Anda di halaman 1dari 3

2 tahun yang lalu

Seperti biasa ketika hari minggu menyapa,


aku dan bia selalu menjadikan taman dekat sekolah kami sebagai tempat nokrong, tempat
curhat dan yang paling penting adalah tempat mengembangkan kemampuan tari yang sangat
kami gemari lebih dari apapun yang ada dibelahan bumi ini.
Terik matahari mulai masuk ke selah-selah daun nan ria bergoyang mengiringi angin sepoy-
sepoy dan membuat tanah ditaman tempat ku berpijak saat ini tampak bercorak belang-belang.
Tanpa kusadari karena terhanyut oleh suasana taman, suara kendaraan lalu lalang menambah
riuhnya minggu pagi ini.
Namaku Enozha latif biasa dipanggil eno aku adalah anak tunggal dikeluargaku,ayahku adalah
seorang tentara yang sangat disiplin dan tegas sedang ibuku adalah seorang guru sejarah di
SMA HARAPAN JAYA tempatku menimbah Ilmu.sejak kecil aku punya sahabat yang sudah
aku anggap seperti saudara kandung sendiri namanya Nabilah Rais Majas biasa dipanggil Bia
kami memiliki banyak kesamaan mulai dari selera makanan selera musik bahkan cita-cita kami
pun sama,kami ingin menjadi penari profesional because because because sejak kecil kami
sangat suka menari tarian apa pun yang ada di negeri kami tercinta indonesia.
3 jam lewat 15 menitpun berlalu sosok yang kutunggu sejak tadi akhirnya menampakan dirinya
dengan senyum sumringah yang mengembang di wajahnya ia berlari menuju tempat duduk ku
ditaman dengan raut wajah yang sangat gembira murah meriah mencret.
“tuh kan kamu telat, udah dibilangin jangan bobo larut malam jadi kesiangan kan, capek tau
ngga nunggin kamu udah pukul 10.35 nih padahal janjinya jam 08.00,kamu tau ngga yang bikin
aku makin sebel apa?”
sebenarnya dari tadi mataku fokus ke penjual kue broncong tepat di tentangan belakangnya bia
sumpah aku ngiler banget liatnya mana aku belum sarapan lg pintaku dalam hati.
”iya iya maap tadi ada urusan negara lebih penting dari pada gombalan Dilan hehe,emang kamu
sebel karena apa? hayoo oooh aku tau kamu sebel manja karena laper kan ayoo harus bohong
kalau kamu laper, udah ketebak deluankan sama fillingku,emang bener yah didunia ini Cuma
filling aku yang bisa di andelin”
Sehabis mengeluarkan alibi dari otaknya,dengan wajah yang datar tapi manis bia langsung
memberikan kantung plastik yang sepertinya berisi sesuatu yang bisa dimakan.
”idiiih alay banget pake acara urusan negara,btw mau jadi apa anak bangsa punya ibu negara
kaya kamu?,ketusku dengan nada mengejek.
”yah jadi anak yang berguna lah masa jadi anak micin, kan boleh juga tuh kaya elu tuh generasi
micin jaman now”sejenak kami tertawa terbahak-bahak.
”niih monggo disikat,tadi tuh aku juga belum sarapan waktu mau kesini, tapi sampai lampuh
merah kebetulan banget ada mas penjual broncong yah aku beli deh kebetulan aku juga udah
kelaperan,makanya aku agag telat karna nunggin broncongnya mateng,btw marahnya ngga jadi
kan?”
ucap bia dengan mengangkat kedua alis tebalnya sambil menodongkan wajah sumringahnya
ke arahku.
”udaah ah kebanyakan bacoot,laper tingkat tata surya nih gue,daan btw ini ngga ngutang
kaaan,sekali kalilah luh traktir gue jangan gue muluh yang traktir mentang-mentang gue
banyak dolar.
Dengan cekatan bak petir yang kelaparan Aku menarik plastik broncongnya dan kamipun
langsung melahapnya.
“mm nyam nyam Tuhaan kenikmatan macam apa ini,broncongnya enak banget masi hangat
pula hu sempurna”.
Sedikit demi sedikit bia melahap broncongnya sambil memuja-memuji komat-kamit mirip
mbah dukun lagi baca mantra tanpa ia sadari beberapa helai daun mendarat di atas
kepalanya,akupun tertawa terbahak bahak melihatnya sangat lahap memakan kue broncong
yang super lezat itu.
“kasian enoja ku kelaparan,makan yang banyaak biar jinak besok-besok lu bisa jadi peliharaan
gue dirumah lumayan lah jagain rumah gue ditengah malam”
Lanjut bia yang sudah kenyang makan beberapa potong kue broncong.
“lu kalo ngomong minta di tampol yah”
Balas eno sambil menyubit pipi bia hingga bibirnya monyong.
“aduh aduh sakiit tauu,eh lu tau ngga tadi aku di telpon pak sukri kataya bakalan ada lomba
FL2SN kategori lomba tari berpasangan dan pa sukri nunjuk kita untuk mewakili sekolah”.
Sambil memegang pipinya yang kemerahan ekspresi bia seketika berubah saat ia membahas
lomba Fl2SN yang disampaikan oleh pak sukri guru seni budaya kami disekolah.
mendengar hal itu aku terkejut dan tersedak untung saja bia langsung memberikan aku air putih
hingga tersedahku berhenti.
“lu kalo bercanda suka kelewatan,ngga asik ah”
Cetusku sambil berdiri dan berjalan menuju tempat parkir.
”lu ngga percaya?mau gua telefon sekarang pak sukrinya?
Balas bia dengan menawarkan tawaran yang tidak penting bagi eno untuk diladenin.
”ayok cepat udah mau shalat zuhur nih nnti kapan-kapan kalau ada waktu lagi untuk latihanya.
Kebimbangan mulai mengganggu dan meracuni pikiranku saat aku mulai duduk di bangku
SMA kelas XII.Aku memiliki sahabat sejak kecil bernama NABILAH RAIS MAJAS yang
biasa dipanggil Bia.Kami memiliki banyak kesamaan dari selera makan,selera musik bahkan
cita-cita kami pun sama yaitu ingin menjadi seorang Penari.Hingga kami memutuskan untuk
menjadi penari profesional dengan memilih jurusan SENI TARI ketika lulus dari bangku SMA
nanti.Kami selalu berfikir akan bahagia menikmati masa-masa indah kuliah menggejar cita dan
angan bersama sesuai apa yang sudah kami cita-citakan.Tapi dalam kenyataanya Ayah ku
ternyata melarang keras jika kuliah di jurusan SENI TARI untuk menjadi seorang penari
profesional begitupun bia ia dilarang ayahnya untuk mengambil jurusan lain selain Akuntansi
karena ayahnya adalah seorang PNS lulusan Akuntansi yang sudah menjadi Bendahara tetap
di salah satu kantor di Provinsi Ayah bia menginginkan bisa sukses sepertinya.bahwa bia pergi
meninggalkan ku,ia pergi menggantungkan cita-cita dan angan-anganku sebatas langit ke 1
sementara langit ke 2 sampai ke 7 seperti sengaja ia penuhkan dengan teka-teki yang bahkan
langit dan awan pun tidak tahu jawabanya.

Nyatanya masa itu membuatku harus berpikir keras dan menahan ego aku harus menerima
kenyataan bahwa bia sahabat yang sudah ku anggap seperti saudara kandung sendiri pergi tanpa
jejak sedikitpun,pikiran ku kacau balau tak terarah bebas,lepas dan liar memikirkan kepergian
bia,sesekali aku menarik nafas dan memukul-mukul kepalaku beharap semua ini hanyalah
mimpi.

Disaat semua teman-teman sudah mantap menentukan pilihanya,aku masi bergulat dengan
pikiran kosong yang sengaja dimatikan lampunya oleh sahabat yang selama ini selalu
mendukungku dalam setiap keinginan dan cita-citaku tiba-tiba pergi acuh tak acuh.Ketika
teman-teman sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti bebagai macam seleksi untuk
mengikuti

Anda mungkin juga menyukai