Anda di halaman 1dari 3

ANTIBIOTIKA PROPILAKSIS

NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


A 1/2

TANGGAL TER- DITETAPKAN OLEH DIREKTUR


BIT :
STANDAR
PROSEDUR dr. Marsilina
OPERASIONAL

PENGERTIAN Pemberian antibiotik sebelum dan hingga 24 jam pasca operasi


pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda
infeksi

TUJUAN 1. Mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat


operasi antibiotik dijaringan target operasi sudah mencapai
kadar optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri.
2. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis selain tepat dalam
pemilihan jenis juga mempertimbangkan konsentrasi
antibiotik dalam jaringan saat mulai dan selama operasi
berlangsung.

KEBIJAKAN 1. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. SK Menkes No. 1331 th 1999 tentang penerapan standar
Pelayanan Rumah Sakit
3. Standar Pelayanan Medis Dit Yan Med Depkes tahun 1996
4. Standar Pelayanan Medis URJ Orthopedi dan Traumatologi
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011

PELAKSANA 1. Perawat Ruangan Rawat Inap


2. Perawat Ruangan IGD
3. Perawat Ruangan Operasi
PROSEDUR 1. Indikasi penggunaan antibiotic profilaksis didasarkan kelas
operasi, yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi.
2. Dasar pemilihan jenis antibiotic untuk tujuan profilaksis:
Gunakan sefalosporin generasi III untuk profilaksis bedah
.Generasi ke I, yang termasuk dalam golongan ini adalah Se
falotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroxil.
Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram positif, tidak
berdaya terhadap gonococci, H. Influenza, Bacteroides dan
Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktama-
se.Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmeta-
zol, dan sefuroksim (Anbacim®).
Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan bakteri anaer-
ob dapat ditambahkan metronidazol.
3. Rutepemberian: Antibiotik profilaksis diberikan
secaraintravena. Untuk menghindari resiko yang tidak di-
harapkan dianjurkan pemberian antibiotic intravena drip da-
lam NaCL 100 cc, dan dapat dilakukan tanpa skin test anti-
biotik terlebih dahulu.
4. Waktu pemberian: Antibiotik profilaksis diberikan≤ 30 men-
it sebelum insisi kulit .Idealnya diberikan pada saat induksi
anestesi.
5. Dosis pemberian untuk menjamin kadar puncak yang tinggi
serta dapat berdifusi dalam jaringan denganbaik, maka di-
perlukan antibiotik dengan dosis yang cukup tinggi. Pada
jaringan target operasi kadar antibiotic harus mencapai kadar
hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi.
6. Lama pemberian: Durasi pemberian adalah dosis tunggal,
dengan kecepatan 60 tetes makro per menit
7. Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih
dari 1500ml atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam.

UNIT TERKAIT 1. Farmasi


2. Ruang Bedah
3. Ruang Rawat Inap
DAFTAR 1. Avenia, N., Sanguinetti, A., Cirocchi, R., Docimo, G., Ra-
PUSTAKA gusa, M., Ruggiero, R., dkk., 2009. Annals of Surgical In-
novation and Research. Annals of surgical innovation and
research, 3: 10-15.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian Dan Alat KesehatanNomor :
HK.03.05/III/569/11Tentang Pelayanan Kefamasian untuk
Terapi Antibiotik

Anda mungkin juga menyukai