Anda di halaman 1dari 23

PERBANDINGAN PENDIDIKAN

TENTANG

TUGAS TUGAS GURU ANTARA TUGAS MENGAJAR


DAN TUGAS LAINNYA

Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas perkuliahan


pada mata kuliah Perbandingan Pendidikan

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Aziz Fakhrurrazi, M.A

Disusun oleh:

ELSA NOVITA SARI


NIM.214810118

PROGRAM STUDI TARBIYAH


KONSENTRASI ILMU AGAMA ISLAM
PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR’AN
(IIQ)
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam


pembangunan dan kemajuan Negara. Menurut UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diir, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara1.
Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan. Setiap proses
yang bertujuan tentunya mempunyai ukuran atau yardstick sudah
sampai dimana perjalanan pendidikan dalam mencapai tujuannya.
Berbeda dengan tujuan fisik seperti jarak suatu tempat atau suatu target
produksi, tujuan pendidikan merupakan suatu yang intangible dan terus
menerus berubah dan meningkat. Tujuan pendidikan selalu bersifat
sementara atau “tujuan yang berlari” dalam artian tujuan pendidikan
setiap saat perlu direvisi dan disesuaikan dengan tuntutan perubahan2.
Dalam Undang- Undang No. 20 tahun 2003 Bab II, Pasal 3 tentang
pendidikan Nasional ditegaskan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan


dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab
Pendidikan yang berkualitas dapat melahirkan generasi muda yang
juga berkualitas. Pendidikan yang berkualitas dapat melahirkan generasi

1
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional
2
H.A.R Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 75
muda yang juga berkualitas. Pendidikan3 mengandung aspek visi4,
misi5, tujuan, kurikulum6, bahan ajar, pendidik, peserta didik, sarana
prasarana, dan lingkungan.7 Aspek- aspek tersebut satu sama lainnya
tidak bisa dipisahkan. Karena aspek tersebut saling berkaitan sehingga
membentuk satu sistem. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pendidikan adalah aspek pendidik atau guru.
Pendidikan yang unggul tidak lepas dari guru yang unggul pula.
Sebab itu, menghargai dan memberdayakan guru dalam konteks
reformasi pendidikan wajib hukumnya. Sebab, profesional guru
merupakan hal yang paling utama bagi keberhasilan suatu pendidikan.
Menghargai dan memberdayakan guru harus sesuai dengan prestasi
yang dicapainya. Mutu pendidikan yang diacu dalam satuan program
pendidikan bergantung penuh pada profesionalitas guru yang
profesional, disiplin, tekun, berakhlak keguruan, berkonsetrasi, dan
mengedepankan mutu. Faktor yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan adalah sikap positif pendidik terhadap profesinya (sikap

3
Pendidikan menurut UU NO. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diir, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterapilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Visi merupakan kemampuan untuk
melihat pada inti persoalan; pandangan atau wawasan kedepan.
5
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Misi merupakan tugas yg dirasakan
orang sbg suatu kewajiban
6
Secara etimologis kata “kurikulum” diabil dari bahasa Yunani, “Curere”, yang
berarti jarak yang harus ditepuh oleh para pelari dari mulai start sampai finish (Sudjana,
2002:2 dalam Heri Gunawan. Pendidikan Islam: Kajian Teoritsi dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014. Hlm.39). Muhaimin (2005:1 dalam Heri
Gunawan.Pendidikan Islam: Kajian Teoritsi dan Pemikiran Tokoh. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014. Hlm.39) mengaitkan kurikulum dengan pendidikan yang berrati jalan
terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengebangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta nilai- nilai. Dalam konteks pendidikan
nasional, kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki
berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang
harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan
untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan peserta didik dalam mengembangkan
potensi dirinya pada satuan pendidikan tertentu. Dalam Sistem Pendidikan Nasional,
dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan
lahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar.
7.
Abuddin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Halaman 90.
profesional) sebagai guru. Sikap profesional tersebut merupakan kunci
pokok keberhasilan guru dalam melakukan tugas mendidik. Disamping
itu, dengan penguasaan materi maupun praktek yang dimiliki oleh guru,
maka proses pendidikan akan lebih berhasil. Guru yang malas, kurang
disiplin, dan kebiasaaan hidup santai akan berimplikasi pada
merosotnya dan bahkan kegagalan pendidikan. Sikap- sikap demikian
mengimplikasikan hampanya komitmen untuk mengusung pendidikan
kearah keberhasilan dan keberdayaan yang diinginkan.
Begitu besar peran pendidik dalam sebuah keberhasilan pendidikan,
oleh karena itu seorang pendidik dituntut harus bisa mewujudkan
pendidikan yang berkualitas. Pendidik sebagai tonggak utama penentu
keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidikan haruslah menyadari
profesinya. Sebagaimana dikeseharian, tugas formal seorang guru tidak
sebatas berdiri di hadapan peserta didik selama berjam-jam hanya untuk
mentransfer pengetahuan pada peserta didik. Lebih dari itu, guru juga
menyandang predikat sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru oleh
peserta didik dalam segala aspek kehidupan, hal inilah yang menuntut
agar guru bersikap sabar, jujur, dan penuh pengabdian.Sebab dalam
konteks pendidikan, sosok pendidik mengandung makna model atau
sentral identifikasi diri, yakni panutan dan teladan bahkan konsultan
bagi peserta didiknya.
BAB II
PEMBAHASAN

TUGAS- TUGAS GURU ANTARA TUGAS MENGAJAR DAN


TUGAS LAINNYA

A. Pengertian Guru
Dalam bahasa Arab, guru disebutkan dengan mu`allim, murabbi,
mudarris, dan al- mu`addib. Mu`allim berasal dari kata `allama, dan
`allama kata dasarnya `alima yang berarti mengetahui. Istilah mu`allim
yang diartikan kepada guru menggambarkan sosok seseorang yang
mempunyai kompetensi keilmuan yang sangat luas, sehingga ia layak
menjadi seorang yang membuat orang lain (dalam hal ini muridnya)
berilmu sesuai dengan makna `allama. Dengan demikian, guru sebagai
mu`allim menggambarkan kompetensi profesional yang menguasai ilmu
pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik. Kata mu`allim
juga diartikan sebagai “mengajar” atau “mengajarkan”. Hal ini
sebagaimana ditemukan dalam firman Allah dalam Q.S Al- Baqarah (2:
31) sebagai berikut:
 
  
 
 
 
  
 
Artinya: dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-
benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para
Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda
itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Kata murabbi, sering diartikan kepada pendidik yang berasal dari


kata rabbaya. Kata dasarnya raba, yarbu, yang berarti “bertambah dan
tumbuh”8. Berangkat dari makna kata dasarnya ini dapat ditegaskan
bahwa rabbaya sebagai pekerjaan mendidik dapat dimaknai dengan
aktivitas membuat pertumbuhan dan pertambahan serta penyuburan.

8
Ibn Manzur, Abi at Fadl Jamal al- Din Muhammad bin Mukrim, Lisan al- `Arab,
Jilid XIV, (Bairut: Dar al-Fikr, 1990), hlm. 304
Maka guru sebagai murabbi berarti mempunyai peranan dan fungsi
membuat pertumbuhan, perkembangan, serta menyuburkan intelektual
dan jiwa peserta didik9. Istilah murabbi, sering dijumpai dalam kalimat
yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan baik yang bersifat
jasmaniah atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses
orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha
memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik
yang sehat dan kepribadian serta akhlak yang terpuji10.
Kata mudarris, yang juga diartikan kepada guru, merupakan isim
fa`il dari darrasa. Dan kata darrasa itu berasal dari kata darasa yang
berarti “meninggalkan bekas”. Berdasarkan makna harfiah ini, dapat
ditegaskan bahwa guru sebagai mudarris mempunyai tugas dan
kewajiban membuat bekas dalam jiwa peserta didik. Bekas itu
merupakan hasil pembelajaran yang berwujud perubahan perilaku,
sikap, dan penambahan atau pengembangan ilmu pengetahuan mereka.
Selain mu`allim, murabbi, dan mudarris, guru juga disebut dengan
al- muaddib. Kata ini merupakan isim fa`il dari kata addaba yang
berasal dari kata adaba yang berarti sopan. Dan addaba membuat orang
menjadi sopan. Maka guru sebagai al- mu`addib mempunyai tugas
membuat anak didiknya menjadi insan yang berakhlak mulia sehingga
mereka berperilaku terpuji.
Dari pengertian di atas dapat menggambarkan bahwasanya guru
dituntut untuk tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja kepada
peserta didik, tetapi juga mesti membentuk jiwa mereka melalui ilmu
pengetahuan yang diajarkan agar menjadi pribadi yang kaya secara
intelektual dan kejiwaan. Dengan kekayaan dua hal tersebut lahir sikap
dan perilaku terpuji.
Dalam konsep Islam, pendidik memiliki peran yang sangat penting.
Selain sebagai pengajar, ia juga menjadi orang yang memberikan

9
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan- Pesan Al- Qur`an tentang Pendidikan,
(Jakarta: Hamzah, 2013), hlm. 62-64
10
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung; PT Remaja Rosdakarya), hlm. 164
nasihat- nasihat yang baik (mau`iddah hasanah) kepada anak didiknya.
Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam mempunyai kedudukan yang
sangat tinggi.
Ramayulis (2002)11 menyebutkan bahwa pendidikan Islam
menggunakan tujuan sebagai dasar untuk menentukan pengertian
pendidik, karena pendidikan merupakan kewajiban agama, dan
kewajiban hanya dipikulkan kepada orang yang telah dewasa.
Kewajiban itu pertama bersifat personal, dalam arti bahwa setiap orang
bertanggung jawab atas pendidikan dirinya sendiri. Kemudian bersifat
sosial, dalam arti bahwa setiap orang bertanggung jawab atas
pendidikan orang lain. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung
jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung
jawab itu disebabkan sekurang- kurangnya oleh dua hal: pertama
karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua
anaknya; kedua karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua
berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses
anaknya adalah sukses orang tua juga. Tanggung jawab pertama dan
utama terletak pada orang tua, hal ini sebagaimana tergambar dalam
firman Allah dalam Q.S at- Tahrim (66: 6) sebagai berikut:
 
 
 
 
 
  
    
  
 
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

11
Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung; PT Remaja Rosdakarya), hlm. 164
Maksud dari ayat di atas adalah peliharalah dirimu dan anggota
keluargamu dari ancaman neraka. “Dirimu” yang disebut dalam ayat itu
adalah orang tua anak tersebut, yaitu ayah dan ibu, sedangkan “anggota
keluarga” dalam ayat ini ialah terutama anak- anaknya.
Dalam pengertian yang lebih luas, pendidik dalam Islam adalah
setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung
jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Sedangkan yang
menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan adalah agama,
dan wewenang pendidik juga mendapatkan legitimasi agama, sementara
yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah setiap orang
dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada
setiap orang karena tanggung jawabnya atas pendidikan.
Berdasarkan pemahaman ini dapat disimpulkan bahwa pendidik
dalam keluarga adalah orang tua itu sendiri. Hal ini karena secara alami
anak- anak pada masa- masa kehidupannya berada di tengah- tengah
keluarganya, mulai dari mereka mengenal pendidikannya, mulai dari
dasar pandangan hidup, sikap dan keterampilan hidup tertanam sejak
anak berada di lingkungan keluarganya. Sedangkan pendidikan di
lembaga pendidikan atau lembaga pendidikan lainnya adalah guru.
Sebagai pemegang amanat, seorang pendidik bertanggung jawab atas
amanat yang diserahkan kepadanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan
dala firman Allah dalam Q.S an- Nisa (4: 58) sebagai berikut:
    
 
  
  
 
   
   
   
 
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha melihat.

Dari firman Allah tersebut tergambar begitu tinggi dan mulianya


kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik). Hal
ini cukup beralasan, bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan
manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua
fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia
semakin dekat dengan Allah (taqarub ila Allah).
Guru merupakan ujung tombak dalam pembangunan pendidikan
nasional, terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui pendidikan formal. Sebagai komponen penunjang pelaksanaan
pendidikan, seorang guru haruslah memiliki perilaku yang baik dan
kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswa-siswi secara
utuh serta memiliki kemauan yang kuat, sehingga melahirkan anak
bangsa yang cerdas, kreatif, inovatif, demokratis, dan berakhlak.
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dan pembaharu
dalam pendidikan dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan sebaik- baiknya, dalam rangka pembangunan
pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis
dalam pembangunan pendidikan, oleh karena itu perlu dikembangkan
sebagai profesi yang bermartabat.
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikatakan
bahwa “Seorang guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Jadi dari beberapa kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa guru
adalah seorang tenaga profesional yang memiliki tanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didiknya karena guru
merupakan kader atau aktor perubahan ditengah-tengah masyarakat.
Guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan yang
bermuara kepada peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan
nasional. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian
dari guru belum profesional karena belum memiliki kompetensi sesuai
dengan standarisasi pendidikan nasional. Kualitas pendidikan di
Indonesia masih rendah, sementara guru sebagai ujung tombak
pendidikan semakin berkurang, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
B. Tugas Guru
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di
luar dinas dalam bentuk pengabdian. Guru merupakan profesi/ jabatan
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis
pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar
pendidikan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai
hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan- keterampilan pada siswa. Dengan kata lain, seorang guru
dituntut mampu menyelaraskan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik dalam proses pembelajaran.
Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang
pembelajaran, pengelola pembelajaran dan pembimbing siswa. Dalam
keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family
educator). Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina
masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social innovator),
dan agen masyarakat (social agent).
Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi
pendidikan, guru berperan sebagai berikut: (1). Pengambil inisiatif,
pengarah, dan penilai pendidikan; (2). Wakil masyarakat di sekolah
artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan
masyarakat dalam pendidikan; (3). Seorang pakar dalam bidangnya,
yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya; (4). Penegak disiplin,
yaitu guru harus menjaga agar para siswa melaksanakan disiplin; (5).
Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggungjawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik; (6). Pemimpin generasi
muda, artinya guru bertanggungjawab untuk mengarahkan
perkembangan siswa sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris
masa depan; (7). Penerjemah keppada masyarakat, yaitu guru berperan
untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada masyarakat.
Seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa
prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, antara lain: (1). membangkitkan perhatian siswa pada
materi yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan
sumber belajar yang bervariasi; (2). membangkitkan minat siswa untuk
aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan;
(3). membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan
penyesuaian dengan usia dan tahapan tugas perkembangan siswa; (4).
menghubungkan pelajaran yang diberikan dengan pengetahuan yang
dimiliki siswa (kegiatan apersepsi), agar siswa menjadi mudah dalam
memahami pelajaran yang diterimanya; (5). dapat menjelaskan unit
pelajaran secara berulang- ulang sehingga tanggapan siswa menjadi
jelas; (6). memerhatikan dan memikirkan hubungan antara mata
pelajaran dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari- hari; (7).
menjaga konsentrasi belajar siswa dengan cara memberikan kesempatan
berupa pengalaman secara langsung, mengamati/ meneliti, dan
menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh; (8). mengembangkan sikap
siswa dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di
luar kelas; dan (9). menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa secara
individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya
tersebut.
Peranan dan tugas yang diemban guru sangat besar. Tugas guru tidak
hanya mengajar, tetapi juga harus dapat mendidik, membimbing,
membina, dan memimpin kelas. Dalam Pasal 35 ayat 1 UU RI No. 14
tahun 2005 yaitu merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran, membimbing dan melatih siswa, serta melaksanakan
tugas tambahan, saat ini guru juga dituntut untuk kreatif dalam
menciptakan suasana belajar yang inovatif, kreatif, dan menarik siswa
untuk beraktivitas secara aktif. Hal ini karena guru diharapkan mampu
meningkatkan mutu pendidikan melalui sistem persekolahan sehingga
menghasilkan individu warga masyarakat masa depan Indonesia yang
memiliki dasar- dasar karakter yang kuat, kecakapan hidup, dan dasar-
dasar penguasaan IPTEK.
Selain itu, dalam pembelajaran guru memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan belajar di sekolah. Guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan
tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-
potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara
optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu
memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu
peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat
mendasar. Guru juga memiliki peran yang penting dalam membentuk
kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara,
dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus
kreatif, profesional, dan menyenangkan.
Dalam fungsinya dapat disebut sebagai arsitek pembelajaran,
merancang pembelajaran secara baik dan sempurna. Tugas- tugas guru
dapat dijalankan dengan sempurna apabila dilandasi dengan rancangan
pembelajaran yang baik, di dalam proses pembelajaran dapat diukur
ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Secara spesifik guru
memiliki tugas utama yaitu mendidik, mengajar, dan melatih atau
membimbing. Pertama, tugas guru sebagai seorang pendidik artinya
guru membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial
dan moral12. Pendidik artinya orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan bimbingan dan bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaanya,
mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah swt, khalifah di
permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang
mampu berdiri sendiri13. Kedewasaan dapat dilihat pada tiga bagian
yaitu:
a) Dewasa secara psikologis, artinya individu telah mandiri, tidak
lagi bergantung kepada orang lain. Selain itu telah telah mampu
mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya juga mampu
bersifat obyektif;
b) Dewasa secara sosial, artinya peserta didik memahami orang lain
adalah bagian dalam hidupnya. Hal tersebut dapat diperlihatkan
peserta didik dapat bekerja sama dengan siapa saja dan dalam
tugas- tugas apa saja, tidak memilih dengan siapa ia bekerja sama,
kehidupan sosialnya tidak ia bedakan karena status sosial dan lain
sebagainya;
c) Dewasa secara moral, artinya peserta didik memiliki seperangkat
nilai yang ia akui kebenarannya, ia pegang teguh dan menjadi
pemisah baik dan buruk.
Kedua, tugas guru adalah mengajar. Sikap yang melekat pada diri
seorang gruu adalah mengajar. Mengajar artinya proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa14. Pendapat lain
mengatakan bahwa mengajar atau pengajar artinya membantu

12
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
PT Remajasrosdakarya,2007)
13
Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)
14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2008)
pengembangan intelektual15, afeksi16, dan psikomotor17. Dalam
kegiatan pembelajaran akan berlangsung evaluasi dua arah yaitu di satu
sisi ada pengetahuan tentang proses transformasi yang dilaksanakan
oleh guru tingkat efektifitas18 dan efisiensi19nya. Sedangkan pad sisi
peserta didiknya apakah pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru
sudah diketahui oleh peserta didik. Terdapat bebrapa hal yang harus
diperhatikan oleh seorang guru dalam dalam melaksanakan kegiatan
pengajaran, yaitu:
a) recal (mengingat kembali) artinya guru menyampaikan
pertanyaan kepada peserta didik yang fokusnya peserta didik
mengingat informasi yang telah diterima;
b) pemahaman, artinya peserta didik dapat menginterpretasi20kan
makna dan melakukan eksplorasi21 atau memberikan berbagai
saran- saran dalam kegiatan pembelajaran;
c) apikasi, artinya peserta didik dapat mengemukakan abstraksi22
dan generalisasi23 terhadap pengetahuan dan situasi tertentu;
d) analisis peserta didik terlatih memecahkan masalah sampai
kepada hal- hal yang kecil untuk mempelajari hubungan antara
bagian- bagian yang ada;

15
in·te·lek·tu·al /inteléktual/ 1 a cerdas, berakal, dan berpikiran jernih
berdasarkan ilmu pengetahuan; 2 n (yg) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; 3 n
totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman
16
afek·si /aféksi/ n Psi 1 rasa kasih sayang; 2 perasaan dan emosi yg lunak
17
psi·ko·mo·to·rik a berhubungan dng aktivitas fisik yg berkaitan dng proses
mental dan psikologi
18
e·fek·ti·vi·tas /éféktivitas/ n keefektifan: dia ditugasi untuk memantau ~ proyek
19
efi·si·en·si /éfisiénsi/ n 1 ketepatan cara (usaha, kerja) dl menjalankan sesuatu
(dng tidak membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan; kesangkilan; 2
kemampuan menjalankan tugas dng baik dan tepat (dng tidak membuang waktu, tenaga,
biaya);
20
in·ter·pre·ta·si n pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis thd
sesuatu; tafsiran;
21
eks·plo·ra·si /éksplorasi/ 1 n penjelajahan lapangan dng tujuan memperoleh
pengetahuan lebih banyak (tt keadaan), terutama sumber-sumber alam yg terdapat di tempat
itu; penyelidikan; penjajakan:
22
ab·strak·si n 1 proses atau perbuatan memisahkan; 2 penyusunan abstrak; 3 Psi
keadaan linglung;
23
ge·ne·ra·li·sa·si /géneralisasi/ n 1 perihal membentuk gagasan atau simpulan
umum dr suatu kejadian, hal, dsb; 2 perihal membuat suatu gagasan lebih sederhana dp yg
sebenarnya (panjang lebar dsb); 3 perihal membentuk gagasan yg lebih kabur; 4
penyamarataan;
e) sintesis peserta didik dapat membuat dan membentuk pikiran-
pikiran baru yang berhubungan dengan konsep, perencanaan, dan
percobaan;
f) evaluasi membuat keputusan atau menyatakan pendapat yang
berhubungan dengan materi yang disampaikan oleh seorang guru.
Tugas- tugas pengajaran yang harus dijalankan oleh guru, yaitu:
a) tugas manejerial, yaitu tugas yang menyangkut fungsi
administrasi baik internal maupun eksternal. Hal tersebut
berhubungan dengan peserta didik, alat perlengkapan kelas dan
tindakan- tindakan profesional;
b) tugas edukasional, yaitu tugas yang menyangkut fungsi mendidik
yang bersifat motivasional, kedisiplinan dan sanksi sosial;
c) tugas instruksional, yaitu tugas yang menyangkut fungsi mengajar
yang bersifat penyampaian materi, pemberian tugas- tugas peserta
didik, mengawasi dan memeriksa tugas.
Ketiga, pelatih atau pembimbing. Guru selain sebagai pendidik dan
pengajar juga berfungsi sebagai pembimbing. Peserta didik berbeda
kemampuannya, ada yang mudah mengerti atau memahami, ada pula
yang lambat memahami. Mungkin ada juga yang kurang perhatian dan
motivas dalam belajar sehingga materi yang telah disampaikan oleh
guru tidak diterima sempurna oleh peserta didik. Sehubungan dengan
hal tersebut peserta didik membutuhkan bantuan atau bimbingan.
Bimbingan artinya proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya. Sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak wajar sesuai dengan ketentuan dan keadaan keluarga
dan masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan
hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.
Tugas- tugas guru yang melingkupi tiga aspek besar, yaitu pendidik,
pengajar dan pelatih sebagai proses awal dan penting dalam perubahan
peserta didik secara sempurna dan menyeluruh. Peserta didik akan
memiliki perilaku yang bukan hanya kecerdasan dan intelektual yang
tinggi akan tetapi juga memiliki perilaku dan akhlaq yang mulia.
Dirinya akan menjadi pionir dalam dinamika masyarakat dimana saja
peserta didik tumbuh dan berkembang. Dismping tiga tugas utama
tersebut, ada beberapa tugas guru lainnya24 yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
1) Guru sebagai pembaharu (innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta
didik, tugas guru memahami bagaimana menjembataninya secara
efektif, sehingga guru mampu menjadi jembatan yang baik dari
perbedaan generasi tersebut.
2) Guru sebagai model dan teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan
semua orang. Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan guru akan menjadi sorotan peserta didik serta orang di
sekitar lingkungannya. Namun kembali lagi bahwasanya guru
merupakan manusia biasa yang tidak terlepas dari khilaf, namun
sebagai guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara
apa yang diinginkan dengan apa yang ada didirinya, kemudia ia
menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu
diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
3) Guru sebagai pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,
guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang
pendidik. Ungkapan guru yang sering disebut sebagai seorang yang
“digugu” dan “ditiru”, menuntut guru untuk harus benar- benar
dapat menjadikan dirinya untuk patut dijadikan contoh yang baik
bagi peserta didiknya hingga lingkungan sekitarnya, oleh karen itu
24
Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remajarosdakrya, 2008).
guru harus mampu menerapkan nilai- nilai yang dianut dan
berkembang di lingkungan tempat dia mengabdi dan bertempat
tinggal. Sebagai pribadi yang hidup di tengah- tengah masyarakat,
guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan
olahraga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan dalam bergaul
harus dimiliki oleh guru, sebab kalau tidak pergaulannya akan
menjadi kaku dan berakibat guru kurang bisa diterima di
masyarakat.
4) Guru sebagai peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan penyesuaian- penyesuaian dengan kondisi lingkungan.
Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang di dalamnya
melibatkan guru. Oleh karen itu guru adalah seorang pencari atau
peneliti.
5) Guru sebagai pendorong krteativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreativitas tersebut. Sebagai orang yang
kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal
dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan
dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang kreator
dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan. Akibat dari
fungsi ini, guru senantiasa berusaha menemukan cara yang lebih
baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan
menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan
dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan
sebelumnya dan apa yang dikerjakan dimasa mendatang lebih baik
dari sekarang.
6) Guru sebagai pembangkit pandangan
Dalam fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi
dengan peserta didik segala umur, sehingga setiap langkah dari
proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang
fungsi ini. Contohnya guru tidak dapat membangkitkan pandangan
tentang kebesaran Allah kepada peserta didik jika ia sendiri tidak
memiliki pemahaman tentang kebesaran Allah. Oleh karena itu, para
guru perlu dibekali dengan ajaran tentang hakikat manusia dan
setelah mengenalnya akan mengenal pula kebesaran Allah yang
menciptakanNya.
7) Guru sebagai pekerja rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan pekerjaan guru
merupakan profesi yang rutin dilakukan oleh individu yang
berprofesi tersebut, dan jika kegiatan rutin tersebut dilakukan
dengan tidak baik maka bisa mengurangi atau merusak keefektivan
guru pada semua peranannya.
Iklim belajar menentukan situasi pembelajaran yang prodektif
dan kreatif, dan bergantung pada derajat kemahiran serta gaya
kegiatan rutin tersebut dilakukan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa kegiatan rutin yang diterima oleh semua pihak merupakan
syarat yang diperlukan bagi kebebasan, pemahaman dan kreativitas.
Tanpa adanya kegiatan rutin, tidak terdapat kekuatan atau
kesempatan untuk mencoba alternatif kegiatan berbagai pokok dari
kebebasan, pemahaman yang mendalam, dan kreativitas.
8) Guru sebagai pemindah kemah
Guru sebagai pemindah kemah, yang suka memindah-
mindahkan dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama
menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Dalam
menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak
bermanfaat dan barangkali membahayakan perkembangan peserta
didik dan memahami mana yang bermanfaat. Guru dan peserta didik
bekerja sama mempelajari cara baru, dan meninggalkan kepribadian
yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai
dengan tuntutan masa kini. Proses ini menjadi transaksi bagi guru
dan peserta didik dalam pembelajaran. Pendidikan yang baik dan
guru yang efektif berusaha memikirkan perkembangan kepribadian
peserta didik dan kehidupan, tetapi guru adalah pribadi dan
merupakan bagian dari proses pendidikan.
9) Guru sebagai pembawa cerita
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat
pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana
memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang Nampak diperlukan oleh
manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan yang
Nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan
dengan kehidupan mereka, belajar untuk menghargai kehidupan
sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca
tentang kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha mencari
untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
Salah satu karakteristik pembawa cerita yang baik adalah
mengetahui bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para
pendenganrnya, sehingga mampu menggunakan kejadian masa lalu
untuk mengiterpretasikan kejadian sekarang dan yang akan datang.
Jadi guru diharapkan mampu membawa peserta didik mengikuti
jalan cerita dengan berusaha membuat peserta didik memiliki
pandangan yang rasional terhadap sesuatu.
10) Guru sebagai aktor
Sebagai actor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah
yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang telah
disusun dengan mempertimbangkan psan yang akan disampaikan
kepada penonton. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan
naskah, dia harus menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri,
persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek-
aspek baru dari setiap penampilan yang harus ditampilkan.
Untuk mengajar, guru harus memiliki gagasan dan pengalaman,
serta harus menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan untuk
memilikinya. Untuk dapat mentransfer gagasan, ia harus
mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan serta
mengembangkan kemampuan untuk mengkomunikasikan
pengetahuan itu. Kemampuan berkomunikasi merupakan suatu seni
atau keterampilan yang dikenal dengan mengajar.
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas
pada materi yang ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian
manusia sehingga mampu memahami respon- respon pendengarnya,
dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol.
Untuk melakukan hal ini ia mempelajari semua hal yang
berhubungan dengan tugasnya, sehingga dapat bekerja secara
efektif.
11) Guru sebagai emansipator
Sebagai emansipator guru harus mampu memahami potensi
peserta didik, menghormati setiap insan. Ketika masyarakat
membicarakan rasa tidak senang kepada peserta didik tersebut akan
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan
peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan,
kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini
guru harus mampu untuk melihat situasi yang tersirat di samping
yang tersurat, serta mencari kemungkinan pengembangannya.
12) Guru sebagai evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran
tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses mentapkan
kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik.
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip dan teknik yang sesuai mungkin tes atau nontes. Dan
penilaian terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan
tindak lanjut. Oleh karena itu, guru perlu memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang memadai. Dalam tahap persiapan
terdapat beberapa kegiatan, antara lain penyusunan tabel spesifikasi
yang di dalamnya terdapat sasaran penilaian, teknik penilaian, serta
jumlah instrument yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan,
dilakukan pemakaian instrument untuk menemukan respon peserta
didik terhadap instrument tersebut sebagai bentuk hasil belajar,
selanjutnya dilakukan penelitian terhadap data yang telah
dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat tafsiran tentang kualitas
belajar peserta didik. Hal penting lain yang harus diperhatikan
dalam penilaian ini adalah adil. Penilaian harus dilakukan secara
objektif, bukan dilakukan karena faktor- faktor lain, sehingga
mampu menunjukkan prestasi belajar peserta didik sebagaimana
adanya. Selain bertugas untuk menilai peserta didik, guru pun juga
harus melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri, agar dapat
menjalankan sesuai dengan apa yang tekah dirancang dan dapat
mewujudkan hasi belajar yang baik.
13) Guru sebagai kulminator
Belajar di ruang kelas tidak bersifat insidental, melainkan
terencana, artificial, dan sangat selektif. Guru harus mampu
menghentikan kegiatannya pada suatu unit tertentu dan kemudian
maju ke unit berikutnya. Untuk itu diperlukan kemampuan
menciptakan suatu kulminasi pada unit tertentu dari suatu kegiatan
belajar.
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingg akhir (kulminasi). Dengan rancangannya
peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang
memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan
belajarnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan merupakan salah satu proses penting yang dilalui setiap

individu dalam kehidupannya. Melalui pendidikan, seseorang dapat

mengetahui apa yang tidak diketahuinya, menjadi mengerti terhadap

apa yang tidak dipahaminya, oleh karena itulah pendidikan menjadi

wadah bagi individu dalam berproses untuk menjadi lebih baik.

Pentingnya peran pendidikan dalam kehidupan setiap individu itulah

yang mengharuskan pendidikan untuk dikelola dengan baik dan

ditangani oleh orang- orang yang handal seperti guru yang berkualitas,

sehingga apa yang menjadi tujuan akhir dari sebuah pendidikan dapat

terwujud dengan baik.

Menjadi seorang guru merupakan salah satu pekerjaan yang sangat

mulia, sehingga sudah sepatut dan sewajarnya profesi guru dikerjakan

oleh orang- orang yang dapat memahami dan menghargai profesi

tersebut dengan sangat baik. Guru merupakan sosok yang tidak hanya

bekerja dalam mentransfer ilmu (transfer of knowledge) saja, namun

lebih dari tugas itu guru merupakan sosok yang menjadi panutan atau

contoh bagi anak didiknya.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini

adalah, jadilah seorang guru yang tidak hanya mengajar tapi juga

menjadi contoh yang baik bagi anak didik, seperti apa yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah saw menjadi suri tauladan umatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Heri, Pendidikan Islam: Kajian Teoritsi dan Pemikiran Tokoh.


(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.39.
Ibn Manzur, Abi at Fadl Jamal al- Din Muhammad bin Mukrim, Lisan al-
`Arab, Jilid XIV, (Bairut: Dar al-Fikr, 1990), hlm. 304
Ihsan, Hamdani, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
M. Yusuf, Kadar, Tafsir Tarbawi: Pesan- Pesan Al- Qur`an tentang
Pendidikan, (Jakarta: Hamzah, 2013), hlm. 62-64
Mulyasa, Enco, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remajarosdakrya, 2008).
Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group 2010), hlm.90.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008)
Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
(Bandung: PT Remajasrosdakarya,2007).
Tilaar, H.A.R, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 75
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai