DISUSUN OLEH:
NAMA : LIVIA GITA CLARA
NIM:1111150095
KELAS : 5B
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah hukum perdagangan internasional.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah hukum perdagangan
internasional tentang “Analisis persengketaan perdagangan Indonesia dengan
argentina berdasarkan ketentuan perdagangan dalam WTO” . dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai negara produsen dan eksportir alas kaki, maka Indonesia sangat
berkepentingan dalam sengketa ini. Dengan demikian, keputusan dari Tingkat
Banding WTO ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan ekspor khususnya
alas kaki, Indonesia tidak pernah melanggar ketentuan perdagangan dalam
kerangka WTO.
3
juga diajukan oleh Uni Eropa, Indonesia memposisikan diri sebagai pihak ketiga
untuk dapat berargumentasi di WTO
4
BAB II
PEMBAHASAN
Traktak merupakan istilah yang tepat dalam perjanjian ini. Hal itu
karena traktak merupakan perjanjian yang paling formal yang mencakup
perjanjian di bidang politik dan ekonomi. Traktat (treaty), dapat diartikan
sebagai perjanjian antara dua negara atau lebih untuk mencapai hubungan
hukum mengenai objek hukum (kepentingan) yang sama.1
5
Kerjasama ekonomi antara Indonesia-Rusia dalam sidang komisi
Bersama ke-8 tentang perjanjian ekonomi senilai US$5 Miliar jika
dianalisa menurut UU.No 24 tahun 2000:
6
ratifikasi. Prosedur itu sudah sesuai dengan Bab IV pasal 15
tentang pemberlakuan perjanjian internasional. Hal ini
berbeda dengan perjanjian yang pernah dilakukan
sebelumnya yang menggunakan ratifikasi. Contohnya
“Persetujuan Perdagangan” yang disepakati tanggal 12
Maret 1999 dan diratifikasi melalui Keppres No.137 tanggal
18 November 1999 LN No.208. Kemungkinan tidak
diratifikasinya perjanjian tersebut karena tidak dianggap
perlu karena sudah berdasarkan perundingan dalam
convention atau bisa juga karena perjanjian ini sudah
merupakan perjanjian tindak lanjut dari perjanjian-perjanjian
sebelumnya yang telah menggunakan ratifikasi. Sehingga
tetap saja hukum akan perjanjian internasional yang baru
dilakukan ini terimplementasi terhadap hukum nasional.
2.2.2 Isi perundingan “Perjanjian investasi Indonesia-Rusia
dalam sidang komisi Bersama ke-8” 3
7
- Rusia siap menawarkan proyek pembangunan stasiun
pembangkit tenaga nuklir dengan teknologi yang canggih
dan paling tidak berbahaya di seluruh dunia.
8
24 tahun 2000 yaitu :
Pengesahan perjanjian internasional dilakukan dengan undang-
undang apabila berkenaan dengan :
1. masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan
negara;
2. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara
Republik Indonesia;
3. kedaulatan atau hak berdaulat negara;
4. hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5. pembentukan kaidah hukum baru;
6. pinjaman dan/atau hibah luar negeri.
9
Kemudian ditambahkan pada pasal 2 : “Keputusan
Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan
Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia”. Kita dapat mengambil kesimpulan dari
pasal 2. Pernyataan “Lembaran Negara Republik Indonesia” ini
merupakan pernyataan secara langsung bahwa Hukum
Internasional yang dibuat oleh Indonesia dan Rusia telah
diimplementasikan dalam hukum Nasional “Indonesia”. Perjanjian
ini lah yang menjadi langkah bagi perjanjian selanjutnya yaitu
“Perjanjian investasi Rusia-Indonesia pada Sidang Komisi
Ekonomi ke-8” sehingga tidak memerluksn penciptaan undang-
undang baru.
Memang benar, mengenai hukum internasional yang
bersumberkan perjanjian Internasional (agreement, treaties and
convention) dapat dikatakan bahwa pada umumnya perjanjian yang
memerlukan persetujuan Parlemen memerlukan pula
pengundangan nasional sedangkan yang tidak memerlukan
persetujuan badan ini dapat mengikat dan berlaku secara langsung
setelah penandatanganan dilakukan. Berbagai perjanjian yang
dianggap tidak begitu penting seperti perjanjian pemerintahan
hanya memerlukan penandatanganan dan tidak mengakibatkan
perubahan ketentuan perundang-undangan (implementing
legislation) dan langsung berlaku segera setelah mempunyai
kekuatan mengikat. 4
10
Rusia pada Sidang Komisi Ekonomi ke-8 mengarah pada monisme
yang lebih memberlakukan hukum Internasional. Karena merujuk
pada pengertiannya, hukum internasional & hukum nasional
merupakan dua aspek yang sama dari satu sistem, yaitu hukum pada
umumnya. Terbukti bahwa Indonesia kerap melakukan perjanjian
Internasional dan hasil dari kesepakatannya langsung diterapkan pada
kebijakan nasional. Hal itu sesuai dengan analisa yang telah dijelaskan
pada tahap perjanjian.
b. Dalam penerapannya ( perspektif hukum )
Kasus perjanjian investasi ekonomi Indonesia-Rusia tahun 2012,
Jika ditinjau dari perspektif hukum, Indonesia tidak melakukan teori
transformasi karena setelah hasil kesepakatan perjanjian investasi
ekonomi itu ditandatangani kedua belah pihak Indonesia tidak
membuat Undang-undang ataupun Perpers. Meskipun dibuat baru
pun, isi Undang-undang tersebut tidak benar-benar baru karena
merupakan kelanjutan dari hasil sidang sebelumnya. Dalam kasus ini,
Indonesia menerapkan teori delegasi karena menurut teori delegasi,
aturan-aturan konstitusional Hukum Internasional mendelegasikan
kepada masing-masing konstitusi Negara, yaitu memberikan hak
untuk menentukan:
1) kapan ketentuan Perjanjian Internasional berlaku dalam
Hukum Nasional;
2) cara bagaimana ketentuan Perjanjian Internasional
dijadikan Hukum Nasional.
Ketentuan perjanjian ekonomi itu berlaku sejak ditandatanganinya
perjanjian pada SKB ke-8 dan perjanjian ekonomi telah itu
dijadikan hukum nasional sejak adanya peraturan presiden yang
11
dibuat tahun sebelumnya. Contohnya pada peraturan presiden
nomor 7 tahun 2009. : 5
12
c. Ditinjau dari perspektif Hubungan Internasional
Kebijakan yang dilakukan oleh negara Indonesia dengan
menandatangai perjanjian investasi senilai 5 miliyar US dollar dengan
Rusia merupakan langkah yang baik. Hal itu sanagat menunjang bagi
politik luar negeri Indonesia untuk memperluas mitra strategisnya di
seluruh dunia terutama bekerjasama dengan negara maju seperti
Rusia. Selain itu, melihat potensi Rusia, kerjasam ekonomi antara
Indonesia dan Rusia sangat penting bagi perekonomianindonesia.
Hal yang menarik dari perjanjian ekonomi yang dilakukan oleh
Rusia dan Indonesia bahwa Rusia sama sekali tidak mengaitkan
kerjasama tersbut dengan kepentingan-kepentingan atau agenda
politik yang tidak ada hubungannya dengan masalah bisnis dan
perdagangan. Jelas itu sangat berbeda jika dibandingkan dengan
melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat pada era pemerintahan
Presiden Bill Clinton, misalnya, negara maju ini selalu mengaitkan
penjualan peralatan militernya ke negara berkembang, termasuk
Indonesia, dengan komitmen untuk menegakkan demokratisasi politik
dan hak-hak asasi manusia. 6
13
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
14
karena Indonesia tidak mengeluarkan Perpres atau pun penciptaan undang-
undang baru.
2.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17