Anda di halaman 1dari 15

1.

Latar Belakang Masalah


Belajar adalah proses perpindahan ilmu dari guru kepada peserta didik. Guru berperan penting dalam
berjalannya proses pembelajaran atau dalam mentrasfer ilmu kepada peserta didik dan menanamkan sifat-sifat
positif kepada peserta didik. Sebab peserta didik lebih percaya pada apa yang disampaikan guru dibandingkan
orang tua dan orang yang berada disekitarnya. Karena asumsi anak, guru mengetahui segalanya dan semua
yang dikatakan guru itu benar.

Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pembelajaran, diantaranya :

Menurut Slavin (2013 : 15) pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan
oleh pengalaman.

Sedangkan menurut Munif Chatib (2013:17) pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, yakni antara
guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembejaran merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku seseorang dimana guru sebagai pemberi informasi atau fasilitator dan peserta didik sebagai penerima
informasi. Disinilah guru sangat berperan penting dalam mengembangkan pengetahuan dan mengikuti
perkembangan jaman di era globalisasi ini dengan teknologi yang semakin canggih. Sebab semakin
berkembangnya jaman peserta didik akan lebih kritis dengan pengetahuan yang mereka temukan di luar sana.
Seorang guru juga harus senantiasa memberikan kenyamanan kepada peserta didik agar peserta didik merasa
senang ketika belajar atau ketika berada di kelas. sementara itu pada kenyataannya menciptakan suasana kelas
yang kondusif dan menciptakan sistem pembelajaran yang menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap suatu
mata pelajaran dan membuat mereka merasa senang ketika berada di kelas ternyata itu sulit dilakukan, tidak
banyak guru yang berhasil membuat para siswa termotivasi dan merasa senang ketika berada di kelas. Hal itu
terjadi karena sistem pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung membosankan dan monoton, bahkan
kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga para siswa merasa jenuh dan ngantuk pada
saat pembelajaran berlangsung.

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Cara guru dalam menyajikan materi
pelajaran menempati posisi yang sangat penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Guru harus memiliki
kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Tugas guru dalam pembelajaran
IPS di SD antara lain menyajikan IPS sesuai dengan karakteristik pendidikan IPS dan karakteristik anak yang
berada pada masa perkembangan kognitif operasional konkrit. Jika hal ini dilaksanakan dengan tepat maka
pembelajaran IPS di SD akan mampu memfasilitasi perkembangan potensi sikap, berpikir, berperilaku dan
keterampilan dasar scientist yang terdapat pada diri siswa.
Berkaitan dengan permasalahan yang dikemukakan tersebut, peneliti melakukan observasi di salah satu sekolah
yang terletak di kabupaten Banyumas, yaitu di SDN Locondong Kecamatan Rawalo pada tanggal 10 Oktober
2016 . pada saat observasi terlihat proses pembelajaran belum efektif dikarenakan siswa masih banyak yang
mengobrol, kurang fokus, keluar bangku, sehingga proses pembelajaran tidak kondusif. Di sekolah tersebut
peneliti menemukan suatu masalah yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, masalah tersebut adalah
kurangnya penggunaan media atau tidak ada fasilitas alat peraga, jadi guru menyampaikan materi hanya
menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan tidak begitu baik.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di SDN Locondong belum sesuai dengan
kompetensi yang ditargetkan. Maka sdari itu, penelliti mengambil keputusan akan melakukan penelitian
menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa kelas IV
SDN Locondong sebagai tempat penelitian.
Penggunaan media atau alat peraga tentu sangat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu
materi, selain itu suasana kelas yang kondusif akan menjadi faktor utama yang mempengaruhi suksesnya proses
belajar mengajar, banyak sekali model dan metode pembelajaran yang bisa diterapkan di dalam kelas. Sehingga
peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan saja akan tetapi peserta didik mendapatkan pemahaman
pembelajaran.

Pemahaman konsep dalam suatu pembelajaran tentu sangat penting, juga sangat berpengaruh pada hasil
belajar. Maka dari itu pemahaman konsep adalah merupakan langkah awal yang harus dicapai dalam
pembelajaran, jika peserta didik sudah paham terhadap suatu materi maka akan memperoleh hasil yang baik.

Penanaman sikap yang baik tidak dapat terlepas dari mengajarkan nilai yang berlaku di masyarakat. Dengan
kata lain, nilai ketuhanan mengajarkan tentang keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan nilai
yang berlaku di masyarakat bahwa ada keterkaitan tentang belajar dengan lingkungan dan masyarakat
sekitarnya. Menanamkan rasa peduli, menjaga dan memelihara lingkungan yang ada serta dapat menghargai
alam sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Materi pokok bahasan pada pembelajaran dapat menggunakan
berbagai macam metode yang digunakan, untuk mengembangkan minat peserta didik, rasa ingin tahu dan
keterampilan peserta didik.

UU RI NO 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yakni, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sesuai dengan UU RI NO 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasiaonal, maka dapat disimpulkan guru
harus senantiasa mendidik peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki potensi sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional tersebut.

Pada proses pembelajaran guru dapat menerapkan berbagai jenis model pembelajaran dengan harapan dan
tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Penulis mencoba menerapkan model
Problem Based Learning dengan tujuan agar peserta didik menjadi aktif di kelas.

Permasalahan lain yang timbul seperti layaknya dalam lembaga pendidikan formal pada umumnya termasuk
permasalahan proses belajar dibeberapa sekolah dasar yakni bagaimana upaya pengelolaan rencana
pembelajaran, sebagai upaya guru dalam meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dengan memadukan
model pembelajaran, metode, teknik dan strategi pembelajaran guna untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, yaitu proses pembelajaran dibuat
semenarik mungkin dengan menggunakan model Problem Based Learning yakni pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis untuk
memecahkan suatu masalah.

Permasalahan yang dikemukakan tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dimasa yang akan datang, dengan adanya permasalahan tersebut penulis berusaha untuk memperbaiki
pembelajaran agar siswa lebik aktif dalam belajar dengan menggunakan model Poblem based learning.
Penerapan model pembelajaran merupakan salah satu upaya penulis dalam mengembangkan kemampuan
peserta didik dan dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan, dimana penulis akan melaksanakan penelitian
tikdakan kelas yang bertempat di SD Negeri Locondong Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas. Sehubungan
dengan itu penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Pengaruh model problem based
learning materi membaca dan menggambar peta mata pelajaran IPS terhadap hasil belajar siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Locondong tahun ajaran 2016/2017 pada subtema kebersamaan dalam keberagaman”.

1. Rumusan Masalah
Permasalahan secara tidak langsung menurunnya rata-rata hasil belajar siswa, akhirnya dapat disimpulkan
bahwa permasalan yang menjadi bahan penelitian tindakan kelas di sekolah tersebut antara lain :

1. Bagaimana model problem based learning dapat meningkatkan performansi guru kelas IV Sekolah Dasar
Negeri Locondong Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi
membaca dan menggambar peta?
2. Bagaimana model problem based learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV Sekolah
Dasar Negeri Locondong Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi
membaca dan menggambar peta?
3. Bagaimana model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri Locondong Kabupaten Banyumas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi
membaca dan menggambar peta?
1. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka peneliti akan memecahkan masalah dengan menerapkan model pembelajaran aktif problem based
learning. Penggunaan model pembelajaran problem based learning dalam penelitian ini didasari karena model
problem based learning dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan masalah, melihat
bagaimana siswa menunjukan pengetahuan dan ketrampilannya.
Dengan menerapkan metode ini diharapkan dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar
IPS siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Locondong pada materi membaca dan menggambar peta.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, permasalahan tersebut dibatasi dengan judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Locondong pada materi membaca dan menggambar peta”.

1. Tujuan dan manfaat Penelitian


2. Tujuan Umum
Memberikan suatu inovasi baru dalam kegiatan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan performansi
guru, aktivitas dan hasil belajar siswa di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran IPS.

1. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara lain:

1. Mengetahui peningkatan performansi guru dalam membelajarkan IPS materi membaca dan menggambar
peta pada siswa kelas IV SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas melalui model problem based learning
2. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar IPS materi membaca dan menggambar peta pada siswa kelas IV
SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas melalui model problem based learning
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar IPS materi membaca dan menggambar peta pada siswa kelas IV SD
Negeri Locondong Kabupaten Banyumas melalui model problem based learning
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah antara lain:

1. Bagi siswa
1. Meningkatkan pemahaman belajar siswa kelas IV tentang subtema kebersamaan dalam
keberagamanmelalui melalui model Problem Based Learning.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV tentang subtema kebersamaan dalam keberagamanmelalui melalui
model Problem Based Learning.
3. Memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna karena siswa belajar sesuai dengan karakteristiknya.
1. Bagi guru
4. Membantu guru memperbaiki kualitas pembelajarannya.
5. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
6. Menambah wawasan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan sebagai referensi untuk menerapkan
model pembelajaran yang baik pada semua mata pelajaran.
1. Bagi sekolah
7. Memanfaatkan hasil penelitian sebagai wadah untuk lebih mengembangkan pembelajaran Problem Based
Learning sebagai pendukung kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengembangkan model Problem Based Learning di sekolah.
8. Sebagai masukan dan pertimbangan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dengan memaksimalkan
proses pembelajaran siswa khususnya pada mata pelajaran IPA.
9. Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas.
10. Meningkatkan mutu, isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
1. Bagi peneliti
1. Menambah wawasan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman tentang proses Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM)yang bermakna dan berkualitas melalui model-model pembelajaran.
2. Kajian Teori
Penelitian terdahulu yang relevan. Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian yang telah ada yang sealur
dengan tema kajian penelitian ini berikut beberapa hasil usaha penelusuran tentang skripsi yang berkaitan
dengan tema penelitian ini.

Pertama, skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Problem Based Learning Terhadap Kemandirian Belajar
Ipa Terhadap Kemandirian Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Se-gugus III Kecamatan Temon Kabupaten
Kulonprogo”. Yang di buat oleh saudara Evi Tri Wulandari (2015) mahsiswa dari Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta. Dalam Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimental bentuk nonquivalent
control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD yang ada se-gugus 3 Kecamatan
Temon yang berjumlah 121 siswa yang tersebar di tujuh SD. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive
cluster random sampling. Teknik purposive sampling digunakan untuk menentukan sekolah yang homogen yaitu
SD N Pasirmendit, SD N Jangkaran, SD N 3 Glagah, dan SD N Palihan Lor. Teknik cluster sampling digunakan
untuk mempermudah peneliti dengan cara mengelompokkan sampel yang akan digunakan untuk penelitian.
Teknik random sampling digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara undian,
sehingga didapatkan kelompok eksperimen adalah SD N Pasirmendit kelas IV yang berjumlah 17 orang dan
kelompok kontrol adalah SD N Jangkaran kelas IV yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengambilan data pada
penelitian ini menggunakan observasi dan angket. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif signifikan
kemandirian belajar IPA antara kelompok eksperimen dengan menerapkan model problem based learning dan
kelompok kontrol dengan pembelajaran biasa yaitu ceramah dan tanya jawab atau penugasan. Hal tersebut
dibuktikan dari hasil t-test pada taraf signifikansi 5% diperoleh signifkansi hitung yaitu 0,024 < 0,05. Kelompok
eksperimen memperoleh skor post test lebih tinggi yaitu 89,647 dibandingkan kelompok kontrol yaitu 81,421.

Kedua, penelitian tindakan kelas oleh Ika Setyaningsih (2010) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa dengan Penerapan Problem Based Learning pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Kelas X-D
Semester II SMA Negeri 4 Yogyakarta ” menyimpulkan bahwa penerapan Problem Based Learning
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dari kategori kurang kritis pada siklus I menjadi cukup
kritis pada siklus II setelah diadakan refleksi pada siklus I. Peningkatan masing-masing aspek berpikir kritis
antara lain aspek membuat definisi dan klasifikasi masalah dari kategori kurang sekali menjadi cukup, aspek
menilai dan mengolah informasi meningkat dari kategori kurang menjadi cukup, kemudian aspek merancang
solusi masalah / membuat kesimpulan meningkat dari kategori kurang menjadi cukup

Ketiga Penelitian tindakan kelas oleh Sri Rahayu (2011) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Tema Pencemaran Lingkungan
dan Cara Menanggulanginya di Kelas VII B SMP Negeri 1 Prambanan Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”
menyimpulkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning paling efektif meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1 Prambanan Klaten pada siklus II. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan nilai rata-rata post test pada tiap siklusnya, siklus I nilai rata-rata post test 71,28
meningkat menjadi 76,16 pada siklus II dengan indikator keberhasilan sebesar 92,30%.

Keempat Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Izzatin Kamala (2011) yang berjudul “Peningkatan
Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Siswa melalui Pendekatan Problem Based Learning pada Pembelajaran
IPA Kelas VII B di SMP Negeri 1 Sayegan” menyimpulkan bahwa masing-masing aspek berpikir kritis meningkat
antara lain aspek membuat definisi dan klasifikasi masalah dari kategori sangat kurang menjadi kurang dan
aspek merancang solusi masalah/ membuat kesimpulan meningkat dari kategori sangat kurang menjadi kurang.
Peningkatan pemahaman konsep peserta didik jika dilihat dari LKS meningkat dari kategori cukup menjadi
kategori baik, jika dilihat dari post test meningkat dari kategori baik manjadi baik sekali.

Dengan adanya perbedaan aspek yang di teliti tersebut, jadi menarik untuk di jadikan objek penelitian.

1. Landasan Teori
2. Pengertian belajar
Belajar merupakan bentuk yang di alami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. thorndike mengatakan belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat di tangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,perasaan, atau
gerakan/tindakan. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup,sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah-satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan
yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
(afektif). Menurut gagne (1984) bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman (Ratna Wilis Dahar, 1989, hal 11). Belajar adalah proses mental dan
emosional atau proses berfikir dan merasakan. Oemar Hamalik Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.Eenest H. Hilgard Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila
kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu.
Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup, Ahmadi A mengatakan
Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia, Nasution mengatakan Belajar adalah menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Cronbach mengatakan Belajar sebaik-baiknya adalah dengan
mengalami dan dalam mengalami itu menggunakan panca indranya.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang secara sadar yang meliputi perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, dimana perubahan tersebut terjadi secara berkesinambungan dan mampu
merubah diri dan lingkungannya baik secara fisik maupun kejiwaannyaa
1. Pengertian mengajar
Mengajar merupakan suatu aktivitas yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru
kepada siswa tetapi juga mencakup banyak kegiatan untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal. Tujuan
utama menmgajar adalah membantu siswa untuk menjawab tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif.

Mengajar adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dimana antara keduanya terdapat saling
mempengaruhi melalui pemikiran-pemikiran mereka dan belajar sesuatu dari interaksi itu.

1. Hakikat pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran

 Guru
Setiap guru memiliki gaya mengajar yang tercermin dalam tingkah laku pada waktu pelaksanaan pembelajaran.
Gaya mengajar mencerminkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran guru yang bersangkutan yang
dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar, konsep-konsep psikologi yang digunakan, serta
kurikulum yang dilaksanakan

 Siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam kecakapan dan kepribadian yang dapat mempengaruhi situasi yang
dihadapi dalam proses pembelajaran. Kecakapan yang dimiliki siswa meliputi kecakapan potensial seperti bakat
dan kecerdasan, serta kecakapan yang diperoleh dari hasil belajar siswa. Sedangkan kepribadian yang dimiliki
siswa berupa ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu yang bersifat menonjol dan membedakan dirinya dengan
orang lain.

 Kurikulum
Materi pembelajaran sebagai isi kurikulum dan pola interaksi guru yang beraneka ragam dapat menimbulkan
situasi yang bervariasi dalam proses pembelajaran.

 Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar tempat
berlangsungnya proses pembelajaran.

1. Hasil Belajar
Menurut Winkel (2007) hasil belajar merupakan kemampuan yang baru sama sekali atau boleh juga merupakan
penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
belajar akan menghasilkan perubahan, perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti pemahaman
dan sikap, serta mencakup hal-hal yang yang bersifat eksternal seperti ketrampilan motorik dan berbicara dalam
bahasa asing. Menurut (Sardiman, 1986) hasil belajar meliputi: 1) hal ihwal keilmuwan dan pengetahuan, konsep
atau fakta (kognitif), 2) hal ihwal personal, kepribadian, atau sikap (afektif), dan 3) hal ihwal kelakuan,
ketrampilan atau penampilan (psikomotorik).

Menurut hamalik oemar (2007:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
peserta didik yang dapat diamati dan diukur bentuk perubahan pengetahuan,sikap dan ketrampilan. Perubahan
tersebut dapat di artikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik di bandingkan sebelumnya,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya, dlam pelaksanaanya
hasil belajar perlu diadakan evaluasi agar hasil belajar tersebut dapat mencapai sasaran yang diharapkan.
Dalam hal sasran dari evaluasi hasil belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di
rencanakan sebelumnya. Tujuan pembelajaran tersebut yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar berupa:

 Informasi Verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tertulis.
 Keterampilan Intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
 Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
 Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,
sehingga terwujud otomatisme gerak jasamani
 Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
1. Aktivitas belajar
Siswa adalah suatu organisme yang hidup dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang
hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni keinginan
berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan/pembelajaran perlu
mengarahkan tingkah laku menuju tingkat perkembangan yang di harapkan. Pendidkan modern lebih
menitikberatkan pada aktivitas sejati, di mana sioswa belajar sambil bekerja akan memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan ketrampilan serta perilaku lainya seperti sikap dan nilai.

Adapun menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik 2011) mengklasifikasikan aktivitas belajar dalam 8
kelompok sebagai berikut:

 Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain
bekerja dan bermain.

 Kegiatan-kegiatan lisan (oral)


Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

 Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan, mendengarkan radio.

 Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan
tes dan mengisi angket.

 Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.
 Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, menari dan berkebun.

 Kegiatan-kegiatan mental
Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan
membuat keputusan.
 Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

1. Karakteristik Siswa SD
Piaget membagi tahap perkembangan kognitif anak-anak ke dalam empat tahapan, yaitu:

 Sensorimotorik (0-2 tahun)


Dalam tahap sensorimotorik kemampuan berpikir anak baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan
panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh
atau memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini
mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah menangis. Memberi pengetahuan pada
anak dalam usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai media, melainkan harus
dengan sesuatu yang bergerak.

 Praoperasional (2-7 tahun)


Pada tahap praopersional kemampuan skema kognitif anak masih terbatas. Anak masih suka menirukan perilaku
orang lain, terutama orang tua dan guru yang pernah dilihat ketika orang itu merespon perilaku orang, keadaan
dan kejadian pada masa lampau. Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula
mengekspresikan kalimat pendek secara efektif.

 Operasional konkrit (7-11 tahun)


Pada tahap operasional konkrit anak sudah mulai memahami aspek-aspek komulatif materi, misalnya volume
dan jumlah. Mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang
tingkatannya bervariasi. Anak sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa
yang konkrit.

 Operasional formal (12-15 tahun)


Anak telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif secara serentak maupun
berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan
kapasitas merumuskan hipotesis anak mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan
dasar yang relevan dengan lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini anak
mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu berpikir
logis tetapi masih terbatas pada obyek-obyek konkrit dan mampu melakukan konservasi.

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Definisi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Problem based learning atau
pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang memiliki konteks pada awal pembelajaran
siswa diminta untuk mengamati fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Kemudian siswa mencatat masalah-
masalah yang terjadi disekitarnya. Sementara itu guru bertugas untung memberikan rangsangan kepada siswa
agar aktif dalam proses pembelajaran yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
keadaan di lingkungan sekitar siswa dan pada akhirnya siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
sudah dicari sebelumnya.

Pengertian pembelajaran PBL, ada beberapa pendapat yang dijadikan sebagai sebagai panduan di antaranya :

Menurut Nurhadi (2013:65) dalam mrsigitblog.wordpress.com, pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah
suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Sedangkan menurut Arends dalam Abbas (2013:66, model PBL adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan keterampilan yang lebuh tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, serta meningkatkan
kepercayaan diri.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) adalah model pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,
siswa diharapkan mampu menyelesaikan suatu masalah yang diberikan guru mengenai fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitar, selain itu siswa juga diharapkan untuk berpikir kritis agar mendapatkan wawasan atau
pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Langkah langkah Problem Based learning


Dalam pengelolaan PBL, ada beberapa langkah-langkah utama berikut:

1. Mengorientasikan siswa pada masalah


2. Mengorganisasikan siswa agara belajar
3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Berdasarkan rumusan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model Problem based learning
adalah sebagai berikut :

1. Guru memotivasi siswa dan merangsang peserta didik untuk aktif dalam belajar dengan cara diberikan suatu
masalah yang terjadi di lingkungan sekitar sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai;
2. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusio dengan peserta didik yang lain dengan cara dibuat
kelompok kecil, kemudian diminta untuk mencari fakta atau solusi yang berhubungan dengan permasalahan.
Kemudian peserta didik diminta untuk mengidentifikasi masalah terlebih dahulu agar nantinya peserta didik
dapat menyelesaikan permasalahan tersebut;
3. Penyelesaian masalah tersebut dapat dicari dengan cara mencari data ataupun informasi dari sumber-
sumber tertentu misalnya mencari data melalui kunjungan ke perpustakaan atau melakukan wawancara
kepada seseorang yang dianggap benar-benar mengetahui apa yang terkait dengan permasalahan yang
ada;
4. Peserta didik mencari solusi bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut dari informasi yang mereka
dapatkan.
1. Tujuan penerapan model proble based learning
Tujuan pembelajaran based learning, bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik,
melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah sekaligus
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga
dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan ketrampilan sosial peserta didik.

Sama halnya dengan model pembelajaran yang lain, model pembelajaran Problem Based Learning juga memiliki
karakteristik sehingga memiliki perbedaan denga model pembelaaran yang lain.

Karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning diantaranya :

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah


2. Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa
3. Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin ilmu
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung
proses belajar
1. Menggunakan kelompok kecil
2. Menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja.
Adapun karakteristik model pembelajaran PBL menurut Ibrahim dan Nur (2013:73) adalah sebagai berikut :

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah;


2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu;
3. Penyelidikan autentik;
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya;
5. Kerja sama.
Berdasarkan uraian tersebut, model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh siswa
ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang sesuatu yang telah diketahuinya
sekaligus yang perlu diketahuinya untuk memecahkan masalah itu. Siswa juga dapat memilih masalah yang
dianggap menarik untuk dipecahkan, sehingga ia terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.

1. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Setiap model pembelajaran memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, hal ini membuktikan bahwa semua
model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Sama halnya dengan model pembelajaran berbasis
maslah.

Berikut adalah kelebihan dari model problem based learning, diantaranya :

1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan konsep tersebut.
2. Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menurut keterampilan berpikir siswa yang
lenih tinggi.
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan langsung
dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap
bahan yang dipelajarinya.
5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain,
serta menanamkan sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.
6. Pengondisian siswa Dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya,
sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.
7. PBL diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreativitas siswa, baik secara individual
maupun kelmpok, karena hampir disetiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.
Selain berbagai kelebihan tersebut, model PBL juga memiliki beberapa kekurangan, yakni :

1. Bagi siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak dapat dicapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidaksemua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model PBL.
1. Pembelajaran IPS di SD
1. Hakekat pembelajaran IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program
studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain,
khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Namun pengertian IPS di tingkat
persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di sekolah Dasar (SD) dengan IPS
untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di
sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada
yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula
diidentifikasi dari pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut. Pengertian
IPS merujuk pada kajian yangmemusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi
manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan focus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi
waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan
dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan
hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia
membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana
cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah
berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia
sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006)

2. Tujuan pembelajaran IPS di SD


Tujuan Dan Karakteristik Pembelajaran IPS Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa
pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan
Pendidikan Nasional.

Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai
disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi. Ada tiga aspek yang harus dituju
dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual.
(Sundawa, 2006) Fokus utama dari program IPS adalah membentuk individu-individu yang memahami
kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota
masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, malanjutkan dan
memperluas nilai- nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.

3. Ketrampilan proses IPS


Ketrampilan proses merupakan pendekatan yang paling banyak di sarankan untuk di gunakan dalam
pembelajaran sains di SD berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi.

1. Materi Peta
Peta atau map adalah gambar seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam bidang datar dengan
perbandingan tertentu. Peta memberikan informasi tentang suatu wilayah. Agar terampil membaca peta kita
harus mengetahui unsur-unsur peta. Unsur peta terdiri dari:

1. judul peta; Judul peta menunjukkan nama peta. Judul peta ditulis di bagian atas dengan huruf yang menonjol.
2. garis tepi peta; batas-batas pinggir gambar peta. Fungsi garis tepi untuk menulisangka-angka derajat
astronomis.
3. legenda; keterangan-keterangan yang menjelaskan simbol-simbol pada peta.Biasanya legenda terletak di
bagian bawah sebelah kiri ataupun kanan.
4. Symbol; gambar yang digunakan untuk mewakili objek-objek dalam peta. Misalnya symbol untuk danau,
sungai, jalan, rel kereta, ibukota provinsi, batas kabupaten, dan sebagainya, berbentuk warna, garis, dan
gambar.
5. Skala; perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya. Sebuah petaselalu dibuat jauh lebih
kecil dari keadaan yang sebenarnya. Akan tetapi, letak, jarak, danarahnya seperti keadaan yang sebenarnya.
6. Manfaat skala dalam menggambar sebuah peta adalah sebagai berikut;Dengan skala kita dapat
memperbesar atau memperkecil sebuah peta / gambar tertentu.Dengan skala kita dapat menggambar suatu
tempat yang sangat luas di atas kertasyang kecil.Dengan skala kita dapat mengetahui atau menentukan jarak
suatu tempat yang satudengan tempat lainnya.
7. Penunjuk arah (mata angin); jarum pedoman atau garis yang menunjukkan arahsuatu tempat. Mata angin
juga berarti arah, jurusan, atau kiblat suatu tempat. Penunjukarah mata angin dalam peta sangat penting.
Penunjuk mata angin membantu kita bisamenjelaskan posisi suatu tempat.
8. Garis astronomis; berguna untuk menentukan letak suatu tempat atau wilayah.Garis-garis yang tegak disebut
garis bujur. Sementara yang garis-garisyang mendatar disebutgaris lintang.
Arti warna-warna dalam peta sebagai berikut:

 Warna hijau menunjukkan dataran rendah.


 Warna kuning menunjukkan dataran tinggi.
 Warna cokelat menunjukkan daerah pegunungan.
 Warna putih menunjukkan puncak pegunungan yang tertutup salju.
 Warna biru menunjukkan daerah perairan (laut, sungai, danau). Warna biru untuk laut,dibedakan ketajamannya.
Gunanya untuk menunjukkan kedalaman laut. Warna biru tuauntuk laut dalam dan biru muda untuk laut dangkal.
Membaca peta wilayah provinsi kita bisa menempuh langkah langkah berikut ini.

1. Mencari gambar peta provinsi dalam buku atlas.


2. Menentukan letak wilayah provinsi.
3. Menyebutkan batas-batas wilayah provinsi.
4. Menyebutkan pembagian wilayah provinsi.
5. Menjelaskan kenampakan alam dan buatan yang ada.
Cara yang paling mudah untuk menggambar peta adalah menjiplak peta yang sudah ada. Dalam menggambar
kita harus tetap memerhatikan skala. Berdasarkan skala itu itu kita bias menghitung jarak sesungguhnya.

1. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kurikulum yang berlaku, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang menuntut pembelajaran
aktif dan kreatif. Namun demikian, dalam proses pembelajaran IPS sekarang ini keaktifan dan kreativitas masih
belum tercipta. Hal ini dikarenakan materi yang disajikan dalam setiap pokok bahasan terlalu banyak, rumit, dan
menuntut siswa untuk memahami materi dalam waktu yang terlalu singkat untuk ukuran siswa SD. Hafalan
menjadi alternatif yang digunakan oleh siswa untuk mengerti semua materi yang diberikan. Tetapi cara ini sangat
kurang efektif bagi siswa, mengingat karakteristik siswa SD yang lebih cepat memahami sesuatu yang bersifat
konkrit daripada hal-hal yang bersifat abstrak. Sehingga materi yang telah dihafalnya tidak akan bisa bertahan
lama dan berdampak pada kurang paham dan kurang mengertinya siswa secara mendalam terhadap materi
hafal yang hanya bersifat sementara.

Menyikapi masalah ini, seharusnya guru dengan berbagai keterampilannya memperbaharui cara belajar siswa
yang kurang tepat. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru, misalnya dengan sering menggunakan metode
baru yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Melalui penerapan metode problem based learning dalam
pembelajaran IPS di kelas IV diharapkan siswa akan menjadi lebih aktif, kreatif, dan senang mengikuti
pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
Dengan karakteristik siswa SD yang identik dengan belajar sambil bermain, maka metode ini sangat cocok jika
diterapkan pada pembelajaran IPS khususnya di kelas IV, karena metode ini mengandung unsur imajinasi dalam
setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Metode ini menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai
hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil secara bersama-sama. Dengan gambaran pembelajaran
seperti di atas, metode ini berpotensi membuat siswa belajar dengan hati senang. Selain itu, unsur praktek yang
terkandung di dalam metode ini tentunya membuat pembelajaran menjadi menarik dan siswa tidak bosan
mengikuti pembelajaran di kelas. Agar metode ini menjadi lebih efektif, maka penjelasan aturan praktek perlu
diberikan terlebih dahulu kepada siswa. Aktivitas yang dirancang dalam metode pembelajaran problem based
learning memungkinkan siswa lebih aktif dalam belajar serta dapat menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama,
persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat diajukan suatu hipotesis sebagai berikut: Melalui penerapan
model problem based learning ketrampilan proses IPS materi Membaca dan Menggambar peta Kelas IV SD
Negeri Locondong Kabupaten Banyumas dapat meningkat.
1. Metode Penelitian
2. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi eksperimen) karena tidak semua variabel dan
kondisi eksperimen dapat di atur dan di kontrol secara ketat, dengan kata lain tidak mungkin memanipulasi
secara variabel yang relevan. Desain penelitian ini adalah non equivalent post test only control group design,
bertujuan untuk menyelidiki perbedan ketrrampilan proses IPS antra kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pada kelompok eksperimen akan di terapkan model pembelajaran proyek, sedangkan kelompok kontrol
akan di terapkan model pembelajaran konvensional.

2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

3. Variabel dan Indikator penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel sebagai berikut

1. Variabel bebas (inbdependen variable)


Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependent (terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah ketrampilan proses IPS.

1. Variabel terikat (dependent variable)


Variabel terikat merupakan variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel terikat
(Y) pada penelitian ini adalah pemahaman pembelajaran membaca dan menggambar.

4. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan siswa SD Negeri Locondong besrta kepal
sekolah, guru dan staff karyawan

5. Subjek, waktudan tempat penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Locondong, waktu penelitiannya dalah bulan oktober
2016 di SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas.

6. Populasi dan sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV sebagai kelas eksperimen, sedangkan sampel penelitian ini
adalah kelas VI sebagai kelas kontrol di SD Negeri Locondong Kabupaten Banyumas.

7. Teknik Pengumpulan Data


8. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan,pengetahuan intelegensi. Kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Instrumen tes untuk mengukur kemampuan dari pencapaian belajar berbentuk hasil belajar IPS.

 Uji validitas
Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid atau sahih apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Rumus yang digunakan
untuk menghitung validitas tes dalam penelitian ini menurut Arikunto (2010: 213), adalah rumus Korelasi Product
Moment, yakni sebagai berikut:
Rumus Korelasi Product Moment
Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y


∑X : Jumlah skor masing-masing item

∑Y : Jumlah skor total

N : Jumlah sumbjek yang diteliti

∑X2 : Jumlah kuadrat nilai variabel X


∑Y2 : Jumlah kuadrat nilai variabel Y
Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel r kritik product moment dengan taraf α =
5%, jika nilai rxy > rtabel maka soal dikatakan valid dan soal yang tidak valid jika r xy ≤rtabel.
 Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Langkah-langkah uji reliabilitas dengan
rumus Spearman-Brown (belah ganjil-genap).
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak
merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkan soal. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
kemampuan yang dimiliki.

2. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dalam penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
observasi sistematis dan non sistematis. Observasi dilakukan dengan dua cara mengamati dan melakukan
pencatatan hasil secara teliti dari gejala yang ada.

8. Teknik Analisis data


Data hasil penelitian yang menyangkut penerapan pembelajaran problem based learning pada materi membaca
dan menggambar dan ketrampilan proses (penguasaan konsep dan sikap terhadap lingkungan hidup)

1. Sistematika penulisan
Peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: bagian awal terdiri dari halaman sampul depan dan
daftar isi. Bagian utama terdiri dari Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
penegasan istilah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II berisi landasan teori memuat
kajian pustaka dan kerangka berfikir. Bab III berisi metode penelitian terdiri dari jenis-jenis penelitian, variabel
dan indikator penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik pengumpulan data.

Daftar Pustaka
Asri Budiningsih, C. Dr. 2012. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Hosanan, M. Dr. 2014. Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Bogor:
Ghalia indonesia.
Noname. Materi IPS SD Kelas 4 pembelajaran ips di
sd http:://agustianharis.wordpress.com/2010/11/29/pembelajaran-ips-di-sekolah-dasar/.
Noname. Materi IPS SD Kelas 4 membaca dan menggambar
peta deffisintya09pgsd.blogspot.com/2013/04/membaca-dan-menggambar-peta.html. Online. Diakses pada hari
Sabtu, 15 Oktober 2016 pukul 13.01 WIB.
Rahardjo, dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sundawa, D. 2007. Pendidikan IPS di SD. Bandung: Upi Press.
Tri Wulandari Evi. 2015. Pengaruh Penerapan Problem Based Learning Terhadap Kemandirian Belajar Ipa
Terhadap Kemandirian Belajar Ipa Siswa Kelas IV SD Se-gugus III Kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo.
Skripsi Fakultas PGSD FKIP Universitas Negeri Yogyakarta.
Taufik Amir M. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Bassic Learning. Bandung: PT. Kencana Prenada
Media Group.

Wahab, Abdul azis. 2012. Metode dan model-model mengajar. Bandung: Alfabet

Anda mungkin juga menyukai