Anda di halaman 1dari 4

Pekerjaan sebagai penggutip biji sawit merupakan pekerjaan yang tidak membutuhkan pendidikan yang

tinggi, hanya diperlukan kekuatan fisik saja, sehingga inilah yang membuat para istri di Desa Bukit Agung
mengeluti pekerjanya. Ibu-ibu di desa Bukit Agung yang bekerja sebagai pengutip biji sawit berjumlah
berjumlah 40 orang. Tujuan mereka bekerja adalah untuk memberikan kontribusi ke dalam
perekonomian rumah tangga yang dikatakan kurang jika mengharapkan hanya dari sang suami yang
bekerja, dengan ratarata gaji suami Rp. 1.500.000 – Rp. 3.000.000. Para ibu pengutip biji sawit setiap
hari pergi ke perkebunan kelapa sawit untuk menggutip biji sawit yang berjatuhan. Adapun perkebunan
kelapa sawit yang mereka kutip buah sawitnya adalah perkebunan kelapa sawit milik perusahaan dan
milik perorangan.

Source: PEREMPUAN PEKERJA KEBUN SAWIT DI DESA BUKIT AGUNG KECAMATAN KERINCI KANAN
KABUPATEN SIAK Rebeca Samosir Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, JOM FISIP Vol.
4 No. 2 - Oktober 2017. Hlm 1-14

Proses pemanenan dimulai dari memotong pelepah bagian bawah sawit, merapikan pelepah yang telah
dipotong, memotong (memanen) tandan buah yang matang, mengangkut tandan sawit ke tempat
pemungutan hasil dan akhirnya mengutip brondolan yang jatuh saat proses pemanenan. Keseluruhan
kegiatan ini secara manual dikerjakan oleh manusia. (PTPN IV Unit Usaha Adolina, 2012).

Source: HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEKERJA DAN CARA KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA
PEMANEN KELAPA SAWIT DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) UNIT USAHA ADOLINA TAHUN
2012 Annisa Mentari¹, Kalsum², Umi Salmah³. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terbesar di dunia. Tanaman
kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia dimana kelapa sawit
adalah tanaman penghasil minyak nabati yang paling efisien diantara beberapa tanaman sumber minyak
nabati yang memiliki nilai ekonomi tinggi lainnya, seperti kedelai, minyak zaitun, kelapa dan bunga
matahari. Kelapa sawit belakangan ini juga kian populer sebagai bahan baku energi alternatif biodiesel.
Kelapa sawit juga dijadikan sebagai bahan pangan dimana minyak kelapa sawit kaya akan karoten, yang
dapat mencegah kekurangan vitamin A.

Source: MANAJEMEN TENAGA KERJA PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT
PERDANA INTISAWIT PERKASA, KEBUN SEI AIR HITAM, KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU. MAHARANI
RAHMAN Sudirman Yahya Departement Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. 2012

kebijakan nasional mengenai keamanan dan keselamatan kerja agrikultural. Kebijakan ini harus
bertujuan untuk mencegah kecelakaan kerja dengan mengeliminasi, meminimalisasi, atau
mengendalikan bahaya di lingkungan kerja agrikultural. Pengusaha berkewajiban untuk memastikan
pelatihan dan instruksi komprehensif yang cukup dan memadai mengenai keamanan dan keselamatan
kerja dan juga menyediakan panduan dan pengawasan bagi pekerja agrikultural, termasuk informasi
mengenai bahaya dan resiko yang berhubungan dengan pekerjaan mereka.
Pengusaha juga berkewajiban untuk segera mengambil tindakan untuk menghentikan kegiatan ketika
terjadi bahaya yang serius yang mengancam keamanan dan keselamatan, dan untuk mengevakuasi
pekerja secara layak.

Source: Lembar Fakta Perlindungan Buruh Sawit Indonesia. 2018. Koalisi Buruh Sawit

Saat ini Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar didunia.Besarnya produksi kelapa
sawit Indonesia dikarena adanya keunggulan komparatif yang dimiliki.Pada tahun 2011 perkebunan
kelapa sawit di Indonesia telah melampaui 8 juta hektar yang tersebar dipulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Irian

Source: PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM MENYERAP TENAGA KERJA DIKABUPATEN
ROKAN HULU Hainim Kadir

151 37 134

Jumlah Tenaga Kerja


Jumlah Perusahaan Perkebunan
Perusahaan
(Perusahaan)
Perkebunan (Orang)
2013 2013
Di Indonesia :

2 213 655 998

Kelapa sawit jumlah perusahaan di Indonesia : 1 592 (2016)

Pengendalian gulma, Pemupukan, Penunasan, Pemanenan, penyogrokan brondolan yang tersangkut di


ketiak pelepah dan kemudian dikumpulkan serta pengangkutan hasil panen.

Source: PENGELOLAAN TENAGA KERJA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT(Elaeis guineensis Jacq.) DI


PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Muhammad
Nu’man, Sudirman Yahya. Staf Pengajar Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. 2009

Salah satu hal yang dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal adalah posisi seseorang pada saat
bekerja. Posisi kerja sangat berpengaruh terhadap angka kejadian keluhan muskuloskeletal, dari
penelitian yang dilakukan oleh Tirtayasa et al. didapatkan hasil bahwa pengubahan posisi kerja yang
lebih ergonomis mengurangi angka keluhan muskuloskeletal sebanyak 29,6%

Aktivitas kerja di perkebunan kelapa sawit khususnya pekerjaan memanen masih dilakukan secara
manual dan mengandalkan tenaga manusia. Para pekerja panen seringkali bekerja dengan sikap dan
posisi tubuh yang kurang ergonomis, mempertahankan posisi statis pada posisi janggal dalam jangka
waktu yang cukup lama, atau mengangkat beban berat dengan cara yang salah. Kondisi ini tentu saja
berpotensi untuk menimbulkan permasalahan khususnya keluhan muskuloskeletal terhadap pekerja
permanenan.

pekerja yang bekerja dengan menarik dan menyeret sesuatu terutama benda berat memiliki indikasi
untuk mengalami kelelahan, ketidaknyamanan dan nyeri otot.

posisi kerja yang tidak alamiah, adanya posisi statis dan gerakan repetitif serta beban kerja yang berat,
objek atau beban angkut yang berat. memicu timbulnya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

Posisi janggal merupakan faktor resiko kejadian MSDs karena pada posisi janggal otot, tulang dan sendi
bekerja berlebihan memberikan tekanan atau gaya untuk memberikan keseimbangan pada posisi tubuh
tertentu. Selain posisi kerja, objek juga merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi terjadinya
gangguan pada otot rangka

Work Related Musculoskeletal Disorders (WRMSDs) merupakan gangguang muskuloskeletal yang


biasanya disebabkan oleh posisi yang janggal pada saat bekerja.

berpengaruh pada produktivitas, efisiensi dan efektivitas dari pekerja. Lebih jauh lagi WRMSDs dapat
mempengaruhi kualitas kerja dan performa dari para pekerja itu sendiri.

Source: GAMBARAN POSISI KERJA YANG DAPAT MEMPENGARUHI KEJADIAN MUSCULOSKELETAL


DISORDERS PADA PEKERJA PANEN KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII KABUPATEN
SANGGAU KALIMANTAN BARAT. ANA AULIYA A. Fakultas KEdokteran Universitas Tanjungpura.
Pontianak. 2015

Saat ini, aktivitas pemanenan di hampir semua perkebunan kelapa sawit di Indonesia masih dilakukan
secara manual dan mengandalkan tenaga manusia. Kegiatan pemanenan secara manual berpotensi
untuk menimbulkan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

gerakan (SAG) terhadap prosedur pemanenan yang dilakukan saat ini menunjukkan bahaya resiko
ergonomi yang secara umum terjadi pada semua anggota tubuh bagian atas pemanen, yaitu leher, bahu
dan lengan bawah

source : Desain Model Diagnostik Resiko Ergonomi pada Kelapa Sawit Secara Manual. Nugrahaning Sani
Dewi, Vol. 3, No. 1, April 2015 Jurnal Keteknikan Pertanian

Pada awalnya, keluhan MSDS berupa rasa sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan,
gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar. Akibatnya berujung pada ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan pergerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstrimitas sehingga
mengurangi efisiensi kerja dan kehilangan waktu kerja sehingga produtivitas kerja menurun

(Humantech, 2003).
Source : HUBUNGAN RISIKO POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)
PADA PEMANEN KELAPA SAWIT DI PT. SINERGI PERKEBUNAN NUSANTARA. Asni Sang1 , Rafael
Djajakusli1 , Syamsiar S. Russeng1. Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar. 2013

Akibat dari kecelakaan kerja pihak perusahaan akan mengalami kerugian yang besar baik dari alat-alat
kerja maupun kecenderungan pekerja untuk celaka (accident proneness) (Anizar, 2009). Secara garis
besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu tindakan manusia yang tidak
memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe
condition)

Potensi bahaya kesehatan yang biasa terjadi di tempat kerja dapat berasal dari lingkungan kerja, antara
lain faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, dan faktor ergonomis.

Source: ANALISIS BAHAYA KESELAMATAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT PT
PP LONDON SUMATERA Tbk TANJUNG MORAWA TAHUN 2017. LEON JONATHAN. FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Medan

Anda mungkin juga menyukai