PENDAHULUAN
1Bambang Kesowo, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1995, hlm.16.
1
Upaya pemilik merek untuk mencegah pemakaian mereknya oleh pihak lain merupakan
hal yang sangat pentingdan sepatutnya dilindungi oleh hukum. Berkaitan dengan
perlindungan merek, perdagangan tidak akan berkembang jika merek tidak mendapat
perlindungan hukum yang memadai di suatu Negara. Pembajakan atau pelanggaran-
pelanggaran merek tentunya tidak hanya merugikan para pengusahanya saja sebagai pemilik
atau pemegang hak atas merek tersebut, tetapi juga bagi para konsumen.
Disini Hak Merek merupakan bagian dari HKI. Merek dianggap sebagai “roh” dari suatu
produk. Bagi pengusaha, merek merupakan aset yang sangat bernilai karena merupakan ikon
kesuksesan sejalan usahanya yang dibangun dengan segala keuletan termasuk biaya promosi.
Bagi produsen merek dapat digunakan sebagai jaminan mutu hasil produksinya. Merek
Terdaftar, sering disimbolkan dengan tanda. Setelah meratifikasi WTO Agreement, Indonesia
melakukan banyak revisi terhadap berbagai undang-undang di bidang Hak Kekayaan
Intelektual yang ada.
Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut
sehingga penulis menyusun makalah ini dengan judul ‘KASUS HAK MEREK CAP KAKI
TIGA’.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari rincian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
2
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. (menurut UU No.15 Tahun 2001)
Merek dapat dibedakan dalam beberapa macam, antara lain:
1. Merek dagang: merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang /
beberapa orang / badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis.
2. Merek jasa: merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang /
beberapa orang / badan hukun untuk membedakan dengan jasa sejenis.
3. Merek kolektif: merek yang digunakan pada barang / jasa dengan karakteristik yang sama
yang diperdagangkan oleh beberapa orang / badan hukum secara bersama-sama untuk
membedakan dengan barang / jasa sejenis.
Pengertian dari hak merek adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada
pemilik merek terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan ijin kepada pihak lain untuk
menggunakannya
UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor
81)
UU Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang
Merek (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 31)
UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor
110)
4
2.2 Kronologis Kasus
Sidang perdana gugatan pembatalan seluruh sertifikat merek atas nama Wen Ken
Drug, dengan uraian merek berupa logo Cap Kaki Tiga dengan segala variannya digelar di
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Senin pagi. Pada sidang yang dipimpin oleh Hakim Bagus
Irawan itu, pihak tergugat Wen Ken Drug hadir diwakili oleh kuasa hukumnya Agus
Nasrudin.Gugatan atas merek Cap Kaki Tiga itu menurut Previanny berdasarkan Pasal 6 ayat
(3) huruf b Undang Undang No.15 Tahun 2001 tentang Merek. Ayat itu menyatakan,
permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut (b)
merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang atau simbol
atau emblem negara atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan
tertulis dari pihak yang berwenang. "Berdasar adanya kemiripan antara Logo Cap Kaki Tiga
dengan lambang/symbol/bendera/mata uang dari Isle of Man, maka sesuai dengan ketentuan
Pasal 6 ayat (3) huruf b UU Merek, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual seharusnya
menolak Permohonan Pendaftaran merek cap kaki tiga," kata Previanny.
5
larutan penyegar lainnya Cap Badak dari PT Sinde Budi yang berakhir dengan Pengadilan
Niaga Jakarta meminta Dirjen HAKI untuk mencabut merek Cap Kaki Tiga dengan gambar
Badak.
Majelis hakim yang sama juga menolak gugatan balik Wen Ken Drug Co (Pte) Ltd
yang menyatakan bahwa perusahaan asal Singapura ini menyatakan telah menggunakan
merek Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga dengan gambar badak sejak 1937 dan pernah dimuat
di salah satu surat kabar Singapura pada 1959. Penolakan gugatan itu adalah berdasarkan
pertimbangan bahwa PT Sinde Budi telah mendaftarkan merek Cap Badak beserta gambar
badak dan tulisan kaligrafi terlebih dulu pada tahun 2004 sedangkan Wan Ken Drug baru
mendaftar pada tahun 2008.
4
Merek Cap Kaki Tiga milik Wen Ken Drug Co Pte, Ltd menolak dikatakan meniru
lambang negara Isle of Man. Ini adalah sebuah negara yang untuk urusan luar negerinya
diwakili oleh negara Inggris. Wen Keng Drug Co, perusahaan asal Singapura ini, merek
tersebut tidak diambil dari lambang negara Isle of Man. Bahkan, merek Cap Kaki Tiga ini
telah dibuat sejak 75 tahun lalu dan memiliki makna yang berbeda dengan Isle of Man.
Demikian yang disampaikan kuasa hukum Wen Ken Drug, Yosef Badeoda kepada wartawan
di Pengadilan Niaga Jakarta saat agenda pembacaan jawaban, Senin (21/1)."Kita tidak ambil
itu. Kita ga kenal dengan Isle of Man," ucapnya usai persidangan. Adapun filosofi Cap Kaki
Tiga itu sendiri adalah keseimbangan, kerendahan hati, dan kerja keras. Sedangkan Isle of
Man, memiliki makna kokoh dan stabil. Juga, merek ini dibuat sendiri oleh Wei Ken Drug.
Lebih lanjut, Yosef mengatakan bahwa logo tersebut tidak hanya dimiliki oleh Isle of Man
semata. Ada beberapa negara yang memiliki logo Cap Kaki Tiga yang serupa, seperti bendera
Italia, dan lambang negara Yunani dan Filipina.
Selain menolak dituding mencatut lambang negara Isle of Man ini, Yosef juga
mempertanyakan legal standing penggugat, Russell Vince seorang warga negara Inggris.
Menurut Yosef, Russel tidak memiliki kapasitas sebagai penggugat.
6
Berdasarkan UU No.15 Tahun 2001 tentang Merek, pihak yang dapat mengajukan
pembatalan merek terdaftar adalah pihak yang berkepentingan. Sehingga, pihak yang
seharusnya memiliki kepentingan dalam perkara ini adalah pemerintah Inggris. Lagipula,
Russel sama sekali tidak memiliki surat kuasa dari pemerintah Inggris. Lebih lanjut, Yosef
juga mempermasalahkan tempat gugatan dilayangkan. Menurutnya, gugatan seharusnya
dilayangkan tempat tergugat berada, yaitu Singapura. Atas hal ini, Yosef melihat ada
persaingan bisnis yang tidak sehat terjadi di sini. "Sepertinya kompetitor kita belum puas
menghabisi kita," tukas Yosef usai persidangan. Sementara itu, dalam berkas gugatan
penggugat, Russell Vince menggugat Wen Ken Drug dengan dalil perusahaan tersebut
meniru lambang negara Isle of Man. Adapun legal standing Russel adalah Pasal 68 UU
Merek yang mengatakan pembatalan pendaftaran merek diajukan oleh pihak yang
berkepentingan.
Russel merasa dirinya memiliki kepentingan. Sebagai warga negara Inggris, ia merasa
keberatan lambang negaranya digunakan Wen Ken Drug sebagai merek Cap Kaki Tiga.
Ditambah lagi merek tersebut menjadi objek sengketa. Sehingga, apabila terus dibiarkan
penggunaan tersebut akan menimbulkan permasalahan antara Indonesia dengan Isle of Man.
Karena, seolah-olah Isle of Man-lah yang terlibat sengketa di Indonesia. Lambang kaki tiga
yang diperebutkan ini telah dipergunakan Isle of Man berabad-abad. Kaki tiga ini dikenal
dengan nama Triskelion masing-masing dilengkapi dengan taji yang ditekuk hingga ke paha.
Ketiga kaki ini berhubugan langsung dengan semboyan Isle of Man, yaitu "Quocunque
Jeceris Stabit". Artinya kemanapun anda melemparnya, ia akan berdiri. Atas hal ini, Russell
Vince meminta majelis hakim agar memerintahkan Wen Ken Drug menghentikan produksi,
promosi, dan pengedaran produk yang menggunakan unsur kaki tiga.
5
Russell Vince, penggugat merek Cap Kaki Tiga bersikukuh memiliki legal standing.
Kuasa Hukum Russell Vince, Previany Annisa Rellina, mengatakan sebagai warga negara
Inggris, Russell berhak menggugat sebuah merek yang menyerupai lambang negaranya tanpa
5
“Russel Vince Keukeuh Miliki Legal Standing”: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt510666c1b197f/russel-vince-
keukeuh-miliki-legal-standing (diakses tanggal 28 November 2017, 18:50 WIB)
7
memiliki surat kuasa dari Pemerintah Inggris. Argumentasi ini diperkuat dengan Pasal 3 ayat
(1) dan 4 TRIPS, Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights. "Lambang negara itu
kan milik publik, aset negara. Jadi, tidak perlu surat kuasa dari Pemerintah Inggris," ucapnya
kepada hukumonline usai persidangan di Pengadilan Niaga Jakarta, Senin (28/1). Selain
bersikukuh memiliki legal standing, Previany menolak tudingan Wen Ken Drug yang
menyatakan adanya permainan bisnis di balik gugatan ini. Menurutnya, gugatan dilayangkan
murni karena persamaan gambar Kaki Tiga yang dimiliki kedua belah pihak.
6
Guru Besar Hak Kekayaan Intelektual Universitas Airlangga Rahmi Jened Parinduri
Nasution dalam persidangan sengketa merek Cap Kaki Tiga, Selasa (09/4) lalu. Prof. Rahmi
ditanya apakah pribadi warga negara boleh menggugat apabila lambang negaranya digunakan
oleh sebuah perusahaan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2001
tentang Merek. Menurut Guru Besar Hukum Perdata itu, tidak sembarang orang bisa
mengajukan gugatan apabila ada merek yang menyerupai lambang negaranya. Rahmi
mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan gugatan terhadap
Pasal 6 ayat (3) UU Merek ini. Syarat ini merujuk pada Pasal 6ter Paris Convention tentang
perlindungan terhadap lambang negara, nama, singkatan dan lambang organisasi
internasional.
Syarat pertama adalah setiap negara yang bergabung dalam World Trade
Organization (WTO) mendaftarkan lambang negara apa saja yang dilarang digunakan dalam
sebuah merek. Saat ini, ada 600 lambang negara yang terdaftar yang dilarang digunakan
sebagai sebuah merek, termasuk Indonesia. Apabila ada sebuah merek yang dituding meniru
6
“Pendapat Pakar Hukum”: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51662e509830a/lambang-negara-tak-bisa-dipakai-
sembarangan (diakses tanggal 28 November 2017, 19:00 WIB)
8
lambang negara sebuah negara yang terdaftar, negara yang bersangkutan harus melakukan
notifikasi kepada Biro Internasional World Intellectual Property Organization (WIPO)
terlebih dahulu. "Setelah dikirimkan notifikasi, dalam jangka waktu 12 bulan, Biro
Internasional WIPO kasih keberatan kepada pihak yang memakai lambang negara tersebut.
Dan itu melalui Kementerian Luar Negeri," terangnya lagi. Hal lain yang harus diperhatikan
adalah terkait konektivitas antara merek yang meyerupai lambang negara tersebut dengan
negara yang ditiru. Apabila ada hubungan antarpara pihak, larangan menggunakan lambang
negara tersebut tidak berlaku. Kemudian, penggunaan lambang negara tersebut pada suatu
merek dapat menyesatkan publik.
Syarat-syarat itu, kata Prof. Rahmi, bersifat kumulatif. Satu syarat tidak terpenuhi,
gugatan pembatalan merek tersebut seharusnya tidak dapat diterima. Ketika ditanyakan
mengenai maksud pihak yang berkepentingan sebagaimana diatur dalam Pasal 68 ayat (1)
UU Merek, Rahmi mengatakan UU Merek tidak mengatur definisi yang jelas dari frasa
tersebut. Penjelasan Pasal 68 ayat (1) UU Merek hanya menyebutkan contoh pihak yang
berkepentingan, seperti jaksa, yayasan/lembaga di bidang konsumen, dan majelis/lembaga
keagamaan. Karena UU Merek tidak mengatur secara detail, Rahmi mengatakan merujuk
kepada pendapat para ahli yang mumpuni di bidang hukum itu sendiri dan asas hukum
umum. Terkait hal ini, Rahmi merujuk kepada asas point d’interest point d’action. Artinya,
hanya orang yang memiliki kepentingan langsung yang dapat menggugat atau ada kerugian
yang nyata yang dialami dari penggugat. "Negaralah yang memiliki kepentingan. Namun,
pejabat negaralah yang mewakili kepentingan negara tersebut. Bukan individual. Tidak boleh
selonong," pungkasnya.
Sementara itu, kuasa hukum, Russel Vince, Previany Annisa Rellina akan
mendatangkan ahli tandingan. Namun, Annisa belum mau menyebutkan siapa ahli tersebut.
Terkait dengan keterangan yang diberikan Rahmi, Annisa mengatakan bahwa Russel Vince
memang belum mengirimkan notifikasi ke Kementerian Luar Negeri terhadap kasus ini.
Mengetahui ada sengketa atas merek Cap Kaki Tiga yang menyerupai lambang negaranya.
9
2.4 Upaya Hukum Wen Ken Drug
7
Kalah di tingkat pertama tak menyebabkan Wen Ken Drug berhenti mencari
keadilan. Wen Ken Drug langsung mengajukan upaya hukum kasasi pada 1 Juli 2013. Dalam
kasasinya, Wen Ken Drug sebagai pemilik merek Cap Kaki Tiga menyatakan majelis hakim
telah salah menerapkan hukum, khususnya mengenai legal standing Russell Vince. Menurut
perusahaan yang berbasis di Singapura itu tetap berkukuh bahwa Russell Vince tidak
memiliki legal standing dalam menggugat pembatalan merek Cap Kaki Tiga yang dituding
mirip dengan lambang negaranya, Isle of Man. Dalil ini merujuk pada UU No. 15 Tahun
2001 tentang Merek. UU Merek Indonesia mengatur bahwa tidak semua orang dapat
meminta pembatalan merek yang telah terdaftar. Hanya pihak yang memiliki merek terdaftar
pulalah yang bisa menggugat. Russell Vince, warga negara Inggris, dinilai pemohon kasasi
tidak memiliki merek terdaftar di Indonesia. Bahkan, Russell tidak memiliki surat kuasa dari
negaranya sendiri untuk mewakili negaranya untuk membatalkan merek Cap Kaki Tiga.
Padahal, Pasal 6 ayat (3) UU Merek mengatur bahwa permohonan pendaftaran merek harus
ditolak apabila ada persamaan dengan lambang negara lain jika ada persetujuan tertulis dari
pihak yang berwenang. Dan, Isle of Man tidak memberikan surat tertulis kepada Russell.
Tata cara pembatalan merek yang mirip lambang negara ini juga diatur di Pasal 6-ter
Konvensi Paris. Konvensi mengatur bahwa keberatan atas penggunaan lambang negara
sebagai merek harus dilakukan dengan memberikan notifikasi kepada seluruh negara yang
bergabung di WTO atau WIPO. Notifikasi dikirim oleh negara yang bergabung dalam waktu
12 bulan. Sedangkan Isle of Man sama sekali tidak terdaftar sebagai negara anggota WTO
ataupun WIPO. “Sehingga pihak yang berkepentingan adalah Pemerintah Negara Isle of
Man,” tulis kuasa hukum Wen Ken Drug Agus Nasrudin dalam permohonan kasasi yang
diterima hukumonline, Kamis (18/7). Meskipun Wen Ken Drug telah membuktikan bahwa
Isle of Man bukanlah salah satu negara yang terdaftar di WTO ataupun WIPO, majelis
7
“Upaya Hukum Wen Ken Drug”: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt51eb082d12c6b/cap-kaki-tiga-lawan-russell-
vince-di-kasasi (diakses tanggal 28 November 2017, 19:30 WIB)
10
bergeming. Majelis lebih memilih mendengarkan keterangan ahli Miranda Risang dan Eddy
Damian. Kedua ahli ini di persidangan mengatakan setiap warga negara yang negaranya
menandatangani TRIPS dapat mengajukan gugatan pembatalan merek, termasuk Isle of Man.
Padahal, kedua ahli ini dalam memberikan keterangannya hanya berdasarkan praduga semata.
Miranda dan Eddy Damian tidak pernah memberikan bukti otentik bahwa Isle of Man adalah
salah satu negara yang bergabung di TRIPS. Karena tidak bergabung dengan TRIPS atau
Konvensi Paris, prinsip national treatment tidak dapat diterapkan sebagaimana yang
diputuskan majelis hakim pada 11 Juni 2013 lalu.
Dalil lain yang digunakan Wen Ken Drug adalah majelis hakim salah menafsirkan
keterangan ahli Tommy Suryo Utomo terkait dengan Pasal 69 UU Merek. Pasal 69 mengatur
bahwa gugatan pembatalan merek dapati diajukan apabila bertentangan dengan moralitas
agama, kesusilaan, dan ketertiban umum. Wen Ken Drug dengan tegas mengatakan
penggunaan merek tersebut tidaklah bertentangan dengan kriteria Pasal 69 UU Merek. “Tidak
ada fakta satu pun yang menyinggung perasaan, keagamaan, atau khalayak dari golongan
tertentu,” lanjutnya. Agus juga menegaskan tidak ada sedikit keinginan Wen Ken Drug
mendompleng dan meniru lambang negara Isle of Man. Cap Kaki Tiga milik perusahaan ini
telah dibuat sejak 1937. Kala itu tidak ada alat komunikasi yang canggih sehingga sangat
sulit untuk meniru lambang negara Isle of Man jika Wen Ken Drug tidak mengetahui dimana
letak dan keberadaan negara tersebut. Lebih lagi, filosofis Cap Kaki Tiga milik Wen Ken
Drug berbeda dengan Isle of Man. Juga, logo Kaki Tiga ini tidak hanya dimiliki oleh Isl of
Man, tetapi dipergunakan secara luas oleh pihak lain. Seperti, lukisan di tembikar Yunani
Kuno, Bendera Sisilia, dan organisasi Tau Gamma PHI.
11
2.5 Putusan Mahkamah Agung Sengketa Merek Cap Kaki Tiga
8
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual mencoret merek Cap Kaki Tiga
pascadikabulkannya gugatan seorang Warga Negara Inggris Russel Vince atas seluruh
sertifikat merek terebut milik Wen Ken Drug oleh Mahkamah Agung. "Sejak tanggal 2
September 2016 sudah dicoret merek itu," kata Direktur Merek dan Indikasi Geografis Dirjen
KI Kemenkumham, Fathlurachman kepada Antara di Jakarta. Ia menegaskan keputusan
mencoret merek Cap Kaki Tiga tersebut, tidak lain untuk mematuhi perintah pengadilan atau
MA. Artinya, kata dia, siapapun tidak berhak lagi menggunakan merek itu. "Tidak berhak
gunakan merek itu lagi," katanya tegas. Sementara itu, BPOM mengaku belum
menindaklanjuti perintah MA untuk menarik peredaran produk tersebut. "Kami sudah
mendapatkan info itu dari media, namun kami belum menerima surat resmi dari MA tersebut
atau surat permohonan dari pemilik yang sah. Sehingga sementara ini kami belum tindak
lanjuti," kata Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Komplemen
BPON Ondri Dwi Sampurno.
Sesuai putusan MA RI Nomor 85PK/Pdt.Sus-HKI/2015 tanggal 23 September 2015
jo Putusan No. 582K/PDT.SUS-HAKI/2013 tanggal 19 Januari 2014 jo. Putusan Pengadilan
Niaga No. 66/Merek/2012/PN. Jkt.Pst yang diperoleh Antara, Sabtu, menyebutkan pada
pokoknya membatalkan seluruh sertifikat merek Cap Kaki Tiga milik Wen Ken Drug.
Bahkan dalam putusan itu memerintahkan Dirjen HAKI selalu turut tergugat untuk tunduk
dan taat pada putusan Pengadilan Niaga dengan mencoret pendaftaran merek dari daftar
umum merek Direktorat Hak Kekayaan Intelektual dengan akibat hukumnya dengan
mencantumkan alasan dan tanggal pembatalan. Dan mengumumkannya dalam berita resmi
merek sesuai dengan Undang-Undang merek yang berlaku atas sertifikat-sertifikat merek Cap
Kaki Tiga yang telah didaftarkan atas nama Wen Ken Drug, sebut putusan tersebut.
Sementara itu, Oktavian Adhar selaku kuasa hukum Russell Vince menjelaskan
putusan itu juga memerintahkan Dirjen HAKI melarang serta menolak pihak manapun yang
akan mendaftarkan lambang dan/atau logo yang memiliki kemiripan dengan lambang
dan/atau logo Negara Isle of Man. "BPOM juga wajib untuk melarang peredaran produk dan
kemasan Cap Kaki Tiga milik Wen Ken Drug atau pihak mana pun yang memiliki kesamaan
8
“Putusan Mahkamah Agung”: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57d732af3c6a6/resmi-tak-ada-lagi-merek-cap-
kaki-tiga-di-indonesia (diakses tanggal 28 November 2017, 20:00 WIB)
12
pada pokoknya dengan lambang dan/atau logo milik negara Isle of Man dan segera menarik
seluruh produk dan kemasan Cap Kaki Tiga milik Wen Ken Drug yang masih beredar di
pasaran," tukasnya. Dia mengatakan, kliennya Russell Vince yang berkebangsaan Inggris,
memperkarakan Wen Ken Drug terkait penggunaan merek dagang Cap Kaki Tiga, yang
menyerupai lambang negara Isle of Man di Indonesia. Argumentasi Russel tersebut,
lanjutnya, diperkuat Pasal 3 ayat (1) dan 4, "Trade-Related Aspects of Intellectual Property
Rights" (TRIPS). "Pengajuan gugatan di Indonesia, bukan di tempat asal Wen Ken Drug di
Singapura, karena klien kami melihat merek Cap Kaki Tiga hanya beredar di Indonesia," ujar
Oktavian. "Karena itu, putusan MA ini diharapkan untuk dipatuhi dan dilaksanakan”.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Demikian makalah ini, dengan selesainya makalah ini, tidak bisa di pungkiri bahwa
di dalamnya masih terdapat banyak kesalahan, untuk itu penulis selaku pemakalah
mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan pada makalah ini dan penulis juga
menyarankan agar para pembaca mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan yang
lebih luas lagi tentang pembahasan yang ada di dalam makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kesowo, Bambang. 1995. Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
15