Anda di halaman 1dari 8

Pengertian

Kontrasepsi pil merupakan alat kontrasepsi hormonal yang berupa obat


dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut (diminum) yang berisi hormon
estrogen dan atau progesteron. Bertujuan untuk mengendalikan kelahiran atau
mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium setiap
bulannya (Pradila, 2013).

Sistem Kemasan Pil KB

Sistem kemasan pil KB, yaitu (Handayani, 2013):

1. Sistem 28: peserta pil KB terus minum pil tanpa pernah berhenti.

2. Sistem 21/22: peserta pil KB berhenti minum pil selama 7-8 hari dengan
mendapat kesempatan menstruasi.

Cara Kerja Pil KB

Cara kerja pil KB adalah dengan menekan ovulasi yang akan mencegah
lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengentalkan lendir cervix sehingga
sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim, menipiskan garis endometrium
sehingga tidak siap untuk implantasi, serta mengubah motilitas tuba (Awati,
2007).

Efek pil kontrasepsi untuk dapat mencegah kehamilan adalah merupakan


kerja aktif dari komponen-komponen yang ada dalam pil tersebut. Pada pil
kombinasi, komponen estrogen dan komponen progesteron bekerja sama untuk
menghambat terjadinya ovulasi. Aktifitas tersebut terjadi pada tingkat
hipotalamus, yaitu dengan menghambat GnRH (Gonadotropin Releasing
Hormone) sehingga pelepasan FSH dan LH yang berasal dari kelenjar hipofisis
anterior akan menimbulkan hambatan pada ovarium secara sekunder (Widodo,
2010).
Dikatakan bahwa estrogen memiliki dominasi untuk menekan FSH sehingga
maturasi folikel dalam ovarium menjadi terhambat. Karena pengaruh estrogen
dari ovarium tidak ada maka tidak terdapat pengeluaran LH. Di tengah-tengah
daur haid kurang terdapat FSH dan tidak ada peningkatan kadar LH akan
menyebabkan ovulasi menjadi terganggu. Estrogen dalam dosis tinggi dapat
mempercepat perjalanan ovum, dan hal ini akan mempersulit terjadinya
implantasi dalam endometrium dari ovum yang dibuahi (Widodo, 2010).

Komponen progesteron lebih banyak menghambat LH dan hanya sedikit


menghambat FSH. Fungsi dari progesteron dalam pil kombinasi adalah untuk
lebih memperkuat khasiat estrogen sehingga dalam 95-98% tidak terjadi ovulasi.
Progesteron sendiri dalam dosis tinggi dapat menghambat terjadinya ovulasi,
tetapi tidak pada dosis rendah. Progesteron memiliki khasiat (Widodo, 2010):

 Membuat lendir cervix uteri menjadi lebih kental sehingga menghalangi


penetrasi spermatozoon untuk masuk ke dalam uterus.

 Kapatisasi spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum terganggu.

 Beberapa jenis progesteron memiliki efek anti estrogenik terhadap


endometrium sehingga menyulitkan implantasi ovum yang telah dibuahi.

Efek progesteron dan estrogen bersama-sama dapat dilihat pada


endometrium dimana endometrium menjadi sukar untuk mengalami implantasi
dan menjadi lebih tipis yang mengakibatkan para pemakai pil kontrasepsi jarang
mengalami menstruasi (Widodo, 2010).

Jenis pil kontrasepsi

1. Tipe kombinasi

Tiap tablet berisi estrogen dan progesteron dalam dosis tertentu (Pradila,
2013). Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08 dan 0,1 mg per tablet. Sedangkan
dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-masing pabrik
pembuatnya (Fajrin & Oktaviani, 2011). Biasanya dalam satu rangkaian
terdapat 20, 21 atau 22 tablet. Contoh: Previson (20), Oural, eugnion, ovulan
(21), Lyndiol (22) (Pradila, 2013).

Cara menggunakan pil KB kombinasi adalah sebagai berikut (Fajrin &


Oktaviani, 2011):

a) Sebaiknya pil diminum setiap hari. Lebih baik pada saat yang sama setiap
hari.

b) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

c) Boleh menggunakan pada hari ke-8 tapi perlu menggunakan metode


kontrasepsi yang lain mulai hari ke-8 sampai hari ke-14 atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai perempuan telah menghabiskan
paket pil tersebut.

d) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil
habis, sebaiknya mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 pil
habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari
paket yang baru.

e) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambilah pil
yang lain atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain.

f) Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak mempurburuk keadaan, pil dapat diteruskan.

g) Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut segera
setelah ingat walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak
perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau
lebih (hari 1-21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal
yang ditetapkan. Juga sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi yang
lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan
paket pil tersebut.
h) Bila tidak haid, perlu segera melakukan tes kehamilan. Beberapa jenis
obat dapat mengurangi efektivitas pil seperti rifampisin, fenitoin,
barbiturat, griseofulvin, antidepresan trisiklik, ampisilin dan penisilin,
tetrasiklin. Bagi yang mengkonsumsi obat-obatan tersebut di atas untuk
jangka waktu panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi dengan
dosis 50 mikrogram atau dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi
yang lain.

2. Pil mini

Cara penggunaan mini pil adalah dengan diminum terus-menerus tanpa ada 7
hari jeda. Bagi ibu yang ingin memberikan ASI eksklusif, dianjurkan
memulai minum mini pil pada minggu ke-6 setelah melahirkan. Sedangkan
bagi ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif atau memberikan susu
formula bersama dengan ASI, maka dianjurkan mulai minum pil sejak
minggu ketiga setelah melahirkan. Jika melakukan hubungan seksual pada
rentang waktu 48 jam pertama setelah meminum mini pil, dianjurkan untuk
menggunakan kondom (BPOM RI, 2012).

Jika terlupa minum mini pil (BPOM RI, 2012):

 1 tablet: jika < 3 jam, dianjurkan segera minum pil yang terlupa. Tablet
berikutnya diminum seperti biasa.

 1 tablet dan baru teringat > 3 jam kemudian atau terlupa minum lebih
dari 1 tablet: dianjurkan minum pil terakhir yang terlupa dan dosis
selanjutnya diminum seperti biasa. Hal ini bisa berarti minum 2 tablet
dalam satu hari. Jika melakukan hubungan seksual pada rentang waktu
48 jam pertama setelah meminum mini pil, dianjurkan untuk
menggunakan kondom.

 3 tablet atau lebih: kemungkinan telah terjadinya kehamilan harus


dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk meneruskan minum mini
pil.
Pil KB sebagai kontrasepsi darurat (Depkes RI, POGI dan WHO, 2005)

1. Pil KB kombinasi

Metode Yupze

Metode ini menggunakan pil KB yang mengandung 50 mg etinil


estradiol dan 0,5 mg norgestrel atau 0,25 mg levonorgestrel. Kontarsepsi
darurat (kondar) harus diberikan dalam 3 x 24 jam pertama pascasenggama.
Berikan 2 pil kontrasepsi (100 mg etinil estradiol dan 1 mg norgestrel) (0,5
mg levonorgestrel) sebagai dosis awal. Dosis ulangan (2 pil) harus diberikan
12 jam setelah dosis awal diberikan.

2. Pil KB progestin (mini pil)

Berbagai penelitian klinik menunjukkan bahwa efektivitas pil mini


sebagai kontrasepsi darurat ternyata hampir setara dengan metode Yupze.
Keunggulan hormon tunggal hanya terletak pada minimnya efek samping
jika dibandingkan dengan metode Yupze.

Bila tersedia pil yang mengandung 0,75 mg levonorgestrel maka


pemakaiannya sebagai kondar diberikan dalam 3 x 24 jam pascasenggama
tak aman. Berikan 1 pil (0,75 mg levonorgestrel) sebagai dosis awal,
kemudian beri dosis ulangan (1 pil) 12 jam setelah dosis awal diberikan.

3. Pil kondar Levonorgestrel (Postinor)

Kemanjuran tablet dua dosis 0,75 mg lenovorgestrel yang diminum


dengan jarak 12 jam telah diujikan dengan membandingkannya dengan
sedian Yupze, memakai desain penelitian teracak prosepktif. Pada
wanita-wanita yang meminta kondar dalam 48 jam sesudah suatu hubungan
seksual tanpa perlindungan, sediaan levonorgestrel ditemukan sama
efektifnya seperti sediaan Yupze, akan tetapi memiliki efek samping
mual-mual muntah dan kelelahan secara signifikan lebih rendah. Uji klinik
multisenter yang diselenggarakan WHO telah mengkonfirmasi temuan
tersebut.

Keuntungan Pil KB

Keuntungan dari pil Kb antara lain reversibilitasnya sangat tinggi (kesuburan


mudah kembali), mudah menggunakannya, tidak mengganggu kegiatan seksual
suami istri, dapat mengurangi rasa sakit pada waktu menstruasi, mencegah
anemia karena defisiensi zat besi, mengurangi resiko pelvic infection, mengurangi
resiko kanker ovarium, cocok digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari
pasangan usia subur (PUS) muda, dan untuk mini pil tidak mempengaruhi ASI
(air susu ibu). Keuntungan lain pil KB, yaitu tetap membuat menstruasi teratur,
mengurangi kram saat menstruasi (Awati, 2007).

Kerugian Pil KB

Kerugian memakai pil KB adalah sebagai berikut (Handayani, 2013):

1. Pil harus diminum setiap hari sehingga kadang-kadang merepotkan

2. Motivasi harus kuat

3. Adanya efek samping walaupun sifatnya sementara seperti mual, sakit kepala,
muntah, payudara menjadi nyeri.

4. Kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang persisten.

Efek samping penggunaan Pil KB

Efek samping penggunaan pil KB adalah sebagai berikut (Handayani, 2013):

1. Ringan: mual, muntah, berat badan bertambah, perdarahan tidak teratur,


retensi cairan, edema, nyeri kepala, tekanan darah meningkat, timbul jerawat.
Keluhan tersebut berlangsung pada bulan pertama pemakaian pil. Rendahnya
dosis estrogen dalam pil dapat mengakibatkan spotting diantara masa haid.

2. Berat: dapat terjadi tromboemboli mungkin karena peningkatan aktivitas


faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung.

Efektivitas dan Kontraindikasi

Secara teoritis, efektivitas dari pil KB sangat tinggi, akan tetapi hal tersebut
tergantung pada disiplin si pemakai. Jika pil KB dipakai secara benar
efektivitasnya dapat mencapai 99,99%. Pemakaian pil KB dikontraindikasikan
antara lain pada wanita yang sedang menyusui kecuali pil mini, riwayat sakit
jantung, penderita tumor, kelainan jantung, varises, hipertensi, perdarahan
ginekologi yang tidak diketahui sebabnya, migrain hebat, gangguan pembekuan
darah, sedang mengkonsumsi obat rifampisin atau obat epilepsi (Awati, 2007).

Kontraindikasi penggunaan pil kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua, yaitu


kontraindikasi mutlak/absolut dan kontraindikasi relatif. Kontraindikasi mutlak
meliputi penyakit trombofeblitis atau tromboemboli, penyakit serebrovaskuler,
dan juga penyakit jantung koroner. Penyakit tersebut diderita saat ini atau pernah
diderita pada saat lampau. Penyakit lain adalah kanker payudara serta penyakit
kanker lain yang dipengaruhi oleh estrogen, perdarahan pervaginam abnormal
yang tidak terdiagnosis, kehamilan dan gangguan fungsi hati. Sedangkan
kontraindikasi relatif meliputi penyakit hipertensi, diabetes melitus, perokok,
umur lebih dari 35 tahun, gangguan fungsi ginjal di masa lalu, epilepsi dan
mioma uteri (Widodo, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Awati, D. E. 2007. Pengetahuan dan Motivasi tentang Kontrasepsi pada Akseptor
KB di 4 Taman Kanak-kanak di Kecamatan Sleman. Skripsi pada Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2012.
Kontrasepsi Oral: Mengenal Manfaat dan Resikonya. InfoPOM; Edisi
Januari-Februari 2012: 4-6.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., Perkumpulan Obstetri dan


Ginekologi Indonesia., dan World Health Organization. 2005. Pedoman
Pelayanan Kontrasepsi Darurat. Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
Indonesia, hal. 8-11.

Fajrin, F. I dan Oktaviani, L. 2011. Hubungan Disiplin Waktu Dalam Pemakaian


Pil KB Kombinasi dengan Kegagalan Akseptor. Jurnal Midpro. 2:1-6.

Handayani, R. 2013. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB Pil Ny. W P2A0


Umur 30 Tahun dengan Menorhagia di BPM Siti Nuraini Karanganyar Tahun
2013. Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Pradila, E. 2013. Tingkat Pengetahuan Akspetor Kontrasepsi Pil tentang Efek


Samping Kontrasepsi Pil di BPS Widjiati Margomulyo Bojonegoro Tahun
2013. Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Widodo, F.Y. 2010. Efek Pemakaian Kontrasepsi kombinasi Terhadap Kadar


Glukosa Darah.

Anda mungkin juga menyukai