Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

TENNIS ELBOW

Oleh:
Ayu Aprilisa Dahni Putri 04054821719099
Nurul Hayatun Nupus 04054821820150

Pembimbing:
dr. Yenny Fitrizar

BAGIAN/DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG TAHUN 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

TENNIS ELBOW

Oleh:
Ayu Aprilisa Dahni Putri 04054821719099
Nurul Hayatun Nupus 04054821820150

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan


Klinik di Departemen Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang periode 17 Septermber 2018-
3 Oktober 2018

Palembang, September 2018


Pembimbing

dr. Yenny Fitrizar

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Tennis Elbow”.

Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Rehabilitasi
Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
dr. Yenny Fitrizar atas bimbingan yang telah diberikan.

Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, serta mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, serta semua pihak yang membutuhkan.

Palembang,September 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 1
BAB II Laporan Kasus .................................................................................. 3
BAB III Tinjauan Pustaka ............................................................................. 9
BAB IV Analisis Kasus ................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 43

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tennis elbow atau epikondilitis lateral merupakan kasus nyeri siku bagian lateral.
Kelainan ini dikenal sejak tahun 1883 digambarkan sebagai cedera karena tenis, terjadi pada
lebih dari 50% pemain tenis. Namun juga dapat disebabkan oleh aktivitas lain yang
memberikan beban berulang pada otot lengan bagian lateral.1,2,3. Gejala khas epikondilitis
adalah nyeri dan mungkin bengkak di daerah insersio kaput ekstensor komunis pada
epikondilus lateral humerus, sering disebabkan kelainan jaringan konektif kolagen pada
perlekatan aponeurosis.
Kelainan ini umumnya terjadi akibat posisi kerja yang tidak tepat atau aktivitas olah-
raga. Pada pasien usia pertengahan, dapat disebabkan perubahan degeneratif jaringan konektif,
Seperti penggunaan komputer; meng-angkat barang berat; pronasi dan supinasi lengan yang
kurang tepat; dan vibrasi berulang. Pada atlet, kelainan ini kebanyakan dihubungkan dengan
olahraga yang menggunakan raket, namun dapat terjadi pada pemain golf, baseball,dan
perenang. Pada tenis, insiden sebesar 30-40%, lebih sering pada pemain tenis laki-laki,
walaupun pada populasi umum dilaporkan tidak ada perbedaan insiden laki-laki dan
perempuan. Kondisi ini disebabkan karena olahraga yang membutuhkan gerakan
repetitif, pemakaian berlebihan atau mekanisme yang tidak tepat pada tendon ekstensor
atau supinator. Kelainan kedua yang sering ditemukan pada populasi pekerja adalah tendinitis.
Tendinitis adalah inflamasi tendon, yaitu tempat perlekatan otot ke tulang. Lokasi tendinitis
pada umumnya adalah bahu (tendinitis rotator cuff,supraspinatus, biceps), siku seperti
epikondilitis lateral atau pergelangan tangan seperti penyakit
de’Quervain (tendinitis ekstensor abduktor ibu jari) (Moore, 1992). Insiden kelainan ini
pada populasi umum antara 1-3%. Epikondilitis lateral lebih sering terjadi pada usia lebih dari
35 tahun, paling banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun. Meskipun disebut
tennis elbow, 95% kasus dilaporkan terjadi pada bukan pemain tenis. Kelainan ini lebih
sering pada pekerjaan yang membutuhkan aktivitas repetitif ekstremitas

1
BAB II
STATUS PASIEN

I. Identifikasi Pasien
Nama Penderita : Ny. MDK
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl Lahir / Umur : 15 September 1954 / 62 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Seberang Ulu I
No Rekam Medis : 020176

II. Anamnesis (24 Oktober 2017, VK)


Keluhan Utama
Nyeri pada siku lengan kanan dan kiri

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien merasakan nyeri pada pergelangan tangan sampai siku bilateral yang muncul tiba-
tiba sejak tahun 2016. Pada tahun 2017, pasien sembuh. Pada tahun 2018 keluhan pasien
kembali muncul terutama saat melakukan pekerjaan rumah dan berkebun. Pasien juga
merasakan ngilu dan pegal pada kedua tangan. Nyeri yang dirasakan pasien menjalar ke
pergelangan tangan. Pasien merasakan nyeri bertambah berat apabila digunakan untuk
bekerja dalam waktu yang lama, cuaca dingin, atau saat pasien lama diam/istirahat
kemudian tiba-tiba digunakan untuk bergerak. Saat keluhan muncul, pasien melakukan
stretching dan istirahat. Kesemutan (+), rasa tebal (-). Karena dirasa makin lama nyeri
makin bertambah berat, akhirnya pasien memeriksakan diri ke RSU Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu


- DM (-)
- Hipertensi (-)
- Reumatik (-)
- Riwayat sakit jantung (-)

2
Riwayat Pengobatan
- Riwayat pengobatan nyeri pada siku kedua tangan 2 tahun lalu

III. Pemeriksaan Fisik


a. Pemeriksaan Fisik Umum
Kesan Umum : sedang, kompos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital : Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,3 ºC
VAS :3
Status Gizi : BB : 55 Kg
TB : 158 cm
BMI : 22,03 Kg/m2
Status Lokalis :
Regio Elbow Dextra dan Sinistra
Inspeksi: edema (+), merah (-), luka (-), deformitas (-)
Palpasi : nyeri tekan (+), suhu lebih hangat daripada sekitar, spasme (+)

b. Pemeriksaan fisik khusus:


Kepala : bentuk mesocephal, simetris, jejas (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
reflek cahaya (+/+), isokor 3mm/3mm,
Telinga : sekret/darah (-/-), deformitas (-/-).
Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-).
Mulut : gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), lidah tremor (-).
Leher : JVP tidak meningkat, limfonodi dan kelenjar tiroid tidak
membesar.
Thorax : simetris, retraksi (-), Cor BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-
), suara napas vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : akral hangat,edema (-)

3
c. Pemeriksaan Muskuloskeletal

4
5
6
d. Pemeriksaan Neurologis
DTRs : BPR ++/++ KPR ++/++
TPR ++/++ APR ++/++
Refleks Patologis : Babinski : (-)/(-)
Chaddock : (-)/(-)
Hoffman-Tromner : (-)/(-)

Defisit sensoris : (-)

e. Diagnosis
Tennis elbow
f. Rencana Pengobatan
1. Fisioterapi : pasien merasa tidak nyaman karena nyeri pada siku tangan
sebelah kanan
2. Speech Terapi : (-)
3. Okupasi Terapi : gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL)
karena kesulitan untuk bergerak bebas.
4. Sosiomedik : nyeri pada siku tangan, memerlukan bantuan untuk
mengangkat benda berat
5. Ortesa-protesa : (-)
6. Psikologi : (-)

7
g. Tatalaksana
1. Terapi Medikamentosa:
Meloxicam 1 x 15 mg
Neurobion 1 x 1
2. Terapi non-Medikamentosa
 Fisioterapi:
Terapi panas berupa Ultrasound Diathermy, parafin manus – elbow dekstra
sinistra
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation): untuk mengurangi rasa
nyeri, baik akut maupun kronis
 Occupational therapy
Strengthening exercises (latihan penguatan) untuk sistem muskular, serta
berlatih dalam melakukan kegiatan sehari-hari
 Sosiomedik
Mengevaluasi kegiatan sehari-hari pasien agar tidak memaksakan mengangkat
benda yang berat karena dapat memperberat nyeri.
 Psikoterapi
Memberikan support mental dan psikoterapi pada pasien, karena pengobatan
tennis elbow harus dilakukan perlahan dan bertahap, selain itu rasa nyeri dapat
timbul berulang apabila tangan digunakan untuk aktivitas yang berat atau posisi
tangan yang salah saat istirahat.

8
BAB III
TINJAUN PUSTAKA

1. Anatomi
Salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari ekstensi
pergelangan tangan yang berlebihan.

2. Etiologi
Kelainan ini umumnya terjadi akibat posisi kerja yang tidak tepat atau aktivitas
olah-raga. Pada pasien usia pertengahan, dapat disebabkan perubahan degeneratif
jaringan konektif, Seperti penggunaan komputer; meng-angkat barang berat; pronasi
dan supinasi lengan yang kurang tepat; dan vibrasi berulang. Pada atlet, kelainan ini
9
kebanyakan dihubungkan dengan olahraga yang menggunakan raket, namun dapat
terjadi pada pemain golf, baseball,dan perenang.
3. Patogenesis
Stress Repetitif
Kontraksi repetitif pada otot-otot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo ECRB
 robekan mikro  degenerasi tendon  perbaikan imatur  tendinosis
Trauma Langsung
Posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral
capitellum  mudah mengalami abrasi berulang selama proses ekstensi elbow.

Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi


dan tendinosis.
kelainan ini karena robekan mikro pada ekstensor karpi radialis brevis. Nirschl
melaporkan pemakaian repetitif akan menekan vaskuler yang menyebabkan anoksia
dan hiperplasi angiofi broblastik. Sedangkan menurut Finnoff, epikondilitis lateral
disebabkan karena perubahan patologis (misalnya hiperplasia angiofi broplastik) bukan
proses infl amasi tetapi lebih disebabkan karena proses degeneratif. Istilah yang tepat
untuk kondisi ini adalah epikondilosis lateral dibandingkan epikondilitis lateral.
Kelainan ini berhubungan dengan penggunaan repetitif otot-otot ekstensor lengan
bawah. Pada sebagian besar kasus, letak kelainan biasanya pada insersio tendon
ekstensor karpi radialis brevis; lebih jarang ditemukan pada ekstensor karpi radialis
longus, ekstensor digitorum komunis, dan ekstensor karpi ulnaris. Penemuan patologis
meliputi degenerasi musin dan jaringan granulasi di daerah subtendon. Gejala klinis
epikondilitis lateral cukup jelas. Beberapa pasien menunjukkan lokasi nyeri biasanya
sekitar insersio tendon ekstensor lengan bawah pada epikondilus lateral. Nyeri biasanya
timbul dengan memberi tahanan pada pergelangan tangan pada posisi jari telunjuk
ekstensi dan tangan posisi menggenggam. Posisi pergelangan tangan fleksi pasif
dengan siku ekstensi sering menimbulkan nyeri. Kurangnya fl eksibilitas dan kekuatan
sering tampak pada otot-otot ekstensor pergelangan tangan dan bahu posterior. Keluhan
meliputi nyeri siku bagian distal yang menjalar ke lengan atas maupun ke sisi luar
lengan bawah. Nyeri sering bertambah dengan pergerakan sendi siku; mengangkat
benda ringan seperti cangkir kopi dengan lengan yang meregang dapat menyebabkan
nyeri.
Pada tenis, backhand swingbiasanya memperberat keluhan, juga menggenggam
atau aktivitas yang membutuhkan ekstensi pergelangan tangan dan gerakan lengan

10
pronasi supinasi yang repetitif. Pada pemeriksaan didapatkan lokasi nyeri di depan dan
di bawah epikondilus. Nyeri dapat menjalar ke proksimal atau distal. Kadang
didapatkan pembengkakan di depan epikondilus.
4. Penegakkan diagnosis
1. Anamnesis
a. Nyeri di lateral elbow yang memburuk ketika sedang beraktivitas dan membaik
ketika istirahat
b. Umumnya usia pasien 20-50 tahun
c. Onset gejala biasanya timbul 24-72 jam setelah melakukan aktivitas ekstensi secara
berulang
d. Berhubungan dengan aktivitas sehari-hari

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Tidak ada hematoma / edema → sulit ditegakkan
Atrofi otot-otot ekstensor → tennis elbow kronik
Eritema / pembengkakakkan / lesi lain → bukan tennis elbow
b. Palpasi
Tes Penekanan pada Lateral Elbow
Nyeri maksimal ditemukan ketika dilakukan penekanan pada area sekitar 1-2cm
Apabila tidak ada, maka bukan tennis elbow

11
Gambar 1. Tes penekanan pad lateral elbow

Tes Maudsley
Pasien ekstensi jari ketiga, pemeriksa menahan ekstensi tersebut sambil palpasi
epikondilus lateral → ketegangan otot ekstensor digitorum dan tendon
Nyeri pada epikondilus lateral → + (tennis elbow)
Gambar 2. Tes Maudsley

Tes Mill
Pasien diminta memfleksikan elbow dan pergelangan tangan
Nyeri pada epikondilus lateral → + (tennis elbow)

12
GAMBAR 3. Tes Mill

Tes Cozen
Pemeriksa memegang siku dengan ibu jari di epikondilus lateral. Nyeri epikondilus
lateral timbul jika pasien menggenggam, posisi lengan pronasi, ekstensi pergelangan
tangan dan deviasi radial, melawan pemeriksa (tes ini lebih sensitif jika dilakukan
pada siku dengan posisi ekstensi penuh)
Ekstensi pasif pada siku dengan penekanan fleksi pergelangan tangan. Tes Cozen
positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral atau kompartemen ekstensor
lateral.

Gambar 4. Tes Cozen

13
Tes Chair
Pasien diminta mengangkat kursi. Lengan ekstensi dengan lengan bawah pronasi. Tes
Chair positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan tendon ekstensor
lengan.
Tes Bowden
Pasien diminta mempertahankan alat pengukur tekanan darah sekitar 30 mmHg yang
dipegang tangan pasien. Tes Bowden positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus
lateral dan tendon ekstensor lengan.
Tes Thomson
Pasien diminta mengenggam tangan dan siku dalam keadaan ekstensi dengan tangan
sedikit dorsifl eksi. Pemeriksa melakukan imobilisasi siku bagian dorsal dengan satu
tangan dan tangan satunya menggenggam tangan pasien. Kemudian pasien diminta
untuk posisi ekstensi pada tangan yang menggenggam melawan tahanan pemeriksa,
atau pemeriksa menekan genggaman dorsofl eksi pasien ke arah fl eksi melawan
tahanan pasien. Tes Thomson positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral atau
kompartemen ekstensor lateral.
Tes Motion Stress
Pasien duduk. Pemeriksa palpasi epikondilus lateral dengan pasien posisi fleksi siku,
pronasi lengan bawah, dan siku posisi ekstensi dengan gerakan kontinu. Tes positif bila
didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan/atau otot ekstensor lateral dengan
gerakan tersebut.

Pemeriksaan ROM pada bahu, siku, pergelangan tangan serta uji krepitus →
menyingkirkan bursitis, osteokondritis dan PIN (Posterior Interosseus Nerves)
entrapment
Jika ada penurunan ROM → pemeriksaan radiologis untuk evaluasi sendi yang
bermasalah

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus. Pemeriksaaan radiologis
anterioposterior dan lateral biasanya normal, pada posisi oblik pada epikondilus lateral
mungkin ada kalsifikasi pada tendon ekstensor. Foto radiologis siku untuk

14
menyingkirkan artritis atau hilangnya fragmen tulang, untuk memeriksa luasnya
kerusakan tendon.
Gambar 5a. Robekan full thickness dan retraksi ECRB dengan edema
Gambar 5b. Cairan peritendinosus pada origo ECRB

Gambar yang ditemukan biasanya; deposisi kalsium (kalsifikasi) pada


daerah sekitar epikondilus lateral

Gambar 6. Foto X-Ray


Gambar yang ditemukan biasanya; deposisi kalsium (kalsifikasi) pada
daerah sekitar epikondilus lateral

15
Tes USG
Sensitivitas : 72-88%

Spesifisitas :36-62,6% atau 67-100%


(simptomatik) Ditegakkan bila: - kalsifikasi intratendinosus, cairan peritendinosus,
penebalan tendon

Gambar 7. Foto USG

6. Diagnosis Banding
Sindrom Radial Tunnel
Gejalanya mirip dengan tennis elbow tetapi area nyeri adalah sekitar 4 jari ke arah distal
epikondilus lateral. Untuk membedakan dengan tennis elbow → Pemeriksaan
elektromiografi
Bursitis Olekranon
Gejala diawali riwayat; trauma, perdarahan, sepsis atau rematik. Bursitis olekranon;
efusi sendi siku dan eritema kulit siku (+) Tennis elbow ; (-). Bursitis olekranon; nyeri
saat penekanan olekranon. Tennis elbow ; nyeri saat penekanan epikondilus lateral.
Epikondilitis Medial (Golfers’ Elbow)
Riwayat aktivitas sering fleksi. Golfer elbow ; Nyeri dipresipitasi oleh gerakan fleksi
dan supinasi. Tennis elbow ; Ekstensi dan pronasi

16
7. Penatalaksanaan
Fase Akut :
Untuk tennis elbow fase akut, maka dilakukan terapi dingin regimen R.I.C.E seperti
halnya cedera jaringan lunak lainnya.
a. Rest (istirahat)
b. Ice (es)
c. Compression (kompres)
d. Elevation (elevasi)
Konservatif:
a. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory drugs)
Diclofenac, naproxen, ibuprofen
b. Kortikosteroid
Triamcinolone dan betamethasone
Terapi Fisik dan Latihan
Latihan untuk tennis elbow membantu menghilangkan nyeri siku dalam 4 sampai 6
minggu, setiap latihan penguluran dilakukan selama 15 detik dan diulangi 2 sampai 3
kali. Pola ini diulang-ulang 5 kali perhari.

17
Penatalaksanaan kedokteran fisik dan rehabilitasi pada epikondilitis lateral sama
prinsipnya dengan penatalaksanaan jaringan lunak yaitu mengatasi infl amasi; memper-
cepat penyembuhan; mengurangi overuse;memperbaiki fl eksibilitas, kekuatan, dan ke-
tahanan jaringan lunak; dengan cara tidak Gambar 1
melakukan aktivitas yang memprovokasi, obat analgesik, modalitas fisik, dan
pembidaian. Pada trauma akut, istirahatkan ekstremitas yang terkena dan hindari
aktivitas yang menimbulkan keluhan; dapat digunakan obat analgetik antiinfl amasi dan
cryotherapy. Modalitas fisik digunakan untuk mengurangi nyeri dan infl amasi serta
dapat mempercepat penyembuhan jaringan lunak; meliputi cryotherapy, TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), ultrasound,dan phonophoresis.
Phonophoresis menggunakan gel kortikosteroid dengan ultrasoundpada beberapa
kelainan jaringan lunak seperti epikondilitis lateral. Kedua modalitas positif
mengurangi nyeri, tetapi tidak berbeda signifi kan. Extracorporeal Shock-Wave
Therapy (ESWT ) dilaporkan 48-73% berhasil. Terapi Light Amplifi cation by
Stimulated Emission of Radiation (LASER) berkekuatan rendah dibagi
dalam 3 fase yaitu: 1) semua titik nyeri pada bahu dan otot lengan atas, ditambah dengan
lengan bawah dan tenar, dengan dosis 1-2 J/titik; 2) kemudian lapisan otot lebih dalam
(supinator) bagian lateral sampai fosa kubiti dan 2-3 cm di bawahnya sepanjang radius
diterapi dengan dosis 4-6 J/titik dan 3) terakhir pada daerah epikondilus diterapi
dengan dosis 8-20 J. Total dosis 30-50 J.Pada umumnya, diperlukan pembidaian yaitu
wrist splint dengan lateral counter-forestrapatau neutral wrist splint. Pembidaian ini
penting untuk mengoreksi latihan yang salah atau ukuran genggaman raket tenis yang
tidak tepat. Injeksi kortikosteroid digunakan bila terapi konservatif gagal. Injeksi
intratendon sebaiknya dihindari, aktivitas dibatasi 7 sampai 10 hari setelah prosedur,
dan pasien diberitahu risiko efek sampingnya seperti depigmentasi kulit dan atrofi ,
kelemahan struktur, dan ruptur tendon pada kasus yang lebih jarang. Injeksi dapat
diulang tidak lebih dari 3 kali setahun. Efi kasi jangka panjang masih dipertanyakan.
Terapi latihan dibutuhkan dalam penanganan kasus ini. Daerah yang terkena trauma di-
persiapkan untuk adaptasi aktivitas sehari-hari, meskipun dapat terjadi trauma berulang.
Manipulasi jaringan lunak merupakan teknik memperbaiki ekstensibilitas jaringan dan
mempercepat penyembuhan luka. Pembebanan progresif pada ekstensor pergelangan
tangan dimulai dengan peregangan pasif (gambar 2,3), selanjutnya latihan tahanan
progresif pada daerah muskulotendineus yang dapat diterima tanpa meningkatkan
nyeri.
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
Epikondilitis merupakan salah satu OOS (Occupational overuse syndrome)
yaitu masalah kesehatan kerja yang terjadi akibat penggunaan yang berlebihan dari
struktur tendon,otot tulang yang berlebihan.
Hal ini sering ditemukan pada orang-orang yang terbiasa melakukan repetisi
supinasi dan pronasi lengan bawah ketika sendi siku sedang dalam keadaan ekstensi.
Gejala khas dari tennis elbow adalah nyeri dan bengkak pada daerah insersio
kaput ekstensor komunis pada epikondilus lateral humerus.
Jumlah pasien wanita dan laki-laki sama banyaknya, dengan usia 30-50 tahun
Penatalaksanaan epikondilitis mencakup penatalaksanaan konservatif dan pembedahan

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Klaiman MD, Fink K. Upper Extremity Soft-Tissue Injuries. In: Frontera WR (editor-in-
chief ).
DeLisa’s Physical Medicine & Rehabilitation: Principles and Practice. Philadelphia: Lippincott
Willam
& Wilkins, Wolters Kluwer. 2010. Ch. 35:907-22.
2. FinnoffJT. Musculoskeletal Disorders of The Upper Limb. In: Braddom RL. Physical
Medicine & Rehabilitation. 2011. Philadelphia:Elsevier Inc. Ch. 38:817-41.
3. Buckup K. Clinical Tests for The Musculoskeletal System. New York:Thieme. 2004:103-
14.
4. Kert J, Rose L. Clinical Laser Therapy. Low Level Laser Therapy Scandinavian Medical
Laser Technology. Copenhagen. 1989. Ch. 16.3:204-11.
5. Harberg M. Epidemiology of Neck and Upper Limb Disorders and Work Place Factors. In:
Violante F, Amstrong T, Kilbom A. Occupational Ergonomic. Work Related Musculoskeletal
Disorders of The Upper Limb and Back. New York: Taylor & Francis Inc. 2000. Ch. 3:20-8.
6. Brown DP, Freeman ED, Cuccurullo S. Musculoskeletal Medicine. In: Cuccurullo SJ.
Physical Medicine and Rehabilitation Board Review. New York: Demos Medical Publ.. 2004.
Ch. 4:31-293.
7. Chiou P, Stein JB. Cumulative Trauma Disorders. In : Frontera WR (editor-in-chief ).
DeLisa’s Physical Medicine & Rehabilitation : Principles and Practice. Philadelphia:
Lippincott Willams &
Wilkins, a Wolters Kluwer. Ch. 36:923-36.
8. PERDOSRI. Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Wahyuni LK,
Tulaar ABM. Jakarta: PT. Adhitama Multi Kreasindo 2012:147-8.

20

Anda mungkin juga menyukai