TENNIS ELBOW
Oleh:
Ayu Aprilisa Dahni Putri 04054821719099
Nurul Hayatun Nupus 04054821820150
Pembimbing:
dr. Yenny Fitrizar
Laporan Kasus
TENNIS ELBOW
Oleh:
Ayu Aprilisa Dahni Putri 04054821719099
Nurul Hayatun Nupus 04054821820150
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Tennis Elbow”.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Rehabilitasi
Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP dr. Mohammad Hoesin
Palembang. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
dr. Yenny Fitrizar atas bimbingan yang telah diberikan.
Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, serta mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya, serta semua pihak yang membutuhkan.
Palembang,September 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identifikasi Pasien
Nama Penderita : Ny. MDK
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl Lahir / Umur : 15 September 1954 / 62 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Seberang Ulu I
No Rekam Medis : 020176
2
Riwayat Pengobatan
- Riwayat pengobatan nyeri pada siku kedua tangan 2 tahun lalu
3
c. Pemeriksaan Muskuloskeletal
4
5
6
d. Pemeriksaan Neurologis
DTRs : BPR ++/++ KPR ++/++
TPR ++/++ APR ++/++
Refleks Patologis : Babinski : (-)/(-)
Chaddock : (-)/(-)
Hoffman-Tromner : (-)/(-)
e. Diagnosis
Tennis elbow
f. Rencana Pengobatan
1. Fisioterapi : pasien merasa tidak nyaman karena nyeri pada siku tangan
sebelah kanan
2. Speech Terapi : (-)
3. Okupasi Terapi : gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL)
karena kesulitan untuk bergerak bebas.
4. Sosiomedik : nyeri pada siku tangan, memerlukan bantuan untuk
mengangkat benda berat
5. Ortesa-protesa : (-)
6. Psikologi : (-)
7
g. Tatalaksana
1. Terapi Medikamentosa:
Meloxicam 1 x 15 mg
Neurobion 1 x 1
2. Terapi non-Medikamentosa
Fisioterapi:
Terapi panas berupa Ultrasound Diathermy, parafin manus – elbow dekstra
sinistra
TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation): untuk mengurangi rasa
nyeri, baik akut maupun kronis
Occupational therapy
Strengthening exercises (latihan penguatan) untuk sistem muskular, serta
berlatih dalam melakukan kegiatan sehari-hari
Sosiomedik
Mengevaluasi kegiatan sehari-hari pasien agar tidak memaksakan mengangkat
benda yang berat karena dapat memperberat nyeri.
Psikoterapi
Memberikan support mental dan psikoterapi pada pasien, karena pengobatan
tennis elbow harus dilakukan perlahan dan bertahap, selain itu rasa nyeri dapat
timbul berulang apabila tangan digunakan untuk aktivitas yang berat atau posisi
tangan yang salah saat istirahat.
8
BAB III
TINJAUN PUSTAKA
1. Anatomi
Salah satu jenis overuse syndrome dan kondisi ini timbul sebagai akibat dari ekstensi
pergelangan tangan yang berlebihan.
2. Etiologi
Kelainan ini umumnya terjadi akibat posisi kerja yang tidak tepat atau aktivitas
olah-raga. Pada pasien usia pertengahan, dapat disebabkan perubahan degeneratif
jaringan konektif, Seperti penggunaan komputer; meng-angkat barang berat; pronasi
dan supinasi lengan yang kurang tepat; dan vibrasi berulang. Pada atlet, kelainan ini
9
kebanyakan dihubungkan dengan olahraga yang menggunakan raket, namun dapat
terjadi pada pemain golf, baseball,dan perenang.
3. Patogenesis
Stress Repetitif
Kontraksi repetitif pada otot-otot ekstensor lengan bawah, terutama pada origo ECRB
robekan mikro degenerasi tendon perbaikan imatur tendinosis
Trauma Langsung
Posisi anatomi tendon ECRB yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral
capitellum mudah mengalami abrasi berulang selama proses ekstensi elbow.
10
pronasi supinasi yang repetitif. Pada pemeriksaan didapatkan lokasi nyeri di depan dan
di bawah epikondilus. Nyeri dapat menjalar ke proksimal atau distal. Kadang
didapatkan pembengkakan di depan epikondilus.
4. Penegakkan diagnosis
1. Anamnesis
a. Nyeri di lateral elbow yang memburuk ketika sedang beraktivitas dan membaik
ketika istirahat
b. Umumnya usia pasien 20-50 tahun
c. Onset gejala biasanya timbul 24-72 jam setelah melakukan aktivitas ekstensi secara
berulang
d. Berhubungan dengan aktivitas sehari-hari
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Tidak ada hematoma / edema → sulit ditegakkan
Atrofi otot-otot ekstensor → tennis elbow kronik
Eritema / pembengkakakkan / lesi lain → bukan tennis elbow
b. Palpasi
Tes Penekanan pada Lateral Elbow
Nyeri maksimal ditemukan ketika dilakukan penekanan pada area sekitar 1-2cm
Apabila tidak ada, maka bukan tennis elbow
11
Gambar 1. Tes penekanan pad lateral elbow
Tes Maudsley
Pasien ekstensi jari ketiga, pemeriksa menahan ekstensi tersebut sambil palpasi
epikondilus lateral → ketegangan otot ekstensor digitorum dan tendon
Nyeri pada epikondilus lateral → + (tennis elbow)
Gambar 2. Tes Maudsley
Tes Mill
Pasien diminta memfleksikan elbow dan pergelangan tangan
Nyeri pada epikondilus lateral → + (tennis elbow)
12
GAMBAR 3. Tes Mill
Tes Cozen
Pemeriksa memegang siku dengan ibu jari di epikondilus lateral. Nyeri epikondilus
lateral timbul jika pasien menggenggam, posisi lengan pronasi, ekstensi pergelangan
tangan dan deviasi radial, melawan pemeriksa (tes ini lebih sensitif jika dilakukan
pada siku dengan posisi ekstensi penuh)
Ekstensi pasif pada siku dengan penekanan fleksi pergelangan tangan. Tes Cozen
positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral atau kompartemen ekstensor
lateral.
13
Tes Chair
Pasien diminta mengangkat kursi. Lengan ekstensi dengan lengan bawah pronasi. Tes
Chair positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan tendon ekstensor
lengan.
Tes Bowden
Pasien diminta mempertahankan alat pengukur tekanan darah sekitar 30 mmHg yang
dipegang tangan pasien. Tes Bowden positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus
lateral dan tendon ekstensor lengan.
Tes Thomson
Pasien diminta mengenggam tangan dan siku dalam keadaan ekstensi dengan tangan
sedikit dorsifl eksi. Pemeriksa melakukan imobilisasi siku bagian dorsal dengan satu
tangan dan tangan satunya menggenggam tangan pasien. Kemudian pasien diminta
untuk posisi ekstensi pada tangan yang menggenggam melawan tahanan pemeriksa,
atau pemeriksa menekan genggaman dorsofl eksi pasien ke arah fl eksi melawan
tahanan pasien. Tes Thomson positif bila didapatkan nyeri pada epikondilus lateral atau
kompartemen ekstensor lateral.
Tes Motion Stress
Pasien duduk. Pemeriksa palpasi epikondilus lateral dengan pasien posisi fleksi siku,
pronasi lengan bawah, dan siku posisi ekstensi dengan gerakan kontinu. Tes positif bila
didapatkan nyeri pada epikondilus lateral dan/atau otot ekstensor lateral dengan
gerakan tersebut.
Pemeriksaan ROM pada bahu, siku, pergelangan tangan serta uji krepitus →
menyingkirkan bursitis, osteokondritis dan PIN (Posterior Interosseus Nerves)
entrapment
Jika ada penurunan ROM → pemeriksaan radiologis untuk evaluasi sendi yang
bermasalah
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus. Pemeriksaaan radiologis
anterioposterior dan lateral biasanya normal, pada posisi oblik pada epikondilus lateral
mungkin ada kalsifikasi pada tendon ekstensor. Foto radiologis siku untuk
14
menyingkirkan artritis atau hilangnya fragmen tulang, untuk memeriksa luasnya
kerusakan tendon.
Gambar 5a. Robekan full thickness dan retraksi ECRB dengan edema
Gambar 5b. Cairan peritendinosus pada origo ECRB
15
Tes USG
Sensitivitas : 72-88%
6. Diagnosis Banding
Sindrom Radial Tunnel
Gejalanya mirip dengan tennis elbow tetapi area nyeri adalah sekitar 4 jari ke arah distal
epikondilus lateral. Untuk membedakan dengan tennis elbow → Pemeriksaan
elektromiografi
Bursitis Olekranon
Gejala diawali riwayat; trauma, perdarahan, sepsis atau rematik. Bursitis olekranon;
efusi sendi siku dan eritema kulit siku (+) Tennis elbow ; (-). Bursitis olekranon; nyeri
saat penekanan olekranon. Tennis elbow ; nyeri saat penekanan epikondilus lateral.
Epikondilitis Medial (Golfers’ Elbow)
Riwayat aktivitas sering fleksi. Golfer elbow ; Nyeri dipresipitasi oleh gerakan fleksi
dan supinasi. Tennis elbow ; Ekstensi dan pronasi
16
7. Penatalaksanaan
Fase Akut :
Untuk tennis elbow fase akut, maka dilakukan terapi dingin regimen R.I.C.E seperti
halnya cedera jaringan lunak lainnya.
a. Rest (istirahat)
b. Ice (es)
c. Compression (kompres)
d. Elevation (elevasi)
Konservatif:
a. NSAID (Non-steroidal anti-inflammatory drugs)
Diclofenac, naproxen, ibuprofen
b. Kortikosteroid
Triamcinolone dan betamethasone
Terapi Fisik dan Latihan
Latihan untuk tennis elbow membantu menghilangkan nyeri siku dalam 4 sampai 6
minggu, setiap latihan penguluran dilakukan selama 15 detik dan diulangi 2 sampai 3
kali. Pola ini diulang-ulang 5 kali perhari.
17
Penatalaksanaan kedokteran fisik dan rehabilitasi pada epikondilitis lateral sama
prinsipnya dengan penatalaksanaan jaringan lunak yaitu mengatasi infl amasi; memper-
cepat penyembuhan; mengurangi overuse;memperbaiki fl eksibilitas, kekuatan, dan ke-
tahanan jaringan lunak; dengan cara tidak Gambar 1
melakukan aktivitas yang memprovokasi, obat analgesik, modalitas fisik, dan
pembidaian. Pada trauma akut, istirahatkan ekstremitas yang terkena dan hindari
aktivitas yang menimbulkan keluhan; dapat digunakan obat analgetik antiinfl amasi dan
cryotherapy. Modalitas fisik digunakan untuk mengurangi nyeri dan infl amasi serta
dapat mempercepat penyembuhan jaringan lunak; meliputi cryotherapy, TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), ultrasound,dan phonophoresis.
Phonophoresis menggunakan gel kortikosteroid dengan ultrasoundpada beberapa
kelainan jaringan lunak seperti epikondilitis lateral. Kedua modalitas positif
mengurangi nyeri, tetapi tidak berbeda signifi kan. Extracorporeal Shock-Wave
Therapy (ESWT ) dilaporkan 48-73% berhasil. Terapi Light Amplifi cation by
Stimulated Emission of Radiation (LASER) berkekuatan rendah dibagi
dalam 3 fase yaitu: 1) semua titik nyeri pada bahu dan otot lengan atas, ditambah dengan
lengan bawah dan tenar, dengan dosis 1-2 J/titik; 2) kemudian lapisan otot lebih dalam
(supinator) bagian lateral sampai fosa kubiti dan 2-3 cm di bawahnya sepanjang radius
diterapi dengan dosis 4-6 J/titik dan 3) terakhir pada daerah epikondilus diterapi
dengan dosis 8-20 J. Total dosis 30-50 J.Pada umumnya, diperlukan pembidaian yaitu
wrist splint dengan lateral counter-forestrapatau neutral wrist splint. Pembidaian ini
penting untuk mengoreksi latihan yang salah atau ukuran genggaman raket tenis yang
tidak tepat. Injeksi kortikosteroid digunakan bila terapi konservatif gagal. Injeksi
intratendon sebaiknya dihindari, aktivitas dibatasi 7 sampai 10 hari setelah prosedur,
dan pasien diberitahu risiko efek sampingnya seperti depigmentasi kulit dan atrofi ,
kelemahan struktur, dan ruptur tendon pada kasus yang lebih jarang. Injeksi dapat
diulang tidak lebih dari 3 kali setahun. Efi kasi jangka panjang masih dipertanyakan.
Terapi latihan dibutuhkan dalam penanganan kasus ini. Daerah yang terkena trauma di-
persiapkan untuk adaptasi aktivitas sehari-hari, meskipun dapat terjadi trauma berulang.
Manipulasi jaringan lunak merupakan teknik memperbaiki ekstensibilitas jaringan dan
mempercepat penyembuhan luka. Pembebanan progresif pada ekstensor pergelangan
tangan dimulai dengan peregangan pasif (gambar 2,3), selanjutnya latihan tahanan
progresif pada daerah muskulotendineus yang dapat diterima tanpa meningkatkan
nyeri.
18
BAB IV
ANALISIS KASUS
Epikondilitis merupakan salah satu OOS (Occupational overuse syndrome)
yaitu masalah kesehatan kerja yang terjadi akibat penggunaan yang berlebihan dari
struktur tendon,otot tulang yang berlebihan.
Hal ini sering ditemukan pada orang-orang yang terbiasa melakukan repetisi
supinasi dan pronasi lengan bawah ketika sendi siku sedang dalam keadaan ekstensi.
Gejala khas dari tennis elbow adalah nyeri dan bengkak pada daerah insersio
kaput ekstensor komunis pada epikondilus lateral humerus.
Jumlah pasien wanita dan laki-laki sama banyaknya, dengan usia 30-50 tahun
Penatalaksanaan epikondilitis mencakup penatalaksanaan konservatif dan pembedahan
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Klaiman MD, Fink K. Upper Extremity Soft-Tissue Injuries. In: Frontera WR (editor-in-
chief ).
DeLisa’s Physical Medicine & Rehabilitation: Principles and Practice. Philadelphia: Lippincott
Willam
& Wilkins, Wolters Kluwer. 2010. Ch. 35:907-22.
2. FinnoffJT. Musculoskeletal Disorders of The Upper Limb. In: Braddom RL. Physical
Medicine & Rehabilitation. 2011. Philadelphia:Elsevier Inc. Ch. 38:817-41.
3. Buckup K. Clinical Tests for The Musculoskeletal System. New York:Thieme. 2004:103-
14.
4. Kert J, Rose L. Clinical Laser Therapy. Low Level Laser Therapy Scandinavian Medical
Laser Technology. Copenhagen. 1989. Ch. 16.3:204-11.
5. Harberg M. Epidemiology of Neck and Upper Limb Disorders and Work Place Factors. In:
Violante F, Amstrong T, Kilbom A. Occupational Ergonomic. Work Related Musculoskeletal
Disorders of The Upper Limb and Back. New York: Taylor & Francis Inc. 2000. Ch. 3:20-8.
6. Brown DP, Freeman ED, Cuccurullo S. Musculoskeletal Medicine. In: Cuccurullo SJ.
Physical Medicine and Rehabilitation Board Review. New York: Demos Medical Publ.. 2004.
Ch. 4:31-293.
7. Chiou P, Stein JB. Cumulative Trauma Disorders. In : Frontera WR (editor-in-chief ).
DeLisa’s Physical Medicine & Rehabilitation : Principles and Practice. Philadelphia:
Lippincott Willams &
Wilkins, a Wolters Kluwer. Ch. 36:923-36.
8. PERDOSRI. Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Wahyuni LK,
Tulaar ABM. Jakarta: PT. Adhitama Multi Kreasindo 2012:147-8.
20