Anda di halaman 1dari 5

Asfiksia Neonatus

Definisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir. Keadaan ini disertai hipoksia , hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis.
Hipoksia pada asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Staff Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak, 2000).

Etiologi
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan
kemudia disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus.
Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.
Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia
janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan, persalinan memegang peranan
penting untuk keselamatan bayi. Selain itu perlunya melakukan pengawasan antenatal
yang adekuat dan melakukan koreksi sedini mungkin terhadap setiap kelainan yang
terjadi. Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalianan hampir selalu
disertai anoksia/ hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus. Keadaan ini
perlu mendapat perhatian utama agar persiapan dapat dilakukan dan bayi mendapat
perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir. Dengan demikian dapat
diharapkan kelangsungan hidup sempurna untuk bayi tanpa gejala sisa (Staff Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Penyebab kegagalan bernafas


1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu . Hal ini menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika
atau anastesia dalam
Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan kurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke
janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan gangguan kontraksi uterus (hipertoni,
hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat), hipotensi mendadak pada ibu
karena perdarahan, dan hipertensi pada penyakit eklampsia da lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi palsenta.
Asfiksia janin akan terjadi apabila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin .
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal
yaitu pemakaian obat anastesi yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan, trauma yang terjadi pada persalinan
misalnya perdarahan intracranial, dan kelainan congenital pada bayi misalnya
hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran nafas, hipoplasia paru dan lain-lain
(Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Patofisiologis dan Gambaran Klinis


Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin pada masa
kehamlan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini dianggap sangat perlu
untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang
kemudian akan berlanjut menjadi pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak memiliki
pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya (Staff Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak, 2000).

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan
atau persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan apabila tidak teratasi maka akan menimbulkan
kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible . Asfikia yang terjdi
dimulai dengan suatu periode apnue primary apnue) disertai dengan penuruna
frekuensi jantung . Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping)
yang kemudian diikuti dangan pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat , usaha
bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua
(secondary apnu). Pada tingkat ini disamping bardikardia ditemukan pula pnurunan
tekanan darah (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Selain itu terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa
pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut , dalam tubuh bayi akan
terjadi proses metabolism anaerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga
sumber glikogen tubuh, terutama jantung dan hati akan berkurang. Asam organic
yang terjadi akibat metabolism ini akan menyebabkan timbulnya asidosis metabolic.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya adalah hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung, terjadi asidosis metabolic akan mengakibatkan
menurunnya sel jaringan, termasuk otot jantung, sehingga menimbulkan kelemahan
jantung, dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah ke paru dan kemudian pula ke sistem sirkulasi
tubuh lainnya akan mengalami gangguan (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak,
2000).

Asidosis dan gangguan kardiovaskular yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).
Pada skema dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penurunan tekanan oksigen darah;
2. Meningginya tekanan karbondioksida darah;
3. Menurunnya pH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik);
4. Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolism anaerobic; dan
5. Terjadinya perubahan system kardiovaskular (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak,
2000).

Apgar Score
Apgar Score merupakan penilaian kriteria klinis untuk menentukan keadaan bayi baru
lahir. Pemeriksaan ini dilakukan 1 menit setelah lahir untuk mengetahui derajat
asfiksia yang diderita neonates dan menjadi pedoman untuk menentukan cara
resusitasinya. Apgar Score juga perlu dilakukan setelah 5 menit bayi lahir untuk
mengetahui korelasi morbiditas dan mortalitas neonatal mendatang (Staff Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak, 2000)
Tanda 0 1 2
Frekwensi Tidak ada < 100 > 100
jantung
Usaha Tidak ada Lambat Menangis kuat
bernapas
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif
fleksi sedikit
Refleks Tidak bereaksi Gerakan Reaksi melawan
sedikit
Warna kulit Biru/pucat Tubuh Kemerahan seluruh tubuh
seluruh kemerahan,
tubuh tangan dan
kaki biru
Table 1 APGAR Score

Klasifikasi asfiksia neonatus


- “Vigorous Baby”. Apgar Score = 7-10. Bayi dianggap sehat.
- “Mild-moderate asphyxia”, Memiliki Apgar Score = 4-6. Bayi mengalami depresi
ringan atau sedang dan memerlukan resusitasi.
- Asfiksia berat, memiliki Apgar Score = 0-3. Asfiksia berat dapat disertai henti
jantung. Bayi mengalami depresi berat harus segera mendapat resusitasi (Staff
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Penatalaksanaan
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup
bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan
yang lazim dikerjakan pada bayi disebut resusitasi bayi baru lahir. Sebelum resusitasi
dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa:
1. Faktor waktu. Makin lama bayi menderita asfiksia , perubahan homeostasis yang
timbul makin berat , resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan timbulnya gejala
sisa akan meningkat.
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia atau pioksia antenatal tidak dapat
diperbaiki , tetapi kerusakan yang terjadi karena anoksia atau hipoksia pascanatal
harus dicegah dan diatasi.
3. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
factor penybab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahir .
4. Penilaian bayi baru lahir perlu dikenal baik, agar resusitasi yang dilakukan dapat
dipilih dan ditentukan secara adekuat (Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Anda mungkin juga menyukai