Anda di halaman 1dari 7

Nama : Olyvia Febri Rahmatasari

NIM : D74215064

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA


MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAHAPAN TEORI POLYA
DIBEDAKAN DARI GENDERNYA

TEXT LINE
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang terjadi
dalam suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, terdapat tiga komponen penting antara
lain guru, siswa, dan bahan ajar. Ketiga komponen ini saling berkaitan satu sama lain. Dalam
sistem pembelajaran, faktor terpenting adalah guru. Dimana tugas guru adalah sebagai sumber
ilmu dan memiliki peran yang sentral. Menurut Dunkin ada sejumlah aspek yang dapat
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu (1) pengalaman
hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka; (2) pengalaman-pengalaman yang
berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru; serta (3) segala sesuatu
yang berhubungan dengan karakter yang dimiliki guru.
Salah satu faktor yang menunjang kesuksesan di dalam suatu proses pembelajaran adalah
guru. Guru mempunyai hak untuk menggunakan metode, media dan bahan ajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Guru harus mempersiapkan perencanaan pembelajaran (desain
pembelajaran) yang matang agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan sistematis.
Namun pada kenyataannya, masih banyak guru terutama di Indonesia yang kurang peduli
dengan hal itu. Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, mereka hanya mengacu pada
pembelajaran konvensional saja. Salah satunya yaitu pada pembelajaran matematika. Jika
pembelajaran matematika hanya didasarkan pada pemahaman tekstual saja, maka
pembelajaran tersebut akan menghasilkan proses belajar matematika yang bersifat miskin
makna dan konsep. Pembelajaran yang kurang bermakna juga dapat mengakibatkan siswa
memahami konsep-konsep matematika secara parsial, yaitu tidak terintegrasi antara konsep
yang satu dengan konsep yang lain.
Perencanaan pembelajaran seharusnya dilengkapi dengan strategi alternatif yang mampu
mengantisipasi permasalahan yang muncul selama proses pembelajaran. Dengan begitu,
perencanaan pembelajaran benar-benar mampu untuk mengembangkan pembelajaran dan
menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Reigeluth mengemukakan bahwa kedudukan
perencanaan pembelajaran adalah sebagai instructional development. Bahwa perencanaan
pembelajaran memberikan gambaran bentuk atau model pembelajaran yang akan
dikembangkan. Lewat perencanaan pembelajaran ini, guru mampu mengantisipasi berbagai
kemungkinan respon siswa yang terjadi selama proses pembelajaran. Seperti yang kita
ketahui, kemampuan masing-masing siswa itu berbeda-beda. Sebagai guru, kita harus
memahami kemampuan serta tahap-tahapan berpikir pada siswa. Simon mengungkapkan
bahwa learning trajectory adalah suatu lintasan belajar yang memberi isyarat mengenai
pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki oleh siswa serta proses berpikir dan langkah-
langkah yang siswa terapkan dalam proses belajar. Learning Trajectory terdiri atas tiga
komponen utama yaitu : (1) Tujuan belajar untuk pembelajaran bermakna, (2) Sekumpulan
tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan (3) hipotesis tentang bagaimana seseorang
belajar dan bagaimana seseorang bepikir.
Jadi, learning trajectory adalah lintasan atau rute belajar yang memberikan gambaran
tentang pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa (sebagai titik start) dan setiap langkah
dari satu titik ke titik berikutnya, serta menggambarkan proses berpikir yang siswa gunakan,
metode yang siswa pakai, ataupun tingkat-tingkat berpikir yang siswa tunjukkan.
Pembelajaran mengandung arti interaksi siswa yang belajar (learning) dan guru yang
mengajar (Teaching) . Berarti trayektori pembelajaran harusnya terdiri dari dua hal yaitu
trayektori belajar (Learning Trajectory) dan trayektori Mengajar (Teaching Trajectory). Untuk
menyusun sebuah trayektori mengajar, guru perlu mengetahui dan menyusun trayektori
belajar. Penyusunan trayektori belajar mempertimbangakan berbagai teori belajar dan
pemahaman tentang bagaimana siswa belajar. Ketika telah mengetahui bagaimana siswa
belajar maka disusunlah sebuah trayektori mengajar. Namun apa yang disusun berdasarkan
pengetahuan umum tentang bagaimana siswa belajar dan pengalaman guru terkait dengan
bagaimana siswa belajar tetaplah merupakan dugaan dugaan berdasarkan pada teori dan fakta
untuk diterapkan pada siswa yang akan belajar. Inilah yang dinamakan hipotesis trayektori
pembelajaran. Selain mengetahui learning trajectory pada siswa, guru juga harus memahami
gaya belajar masing-masing siswanya. Dengan mengetahui learning trajectory dan gaya
belajar masing-masing siswanya, guru akan lebih mudah menyesuaikan metode pembelajaran
yang akan digunakan sehingga proses pembelajaran bisa menghasilkan pembelajaran yang
bermakna.
Berdasarkan pengalaman PPL peneliti, ditemukan beberapa keragaman pola
learning trajectory pada siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Sehingga membuat
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang keragaman learning trajectory yang
dimiliki siswa dalam menyelesaikan permasalah matematika dengan judul “Analisis Learning
Trajectory Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada Materi Bangun Datar
Ditinjau Dari Gaya Belajar”

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kesulitan siswa prempuan dalam menyelesaikan soal cerita materi operasi
bentul aljabar berdasar tahapan teori Polya?
2. Bagaimana kesulitan siswa Laki - Laki dalam menyelesaikan soal cerita materi operasi
bentul aljabar berdasar tahapan teori Polya?

C. KAJIAN TEORI
1. KESULITAN SISWA
Simon mengungkapkan bahwa learning trajectory adalah suatu lintasan belajar yang
memberi isyarat mengenai pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki oleh siswa serta proses
berpikir dan langkah-langkah yang siswa terapkan dalam proses belajar. Learning Trajectory
terdiri atas tiga komponen utama yaitu : (1) Tujuan belajar untuk pembelajaran bermakna, (2)
Sekumpulan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan (3) hipotesis tentang bagaimana
seseorang belajar dan bagaimana seseorang bepikir.1
Jadi, learning trajectory adalah lintasan atau rute belajar yang memberikan gambaran
tentang pengetahuan prasyarat yang telah dimiliki siswa (sebagai titik start) dan setiap langkah

1
Bardsley, M. E. (2006). Pre-kindergarten teacher’s use and understanding of hypothetical learning trajectories in
mathematics education
dari satu titik ke titik berikutnya, serta menggambarkan proses berpikir yang siswa gunakan,
metode yang siswa pakai, ataupun tingkat-tingkat berpikir yang siswa tunjukkan.
2. Menyelesaikan Soal Cerita
Masalah matematika adalah soal matematika yang tidak dapat dikerjakan secara langsung
dengan aturan tertentu. Masalah matematika berbeda dengan soal matematika. Hudojo
menyatakan bahwa suatu soal merupakan masalah jika sesorang tidak mempunyai aturan atau
hukum tertentu untuk menemukan jawaban soal secara langsung.2
Memecahkan masalah merupakan penemuan sebuah cara yang sesuai untuk mencapai
suatu tujuan.3 Menurut Reed, memecahkan masalah adalah sebuah upaya untuk mengataasi
rintangan yang menghambat jalan menuju solusi.4 Problem solving happen when you want to
reach a certain goal, but the solution is not immediately obvious because important
information is missing, and obstacles are blocking your path.5 Dapat disimpulkan bahwa
memecahkan masalah matematika adalah suatu upaya untuk mengatasi kesenjangan masalah
matematika dengan pengetahuan yang dimiliki, sehingga memerlukan proses untuk
menemukan aturan-aturan yang dapat digunakan agar masalah terselesaikan.
3. Operasi Bentuk Aljabar
Bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang dan lebar,
yang dibatasi oleh garis lurus atau garis lengkung. Bangun datar terdiri atas lingkaran, persegi
panjang, persegi, segitiga, jajargenjang, belah ketupat, trapesium, dan layang-layang.
Pembelajaran materi bangun datar meliputi pengertian, bentuk, ciri-ciri bangun datar serta
menghitung luas dan keliling.
4. Gender
Gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi strategi tertentu dalam
belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya untuk mendapatkan satu pendekatan belajar
yang sesuai dengan tuntutan belajar di kelas atau sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran.
Macam-macam gaya belajar antara lain :
 Gaya belajar visual, yaitu gaya belajar yang menitikberatkan penglihatan atau
kemampuan belajar dengan melihat

2
Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum matematika dan Pelaksanaan di Depan Kelas, (Surabaya : Usaha
Nasional 1979)
3
Joh W. Santrock, Psikologi....., halaman 26
4
Robert J. Sternberg, Psikologi Kognitif, (Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2008), halaman 365
5
E-book : Margaret W. Matlin, Cognition, (Crawfordsville : R.R. Donnelley, 2009), halaman 357
 Gaya belajar auditori, yaitu gaya belajar yang mengandalkan pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingat suatu pelajaran
 Gaya belajar kinestetik, yaitu gaya belajar yang melibatkan gaya gerak dimana
mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.

D. METODE PENELITIAN
1. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini diadakan di SMP BILINGUAL TERPADU Krian, Sidoarjo.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 8.
2. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini berusaha mengungkapkan keragaman kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pada materi operasi bentuk Aljabar berdasarkan tahapan Teori
Polya dibedakan dari gender siswa. Oleh karena itu, pendekatan yang dipilih adalah
pendekatan kualitatif. Sedangkan metode yang dipilih adalah metode studi kasus.
Prosedur dari penelitian ini dimulai dengan menyusun instrumen untuk mengidentifikasi
gaya belajar siswa; menyusun instrumen wawancara dan observasi untuk mengungkap
Kesalahan siswa; memberikan LKS, observasi dan wawancara; analisis data LKS; sampai
pada penemuan kesulitan siswa laki- laki dan prempuan berdasarkan tahapan Teori Polya.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes berupa soal
cerita materi Operasi Bentuk Aljabar, lembar pedoman tahapan penyelesaian masalah
Teori Polya, dan lembar pedoman wawancara. Adapun penjelasannya adalah sebagai
berikut :
a. lembar tes berupa soal cerita materi Operasi Bentuk Aljabar, lembar ini dibuat
untuk mengidentifikasi beragam kesulitan yang dialami oleh siswa
b. lembar pedoman tahapan penyelesaian masalah Teori Polya, pedoman ini
digunakan untuk mengidentifikasi pada tahap ke berapa siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan Lembar Tes Soal.
c. lembar pedoman wawancara, lembar pedoman ini dibuat untuk mendapatkan
informasi sebanyak-banyaknya mengenai kesuliatan siswa dalam menyelesaikan
Lembar Tes Soal.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan alur penelitian di atas, maka teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui Tes, Wawancara dan dokumentasi.
1. Tes
Tes dalam penelitian ini adalah soal matematika materi barisan dan deret geometri yang sudah
dirancang untuk keperluan mengetahui tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematikamateri barisan dan deret geometri.
2. Wawancara
Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam yaitu wawancara yang dilakukan dengan
memberikan beberapapa pertanyaan kepada subjek yang diteliti yang mengarah pada
pendalaman informasi serta dilakukan dengan cara non formal namun tetap terstruktur.
Teknik wawancara ini ditujukan untuk memperoleh data langsung dari subjek yang diteliti
tentang tipe kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika materi barisan dan deret
geometri.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui catatan tertulis pada arsip, buku-
buku tentang pendapat teori, dalil yang berhubungan dengan masalah penelitian.6
Dokumentasi merupakan sumber informasi yang sangat membantu untuk memahami kondisi
suatu peristiwa. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh
informasi mengenai hasil belajar siswa (nilai UH) sebagai acuan dalam memilih subjek
penelitian.

5. Analisis Data
Secara umum, ada dua analisis yang dilakukan : (1) analisis gaya belajar siswa
berdasarkan lembar angket gaya belajar yang sudah diisi siswa; (2) analisis pola learning
trajectory berdasarkan data hasil LKS dan wawancara.

6
Aniyatus Zakiyah, “Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbasis PISA Level 3”,
(Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Program Studi Pendidikan Matematika, 2017)
Analisis data dilakukan dalam rangka memperoleh variasi dan pola learning
trajectory materi bangun datar yang dilakukan oleh siswa. Analisis data mengikuti cara
Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan verifikasi
atau menggambarkan data. Analisis data dilakukan secara manual dengan mengumpulkan
semua data hasil observasi dan mengelompokkan berdasarkan cara mengerjakan
permasalah bangun datar. Data hasil wawancara dan dokumen pun dikelompokkan
berdasarkan cara mengerjakan permasalahan bangun datar yang kemudian dikategorikan
berdasarkan gaya belajar. Langkah berikutnya adalah menyalin data tersebut dan
menyimpulkan.

E. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai