Anda di halaman 1dari 10

Tugas Resume Skripsi

Literatur dan Perencanaan Riset Kimia

Disusun oleh:

Ariawan Darari 11150960000078

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018
Judul Skripsi :Uji Aktivitas antibakteri Senyawa-Senyawa Hasil Modifikasi Struktur Etilen p-
Metoksisianat Melalui Reaksi Esterifikasi Terhadap Bakteri Gram Negatif dan
Gram positif

Nama : Aditya Ramadhan

Program studi : Farmasi

Pembimbing : Ismiarni Komala, M.Sc, Ph.D, Apt dan Puteri Amelia, M.Farm, apt

Latar belakang

Modifikasi struktur molekul senyawa yang telah diketahui aktivitas biologisnya merupakan
salah satu strategi dalam pengembangan obat. selain itu juga untuk mendapatkan senyawa baru yang
bersifat antimetabolit. simplisia kencur memiliki kandungan etil p-metoksisinamat dan hasil ekstrak
kencur diketahui menunjukan aktivitas antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisme.

Rumusan Masalah

 Apakah Isolat-isolat murni hasil modifikasi struktur dari etil P-metoksisinamat sebagai
senyawa murni mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri S Aureus, Pseudomonas
aeroginosa, S epidermidis, E Coli, dan Propionibacterium acne?
 Seberapa besar daya hambat aktivitas antibakteri isolat –isolat murni hasil modifikasi struktur
dari etil P-metoksisinamat terhadap bakteri yang telah disebutkan?
 Apakah terjadi peningkatan atau penurunan aktivitas antibakteri hasil modifikasi struktur
dari etil P-metoksisinamat?

Metode

Dibuat media agar miring dan media pembenihan bakteri kemudia dilakukan peremajaan
bakteri uji, selanjutnya identifikasi dan pembuatan suspensi bakteri. Setelah itu pembuatan larutan uji
dan di uji aktivitas antibakterinya serta di ukur zona hambatnya

Hasil

Senyawa hasil modifikasi struktur etil P-metoksisinamat menjadi senyawa butil p-


metoksisinamat, metil p-metoksisinamat, isopropil p-metoksisinamat, dan propil p-metoksisinamat
tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap S Aureus, Pseudomonas aeroginosa, S epidermidis, E
Coli, dan Propionibacterium acne. Penambahan gugus etil pada rantai samping ester senyawa EPMS
menjadi gugus metil, propil, isopropil, dan butil melalui reaksi esterifikasi tidak dapat memberikan
aktifitas antibakteri terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.
Judul Skripsi :Formulasi sabun pada bentonit dengan variasi konsentrasi asam stearat dan natrium
lauril sulfat

Nama : Mauliana

Program studi : Farmasi

Pembimbing : Yuni angraini, M.Farm., Apt dan Dr. M Yanis Musdja, M.Sc, apt

Latar Belakang

Sabun telah banyak digunakan oleh masyarakat sebagai produk pembersih yang praktis dan
menyenangkan. Namun sediaan sabun yang banyak beredar tersebut belum dapat membersihkan najis
mughalladah secara hukum islam. Oleh karena itu, untuk memudahkan masyarakat islam dalam
bersuci dari najis besar (mughalladah) di era modern tanpa harus mencari tanah, maka muncullah
inovasi untuk memformulasikan tanah dalam bentuk sediaan sabun yang lebih praktis dalam
penggunaannya untuk bersuci. Dalam penelitian ini duganakan bentonit sebagai tanah untuk bersuci,
bentonit merupakan sejenis tanah lampung yang biasanya digunakan sebagai adsorban pembuatan
sabun ini ditambahakn dengan asam stearat untuk memberikan kekerasanpada sabun, dan natrium
lauril sulfat sebagai surfaktan anionik

Rumusan Masalah

 Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi asam stearat terhadap kekerasan sabun padat
bentonit?
 Pada konsentrasi berapa asam stearat memberikan kekerasan paling tinggi pada sabun padat
bentonit?
 Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi natrium lauril sulfat terhadap sifat fisika kimia
berupa pH, tinggi dan stabilitas, busa serta kekerasan pada sabun bentonit?
 Pada konsentrasi berapa natrium lauril sulfat dapat memberikan sifat fisika dan kimia terbaik?
 Apakah formula sabun bentonit yang dipilih memenuhi syarat mutu sabun menurut SNI?

Metode

Sabun dibuat dengan dua tahap dimana tahap pertama dibuat empat formula dengan variasi
konsentrasi asam stearat 6%, 7%, 8%, dan 9% dan tahap kedua dibuat tiga formula dengan variasi
konsentrasi Natrium lauril sulfat 3%, 4%, dan 5% selanjutnya dilakukan evaluasi fisika kimia dan
pengujian syarat mutu sabun mandi menurut SNI
Hasil

Semakin meningkat konsentrasi asam stearat maka kekerasan sabun semakin meingkat hal ini
disebabkan asam stearat termasuk asam lemak jenuh yang tidak memiliki ikatan rangkap, selain itu
peningkatan konsentrasi NSL berpengaruh terhadap sifat fisika dan kimia sabun bentonit namun
penambahan NSL 4% dan 5% memiliki kemiripan namun formula 4% dipilih menjadi formula terbaik
dengan alasan lebih mudah dalam proses pembuatan, efisien biaya dan aman untuk kulit. Hasil uji
mutu sabun menurut SNI kadar air dan asam lemak formula 4% belum memenuhi persyaratan standar
mutu SNI
Judul Skripsi :Pembuatan komposit dari nanoclay polistiren

Nama : Eka puspa dewi

Program studi : Kimia

Pembimbing : Saeful rohman dan isalmi aziz

Latar belakang

Kemajuan teknologi telah mendorong peningkatan dalam permintaan terhadap pembuatan


komposit . perkembangan bidang sain dan teknologi mulai menyulitkan bahan konvensional seperti
logam untuk untuk memenuhi keperluan aplikasi baru. Dalam pembuatan komposit berbasis polimer
nanoclay ini, faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam peningkatan sifat material adalah
pendispersian nanoclay dalam matriks polimer yaitu masuknya molekul polimer diantara lapisan
silikat sehingga nanoclay ini akan terdistribusi secara acak ke dalam matriks polimer.

Rumusan Masalah

 Berapa koposisi nanoclay yang tepat dalam pembuatan komposit nanoclay polistirena
 Bagaimana pengaruh komposisi nanoclay dan kecepatan putar ekstruder terhadap sifat mekanik
komposit nanoclay polistirena

Metode

Memvariasikan komposisi nanoclay dan lamanya putaran pada mesin ekstruder. Penambahan
nanoclay dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5% dengan kecepatan putar screw 50, 80, dan 120
ppmuntuk masing masing konsentrasi selanjutnya dilakukan uji tarik, karakteristik dengan XRD dan
FTIR

Hasil

Komposit nanoclay polistiteran yang terbaik didapatkan pada konsentrasi nanoclay 3%


dengan nilai kuat tarik 55,15 Mpa kecepatan putar ekstruder 50 rpm. Dan nilai d-spacing 4,6 nm.
Hasil pengamatan FTIR menunjukan adanya gugus fungsi –N=C=O pada panjang gelombang 2259,53
cm-1 dari nanoclay yang terikat pada maleat anhidrida, yang mengindikasikan bahwa komposit telah
terbentuk. Sedangkan hasil pengamatan SEM telah terbentuk interkalasi pad komposit nanoclay
polistirena
Judul Skripsi :Aktifitas antioksidan dan mutu sensori formulasi minuman fungsional sawo
(Acharus sapota L) dan kayu manis (Cinnamommun burmanil)

Nama : Fathonah nur anggraini

Program studi : Kimia

Pembimbing : Anna muawannah dan dede iskandar

Latar belakang

buah sawo yang tidak dapat disimpan lama dan umumnya hanya dapat bertahan selama llima
sampai tujuh hari jika disimpan pada kondisi normal. Kondisi terebut maka diperlukan teknologi
pengolahan sehingga buah sawo tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk segar, malainkan dapat
dimanfaatkan menjadi bahan olahan lain yang memiliki nilai tambah. Pengolahan ini merupakan salah
satu cara untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpan buah sawo. Salah
satu bahan yang dapat dijadikan sebagai alternatif yaitu diolah menjadi pangan fungsional berupa
minuman fungsional sari buah sedangkan kayu manis digunakan sabagai flavor dalam formulasi
minuman fungsional

Rumusan Masalah

 Apakah formulasi minuman fungsioanal sawo-kayu manis berpengaruh terhadap tingkat


kesukaan panelis berdasarkan pengujian organolaptik?
 Bagaimana aktivitas antioksidan formulasi minuman fungsional sawo-kayu manis yang
tersukai?
 Apakah kualitas formulasi minuman fungsional sawo-kayu manis tersukai telah memenuhi
standar mutu sari buah sesuai SNI 01-3719-1995?

Metode

Pembuatan minuman fungsional dilakukan dengan memvariasikan komposisi sawo matang


yakni 40 mL, 45mL, 50mL, 55mL, dan 60mL, dan juga ekstrak kayu manis 0,8% yakni 40, 35, 30,
25, 20 dan dilakukan analisis antioksidan yang meliputi aktivitasnya (IC50) serta komponen
antioksidan yaitu vitamin C dan total fenolik, analisa produk berupa sifat fisika kimia, campuran
logam dan cemaran mikroba.
Hasil

Formulasi sawo 45 mL dan kayu manis 35 adalah formulasi tersukai yang tidak
mempengaruhi tingkat kesukaan panelis terhadap paramter warna, aroma, rasa, kemanisan, dan
penerimaan keseluruhan, tetapi tidak mempengaruhi rasa asam. Tingkat kesukaan formulasi secara
umum berada pada kisaran yang disukai. Formulasi tersebut memiliki antioksidan IC50 sebesar 54,1
µL/mL, dimana nilainya berbeda nyata dibandingkan dengan aktifitas antioksidan IC50 komponen
penyusunnya, yaitu sawo dengan IC50 sebesar 72,04 µL/mL pada taraf signifikansi 5%. Formluasi ini
telah memenuhi standar baku mutu sari buah dalam SNI 01-3719-1995
Judul Skripsi :Efektivitas sistem pengolahan air minum dengan metode konvensional dan
ultrafiltrasi di PDAM kota tangerang.

Nama : Ahmad fuad rizal BM

Program studi : Kimia

Pembimbing : Hendrawati dan M. ali mu’min

Latar belakang

Dalam kegiatan produksi air minum, dilakukan evaluasi terhadap pengolahan air munim perlu
dilakukan secara berkala. Tujuan dilakukannya evaluasi terhadap operaional instalasi antara lain
untuk meningkatkan kapasitas dari instalasi yang sudah dibangun, meningkatkan kualitas dari olahan
dan mereduksi biaya operasional, optimalisasi terhadap instalasi perlu dilakukan untuk menghasilkan
air minum yang berkualitas dan memenuhi standar serta meningkatkan pelayanan terhadap konsumen.
Sehingga tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja instalasi dalam mengolah air minum
serta membandingkan dua sistem pengelolaan air yaitu konvensional dan ultrafiltrasi.

Rumusan Masalah

 Apakah kadar parameter kualitas air pada hasil pengolahan telah memenuhi standar baku
mutu menurut peraturan menteri kesehatan no. 492/Menkes/per/IV/2010?
 Apakah pengolahan air dengan metode konvensional atau ultrafiltrasi yang lebih efektif
dalam menentukan kadar parameter kualitas air secara fisika dan kimia

Metode

Dilakukan pengambilan sampel sebanyak satu kali di dua titik pada tiap instalasi, yaitu
konvensional dan ultrafiltrasi selanjutnya dilakukan analisa fisika kimia

Hasil

Hasil analisa dari pemantauan parameter fisik dan kimia pada air minum menurut peraturan
menteri kesehatan no. 492/Menkes/per/IV/2010 menunjukan bahwa air minum pada IPAM dengan
metode konvensional telah memenuhi standar baku mutu, sedangkan air minum pada IPAM dengan
metode ultrafiltrasi terdapat satu parameter yang masih belum memenuhi standar baku mutu, yaitu
parameter intensitas warna. Hasil perhitungan nilai efektifitas pengolahan air dilihat dari penurunan
seluruh kadar parameter kualitas air memperlihatkan sepuluh dari enam belas parameter menunjukan
bahwa air dengan metode konvensional lebih baik dari pada metode ultrafiltrasi.
Judul Skripsi :Analisa keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia melalui
pembelajaran berbasis masalah

Nama : Fajar nugroho

Program studi : Pendidikan kimia

Penguji : Salamah Agung, dan nanda saridewi

Pendahuluan

Pembelajaran sains berkaitan dengan cara mencari tahu fenomena, fakta, dan teori. Namun
pembelajaran ipa bukan hanya sekedar menguji konsep-konsep, fakta-fakta, ataupun teori-teori tetapi
juga merupakan proses penemuan yang akan menghasilkan suatu pengalaman langsung yang
dapatmengembangkan potensi siswa. Berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kemampuan yang
dapat dikembangkan dalam pembelajaran IPA, dan berpikir kritis merupakan salah satu cara dari
berpikir tingkat tinggi.pembelajaran berbasis masalah memang mendukung untuk mengembangkan
oleh karena itu pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk mengembangkan dan mengasah
berpikir kritis siswa

Rumusan masalah

 Bagaimana kualitas keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kesetimbangan kimia
melalui pembelajaran berbasis masalah?
 Bagaimana perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan kelompok tinggi,
kelompok sedang, dan kelompok rendah

Metode

Menggunakan deskriptif kuantitatif. Terdiri dari lima tahapan yaitu orientasi siswa pada
masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individu/kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah

Hasil

Secara keseluruhan keterampilan berpikir siswa pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah
tergolong baik dan dapat dikembangkan secara optimal. Hal ini terlihat dari presentase rata-rata hasil
pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa dari kelompok tinggi sebesar 70,06%, kelompok sedang
71,84% dan kelompok rendah 70,75%. Ketiga hasil presentase tersebut termasuk dalam kategori baik.
Hasil ketercapaian indikator keterampilan berpikir kritis yang paling dominan pada kelomok
tinggi, sedang dan rendah sama yaitu :

 Pada kelompok tinggi sumber dapat dipercaya atau tidak 100% dan memutuskan seatu
tindakan dengan presentase sebesar 100%
 Pada kelompok sedang sumber dapat dipercaya atau tidak 92,3% dan memutuskan seatu
tindakan dengan presentase sebesar 87,7%
 Pada kelompok rendah sumber dapat dipercaya atau tidak 100% dan memutuskan seatu
tindakan dengan presentase sebesar 91,67%

Anda mungkin juga menyukai