Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk hidup sehat, dan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
preventif, kuratif dan rehabilitative, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
masyarakat. Oleh karena itu masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan
keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam,
nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-
lain.
masyarakat akan obat dan penggunaannya. Dalam hal ini Apoteker dituntut untuk
dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat
terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug
1
misuse). Masyarakat cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat
berkhasiatnya.
disingkat MODS) dapat terjadi pada penderita-penderita penyakit dengan kondisi kritis
atau pasca trauma berat. Perjalanan alamiah sindrom ini meliputi perawatan yang lama
diruang intensif sehingga menghabiskan dana dan upaya yang besar. MODS muncul
kritis yang pada masa-masa sebelumnya tidak ada harapan lagi. Berdasarkan data dari
ataupun komplikasinya, tetapi akibat suatu proses kegagalan fisiologis yang progresif
pada beberapa system organ. Terminologi dysfungtion, lebih dinamis dari pada failure,
menunjukkan bahwa fenomena ini adalah suatu proses menuju kegagalan system organ
tersamar, sebagai factor klinis utama yang berhubungan dengan MODS. Tetapi dalam
penelitian-penelitian terakhir terbukti MODS dapat terjadi tanpa adanya focus infeksi,
kegagalan fungsi satu organ dapat merugikan fungsi organ-organ lain dan
2
Angka kematian MODS lebih dari 60%. Mortalitasnya tergantung dari jumlah
organ dan lamanya organ-organ tersebut mengalami kegagalan fungsi, dan tetap
B. Tujuan
3
BAB II
KONSEP DASAR
1. Definisi
kritis atau pasca trauma berat. Perjalanan alamiah sindrom ini meliputi perawatan
yang lama diruang intensif sehingga menghabiskan dana dan upaya yang besar
Dalam dekade yang terakhir ini pendekatan ICU baik monitoring maupun
resusitasi diarahkan kepada kegagalan beberapa organ dalan waktu yang sama.
trauma mayor, perdarahan yang massif, pancreatitis nekrotik, kegagalan hati, shosk
dan sepsis akan menimbulkan kegagalan berbagai organ dan secara progresif
4
multiple organ dysfungtion syndrome atau dalam tingkat selanjutnya terjadi
multiple organ system failure atau disebut juga dengan MOSF. Walaupun terdapat
terdapat hubungan antara organ yang disfungsi dengan monitor dan pengatasan
prognose pasien.
akibat langsung dari jejas (insult) pada organ-organ tertentu, misalnya kontusio
paru, gagal ginjal karena rabdomiolisis, atau koagulopati karena transfuse multiple.
Respon inflamasi pada MODS primer tidak menonjol. MODS sekunder bukan
akibat langsung jejas awal (initial insult), tapi terjadi sebagai konsekuensi respon
inflamasi yang berlebihan, dan meluas keseluruh oragn didalam badan; fenomena
inni dinamakan systemic inflammatory response syndrome (SIRS). Bila proses ini
2. Etiologi
3. Patogenesis
5
luka. Kemudian akan diikuti pelepasan mediator-mediator anti-inflamasi untuk
meregulasi proses ini. Homeostasis dicapai dan pasien sembuh. Bila jejas patologis
Bila respon proinflamasi sistemik yang terjadi sifatnya berat, atau bila
respons proinflamasi. Pada keadaan ini didapat tanda-tanda SIRS, dan mulai
respon anti inflamasi, dengan akibat alergi dan imunosupresi, keadaan ini
tidak berhasil dicapai, sampailah pada fase terakhir proses patogenik ini,
immunological dissonance. Pada fase ini keseimbangan antara proses pro dan anti
inflamasi hilang.
4. Manifestasi Klinis
6
d. Disfungsi gastrointestinal; perdarahan stress ulcer, pancreatitis, hiperglikemia
5. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya dibagi atas 2 yakni prevensi dan pengobatan dengan hal
d. Mengatasi infeksi yang terjadi baik infeksi intraabdominal, sepsis, infeksi oleh
karena pemasangan kateter, infeksi yang berasal dari usus dan infeksi daari
daerah lainnya.
e. Memberikan nutrisi yang cukup baik dengan enteral, parenteral, bila perlu
memberikan kalori yang berlebih. Pada MOSF non kalori intake 23-35
7
f. Terapi yang diberikan kortikosteroid dan prostaglandin-1 inhibitor. Kemudian
1. Pengkajian
Airway
c. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa
Breathing
a. Kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala yang
signifikan
c. Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan
asidosis
8
Circulation
a. Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
f. Pasang kateter
36oC
Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran dengan
menggunakan AVPU.
Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
9
Tanda ancaman terhadap kehidupan
kehidupan maka pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
c. Hyposia
d. Asidosis
e. Gangguan pembekuan
pulmonal.
mencukupi.
edema pulmonal.
peningkatan metabolism.
10
g. Risiko ketidakseimabangan temperature tubuh behubungan dengan proses
infeksi.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
MODS) dapat terjadi pada penderita-penderita penyakit dengan kondisi kritis atau pasca
trauma berat. Perjalanan alamiah sindrom ini meliputi perawatan yang lama diruang
B. Saran
berpedoman pada proses keperawatan. Dengan memperhatikan aspek bio, psiko, sosio dan
spiritual.
12