentukan dalam pasal 40 ayat
Peraturan Kerahasiaan Bank di Indonesia (1) ini, berbunyi: “Bank wajib merahasiakan
Terkait dengan Kepentingan Perpajakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
Dalam rangka menghindari terjadinya simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana
penyalahgunaan keuangan nasabah, maka dimaksud dalam pasal 41, 41A, 42, 43, 44,
dibuatlah aturan khusus yang melarang bank dan 44A”.
untuk memberikan informasi tercatat kepada Keterangan seperti apa yang wajib
siapapun berkaitan dengan keadaan keuangan dirahasiakan oleh bank dari nasabah
nasabah, simpanan, dan penyimpanannya. Di penyimpan dan simpanannya?. Dalam pen-
Indonesia ketentuan rahasia bank terdapat jelasan ayat tersebut yang dimaksud dengan
dalam Undang-Undang Perbankan. Ketentuan keterangan adalah informasi sehingga yang
rahasia bank berturut-turut diatur dalam: wajib dirahasiakan oleh bank adalah segala
1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- sesuatu yang berhubungan dengan informasi
Undang Nomor 23 Tahun 1960 tentang mengenai nasabah penyimpan dan
Rahasia Bank. simpanannya.
2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 Menurut hasil wawancara dengan Ibu
tentang Pokok-pokok Perbankan. Monika, Sales dan Marketing Supervisor di
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 bank UOB Buana, beliau mengatakan
tentang Perbankan. “Rahasia bank adalah segala hal yang
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 berhubungan dengan keuangan nasabah yang
tentang Perbankan. harus kita jaga sesuai undang-undang
Dasar hukum dan peraturan dari perbankan yang berlaku”.
ketentuan rahasia bank di Indonesia adalah Rahasia bank merupakan hal yang
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 penting karena bank sebagai lembaga
tentang Perbankan dalam pasal 1 ayat (28) kepercayaan wajib merahasiakan segala
yang lengkapnya berbunyi: “Rahasia bank sesuatu yang berhubungan dengan nasabah
adalah segala sesuatu yang berhubungan penyimpan dan simpanannya. Meskipun bank
dengan keterangan mengenai nasabah tidak memiliki perjanjian dengan nasabahnya
penyimpanan dan simpanannya”. namun bank tetap berkewajiban untuk

107
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

mempertahankan rahasia bank berdasarkan anggota dewan komisaris, direksi,


peraturan perundang-undangan atau konsep pegawai bank, atau pihak terafiliasi
hukum lainnya, seperti konsep “perbuatan lainnya yang dengan sengaja memberikan
melawan hukum”. Artinya dalam hal bank ketarangan yang wajib dirahasiakan
memberikan keterangan tentang nasabah yang menurut pasal 40 Undang-Undang
merugikan nasabahnya, maka bank dapat Perbankan.
dituntut oleh nasabahnya dengan alasan Pembukaan rahasia bank seseorang
perbuatan melawan hukum. Untuk hal ini selain melanggar Undang-Undang Perbankan
nasabah harus dapat membuktikan bahwa juga melanggar hak nasabah yang dapat
kerugian yang didalamnya sebagai akibat dari mendatangkan kerugian bagi nasabah.
pembocoran rahasia bank. Pelanggaran terhadap rahasia bank
Masalah tindak pidana perbankan merupakan salah satu bentuk kejahatan, maka
merupakan bagian yang tidak bisa dari itu setiap bank wajib memegang teguh
ditinggalkan bila dibahas dalam hukum prinsip rahasia bank. Dengan melakukan
perbankan. Sudah sepatutnya setiap terjadi upaya menjaga keamanan rahasia bank berarti
pelanggaran terhadap ketentuan hukum akan secara tidak langsung menjaga keamanan
diberikan sanksi kepada pelaku pelanggaran keuangan nasabah karena rahasia bank
tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang mencakup perlindungan terhadap nasabah dan
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, simpanannya.
pelanggaran terhadap ketentuan rahasia bank Dalam situasi atau keadaan tertentu
dapat dikategorikan sebagai “tindak pidana sesuai dengan undang-undang, data nasabah
kejahatan”. Oleh karena itu, pelanggar di bank dapat saja tidak harus dirahasiakan
ketentuan rahasia bank apabila dibandingkan lagi. Adapun pengecualian terhadap rahasia
hanya sekedar pelanggaran dan perlu bank adalah salah satunya untuk kepentingan
diberikan sanksi hukum pidana yang lebih perpajakan. Berdasarkan wawancara dengan
berat lagi. Sanksi pidana tersebut bukan hanya Bapak Reynold Sinaga, Account
sebagai pelengkap suatu peraturan dalam Representative mengatakan bahwa: Bank
bidang perbankan, melainkan diperlukan guna wajib memberikan data yang diminta oleh
ditaatinya peraturan tersebut. pajak karena itu jelas tertulis dalam UU KUP
Menurut sistem Undang-Undang Pasal 35A tentang Ketentuan Umum dan Tata
Perbankan, sanksi pidana atas pelanggaran Cara Perpajakan. Dalam UU KUP ini sangat
prinsip kerahasiaan bank ini dapat dibagi jelas berisi bahwa bank wajib memberikan
dalam kategori sebagai berikut: data yang diminta oleh Dirjen Pajak guna
1. Pidana penjara minimal 2 tahun dan untuk kepentingan pemeriksaan pajak. Dan
maksimal 4 tahun serta denda minimal tertulis pula dalam pasal 41A UU KUP jika
Rp.10.000.000.000 dan maksimal pihak yang diminta tidak memberikan
Rp.200.000.000.000 diancam terhadap keterangan atau bukti akan dikenakan sanksi
barangsiapa yang tanpa membawa pidana.
perintah tertulis atau izin dari Pimpinan
Bank Indonesia sebagaimana dimaksud Hal serupa pun disampaikan oleh
dalam pasal 41, 41A dan 42 dengan Bapak Bawono Kristiaji seorang pengamat
sengaja memaksa bank atau pihak pajak di Danny Darussalam Tax Centre,
terafiliasi untuk memberikan keterangan beliau mengatakan bahwa: Data perbankan itu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 adalah data yang di luar pemerintah yang
Undang-Undang Perbankan. didokumentasikan dengan baik dan tidak ada
2. Pidana penjara minimal 2 tahun dan sektor-sektor lain yang mencatat secara detail
maksimal 4 tahun serta denda minimal seperti perbankan dan perbankan pun wajib
Rp.4.000.000.000 dan maksimal memberikan data tersebut karena di berbagai
Rp.8.000.000.000 diancam terhadap para negara walaupun kerahasian bank itu adalah

108
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

sebuah privacy tetapi untuk tujuan perpajakan Pengecualian untuk kepentingan perpajakan
seharusnya kerahasiaan bank itu tunduk dan bagi kerahasiaan bank yang diatur dalam
semua negara pun sudah melakukan pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Perbankan
keterbukaan rahasia bank tersebut dan di UU tersebut merupakan paksaan hukum demi
KUP juga sudah jelas bahwa bank wajib kepentingan umum, yaitu kepentingan negara
memberikan data yang diminta oleh pajak. serta kepentingan masyarakat.

Pengecualian terhadap rahasia bank 2. Menurut Undang-Undang Ketentuan


untuk kepentingan perpajakan pun telah diatur Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
dalam sistem hukum Indonesia, antara lain: Pengaturan tentang kewenangan
1. Menurut Undang Undang Nomor 10 pembukaan kerahasiaan bank dengan
Tahun 1998 tentang Perbankan pemeriksaan data wajib pajak di bank,
Pembukaan rahasia bank untuk diatur dalam pasal 35 Undang-Undang
kepentingan perpajakan diatur dalam KUP yang berisi sebagai berikut: “a.
pasal 41 ayat (1) yang menentukan Apabila dalam menjalankan ketentuan
bahwa: “Untuk kepentingan perpajakan, perundang-undangan perpajakan
Pimpinan Bank Indonesia atas diperlukan keterangan atau bukti dari
permintaan Menteri Keuangan bank, akuntan publik, notaris, konsultan
berwenang mengeluarkan perintah pajak, kantor administrasi, dan/atau
tertulis kepada bank agar memberikan pihak ketiga lainnya, yang mempunyai
keterangan dan memperlihatkan bukti- hubungan dengan Wajib Pajak yang
bukti tertulis serta surat-surat mengenai dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan
keadaan keuangan nasabah penyimpan pajak, atau penyidikan tindak pidana di
tertentu kepada pejabat pajak.” bidang perpajakan, atas permintaan
Untuk pembukaan dan pengungkapan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak,
rahasia bank, pasal 41 ayat (1) Undang pihak-pihak tersebut wajib memberikan
Undang Nomor 10 Tahun 1998 keterangan atau bukti yang diminta.”
menetapkan unsur-unsur yang wajib Dalam pasal (1), dijelaskan bahwa untuk
dipenuhi, sebagai berikut: menjalankan ketentuan perundang-
a. Pembukaan rahasia bank untuk undangan perpajakan atas permintaan
kepentingan perpajakan. tertulis Direktur Jenderal Pajak, maka
b. Pembukaan rahasia bank itu atas pihak ketiga yaitu bank, akuntan publik,
permintaan tertulis Menteri Keuangan. notaris, konsultan pajak, kantor
c. Pembukaan rahasia bank itu atas administrasi, dan pihak ketiga lainnya
permintaan tertulis Pimpinan Bank yang mempunyai hubungan dengan
Indonesia. kegiatan usaha Wajib Pajak yang
d. Pembukaan rahasia bank ini dilakukan oleh dilakukan pemeriksaan pajak atau
Bank dengan memberikan keterangan dan penagihan pajak serta penyidikan tindak
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta pidana di bidang perpajakan harus
surat-surat mengenai keadaan keuangan memberikan keterangan atau bukti-bukti
nasabah penyimpan yang namanya yang diminta. “b. Dalam hal pihak-pihak
disebutkan dalam permintaan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Menteri Keuangan. terikat oleh kewajiban merahasiakan
e. Keterangan dengan bukti-bukti tertulis untuk keperluan pemeriksaan, penagihan
mengenai keadaan keuangan nasabah pajak, atau penyidikan tindak pidana di
penyimpan tersebut diberikan kepada bidang perpajakan, kewajiban
pejabat pajak yang namanya disebutkan merahasiakan tersebut ditiadakan,
dalam perintah tertulis Pimpinan Bank kecuali untuk bank, kewajiban
Indonesia. merahasiakan ditiadakan atas permintaan
tertulis dari Menteri Keuangan.”

109
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

Dalam pasal (2), dijelaskan bahwa untuk bukti yang diminta, dan maksud
kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank dilakukannya permintaan keterangan
Indonesia atas permintaan Menteri dan/atau bukti.”
Keuangan berwenang mengeluarkan Adapun bank wajib memberikan data,
perintah tertulis kepada bank agar bukti-bukti atau informasi yang diminta
memberikan keterangan dan terkait dengan wajib pajak yang
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta diperiksa, setelah pemeriksa pajak yang
surat-surat mengenai keadaan keuangan dilengkapi permintaan tertulis dari
nasabah penyimpan tertentu kepada Menteri Keuangan tersebut meminta
pejabat pajak. “c. Tata cara permintaan dokumen-dokumen, bukti-bukti, dan
keterangan atau bukti dari pihak-pihak keterangan-keterangan yang dibutuhkan
yang terikat oleh kewajiban kepada bank.
merahasiakan sebagaimana dimaksud Berdasarkan pasal 2 ayat (2) dalam
pada ayat (2) diatur dengan atau Peraturan Menteri Keuangan Nomor
berdasarkan Peraturan Menteri 87/PMK.03/2013, tertulis seperti berikut:
Keuangan”. “Pihak-pihak sebagaimana dimaksud
Undang-Undang KUP pada dasarnya wajib memberikan keterangan atau bukti
memberikan kesempatan kepada paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
Direktorat Jenderal Pajak untuk diterimanya surat permintaan keterangan
melakukan pemeriksaan data wajib pajak atau bukti.”
yang terdapat pada bank terkait untuk Dijelaskan dalam pasal 2 ayat (2), bahwa
pemeriksaan pajak. Akan tetapi pada pihak bank wajib memberikan dokumen-
kenyataannya, Direktorat Jenderal Pajak dokumen, bukti-bukti atau keterangan
terkadang mengalami hambatan dalam yang diminta paling lambat 7 hari sejak
melakukan pemeriksaan data wajib pajak diterimanya surat permintaan keterangan
yang terdapat pada bank. atau bukti atau surat izin dari pihak yang
berwenang.
3. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Penolakan untuk pemberian data-data,
Nomor 87/PMK.03/2013 tentang Tata dokumen, atau bukti-bukti yang bersifat
Cara Permintaan Keterangan atau Bukti rahasia tersebut dapat berakibat
dari Pihak-pihak yang Terikat oleh pelanggaran hukum di bidang pidana.
Kewajiban Merahasiakan Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 2
Ketentuan ini mengatur bahwa ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan
proses permintaan atau keterangan yang Nomor 87/PMK.03/2013, yang berbunyi:
pada bank ini harus berdasarkan pada “Apabila permintaan keterangan atau
permintaan dari Menteri Keuangan bukti tidak dipenuhi dalam jangka waktu
kepada Gubernur Bank Indonesia sebagaimana dimaksud, Direktur
sebagaimana diatur dalam Undang- Jenderal Pajak dapat menyampaikan
Undang Nomor 10 tahun 1998. surat peringatan.”
Permintaan tertulis dari Menteri Dan diatur pula dalam pasal 41A
Keuangan tersebut harus terdapat hal-hal Undang-Undang KUP, yang berbunyi:
sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat “Setiap orang yang wajib memberikan
(1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor keterangan atau bukti yang diminta
87/PMK.03/2013, yang berbunyi sebagai sebagaimana dimaksud dalam pasal 35
berikut: “Surat permintaan keterangan tetapi dengan sengaja tidak memberi
atau bukti oleh Direktorat Jenderal Pajak keterangan atau bukti, atau memberi
atau Menteri Keuangan sebagaimana keterangan atau bukti yang tidak benar di
dimaksud sekurang-kurangnya memuat pidana dengan pidana kurungan paling
identitas wajib pajak, keterangan atau lama 1 (satu) tahun dan denda paling

110
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

banyak Rp 25.000.000 (dua puluh lima bank terkait dengan pemeriksaan pajak
juta).” selambat-lambatnya dalam jangka waktu
Dalam pasal 41A, dijelaskan agar pihak 14 hari setelah surat permintaan diterima
ketiga memenuhi permintaan Direktur secara lengkap oleh Direktorat Hukum
Jenderal Pajak sebagaimana diatur dalam Bank Indonesia sebagaimana diatur
pasal 35, maka perlu adanya sanksi bagi dalam pasal 10 ayat (1), yang berbunyi:
pihak ketiga yang melakukan perbuatan “Pemberian perintah atau izin tertulis
atau tindakan sebagaimana dimaksud membuka rahasia bank dilaksanakan oleh
dalam pasal ini. Gubernur Bank Indonesia dalam waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas)
4. Menurut Peraturan Bank Indonesia hari setelah surat permintaan diterima
Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Tata Cara secara lengkap oleh Direktorat Hukum
Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Bank Indonesia.”
Membuka Rahasia Bank Bank dilarang memberikan keterangan
Ketentuan tentang pengecualian tentang keadaan keuangan nasabah
terhadap rahasia terkait pemeriksaan penyimpan selain yang disebutkan dalam
pajak tersebut dijabarkan dalam perintah atau izin tertulis dari Bank
peraturan pelaksanaannya yang Indonesia. Bank hanya dapat
dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yaitu memberikan keterangan baik lisan
Peraturan Bank Indonesia Nomor maupun tertulis, memperlihatkan bukti-
2/19/PBI/2000. PBI Nomor bukti tertulis, surat-surat, dan hasil cetak
2/19/PBI/2000 mengatur bahwa data elektronik tentang keadaan
penerobosan rahasia bank demi keuangan nasabah penyimpan yang
kepentingan perpajakan terlebih dahulu disebutkan dalam perintah atau izin
harus diperoleh izin atau perintah tertulis tertulis yang disampaikan kepada bank
untuk membuka rahasia bank dari tersebut.
Pimpinan Bank Indonesia atas Ketentuan-ketentuan yang tertuang
permintaan tertulis dari Menteri dalam Undang-Undang Perbankan
Keuangan. Permintaan penerobosan maupun Peraturan Bank Indonesia pada
rahasia bank tersebut harus disertai tanda prinsipnya sejalan dengan apa yang
tangan dengan membubuhkan tanda menjadi tuntuan Undang-Undang KUP.
tangan basah dari Menteri Keuangan. Peraturan perundang-undangan di bidang
Pimpinan Bank Indonesia mengeluarkan perpajakan dan perbankan secara
perintah tersebut kepada bank agar bersama-sama mengatur mempermudah
memberikan keterangan dan proses dan upaya dari pemeriksa pajak
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta untuk melakukan pemeriksaan pajak,
surat-surat mengenai keadaan keuangan termasuk upaya untuk memperoleh data-
nasabah penyimpan tertentu kepada data, bukti-bukti, atau informasi dari
pejabat pajak. wajib pajak yang terdapat pada bank.
Adanya hal-hal yang harus Efektifitas dari pelaksanaan sistem
dicantumkan yang lengkap tentunya pembukaan rahasia bank untuk
dapat menjadi pertimbangan dari kepentingan perpajakan tentunya juga
Gubernur Bank Indonesia yang lebih perlu didukung kerjasama yang baik
efektif, sehingga perintah atau izin dari antara Kementerian Keuangan, Bank
Bank Indonesia tersebut tidak dapat Indonesia, dan pihak bank yang terkait.
disalahgunakan. Kemudian, Gubernur Kenyataannya saat ini, dalam
Bank Indonesia wajib menjawab atau pembukaan rahasia bank untuk
memberi tanggapan terhadap kepentingan perpajakan seperti yang
permohonan tertulis dari Menteri sudah diatur dalam Undang-Undang,
Keuangan untuk pembukaan rahasia Direktorat Jenderal Pajak masih

111
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

menemukan hambatan-hambatan dalam Masyarakat akan lebih memilih


pembukaan rahasia bank. Beberapa menyimpan dananya ke negara lain yang
hambatan yang sering muncul yaitu, dinilai lebih aman dan lebih terjaga
tidak adanya ketentuan hukum atas kerahasiannya. Dalam hal ini, pemeriksa
pembukaan rahasia bank terhadap pajak seringkali dipersulit dengan
nasabah debitur yang sekaligus nasabah tindakan perbankan memperlambat
penyimpan. Dalam hal ini, proses ataupun mempersulit untuk mengakses
pemeriksaan pajak yang akan dilakukan data wajib pajak yang disimpan oleh
oleh Direktorat Jenderal Pajak terhadap bank. Tindakan bank dalam mempersulit
nasabah penyimpan memerlukan izin pihak pemeriksa pajak adalah mengulur
dari Gubernur Bank Indonesia waktu dalam memberikan data wajib
berdasarkan permintaan tertulis dari pajak. Sedangkan di lain pihak,
Menteri Keuangan. Sedangkan, pemeriksa pajak terbentur dengan jangka
pemeriksaan pajak yang dilakukan waktu pemeriksaan yang sangat terbatas.
terhadap nasabah debitur tidak terikat
pada ketentuan bank. Artinya dapat 1. Kebijakan Peraturan Menteri
dilakukan pemeriksaan pajak tanpa Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016
prosedur sebagaimana diberlakukan Terkait Pelaporan Data Transaksi
kepada nasabah penyimpan. Direktorat Penggunaan Kartu Kredit ke Direktorat
Jenderal Pajak dapat dengan langsung Jenderal Pajak
melakukan pemeriksaan pada bank-bank Kementerian Keuangan mengeluar-
tertentu. Ketentuan Undang-Undang kan peraturan baru yang mewajibkan
Perbankan di Indonesia memang tidak perbankan atau lembaga keuangan yang
mengatur mengenai pembukaan rahasia menerbitkan kartu kredit untuk melaporkan
bank untuk wajib pajak yang berstatus setiap transaksinya kepada Direkotrat
nasabah debitur sekaligus nasabah Jenderal Pajak (DJP). Peraturan tersebut
penyimpan, akibat tidak adanya berupa Peraturan Menteri Keuangan
ketentuan hukum ini, pemeriksa pajak Nomor 39/PMK.03/2016 tentang rincian
sering terlibat konflik dengan pihak jenis data dan informasi serta tata cara
perbankan mengenai data nasabah penyampaian data dan informasi yang
debitur yang sekaligus nasabah berkaitan dengan perpajakan. Peraturan
penyimpan. Pihak perbankan Menteri Keuangan ini ditetapkan sejak 22
menentukan bahwa posisi nasabah Maret 2016 dan berlaku sejak
debitur yang demikian dianggap diundangkan. Dalam peraturan ini,
berkedudukan sebagai nasabah disebutkan bank atau lembaga penerbit
penyimpan, yang berarti bahwa prosedur kartu kredit diwajibkan melaporkan data
pembukaan rahasia bank harus tetap transaksi nasabah kartu kredit yang
dilalui sebagaimana layaknya nasabah bersumber dari billing statement yang
penyimpan yang berakibat akan memuat data-data berupa nama bank,
memakan waktu lebih lama untuk penerbit kartu kredit, nomor rekening kartu
membuka keterangan dan informasi kredit, nomor ID dan nama merchant,
mengenai keadaan keuangan nasabahnya. nama pemilik kartu kredit, alamat pemilik
Hambatan yang sering terjadi pula kartu kredit, NIK/nomor paspor pemilik
adalah ketakutan bank untuk melakukan kartu kredit, NPWP pemilik kartu kredit,
proses pembukaan rahasia bank. Proses bulan tagihan, tanggal transaksi, rincian
pembukaan rahasia bank yang mudah transaksi, nilai transaksi dalam rupiah serta
untuk dibuka akan berpengaruh terhadap limit atau batas nilai kredit yang diberikan
tingkat kepercayaan masyarakat dalam untuk setiap kartu. Data-data tersebut harus
menyimpan dananya ke bank. segera dilaporkan dalam bentuk langsung

112
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

ke Direktorat Jenderal Pajak maupun u. PT Bank QNB Indonesia.


secara elektronik (online) paling lambat 31 v. Citibank N.A.
Mei 2016 karena tanpa data akan sangat w. PT AEON Credit Services.
sulit mengumpulkan pajak yang akurat. Pemakaian kartu kredit sebagai alat
Adapun 23 bank yang disebutkan transaksi pembelanjaan mungkin sudah
dalam lampiran Peraturan Menteri tidak asing lagi bagi kita, bahkan
Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016, kebanyakan masyarakat menggunakan
meliputi: kartu kredit. Kartu kredit telah mengubah
a. Pan Indonesia Bank, Ltd. Tbk. konsep berbelanja kebanyakan orang, yang
b. PT Bank ANZ Indonesia. dulunya harus memegang uang dengan
c. PT Bank Bukopin, Tbk. nilai tertentu bila ingin berbelanja, kini
d. PT Bank Central Asia, Tbk. dengan kartu kredit tidak perlu membawa
e. PT Bank CIMB Niaga, Tbk. lembaran uang, yang dibutuhkan hanyalah
f. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. sekeping kartu dan semua fasilitasnya yang
g. PT Bank MNC Internasional. kini sudah ada di setiap pusat perbelanjaan.
h. PT Bank ICBC Indonesia. Para konsumen akan berusaha
i. PT Maybank Indonesia, Tbk. memaksimalkan kepuasannya selama
j. PT Bank Mandiri (Persero), Tbk. kemampuan financial memungkinkan.
k. PT Bank Mega, Tbk. Segala kemudahan yang ditawarkan oleh
l. PT Bank Negara Indonesia 1946 penggunaan kartu kredit membuat para
(Persero), Tbk. konsumen merasa leluasa dalam
m. PT Bank Negara Indonesia Syariah. berbelanja. Peminat kartu kredit pun
n. PT Bank OCBC NISP, Tbk. semakin meluas khususnya di Indonesia.
o. PT Bank Permata, Tbk. Menurut sumber dari Asosiasi Kartu Kredit
p. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Indonesia (AKKI), data jumlah kartu kredit
Tbk. yang beredar di tahun 2009 – September
q. PT Bank Sinarmas. 2016 mengalami peningkatan, seperti dapat
r. PT Bank UOB Indonesia. dilihat pada grafik jumlah kartu kredit
s. Standard Chartered Bank. dibawah ini:
t. The Hongkong & Shanghai Banking
Corp.

Jumlah Kartu Kredit


Sumber: Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI)

113
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

Dari grafik di atas, dapat disimpulkan pemilik kartu kredit yang berpenghasilan
bahwa jumlah kartu kredit yang beredar di Rp. 3.000.000–Rp.10.000.000 hanya boleh
tahun 2009 – September 2016 mengalami memiliki dua kartu kredit. Dengan
peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi peraturan seperti ini, maka terjadilah
pada bulan November 2012 – Oktober penurunan jumlah kartu kredit di bulan
2013, jumlah kartu kredit mengalami November 2012 – Oktober 2013 dan
penurunan dikarenakan adanya peraturan kemudian jumlah kartu kredit pun
dari Bank Indonesia mengenai persyaratan mengalami peningkatan kembali pada
pengajuan kartu kredit serta batas November 2013 hingga September 2016.
penghasilan pemilik kartu kredit yang Dengan meningkatnya jumlah kartu kredit
berlaku secara efektif pada 1 Januari 2013. yang beredar, maka meningkat pula jumlah
Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa transaksi kartu kredit di Indonesia.
batas penghasilan yang dimiliki pemilik Peningkatan jumlah transaksi kartu kredit
kartu kredit adalah Rp 3.000.000 dan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Jumlah Transaksi Kartu Kredit


Sumber: Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI)

Dari grafik jumlah transaksi kartu kredit pun sudah mulai terbiasa dengan
kredit diatas, dapat dijelaskan bahwa setiap kebijakan pajak ini sehingga jumlah
tahunnya mengalami peningkatan dan transaksi kartu kredit pun mulai kembali
penurunan. Akan tetapi, pada April 2016 meningkat. Dengan meningkatnya jumlah
mengalami penurunan kembali transaksi kartu kredit seharusnya
dikarenakan adanya kebijakan Menteri meningkat pula nilai transaksi kartu
Keuangan terkait dengan kewajiban bank kreditnya. Akan tetapi jumlah nilai
melaporkan data transaksi kartu kredit transaksi kartu kredit mengalami
nasabah ke DJP yang bertujuan untuk penurunan seperti yang terlihat pada grafik
meningkatkan penerimaan pajak negara. dibawah ini:
Kemudian, masyarakat pengguna kartu

114
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

Jumlah Nilai Transaksi Kartu Kredit


Sumber: Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI)

Dari grafik diatas, dapat disimpulkan mengatakan bahwa: “Saya tidak setuju,
bahwa selama periode tahun 2009 – karena saya selalu bayar pajak sesuai
September 2016 jumlah nilai transaksi dengan apa yang saya dapat dan saya
kartu kredit sama dengan jumlah transaksi punyai. Jadi tanpa bank melaporkan setiap
kartu kredit. Akan tetapi, pada periode transaksi kartu kredit saya ke Direktorat
April - Juli 2016 sama halnya dengan Jenderal Pajak, saya tetap akan membayar
jumlah transaksi kartu kredit, jumlah nilai pajak. Jadi itu semua tergantung kepada
transaksi kartu kredit pun mengalami kejujuran setiap orangnya masing-masing
penurunan dikarenakan adanya peraturan dan saya akan menutupnya karena tidak
yang dikeluarkan oleh Kementerian ada lagi privacy untuk nasabah seperti
Keuangan sehingga membuat beberapa kita.”
masyarakat resah bahkan ada beberapa Sama halnya dengan Lina Herawati,
masyarakat yang menutup kartu kreditnya salah satu pemilik kartu kredit yang kontra
sehingga jumlah nilai transaksi pun dengan kebijakan ini adalah Susana. Dalam
mengalami penurunan yang cukup drastic wawancara dengan beliau, beliau pun
dari periode sebelumnya, yaitu Maret mengatakan bahwa: “Saya tidak setuju,
2016. Dengan adanya peraturan pajak karena dengan adanya kebijakan ini berarti
tersebut saat ini pemegang kartu lebih melanggar privacy kami sebagai nasabah
disiplin lantaran khawatir transaksi kartu bank yang seharusnya di lindungi transaksi
kreditnya dianggap tidak wajar karena keuangannya bukan membuka transaksi
melebihi pendapatan yang dilaporkan ke keuangan nasabahnya kepada pihak-pihak
dalam SPT. yang seharusnya tidak boleh
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengetahuinya dan saya akan menutup
melalui wawancara perihal analisa kartu kredit saya karena tidak ada lagi
kebijakan pajak tentang kewajiban bank kerahasiaan dari pihak bank untuk menjaga
dalam pelaporan data transaksi penggunaan transaksi keuangan nasabahnya.”
kartu kredit, beberapa nasabah pemegang Selain ada nasabah yang tidak
kartu menyatakan bahwa mereka tidak menyetujui kebijakan ini, ada pula nasabah
menyetujui kebijakan tersebut sehingga pengguna kartu kredit yang lain yang pro
menimbulkan pro dan kontra. dengan kebijakan ini. Salah satunya adalah
Salah satu nasabah pemegang kartu Almira Khairani, beliau berpendapat
kredit yang kontra dengan kebijakan bahwa: “Dengan adanya kebijakan ini
tersebut adalah Lina Herawati yang maka terciptalah transparansi transaksi.
115
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

Sekarang banyak orang yang memiliki dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor


kartu kredit besar namun membayar pajak 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dalam
hanya sesuai dengan penghasilan dari pasal 1 ayat (28) yang lengkapnya
kantor saja, tidak melaporkan penghasilan berbunyi: “Rahasia bank adalah segala
lain yang didapat dari kegiatan usaha sesuatu yang berhubungan dengan
lainnya. Sedangkan dalam pengajuan kartu keterangan mengenai nasabah
kredit untuk mendapatkan limit yang besar, penyimpanan dan simpanannya.”
orang-orang tersebut berani meng- Dijelaskan dalam pasal ini, rahasia bank itu
informasikan kegiatan-kegiatan usaha adalah data nasabah penyimpan. Jadi
lainnya yang dilakukan. Maka hal tersebut dalam hal ini, pemegang kartu kredit
memicu wajib pajak untuk menutupi adalah nasabah debitur (nasabah
penghasilan-penghasilan lain yang peminjam).
seharusnya juga wajib lapor pajak. Karena Dasar hukum kebijakan ini jelas diatur
dengan membayar pajak sesuai dengan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum
kewajiban akan membantu negeri kita Perpajakan (KUP) pasal 35A yang
sendiri dan saya tidak akan menutup kartu berbunyi sebagai berikut:
kredit saya karena saya sudah melaporkan a. Setiap instansi pemerintah, lembaga,
SPT sesuai dengan penghasilan saya.” asosiasi, dan pihak lain, wajib
memberikan data dan informasi
Beberapa nasabah yang lain pun ada berkaitan dengan perpajakan kepada
yang pro pula kebijakan ini, salah satunya Direktorat Jenderal Pajak yang
adalah Lanny, beliau mengatakan: “Saya ketentuannya diatur dengan Peraturan
setuju, karena zaman ini adalah zaman Pemerintah dengan memperhatikan
transparansi dimana semua transaksi akan ketentuan sebagaimana dimaksud
terlihat dengan jelas. Jadi mengapa harus dalam pasal 35 ayat (2).
disembunyikan jika memang pelaporan b. Dalam hal data dan informasi
dalam pajak sudah benar, lagipula ini juga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
untuk kemajuan bersama dan saya tidak tidak mencukupi, Direktorat Jenderal
akan menutup kartu kreditnya karena saya Pajak berwenang menghimpun data
tidak ada transaksi yang mencurigakan dan dan informasi untuk kepentingan
saya hanya menggunakan kartu kredit penerimaan negara yang ketentuannya
untuk kebutuhan saya saja.” diatur dengan Peraturan Pemerintah
dengan memperhatikan ketentuan
Menurut hasil wawancara dengan sebagaimana dimaksud dalam pasal 35
salah satu Account Representative yaitu ayat (2).
Bapak Reynold Sinaga, beliau Dari ayat (1), dapat dijelaskan dalam
mengatakan: “Kebijakan pajak ini rangka pengawasan kepatuhan pelaksanaan
bertujuan agar negara bisa melakukan kewajiban perpajakan sebagai konsekuensi
verifikasi transaksi yang menggunakan penerapan sistem self assessment, data dan
kartu kredit dan melihat aspek perpajakan informasi yang berkaitan dengan
atas penggunaan kartu kredit tersebut. perpajakan yang bersumber dari instansi
Pemakai kartu kredit juga diharapkan pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak
menggunakan kartu kreditnya dengan lain sangat diperlukan oleh Direktorat
bijak.” Jenderal Pajak. Data dan informasi yang
dimaksud adalah data dan informasi orang
Direktorat Jenderal Pajak hanya akan pribadi atau badan yang dapat
melihat dari sisi belanja masyarakat yang menggambarkan kegiatan atau usaha,
secara Undang-Undang Perbankan bukan peredaran usaha, penghasilan dan/atau
sebuah kerahasiaan sebagaimana kekayaan yang bersangkutan termasuk

116
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

informasi nasabah debitur, data transaksi perlu ditetapkan sanksi yang jelas jika
keuangan dan lalu lintas devisa, kartu terjadi kebocoran data ini. Kami berharap
kredit, serta laporan keuangan dan/atau agar kebijakan ini dapat dikaji ulang
laporan kegiatan usaha yang disampaikan terlebih dahulu kepada pihak yang terkait,
kepada instansi lain diluar Direktorat dengan begitu sosialisasi kebijakan
Jenderal Pajak. Dalam rangka pelaksanaan tersebut kepada perbankan akan lebih jelas
ketentuan ini, sumber, jenis, dan tata cara karena dengan munculnya kebijakan ini,
penyampaian data dan informasi kepada sangat berpengaruh sekali terhadap
Direktorat Jenderal Pajak diatur dengan penutupan kartu kredit nasabah kami.
Peraturan Pemerintah. Sebagian dari nasabah kami justru
Di ayat (2), dapat dijelaskan pula apabila ketakutan jika transaksi keuangan mereka
data dan informasi yang berkaitan dengan diketahui oleh Direktorat Jenderal Pajak.
perpajakan yang diberikan oleh instansi Bahkan sebagian nasabah kami
pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak menghubungi kami untuk menanyakan
lain belum mencukupi untuk kepentingan lebih lanjut mengenai kebijakan ini dan
negara maka Direktorat Jenderal Pajak kami hanya bisa menjelaskan bahwa
dapat menghimpun data dan informasi kebijakan ini merupakan usaha pemerintah
yang berkaitan dengan perpajakan untuk menggiatkan pajak.”
sehubungan dengan terjadinya suatu
peristiwa yang diperkirakan berkaitan Kebijakan ini muncul sebenarnya
dengan pemenuhan kewajiban perpajakan untuk keperluan data kepatuhan
wajib pajak dengan memperhatikan pembayaran pajak dan tidak menyalahi
ketentuan tentang kerahasiaan atas data aturan dalam Undang-Undang Perbankan.
dan informasi dimaksud. Jadi Peraturan Transaksi kartu kredit akan dibandingkan
Menteri Keuangan Nomor dengan data penghasilan yang dilaporkan
39/PMK.03/2016 tidak melanggar aturan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan
apapun dan jika dilihat pula dari (SPT), selama SPT pajak penghasilan yang
kedudukan perundang-undangan, Undang- dilaporkan jelas dan benar serta sesuai
Undang Perbankan dan Undang--Undang dengan transaksi kartu kredit yang
Ketentuan Umum Perpajakan lebih tinggi dilakukan maka tidak akan menjadi
daripada Peraturan Menteri Keuangan dan masalah.
seharusnya kebijakan ini sah apabila Pengamat Kebijakan Pajak Danny
diterapkan. Darussalam Tax Centre, Bapak Bawono
Dari hasil wawancara yang didapat Kristiaji berpendapat bahwa: “Sebenarnya
dari Ibu Monika, Sales dan Marketing pemerintah itu memutar otak
Supervisor UOB Buana, beliau dikeluarkannya kebijakan ini untuk melihat
berpendapat: “Saya setuju dengan apakah tax ratio itu disebabkan karena
kebijakan ini, karena dengan kebijakan ini tidak patuhnya wajib pajak dalam
memudahkan pemerintah untuk melihat melaporkan pajaknya. Sistem pajak kita itu
transaksi keuangan. Trans-paransi seperti kan self assessment dan data yang dimiliki
ini sangat penting mengingat penerimaan oleh pemerintah itu sangat bergantung
pajak dari wajib pajak khususnya orang pada SPT. Kebijakan ini mungkin bisa
pribadi masih sangat minim dan kebijakan dibilang cara yang secara langsung bisa
pelaporan data nasabah bank yang terlihat kemampuan seseorang dari
melakukan transaksi kartu kredit ke konsumsi pemakaian kartu kredit apakah
Direktorat Jenderal Pajak sah dilakukan. sesuai dengan penghasilan yang dilaporkan
Akan tetapi, dari pihak kami berharap dalam pajak. Dan dengan adanya kebijakan
adanya komitmen yang tegas dari ini masyarakat akhirnya melaporkan data
pemerintah agar data nasabah kami tidak yang sebenar-benarnya dan disesuaikan
tersebar dan apabila data tersebut tersebar dengan pola konsumsi kartu kreditnya

117
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

masing-masing. Jika dengan adanya mengatakan: “Mengenai penundaan


kebijakan ini, kepatuhan wajib pajak kebijakan pajak ini mungkin ada baiknya
meningkat maka otomatis penerimaan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh
pajak itu sendiri pun akan meningkat. pihak-pihak yang terkait, karena semenjak
Dengan adanya kebijakan ini kan ada kebijakan ini beredar banyak sekali
berita tuh yang mengatakan banyak nasabah-nasabah yang mengeluh dan
pengguna yang menutup kartu kreditnya, khawatir dengan diberlakukannya
itu berita tidak benar seperti yang dibilang kebijakan ini. Dengan ditundanya
sama Ketua Asosiasi Kartu Kredit kebijakan ini, nasabah yang ingin menutup
dampaknya tidak terlalu signifikan dan ini kartu kredit mereka kini mengurungkan
cuma dampak perkiraan saja dan apabila niatnya setidaknya hingga peraturan ini
tingkat penerimaan pajak kita meningkat resmi diterapkan.”
maka perekonomian di Indonesia pun akan
meningkat.” Dari beberapa pihak perbankan pun
positif mengatasi apapun yang
Akan tetapi, semenjak peraturan berhubungan dengan penundaan
Menteri Keuangan mengenai kewajiban pelaksanaan penyampaian data transaksi
bank melaporkan data transaksi penggunaan kartu kredit nasabahnya. Hal
penggunaan kartu kredit nasabah yang ini membuat bank bisa mempersiapkan diri
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan untuk bersosialisasi lebih maksimal kepada
Nomor 39/PMK.03/2016, terkait dengan nasabah. Bahkan, Direktorat Jenderal Pajak
informasi data transaksi nasabah kartu sedang mengkaji dan merumuskan
kredit diberlakukan, penutupan kartu kredit kebijakan untuk memberikan insentif
sangat meningkat dengan pesat. Meski dengan cara memasukkan sebagian
tidak semua bank mengalaminya, akan pembayaran kartu kredit sebagai
tetapi beberapa bank besar mengaku pengurang penghasilan bruto dalam
banyak nasabahnya yang menutup kartu perhitungan pajak penghasilan.
kredit mereka perihal diterbitkannya Banyak pihak yang tidak setuju
peraturan tersebut sehingga menimbulkan dengan adanya peraturan tersebut
pro dan kontra dari pihak perbankan dikarenakan masyarakat yang enggan
maupun masyarakat pengguna kartu kredit. berbelanja menggunakan kartu kredit,
Dengan adanya penurunan transaksi sehingga ini akan berdampak negatif pada
dan penutupan kepemilikan kartu kredit, dunia usaha. Salah satu nasabah pengguna
maka kebijakan Menteri Keuangan kartu kredit, yaitu Diana Herawati
mengenai kewajiban bank dalam pelaporan mengatakan: “Sebaiknya kebijakan pajak
data transaksi kartu kredit yang diatur ini dibicarakan lebih dalam oleh perbankan
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor dan perpajakan karena sejak berita ini
39/PMK.03/2016, terkait dengan informasi berhembus, banyak sekali orang yang akan
data transaksi nasabah kartu kredit pun menutup kartu kredit dengan begitu berarti
akan ditunda hingga Maret 2017 setelah pergerakan kredit bank akan menurun.”
periode Tax Amnesty selesai sesuai dengan
Siaran Pers yang dikeluarkan oleh Hal yang sama pun dikatakan oleh
Kementerian Keuangan nomor 54/2016 Willy, seorang nasabah pengguna kartu
tanggal 1 Juli 2016. Hal ini berarti untuk kredit. Beliau berpendapat bahwa:
sementara waktu perbankan tidak perlu “Sebaiknya kebijakan ini ditunda terlebih
menyerahkan data kartu kredit nasabahnya. dahulu untuk sementara waktu, karena
Berdasarkan hasil wawancara kami bagian perpajakan memerlukan waktu
dengan Ibu Monika, Sales dan Marketing untuk menjalankan kebijakan tersebut.
Supervisor Bank UOB Buana. Beliau Disamping itu, diperlukan juga sosialisasi

118
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

bagi pengguna kartu kredit agar kebijakan kartu kredit baru dilakukan setelah semua
ini dapat berjalan secara efektif perbankan melaporkan data kartu kredit
sebagaimana mestinya. “ dengan lengkap. Saat ini, otoritas pajak
mengaku belum semua bank melaporkan
Selain itu, salah seorang nasabah data kartu kredit nasabahnya karena
pengguna kartu kredit yang bernama sejumlah bank perlu melakukan
Andry mengatakan bahwa “Sebaiknya penyesuaian agar kebijakan ini bisa
tidak perlu dijalankan kembali kebijakan berjalan. Analisis tidak dapat dilakukan
tersebut karena sangat mengganggu jika data yang ada belum lengkap.
kenyamanan para pemegang kartu kredit”. Menurut pendapat dari Bapak Bawono
Pendapat yang sama juga dikatakan oleh Kristiaji, seorang pengamat kebijakan
Hana Lestari, salah satu nasabah pengguna pajak di Danny Darussalam Tax Centre,
kartu kredit. Beliau pun mengatakan: beliau mengatakan: “Kebijakan ini
“Lebih baik kebijakan ini tidak usah mengalami penundaan sampai tax amnesty
dijalankan karena sangat menganggu selesai dan selain mempunyai kapasitas
kenyamanan dan keamanan nasabah yang dan otoritas pajak yang cukup banyak dan
menyimpan uangnya khususnya para berkualitas, pemerintah juga harus
masyarakat yang memiliki kartu kredit.” mempunyai data yang terintegrasi antara
data kependudukan, perbankan serta
Apabila dunia usaha mengalami perpajakan nah persoalannya di Indonesia
penurunan dengan banyaknya nasabah kita tidak punya data seperti itu padahal
yang tidak nyaman mengenai peraturan otoritas pajak pun bisa mengakses data
tersebut, maka ini pun akan menimbulkan tersebut. Jadi sebaiknya diperlukan
perlambatan ekonomi negara. matching data terlebih dahulu antara data
Menurut pendapat Bapak Reynold Sinaga, perbankan dengan perpajakan.”
salah satu Account Representative
mengatakan bahwa: “Dampak bagi Simpulan
perekonomian negara hanya sedikit. Kartu Berdasarkan hasil penelitian yang telah
kredit kan hanya berbicara metode dilakukan peneliti mengenai analisa kebijakan
pembayaran. Konsumen pengguna kartu pajak terkait kewajiban bank melaporkan data
kredit yang menutup kartu kreditnya akan transaksi penggunaan kartu kredit nasabah ke
berbelanja dengan menggunakan metode Direktorat Jenderal Pajak menurut Peraturan
pembayaran yang lain. Beliau pun Menteri Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016,
menambahkan akan efektif jika penundaan maka peneliti dapat memberikan kesimpulan
kebijakan ini dijalankan kembali karena sebagai berikut:
sudah dimulai dengan keterbukaan melalui 1. Dasar hukum dan perkembangan peraturan
program amnesti pajak, sehingga ada kerahasian bank di Indonesia terkait
pengakuan wajib pajak akan keadaan harta dengan kepentingan perpajakan diatur
dan hutang termasuk SPT yang sudah dalam Undang Undang Nomor 10 Tahun
pernah dilaporkan. Dengan begitu, baik 1998 tentang Perbankan pasal 41 ayat (1),
fiskus maupun wajib pajak tidak perlu Undang-Undang Ketentuan Umum dan
khawatir.” Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 35 ayat
(1), Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Dampak kebijakan yang mewajibkan 87/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
perbankan melapor data kartu kredit Permintaan Keterangan atau Bukti dari
nasabahnya mungkin tidak akan terjadi Pihak-pihak yang Terikat oleh Kewajiban
pada tahun ini, sebab Direktorat Jenderal Merahasiakan, dan Peraturan Bank
Pajak baru menganalisis semua data kartu Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 tentang
kredit yang telah diterimanya pada tahun Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin
depan. Hal ini disebabkan karena analisis Tertulis Membuka Rahasia Bank.

119
REFORMASI ADMINISTRASI Volume 4, No. 2, September 2017
Jurnal Ilmiah Untuk Mewujudkan Masyarakat Madani
ISSN 2355-309X

2. Kementerian Keuangan mengeluarkan Jenderal Pajak, dikoordinasikan terlebih


peraturan baru yang mewajibkan dahulu oleh pihak-pihak yang terkait
perbankan atau lembaga keuangan yang karena dalam menjalankan kebijakan ini
menerbitkan kartu kredit untuk melaporkan diperlukan data yang akurat baik data dari
setiap transaksinya kepada Direktorat pihak perbankan maupun perpajakan dan
Jenderal Pajak (DJP). Peraturan tersebut harus ada komitmen agar data yang akan
berupa Peraturan Menteri Keuangan dibuka untuk kepentingan pajak dijamin
Nomor 39/PMK.03/2016 tentang rincian kerahasiaannya.
jenis data dan informasi serta tata cara
penyampaian data dan informasi yang
berkaitan dengan perpajakan. Akan tetapi, DAFTAR PUSTAKA
semenjak peraturan Menteri Keuangan ini
diberlakukan, penutupan kartu kredit
Buku
sangat meningkat dengan pesat sehingga
AG, Subarsono, 2011. Analisis Kebijakan
menimbulkan pro dan kontra dari pihak
Publik (Konsep, Teori, dan Aplikasi).
perbankan maupun masyarakat pengguna
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kartu kredit. Dengan demikian, kebijakan
Menteri Keuangan mengenai kewajiban
Agustino, Leo. 2012. Dasar-dasar Kebijakan
bank dalam pelaporan data transaksi kartu
Publik. Bandung: Alfabeta.
kredit yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 39/PMK.03/2016 akan
Budisantoso, Totok. 2014. Bank dan
ditunda hingga Maret 2017 setelah periode
Lembaga Keuangan Lain Edisi 3.
Tax Amnesty selesai sesuai dengan Siaran
Jakarta: Salemba Empat.
Pers yang dikeluarkan oleh Kementerian
Keuangan nomor 54/2016 tanggal 1 Juli
Djumhana, Muhammad. 2011. Hukum
2016.
Perbankan di Indonesia. Bandung: Citra
Saran
Aditya Bakti.
Dari kesimpulan yang telah diuraikan
diatas, maka peneliti dengan segala
Gunadi. 2012. Akuntansi Pajak Sesuai
kerendahan hati mencoba untuk
dengan Undang-Undang Pajak Baru.
mengemukakan saran positif yang sekiranya
Jakarta: PT Grasindo.
dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak-
pihak yang terkait.
Hermansyah. 2011. Hukum Perbankan
1. Dalam dasar hukum dan perkembangan
Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana.
peraturan kerahasian bank di Indonesia
terkait dengan kepentingan perpajakan,
Husein, Yunus. 2010. Rahasia Bank dan
peneliti memberikan saran agar ketentuan
Penegakan Hukum. Jakarta: Pustaka
rahasia bank untuk kepentingan perpajakan
Juanda Tiga Lima.
dapat tercantum dengan jelas dalam
Undang-Undang Perbankan maupun
Kasmir. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan
Undang-Undang Perpajakan. Dengan
Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
adanya ketentuan hukum yang jelas, maka
pihak pemeriksa pajak tidak akan
Kasmir. 2010. Dasar-dasar Perbankan.
mengalami hambatan dalam proses
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
pemeriksaan data wajib pajak.
2. Sebaiknya sebelum mengeluarkan
Moloeng, 2013. Metodologi Penelitian
kebijakan pajak terbaru tentang kewajiban
Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
bank melaporkan data transaksi nasabah
Remaja Rosdakarya.
pengguna kartu kredit ke Direktorat

120
Selvi Dan Sennytia, Analisis Kebijakan Pajak Terkait Kewajiban Bank Melaporkan Data…

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy Edisi Gunakan Strategi Ini.


Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: Elex http://www.bisnispost.com/executive-
Media Kompetindo Gramedia. corner/hipmi-corner/2016/03/29/tax-
ratio-indonesia-terendah-se-asia-
Rachman, Abdul. 2010. Panduan tenggara-djp-gunakan-startegi-ini.
Pelaksanaan Administrasi Perpajakan. Diakses 29 Maret 2016
Bandung: Penerbit Nuansa.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Peraturan Perundang-undangan


Indonesia Konsep & Aspek Formal. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Yogyakarta: Graha Ilmu. Tentang Perbankan tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian 1992.
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D). Bandung: Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Alfabeta. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa
Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik kali dirubah terakhir dengan Undang-
(Teori, Proses, dan Studi Kasus). Undang Republik Indonesia Nomor 16
Yogyakarta: Caps Publishing. Tahun 2009.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor


Jurnal 39/PMK.03/2016 Tentang Rincian Jenis
Johannesen, Niels dan Gabriel Zucman. 2014. Data dan Informasi serta Tata Cara
The End of Bank Secrecy? An Evaluation Penyampaian Data dan Informasi yang
of the G20 Tax Haven Crackdown. Berkaitan dengan Perpajakan tentang
perubahan kelima atas Peraturan Menteri
Puspitasari, Chandra Dewi. 2012. Keuangan Nomor 16/PMK.03/2013.
Penerobosan Rahasia Bank: Upaya
Penegakan Kepatuhan Pajak. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
87/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara
Wibisono, Agung dan Chamelia Gunawan. Permintaan Keterangan atau Bukti dari
2011. Pembukaan Rahasia Bank Untuk Pihak-pihak yang Terikat oleh Kewajiban
Kepentingan Pemeriksaan Perpajakan Merahasiakan.
Menurut Perundang-undangan yang
Berlaku di Indonesia. Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
Nomor 2/19/PBI/2000 tentang Tata Cara
Artikel dalam Internet Pemberian Perintah atau Izin Tertulis
Larasati, Angelina. 2016. Tax Ratio Indonesia Membuka Rahasia Bank.
Terendah se-Asia Tenggara, DJP

121

Anda mungkin juga menyukai