Pengertian Aktiva (Aset) dan Jenis-jenisnya Dalam Akuntansi – Setiap perusahaan pasti memiliki
aktiva untuk kegiatan operasi, pembiayaan, ataupun untuk investasi. Tanpa aktiva, sebuah perusahaan
tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatannya tersebut. Pada dasarnya, aktiva atau sering disebut sebagai
aset merupakan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tertentu, dan kekayaan itulah yang
nantinya akan digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan operasi bisnisnya. Aktiva atau aset
sangat erat kaitannya dengan kewajiban (hutang) dan ekuitas, selain karena bagian dari elemen neraca,
juga karena pemerolehannya yang tidak bisa dipisahkan.
Ambil contoh, misalnya kas, kas ini pemerolehannya dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti dari
hutang (kewajiban), dari pemilik (ekuitas), atau bisa juga dari hasil penerbitan saham (ekuitas). Jadi
jangan heran jika semua akun yang termasuk dalam aktiva, pasti ada kaitannya dengan kewajiban dan
ekuitas.Sebelumnya saya juga sudah memberikan ulasan tentang kewajiban, untuk ulasan tentang ekuitas
akan segera menyusul. Dan untuk kali ini, pembahasan kita adalah mengenai aktiva, yaitu mengulas
tentang pengertian aktiva dan jenis-jenisnya. Mungkin untuk para akuntan atau calon akuntan, kata aktiva
atau aset ini sudah sangat familiar sekali, tapi yang jadi masalah adalah familiar bukan berarti paham.
Nah untuk itu, mungkin ulasan pengertian aktiva dan jenis-jenisnya yang akan saya berikan ini dapat
membantu, simak ulasannya berikut ini.
Pengertian Aktiva (Aset)
Seperti yang sudah saya katakan diatas bahwa yang dimaksud dengan aktiva adalah segala kekayaan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan, yang dimaksud dengan kekayaan ini adalah sumber daya yang dapat
berupa benda atau hak yang dikuasai dan yang sebelumnya diperoleh oleh perusahaan melalui transaksi
atau kejadian/kegiatan masa lalu. Untuk dapat diakui sebegai aktiva, kekayaan atau sumber daya tersebut
harus bisa diukur menggunakan satuan mata uang, bisa rupiah, dollar, atau mata uang lainnya tergantung
dengan situasi dan kondisi yang menyertai. Ambil contoh, misalnya aktiva yang berupa persediaan, maka
persediaan tersebut harus dinilai berapa rupiah nilainya? Bukan jumlah kuantitas, bukan berapa beratnya,
tapi berapa rupiah?FASB juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan aktiva adalah suatu manfaat
ekonomik masa depan yang cukup pasti, yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu perusahaan
sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Disebut sebagai manfaat ekonomik masa depan yang
cukup pasti dikarenakan memang aktiva ini merupakan sumber daya perusahaan yang nantinya akan
digunakan untuk menjalankan kegiatan-kegiatannya, seperti operasi usahanya, pembiayaan, ataupun
investasi. Kemudian, disebut akibat dari transaksi atau kejadian masa lalu dikarenakan perusahaan dalam
memperoleh dan menguasai aktiva melalui transaksi-transaksi dan kejadian yang sebelumnya telah
dilakukan, seperti transaksi pinjam meminjam dengan bank, pembelian, kontrak piutang, penerbitan
saham, investasi, dan transaksi lainnya.
Jenis-jenis Aktiva (Aset)
Pada dasarnya aktiva digolongkan menjadi dua, yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva tidak
lancar sendiri dapat di bagi menjadi beberapa bagian yaitu aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan
yang terakhir adalah aktiva tidak berwujud.
Liabilitas (Liabilities)
Kewajiban perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, peyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
Liabilitas timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Jadi, misalnya pembelian barang atau
penggunaan jasa menimbulkan utang usaha (kecuali jika dibayar dimuka atau pada saat penyerahan dan
penerimaan pinjaman bank menimbulkan liabilitas untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
Penyelesaian kewajiban masa kini, selain pembebasan dari kreditur, biasanya melibatkan perusahaan
untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan untuk memenuhi tuntutan pihak
lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan:
1. Pembayaran kas
2. Penyerahan asset lain
3. Pemberian jasa
4. Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
5. Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Hutang jangka pendek adalah hutang yang jadwal pembayarannya tidak lebih dari satu tahun. Adapun
jenis-jenis dari hutang jangka pendek/utang lancar tersebut adalah:
1) Utang dagang
Utang dagang adalah utang jangka pendek yang timbul karena adanya suatu transaksi
2) Utang wesel
Utang wesel adalah surat perjanjian pembayaran hutang jangka pendek. Ada yang berbunga, ada juga
yang tidak.
3) Deviden
Deviden adalah keuntungan yang diberikan kepada pemegan saham, yang didapatkan atas hasil
keuntungan perusahaan yang diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). Ketika kita
menjadi pemilik saham perusahaan, perusahaan dapat membayar kembali dalam bentuk dividen.
6) Pajak Penjualan
8) Iuran-iuran lainnya
9) Kewajiban Kontigensi
Kewajiban kontigensi adalah kondisi yang tidak pasti yang mungkin terjadi dimasa yang akan dating,
kemungkinan ini bisa menguntungkan biasa disebut Gain Contigencies ataupun merugikan (Loss
Contigencies).
Liabilitas yang tidak termasuk kelompok tersebut dikategorikan sebagai liabilitas jangka panjang.
Beberapa contoh liabilitas jangka panjang adalah utang obligasi, wesel bayar, liabilitas sewa, liabilitas
pensiun, dan liabilitas pajak tangguhan.
Penerbitan Obligasi
Dwi Martani dkk. (2015:58) mengungkapkan bahwa harga wajar obligasi (harga jual) dapat berbeda dari
nilai nominalnya. Nilai nominal adalah nilai yang dijanjikan akan dibayarkan oleh penerbit liabilitas pada
saat jatuh tempo. Apabila harga jual lebih tinggi dari nilai nominal maka liabilitas dijual dengan harga
premium, sedangkan apabila harga jual lebih rendah dari nilai nominal maka liabilitas dijual dengan harga
diskon. Perbedaan tersebut timbul apabila tingkat suku bunga efektif berbeda dengan tingkat suku bunga
kupon.
PENDAPATAN
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan
sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees) bunga, defiden, royalty dan sewa.
(PSAK 23 Paragraf 6) Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal.
Pendapatan hanya terdiri atas arus masuk bruto dari manfaaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima
oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga seperti pajak
pertambahan nilai bukan merupakan manfat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak
mengakibatkan kenaikan ekuitas sehingga tidak akui sebagai pendapatan.
Ruang Lingkup
Pendapatan timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi :
Penjualan Barang
Meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali,
seperti barang dagangan yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual
kembali.
Penjualan jasa
Biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan
selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu
atau lebih dari satu periode.
Penggunaan asset perusahaan oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk :
– Bungan yaitu pembebanan untuk penggunaan kas dansetara kas atau jumlah terutang kepada
perusahaan.
– Royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan asset jangka panjang perusahaan misalnya paten, merek
dagang, hak cipta dan piranti lunak computer.
– Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka dan
jenis modal tertentu.
– Perjanjian sewa.
– Pertumbuhan alami dari ternak dan hasil pertanian.
– dll
Pengukuran Pendapatan
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Biasanya
timbul dari transaksi persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlahnya
diukur dengan nilai wajar imbalah diterima atau dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah discount dan
rabat volume yang diperbolehkan perusahaan. Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter ) untuk barang
atau jasa dengan sifat dan niali yang sama maka tidak dianggap sebagai mengakibatkan pedapatan,
terkecuali bila barang/jasa tidak serupa, maka mengakibatkan pendapatan.
Pengakuan Pendapatan
Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan
dan manfaat dapat diukur dengan andal.
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi :
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan memindahkan manfaat kepemilikan
barang kepada pembeli
2. Perusahaan tidak lagi mengelola dan melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.
3. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada
perusahaan tersebut.
4. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur
dengan andal.
Pendapatan diakui hanya bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan mengalir kepada perusahaan.
Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan
sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi
pada tanggal neraca.dan hasil suatu transaksi dapat diestimasi apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi :
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh
perusahaan.
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi dan untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur
dengan andal.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset perusahaan oleh pihak lain yang menghasulkan
bunga,royalti dan deviden harus diakui atas dasar :
1. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efekti aset tersebut.
2. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.
3. Dalam metode biaya atau cost methode dividen tunai harus diakui bila hak pemegang saham
untuk menerima pembayaran di tetapkan.
BIAYA DAN BEBAN
Biaya adalah pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu barang atau jasa (aktiva)
dan Beban adalah harga perolehan barang, jasa dan fasilitas yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan periode berjalan seperti harga pokok penjualan, beban dan biaya operasi, beban diluar usaha,
dan pos-pos luar biasa.
Dalam jargon akuntansi setiap expense (beban) adalah Cost (Biaya), namun tidak setiap cost merupakan
expense. Dengan demikian bilamana cost akan di akui atau berubah sebagai expense? Jawabannya adalah
pada saat cost dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip matching (dapat saling
ditandingkan) antara pengorbanan dengan manfaat.
Baiknya kita simak ilustrasi berikut mengenai si Badu seseorang yang buta huruf dan berprofesi sebagai
tukang ojek yang memperoleh rejeki nomplok yakni memperoleh Lotere senilai Rp. 10.000.000 di bayar
tunai. Hal ini berarti badu memperoleh tambahan sumber daya ekonomi berupa uang tunai Rp. 10 juta
yang kemudian ia belanjakan sebagai berikut :
1. mentraktir teman-temannya sesame tukang ojek makan di restaurant,senilai 2 juta.
2. sisanya Rp. 8 juta dibelikan sepeda motor yang kemudian ia gunakan untuk mengojek.
Dari kedua kegiatan di atas, yang pertama merupakan beban (expense) dan yang kedua merupakan
biaya (cost). Alasannya adalah karena mentraktir teman-temannya digolongkan sebagai beban karena
manfaatnya bagi badu(pribadi) lansung terasa, mungkin ia jadi punya status social, terpandang di
kalangan sesame pengojek. Adapun tindakan kedua membeli motor dikategorikan sebagai biaya karena
manfatnya belum di rasakan oleh badu. Yang terjadi adalah sebatas perubahan sumber daya dari bentuk
uang tunai menjadi motor. Apabila kemudian badu memanfaatkan motor tersebut untuk memperoleh
penghasilan sesuai profesinya sebagai tukang ojek, maka motor tersebut baru dibebankan dalam bentuk
penyusutan.
OBYEK BIAYA
Definisi obyek biaya adalah apa saja yang memperoleh pembebanan biaya. Langkah pertama untuk
menentukan obyek biaya dapat di analogikan dengan melakukan pengukuran panjang suatu obyek,
setelah obyek pengukuran tersebut jelas maka hasil pengukurannya yakni informasi panjang obyek
tersebut dapat kita nilai obyektivitasnya. Contoh analoginya seperti bila obyeknya adalah jalan raya
Jakarta-Bogor maka hasil pengukurannya adalah berupa jarak Jakarta ke Bogor dalam satuan kilometre.
Dalam akuntansi biaya obyek yang diukur, adalah biayanya tersebut, mungkin berupa sebuah produk,
tumpukan atau partai unit yang sama. Semua unit kegiatan yang selalu memproduksi produk tertentu,
pesanan, lokasi pesanan, kontrak, proyek, proses, fungsi, tujuan, organisasi departemenlokasi atau
kesatuan cabang usaha lain.
URGENSI DAN TUJUAN INFORMASI BIAYA
Biaya adalah merupakan refleksi kemampuan suatu organisasi dalam mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disiplin manajemen keuangan mengajarkan
agar para manager keuangan memaksimalkan nilai organisasi. Salah satu caranya adalah dengan
mengoptimalkan biaya proses bisnis internal yang terfokus pada penetapan harga. Namun seiring dengan
perkembangan persaingan bisnis dalam era globalisasi maka kecendrungan yang ada adalah semakin
kompetitifnya harga sehingga fokus optimalisasi biaya proses bisnis internalpun beralih dari penetapan
harga menjadi penentuan biaya.
Informasi biaya yang sistematik dan komparatif serta data analisis biaya dan laba sangat diperlukan untuk
mengelola perusahaan. Informasi ini membantu manajemen untuk :Menetapkan sasaran laba perusahaan
1. target departemen dan operasi menuju pencapaian sasaran akhir.
2. mengevaluasi evektifitas rencana.
3. mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan.
4. memutuskan pengadaan penyesuaian dan perbaikan.