Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Proses Keperawatan
Kasus :
Ny. C, berusia 38 tahun merupakan seorang IRT dengan kondisi
ekonomi yang terbilang kurang mencukupi. Suaminya sehari-hari hanya
bekerja sebagai buruh bangunan dan Ny. C tidak memiliki pekerjaan
yang tetap, terkadang bekerja sebagai tukang cuci pakaian. Anak Ny. C
mengatakan bahwa di rumah, ibunya terkadang mencoba menyakiti
dirinya sendiri maupun orang lain, seperti melempar barang-barang
yang ada di rumah, dan terkadang marah-marah kepada suaminya.
Pada saat dilakukan observasi Ny. C tampak gelisah, wajah memerah
dan tampak kesal.
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Anak klien mengatakan bahwa klien sering mencoba menyakiti
dirinya maupun orang lain, dank lien sering marah-marah
Data Objektif :
a. Klien tampak gelisah
b. Wajah klien tampak memerah
c. Klien tampak kesal
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum
Klien mampu mengendalikan amarahnya
b. Tujuan Khusus
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya antara perawat
dan klien, serta dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
dengan perawat maupun dengan orang lain.
2) Klien mampu mengidentifikasi tanda-tanda PK
3) Klien dapat menyebutkan PK yang pernah dilakukannya
4) Klien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengendalikan
PK
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan
agar pasien merasaaman dan nyaman saat berinteraksi.Tindakan
yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
adalah :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Memperkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama panggilan,
asal institusi).
4) Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai.
5) Menjelaskan tujuan interaksi.
6) Menyepakati kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien
b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi.
c. Ajarkan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
(latihan napas dalam)
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat :“Selamat pagi bu, Boleh saya masuk?”
Klien :” Selamat pagi, silahkan sus”
Perawat :”Perkenalkan bu, nama saya Shintya Andriani, ibu bisa
panggil saya Shintya. Saya perawat yang bertugas
pada pagi ini dari jam 8 pagi ini sampai jam 2 nanti
siang. Apakah boleh saya tau nama Ibu? Dan ibu
senang dipanggil siapa?”
Klien : “Saya ibu C, sus.”
b. Evaluasi dan Validasi
Perawat : “Bagaimana keadaan ibu hari ini? Apa yang ibu
rasakan?”
Klien : “Saya merasa kesal sus, setiap di rumah saya selalu
merasa banyak beban, padahal pekerjaan suami saya
tidak terlalu menghasilkan, tapi dia tetap saja
menghambur-hamburkan uangnya.”
c. Kontrak
Perawat : “Baiklah bu, kalau begitu, bagaimana jika kita
berbincang-bincang sebentar mengenai perasaan
marah dan kesal ibu. Berapa lama ibu mau
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10-15 menit
bu, apakah ibu bersedia?”
Klien : “Baik sus, saya bersedia”
Perawat : ”Dimana sebaiknya kita berbincang-bincang bu?
Apakah ibu mau kita pindah ke tempat lain?”
Klien : “Disini saja sus”
Perawat : “Baiklah kita akan berbincang-bincang selama 10-15
menit ke depan di di ruangan ini bu”
Klien : “Iya sus”
2. Fase Kerja
Perawat : “Tadi ibu mengatakan kesal ketika sedang berada di
rumah? Coba ibu jelaskan lebih detail mengenai
perasaan ibu tersebut? Kenapa ibu merasa kesal, dan
apa penyebabnya?”
Klien : “Begini sus, suami saya kan hanya seorang buruh, dan
upahnya juga tidak seberapa, hanya cukup untuk
makan saja. Tapi suami saya selalu menghabiskan
uangnya dengan melakukan kegiatan yang tidak
penting, seperti berjudi sus.”
Perawat : “Lalu sebelumnya apakah ibu pernah merasa kesal
seperti ini bu? Dan apakah penyebabnya sama
dengan kesal yang ibu rasakan saat ini?”
Klien : “Iya, pernah sus. Ya penyebabnya hamper sama,
karena suami saya tidak bertanggung jawab sebagai
kepala keluarga.”
Perawat : “Ketika ibu merasa kesal apakah ibu merasakan
bahwa dada ibu berdebar kencang, mata melotot,
rahang terkatup rata, dan tangan mengepal?”
Klien : “Iya sus, kalau saya kesal saya merasakan hal-hal
yang seperti itu.”
Perawat : “Lantas apa yang ibu lakukan selanjutnya?”
Klien : “Ya kadang-kadang saya melempar barang-barang di
rumah sus, karena kesal dengan suami saya. Saya
marah-marah kepada suami saya karena dia tidak
mengerti dengan kondisi keluarga.”
Perawat : “Apakah dengan ibu marah-marah demikian keadaan
menjadi lebih baik bu? Dan menurut ibu adakah cara
lain yang lebih baik selain marah-marah?”
Klien : “Saya tidak tau sus, saya tidak sempat berpikir jernih,
kalau suami saya pulang sehabis berjudi saya akan
langsung marah-marah kepadanya.”
Perawat : “Maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan
cara yang baik tanpa menimbulkan kerugian?”
Klien : “Memangnya ada yang seperti itu ya sus?”
Perawat : “Ada bu, marah-marah tidak selamanya akan menjadi
solusi untuk menyelesaikan masalah. Ada cara fisik
untuk mengendalikan rasa marah. Kalau begitu
sekarang saya akan mengajarkan salah satu cara
untuk mengendalikan rasa marah tersebut ya, bu.”
Klien : “Baiklah sus.”
Perawat : “Latihan ini namanya teknik relaksai napas dalam ya
bu, latihan ini tidak memerlukan alat apapun.
Caranya, pertama-tama ibu berdiri atau duduk dengan
posisi tegak kemudian ibu hirup napas sedalam-
dalamnya melalui hidung, dan hembuskan perlahan
melalui mulut, dan anggap ibu sedang mengeluarkan
kemarahan. Ibu bisa mengulanginya sebanyak 5-10
kali dalam satu kali latihan. Sekarang mari kita coba
latihan bu.”
Klien : “Baik sus.” (Melakukan teknik relaksasi napas dalam)
Perawat : “Bagus sekali ibu C, ibu sudah mampu melakukan
teknik relaksasi napas dalam dengan baik. Sebaiknya
latihan ini ibu lakukan secara rutin setiap hari,
sehingga apabila sewaktu-waktu kemarahan ibu
datang lagi, ibu dapat mengendalikannya melalui
teknik relaksasi napas dalam ini. Bukannya melalui
marah-marah yang ibu lakukan sebelumnya.”
Klien : “Baik sus, saya akan mencoba latihan ini secara
rutin.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Perawat : “Baiklah bu, kita sudah selesai berbincang-bincang
dan jugatelah melakukan latihan relaksasi napas
dalam. Bagaimana perasaan ibu sekarang?”
Klien : “Sekarang saya sudah merasa sedikit lega dan tenang
sus.”
b. Evaluasi Objektif
Perawat : “Baguslah bu, kalau ibu sudah merasa lega dan
tenang. Sekarang coba ibu sebutkan kembali
penyebab ibu marah, dan apa yang ibu lakukan harus
lakukan saat ibu marah lagi?”
Klien : “Saya biasanya marah karena suami saya berjudi dan
biasanya saya melempar barang-barang di rumah, tapi
sekarang saya harus mengendalikannya agar tidak
merugikan diri saya maupun keluarga saya.”
c. Rencana Tindak Lanjut
Perawat : “Baiklah kalau begitu, ibu sudah paham sekarang
mengenai cara mengendalikan amarah. Dan apabila
ibu merasa kesal atau marah lagi, ibu bisa melakukan
cara yang paling sederhana yaitu dengan relaksasi
napas dalam ya bu.”
Klien : “Baik sus, saya akan melakukannya”
d. Kontrak Yang Akan Datang
1) Topik
Perawat : “Baiklah bu, kalau begitu, kita akan bercakap-cakap
lagi dilain waktu. Besok saya akan kembali lagi
mengunjungi ibu, dan kita akan mencoba latihan lain
untuk mengendalikan kemarahan ya, bu.”
Klien : “Baik sus”
2) Waktu
Perawat : “Ibu mau jam berapa kita berbincang-bincang besok
bu?”
Klien : “Bagaimana kalau jam 10 pagi sus?”
Perawat : “Baik bu, kalau begitu besok saya akan kembali pukul
10 pagi.”
3) Tempat
Perawat : “Untuk tempatnya ibu mau dimana?”
Klien : “Disini saja sus. Saya merasa lebih nyaman disini”
Perawat : “Baik bu, kalau begitu sampai bertemu besok.”
Klien : “Terimakasih sus.”
Perawat : “Baik bu, sama-sama.”

Anda mungkin juga menyukai