LATAR BELAKANG
Kredit merupakan salah satu jasa dari berbagai jasa yang diberikan oleh bank. Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Dalam menjalankan fungsi intermediary, bank berfungsi sebagai lembaga perantara
artinya bank menjembatani antara nasabah yang memiliki kelebihan dana dan nasabah
yang kekurangan dana. Nasabah yang mempunyai dana lebih akan menyimpan dana
tersebut di bank dalam bentuk simpanan, kemudian bank akan menggunakan uang
tersebut untuk disalurkan kepad nasabah yang membutuhkan dana dalam benuk kredit .
Dalam fungsi intermediary bank berperan sebagai :
1. Lembaga perantara (simpan salur)
2. Lembaga pengelolaan managament risk
3. Lembaga kepercayaan (trust fund)
Bank dalam memberikan kredit, wajib mempunyai kenyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta
harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat karena kredit yang diberikan oleh
bank mengandung resiko. Dalam praktek perbankan untuk adanya pemberian kredit dari
bank, maka pihak bank harus mengadakan perjanjian didalam penyerahan uang terhadap
debitur seperti yang telah disepakati bersama. Karena biasanya dituangkan dalam suatu
perjanjian kredit yang dibuat sebelum dilakukan penyerahan uang, sehingga perjanjian
kredit ini merupakan perjanjian perdahuluan dari penyerahan uang.
Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam
kehidupan perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara selektif dan
terarah oleh bank kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan
sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank
sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun
khusus untuk sektor tertentu.
2.1.2 Kredit bank adalah semua realisasi pemberian kredit dalam bentuk rupiah
maupun valuta asing kepada pihak ketiga bukan bank termasuk kepada pegawai bank
sendiri serta pembelian surat berharga yang disertai dengan note purchase agreement /
pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang dan cerukan
2. Capacity
Capacity adalah menilai kapasitas atau kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya
sehingga dapat memenuhi kewajiban atau mengembalikan pinjaman Bank dari hasil
usaha yang dijalankan. (abilty to Pay) Dalam hal ini dinilai seberapa besar skala usaha
yang dijalankan dan seberapa besar usaha tersebut dapat menghasilkan laba serta
kemampuan usaha untuk terus berjalan dalam kondisi ekomoni normal atau kurang baik.
3. Capital
Melihat sebearapa besar modal atau kekayaan yang dimiliki nasabah untuk menjalankan
usaha, hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan berupa Neraca dan laba Rugi
perusahaan termasuk ratio keuangan.
4. Collateral
Menilai seberapa besar nilai jaminan atau agunan yang diserahkan ke Bank dan nilai
tersebut harus dapat mencover fasilitas Kredit yang diberikan oleh Bank, dalam hal ini
Bank juga harus menilai tingkat marketabilitas (mudah dijual) agunan dimaksud, serta
meneliti keabsahan atas legalitas bukti kepemilikan agunan, agunan yang dapat diterima
Bank dapat berupa Barang Bergerak maupun barang Tidak Bergerak yang harus
dilakukan pengikatan secara Yuridis Sempurna. Contoh :
· Barang Tidak bergerak berupa Tanah dan bangunan harus dilakukan pengikatan
Hak Tanggungan.
· Barang Bergerak berupa Mesin-mesin dan kendaraan termasuk Kapal dengan bobot
>30Ton diikat dengan Fiducia.
5. Condition of economic
Condition of economic dalam pengertian Pemberian fasilitas kredit juga harus
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan usaha yang dijalakan
nasabah termasuk regulasi atau perturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah
terhadap usaha yang dijalankan nasbah
TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PENGAJUAN KREDIT
1. Permohonan kredit dapat diperoleh dari calon debitur yang dating ke Bank
maupun Bank yang mencari calon debitur dari beberpa sumber, antara lain dari daftar
Nasabah Tabungan dan Giro dengan Nominal besar dan volume transaksi yang cukup
tinggi.
2. Pengumpulan data atas permohona kredit (Collecting Data) berupa legalitas usaha
dan perusahaan, data keuangan dan data agunan serta melakukan verifikasi keabsahan
terhadap data-data tersebut, termasuk meminta informasi Bank Indonesia dan melakukan
penilaian agunan melalui Jasa Penilai Agunan (KJPP kantor Jasa penilai publik)
a. Calon debitur dipastikan memiliki usaha yang menurut bank tidak bertentangan
dengan Undang-Undang dan norma sosial. Bank menilai usaha debitur sebagai usaha
yang :
· Visible
Usaha dapat menghasilkan laba yang besar tetapi bertentangan dengan Undang-Undang
dan norma sosial
· Bankable
Usaha yang memiliki legalitas/ijin-ijin yang dapat dibiyai oleh bank sesuai ketentuan.
Usaha yang bankable belum tentu visible , usaha tersebut bisa saja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku tetapi tidak menghasilkan untung yang besar.
b. Usaha harus sudah berjalan minimal 2 tahun
2 tahun untuk menilai usaha tersebut diyakini dapat terus berjalan dan sudah teruji
bahwa usaha debitur tersebut mempunyai kinerja yang baik.
c. Debitur menyertakan data-data legalitas usaha
· Seperti SIUP,TDP, Surat Keterangan Domisili Perusahaan, Surat Ijin Tempat
Usaha (SITU), NPWP atas nama perusahaan dan identitas diri.
· Perusahaan berbadan hukum melampirkan akta pendirian dan akta perubahan
anggaran dasar yang telah mendapat pengesahan Menkumham dan lembar berita acara
negara.
· Perusahaan non badan hukum (perorangan) melampirkan KTP, Kartu
Keluarga dan akte nikah.
d. Melampirkan laporan keuangan/ hasil usaha selama 2 tahun
Lampiran laporan keuangan dapat berupa :
· Neraca
Untuk melihat seberapa besar aset dan modal yang diimiliki perusahaan (termasuk
hutang piutang perusahaan)
· Laba /rugi
Untuk melihat seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan
Misalnya pada tahun 2013 perusahaan A dapat menjual 1000 meja kantor dengan biaya
produksi Rp 2.000.000,00 , mendapatkan laba Rp 2.500.000.000,00
e. Melengkapi/mengisi form aplikasi kredit dari pihak bank
3. Proses Analisa kredit, berdasarkan data-data perijinan dan laporan keuangan
dilakukan analisa kredit dengan memperhatikan aspek-aspek legalitas, keuangan dan
kondisi usaha serta ketentuan atau regulasi pemerintah terkait usaha yang dijalankan
oleh debitur, termasuk pengaruh kondisi ekonomi saat itu terhadap kondisi usaha calon
debitur.
a. Bank menilai dengan standard yang ada di bank dengan data-data dan informasi
yang diberikan debitur.
b. Penilaian tersebut dilakukan oleh Komite Kredit yang terdiri dari bagian
marketing dan bagian risk management (manajemen risiko).
c. Komite kredit melakukan perundingan dengaan melihat serta mengantisipasi
risiko (memitigasi), kredit yang diajukan calon debitur dapat disetujui atau ditolak
4. Proses persetujuan kredit dilakukan melalui mekanisme Four Eyes atau RKK (Rapat
Komite Kredit) yang beranggotakan Business Unit dan Risk Management, bersama-
sama meberikan keputusan kredit ditolak atau disetujui, dengan mempertimbangkan
tingkat resiko.
Business Unit adalah bagian yang mencari (marketing) dan mengusulkan permohonan
kredit serta melakukan analisa kredit untuk diajukan dalam Rapat Komite Kredit.
Risk Management adalah salah satu bidang yang menilai dan memitigasi Resiko atas
calon debitur dan usaha yang dijalankan (menilai kemungkinan resiko yang timbul dari
usaha yang dijalankan calon debitur dan memitigasi resiko) .
5. Persetujuan Kredit yang dikeluarkan oleh komite kredit di tindak lanjuti ke bagian
Legal untuk dipersiapkan Perjanjian kredit termasuk pemenuhan syarat-syarat kredit
serta berkoordinasi dengan pihak eksternal antara lain Notaris untuk melakukan
pengikatan agunan dan Asuransi untuk melindungi barang agunan.
a. Jika kredit disetujui maka akan dibuatkan Surat Persetujuan Kredit, yang berisi syarat
dan ketentuan kredit yang berisi biaya provisi, asuransi, limit kredit, jangka waktu kredit,
bunga serta sifat kredit yang bersifat angsuran atau rekening koran
b. Apabila debitur menyetujui syarat dan ketentuan yang diajukan oleh pihak bank maka
akan dibuat perjanjian kredit yang akan ditanda tangani oleh debitur dan bank sebagai
kreditur.
c. Perjanjian ini bersifat konsensuil obligatoir, maksudnya dengan adanya kata sepakat
baru akan menimbulkan hak dan kewajiban yang tunduk pada Undang-Undang No. 10
tahun 1998 tentang Perbankan, artinya perjanjian kredit ini terjadi pada saat
ditandatanganinya perjanjian oleh kedua belah pihak antara kreditur dan yang telah
ditentukan yang artinya didalam perjanjian kredit harus memuat klausul yang telah
disepakati antara pihak bank sebagai kreditur dengan debitur atau pihak lain yang
mewajibkan pihak perjanjian untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
6. Setelah seluruh Perjanjian kredit di tandatangani dan seluruh syart-syarat kredt
terpenuhi, proses selanjutnya adalah proses realisasi kredit (pencairan kredit).
7. Supervisi dan monitoring pasca pencairan kredit harus terus dilakukan untuk tetap
menjaga kualitas kredit tersebut tetap baik.
Penilaian terhadap prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar antara lain
dengan melihat potensi pertumbuhan usaha, Kondisi pasar dan posisi debitur dalam
persaingan, termasuk sensitivitas terhadap resiko pasar, kualitas manajemen dan
permasalahn tenaga Kerja, perolehan laba, struktur modal , ketepatan membayar
kewajiban Bank.
Atas hal-hal tersebut kualitas kredit dibagi dalam 5 katagori
1. Kolektibilitas Lancar (L)
2. Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (DPK)
3. Kolektibilitas Kurang Lancar (KL)
4. Kolektibilitas Diragukan (D)
5. Kolektibilitas Macet (M)
Kolektibilitas kredit berdasarkan ketepatan pembayaran :
1. Kolektibilitas Lancar (Kol-1) yaitu apabila tidak terdapat tunggakan
pembayaran pinjaman baik Pokok maupun Bunga
Kolektibilitas Dalam Perhatian Khusus (Kol-2) yaitu apabila terdapat tunggakan
pinjaman pembayaran pokok dan atau bunga dengan umur tunggakan sampai dengan 90
hari.
Kolektibilitas Kurang Lancar (Kol-3) yaitu apabila terdapat tunggakan pinjaman
pembayaran pokok dan atau bunga dengan umur tunggakan sampai dengan 120 hari.
Kolektibilitas Diragukan (Kol-4) yaitu apabila terdapat tunggakan pinjaman pembayaran
pokok dan atau bunga dengan umur tunggakan sampai dengan180 hari.
Kolektibilitas Macet (Kol-5) yaitu apabila terdapat tunggakan pinjaman pembayaran
pokok dan atau bunga dengan umur tunggakan lebihdari 180 hari.
Kredit dapat digolongkan bermasalah Non Performing Loan (NPL) apabila telah masuk
dalam kualitas/Kolektibilitas Kurang Lancar (Kol3), Kolektibilitas Diragukan (Kol-4)
dan Kolektibilitas Macet (Kol-5)
Tujuan dilakukan klasifikasi kualitas kredit tersebut antara lain untuk menetapkan
tingkat cadangan potensi kerugian Bank akibat kredit bermasalah. Atau dengan kata lain
Bank harus mencadangkan atau menyisihkan dari laba usahanya untuk menutup
kerugian akibat kredit bermasalah yang tidak dapat dikembalikan oleh peminjam.
Langkah-langkah Perbankan untuk menjaga kualitas kredit antara lain dengan
menetapkan Kebijakan Perkreditan antara lain dengan selalu mengupdate Portofolio
Guidelines atau menetapkan sector-sektor mana saja yang tidak dapat dibiayai antara
lain:
- Usaha bertentangan dengan norma-norma social, seperti usaha Judi, Narkoba
Pornografi dll.
- Tanpa Informasi Keuangan yang cukup
- Keahlian Khusus yang tidak dimiliki Bank.
- Tercatat sebagai debitur Macet di Bank Lain.
- Debitur tercatat atau masuk dalam daftar Hitam
- Fasilitas Kredit dipergunakan untuk kepetingan Politik.
- Personal dengan kekebalan Diplomatik.
- Melakukan Kegiatan Ekspor Impor diluar ijin Resmi
- Menjalankan usaha yang merusak Lingkungan.
- Usaha tidak sesuai ketentuan Perbankan.
Proses eksekusi agunan melalui proses lelang merupakn alternative terakhir dalam
penyelsaian kredit bermasalah, dan diharapkan dari hasil penjualan agunan melalui
lelang tersebut dapat menutupi hutang debitur, adapun prose lelang yang selama ini
berjalan sbb:
1. Kriteria debitur yang dapat dilelang
a. Debitur dengan kolektibilitas Macet (Kol-5)
b. Sudah tidak memiliki prospek usaha maupun upaya penyeleamatan.
c. Telah mendapat surat peringatan
2. Proses lelang :
a. Debitur Macet usulan dari Bag.Collection yang menyatak debitur sudah tidak
dapat lagi menyelesaiakan kreditnya dan tidak dapat dilakukan upaya penyelamatan
b. Pengumpulan Dokumen berkoordinasi dengan Business Unit terkait dokumen
perkreditan.
c. Mengeluarkan Surat Peritah Kerja (SPK) kepad Balai Lelang Swasta) untuk
melakukan kegiatan pra lelang berupa Collction dan pengumuman lelang.
d. Melakukan penilaian agunan melalui KJPP )kantor Penilai Publik) untuk
mendapatkan nilai agunan terkini dan hasil penilaian harus di review olwh pihak Bank
(Bag.legal)
e. Penentuan harga lelang atas dasar Nilai pengikatan dan hasil penilaian terakhir
KJPP.
f. Bank Mengajukan dan mendaftarkan Lelang ke Kantor pelayanan Kekayaan dan
Lelang Negara untuk mendapatkan tanggal Lelang.
g. Dilakukan pengumum di harian nasional atas rencana pelaksanaan Lelang
minimal 2x.
h. Pelaksanaan Lelang.
Hasil Lelang agunan akan dipergunakan sepenuhnya untuk pelunasan kredit, apabila
terdapat kelebihan maka terhadap kelebihan tersebut akan dikembalikan kepada debitur,
namun apabila hasil lelang tidak menutupi hutang debitur maka kepad debitur akan
dibuatkan surat Hutang tanpa agunan yang tetap harus dilunasi oleh debitur.