Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konduksi adalah peristiwa perpindahan kalor yang membutuhkan


medium perambatan dan kontak langsung. Adanya gradien suhu menyebabk
an perpindahankalor dari suatu benda ke benda lainnya. Konduksi bisa
dianalisis dari sudut pandangsatu dimensi ataupun multidimensi. Prinsip
mengenai konduksi sudah banyakdigunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam makalah ini, pembahasan mengenaikonduksi akan dititikberatkan
pada konduksi tunak dan aplikasinya dalam oven microwave.

Keberadaan oven microwave semakin mudah ditemui di rumah-rumah,


apalagi harga microwave sudah terjangkau. Memasak memakai oven
microwave menjadi pilihan karena gampang digunakan dan hemat energi.
Namun, banyak yang tidak menyadari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
oven microwave bagi kesehatan Anda. Bahaya tersebut timbul karena
makanan yang dipanaskan dengan menggunakan microwave akan
kehilangan kandungan nutrisi dan vitamin B-12. Karsinogen penyebab kanker
juga dapat timbul pada makanan. Untuk mengetahui penyebab dari sejumlah
bahaya yang timbul tersebut, perlu dilakukan peninjauan terhadap
perpindahan panas secara konduksi yang terjadi pada makanan yang
dipanaskan menggunakan microwave, baik dalam keadaan tunak maupun
tak tunak.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perpindahan Kalor, juga untuk memahami prinsip dasar fenomena
peristiwa perpindahan kalor secara konduksi, dalam kondisi tunak. Makalah
ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat
bagi ilmu pengetahuan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fenomena Perpindahan Panas Konduksi Secara Tunak pada


Pemanasan Makanan dengan Microwave

Pemanasan makanan pada microwave terjadi secara radiasi yaitu


menggunakan gelombang radio atau gelombang mikro yang dapat
menembus makanan pada frekuensi 2,45 GHz. Gelombang mikro
menerapkan sistem pemanasan dielektrik (dielectric heating) yaitu
pemanasan material/komponen dielektrik. Gelombang mikro akan diserap
oleh molekul makanan. Penyerapan gelombang mikro akan menyebabkan
atom-atom air pada molekul makanan memiliki energi kinetik yang lebih
tinggi, maka molekul makanan akan berotasi dan saling bertabrakan.
Tumbukan antar molekul akan memberikan energi kinetik berlebih, adanya
perbedaan temperatur sebagai driving force perpindahan kalor menimbulkan
transfer panas menuju arah gradien suhu, dalam hal ini menuju bagian dalam
makanan.Makanan akan matang ketika molekul makanan sampai pada suhu
tertentu dan bagian pada makanan memiliki temperatur yang sama atau
dengan kata lain kesetimbangan temperatur. Hilangnya driving forceakan
menghentikan transfer panas secara konduksi dan suhu makanan dalam
oven tidak berubah lagi terhadap waktu (tunak).
Gelombang mempunyai sebuah komponen positif dan negatif,
molekul-molekul makanan didesak kedepan dan kebelakang selama 2 kali
kecepatan frekuensi gelombang mikro, yaitu 4,9 juta kali/detik. Gelombang
mikro dihasilkan oleh magnetron, gelombang tersebut ditransmisikan ke
dalam waveguide, lalu gelombang tersebut dipantulkan ke dalam fan stirrer
dan dinding dari ruangan didalam oven, dan kemudian gelombang tersebut
diserap oleh makanan.

2
2.2 Proses Perpindahan Kalor Secara Konduksi dalam Dimensi Tunggal
dan Dimensi Rangkap

Konduksi Keadaan Tunak Satu Dimensi

Persamaan dasar untuk menganalisis panas konduksi adalah Hukum Fourier

𝜕𝑇
𝑞𝑛 = −𝑘𝑛
𝜕𝑛

Dimana 𝑞𝑛 merupakan flux panas (W/m2), 𝑘𝑛 merupakan konduktifitas termal


𝜕𝑇
(W/m.K), dan 𝜕𝑛 merupakan gradien temperatur (K/m).

Sistem dikatakan satu dimensi apabila temperatur pada bidang hanya


merupakan fungsi dari panjang radial dan tidak tergantung dengan panjang
axial. Beberapa bentuk bidang yang berbeda yang dikategorikan sebagai
sistem satu dimensi adalah bidang datar, silindris, dan bulat.

 Bidang Datar
Laju alir panas yang terjadi pada bidang datar dapat diformulasikan sebagai
𝑘𝐴
𝑞=− (𝑇 − 𝑇1 )
∆𝑥 2
Dimana𝑞 merupakan laju alir panas, 𝑇2 𝑑𝑎𝑛 𝑇1 merupakan temperatur pada
permukaan bidang, dan ∆𝑥 merupakan ketebalan bidang.
Jika konduktivitas termal berubah dengan suhu menurut hubungan
linier 𝑘 = −𝑘0 (1 + 𝛽𝑇) maka laju panas menjadi
𝑘0 𝐴 𝛽
𝑞=− [(𝑇2 − 𝑇1 ) + (𝑇2 2 − 𝑇1 2 )]
∆𝑥 2
 Silinder
Jika sebuah silinder homogen dan cukup panjang sehingga pengaruh
ujung-ujungnya dapat diabaikan dan suhu permukaan dalamnya konstan
pada 𝑇1 sedangkan suhu luarnya dipertahankan seragam pada 𝑇0 maka laju
konduksi panasnya adalah

3
𝑑𝑇
𝑞𝑘 = −2𝑘𝜋𝑟𝐿
𝑑𝑟
 Bola
Sistem berbentuk bola dapat dikategorikan sebagai sistem berdimensi
satu ketika temperaturnya merupakan fungsi dari jari-jari. Laju alir panasnya
adalah
4𝜋𝑘(𝑇𝑖 − 𝑇0 )
𝑞=
1 1
𝑟𝑖 − 𝑟0

Konduksi Keadaan Tunak Dimensi Rangkap

Pada perpindahan kalor konduksi tunak dua dimensi, gradien suhu


dinyatakan dalam dua koordinat ruang. Untuk menganalisis aliran panas
keadaan tunak system dua dimensi berlaku persamaan Laplace

𝜕 2𝑇 𝜕 2𝑇
+ =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2

Solusi dari persamaan ini dapat didiferensialkan dan dikombinsikan dengan


persamaan Fourier untuk menghasilkan komponen vector laju perpindahan
panas.

𝜕𝑇 𝜕𝑇
𝑞𝑥 = −𝑘𝐴𝑥 𝑞𝑦 = −𝑘𝐴𝑦 𝑞 = 𝑞𝑥 + 𝑞𝑦
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

2.3 Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh dan


Tahanan Kontak Termal.
Koefisien perpindahan panas menyeluruh digunakan dalam
menghitung laju perpindahan panas Q dari suatu fluida dengan suhu rata-rata
T1 melalui permukaan yang solid ke fluida yang lainnya dengan suhu rata-
rata T2 (dimana T1> T2). Persamaan ini umumnya hanya berlaku pada kondisi
tunak. Berikut persamaannya
𝑑𝑄 = 𝑈(𝑇1 − 𝑇2 )𝑑𝐴

4
Pada kondisi tertentu, apabila dinding yang dilalui mempunyai ketebalan
yang sama, maka U berhubungan dengan transfer koefisien dari setiap fluida
yang terlibat.
1
𝑈=
1 ∆𝑥 1
+ +
ℎ𝐴 𝑘𝐵 ℎ𝐶
Dimana ℎ𝐴 dan ℎ𝐶 merupakan koefisien perpindahan panas dari fluida A dan
C, ∆𝑥 merupakan ketebalan dinding yang dilalui fluida dan 𝑘𝐵 merupakan
konduktivitas termal dari dinding.
Tahanan kontak termal (thermal contact resistance) adalah kondisi
dimana nilai kekasaran permukaan bidang kontak akan mempengaruhi laju
perpindahan kalor.
𝑇𝐴 − 𝑇𝐵
𝑅𝑡,𝑐 = ( )
𝑞𝑥
DimanaRt,c merupakan tahanan termal (0C/W), TA merupakan temperatur
material A (0C), TB merupakan temperatur material B (0C) dan Qx merupakan
Heat Fluks (W/m2).

2.4 Menentukan Laju Perpindahan Kalor Konduksi Tunak pada Sistem


dengan Penampang Kalor yang Berbeda dan Sistem dengan Sumber
Kalor
a. Menentukan Laju Kalor Konduksi Tunak Pada Sistem Penampang
yang Berbeda
Laju perpindahan kalor dapat ditentukan dengan persamaan Fourier.
Karena pada persamaan Fourier terdapat fungsi luas maka persamaan luas
yang dipakai harus sesuai dengan bentuk penampang benda tersebut.
Terdapat perbedaan apabila penampang sistem berbentuk radial. Persamaan
Fourier untuk penampang radial adalah
2𝜋𝑘𝐿(𝑇𝑖 − 𝑇0 )
𝑞=
ln(𝑟0 − 𝑟𝑖 )

5
Dari persamaan tersebut dapat dihasilkan persamaan untuk tahanan
termal sistem dengan penampang lingkaran yang dapat digunakan untuk
memudahkan perhitungan laju perpindahan kalor, dengan menganalogikan
sistem menjadi rangkaian listrik.
ln(𝑟𝑖 /𝑟0 )
𝑅𝑡ℎ =
2𝜋𝑘𝐿
Sedangkan untuk sistem berpenampang bola, laju alir kalornya adalah
4𝜋𝑘(𝑇𝑖 − 𝑇0 )
𝑞=
1 1
𝑟𝑖 − 𝑟0
Pada analisis dua dimensi persamaan yang digunakan adalah𝑞 =
𝑘𝑆∆𝑇𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ . Dengan S adalah faktor bentuk konduksi yang dapat dilihat
pada Lampiran 1.
b. Menentukan Laju Kalor Konduksi Tunak Pada Sistem Dengan
Sumber Kalor
1. Dinding datar dengan sumber kalor
Suatu bidang datar dengan sumber panas mempunyai ketebalan 2L pada
arah x dan diasumsikan dimensi di kedua arah yang lain cukup bsar sehingga
aliran panas dianggap satu dimensi. Panas yang tergenerasi per unit volume
adalah q dan konduktivitas termal tidak berubah tehadap suhu
Persamaan aliran panas pada keadaan tunak, adalah:
𝑑2 𝑇 𝑞
+ =0 dengan kondisi batas T = To pada x = 0
𝑑𝑥 2 𝑘

T = Tw pada x = ± L
Penyelesaian persamaan aliran kalor dengan kondisi batas di atas akan
menghasilkan persamaan distribusi suhu sepanjang arah x, yaitu:
𝑞 𝑞𝐿2
𝑇 − 𝑇𝑜 = − + 𝑇𝑤 T = Tw pada x = L, maka 𝑇𝑜 = + 𝑇𝑤
2𝑘 2𝑘
𝑞𝐿2
Suhu di dinding: 𝑇𝑤 − 𝑇0 = − 2𝑘

2. Silinder dengan sumber kalor


Suatu silinder pejal dengan jari – jari R dengan sumber panas terbagi
rata dan konduktivitas termal tetap. Silinder cukup panjang sehingga suhu

6
hanya merupakan fungsi jari – jari. Persamaan aliran panas pada keadaan
tunak, adalah:
𝑑2 𝑇 1 𝑑𝑇 𝑞 𝑑𝑇
+ + 𝑘 = 0 dengan kondisi batas = 0 pada r = 0
𝑑𝑥 2 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝑟

𝑇 = 𝑇𝑤 pada r = R
Sehingga menghasilkan persamaan distribusi suhu sepanjang arah radial,
yaitu:
𝑞
𝑇 = 𝑇𝑤 + (𝑅 2 − 𝑟 2 )
4𝑘
Suhu maksimal tercapai di pusat silinder pada saat r = 0.
𝑞𝑅 2
𝑇𝑜 = 𝑇𝑤 +
4𝑘
c. Menentukan Laju Perpindahan Kalor dalam Sistem yang
Melibatkan Perpindahan Kalor Secara Konduksi dan Konveksi
Transfer kalor konduksi selalu diawali dengan proses konveksi dan
diakhiri dengan proses konveksi pula. Sangatlah jarang proses konduksi
terjadi tanpa diawali dan diakhiri dengan proses konveksi. Perhatikan transfer
kalor yang terjadi pada suatu dinding datar seperti gambar dibawah ini.
Pada sisi kiri terjadi transfer kalor secara konveksi dari fluida panas ke
permukaan dinding sebelah kiri. Perbedaan temperatur pada permukaan
kanan dan kiri ini menyebabkan terjadinya transfer panas
secara konduksi dari permukaan kiri ke permukaan kanan.
Kemudian temperatur permukaan kanan menjadi lebih panas
dari fluida yang ada si sebelah kanan, sehingga terjadilah
transfer kalor secara konveksi dari permukaan dinding
sebelah kanan ke fluida yang berada disampingnya.
Aliran kalor yang terjadi pada keseluruhan sistem
𝑡2 −𝑡1 Gambar 1. Ilustrasi Sistem
𝑞𝐴 = ℎ𝐴 𝐴𝐴 (𝑡0 − 𝑡1 ); 𝑞𝐵 = −𝑘𝐵 𝐴𝐵 ; 𝑞𝐶 = ℎ𝐶 𝐴𝐶 (𝑡2 − 𝑡3 ) dengan Konduksi dan
∆𝑥
Konveksi
Jika ketiga persamaan diatas dijumlahkan pada arah Sumber: Termodinamika
Teknik, Erlangga
temperatur maka akan menjadi :

7
𝑞𝐴 𝑞𝐵 𝑞𝐶
(𝑡0 − 𝑡1 ) + (𝑡1 − 𝑡2 ) + (𝑡2 − 𝑡3 ) = + +
ℎ𝐴 𝐴𝐴 𝑘𝐵 𝐴𝐵 ℎ𝐶 𝐴𝐶
𝑞𝐴 𝑞𝐵 ∆𝑥 𝑞𝐶
𝑡0 − 𝑡3 = + +
ℎ𝐴 𝐴𝐴 𝑘𝐵 𝐴𝐵 ℎ𝐶 𝐴𝐶
Kita ketahui bahwa 𝑞𝐴 = 𝑞𝐵 = 𝑞𝐶 𝑑𝑎𝑛 𝐴𝐴 = 𝐴𝐵 = 𝐴𝐶 = 𝐴
𝑞 1 ∆𝑥 1
Sehingga 𝑡0 − 𝑡3 = 𝐴 {ℎ + 𝑘 + ℎ }
𝐴 𝐵 𝐶

Maka Aliran kalor dari fluida kiri ke fluida kanan dapat ditulis sbb :
𝑞 𝑡0 − 𝑡3
= 𝑞" =
𝐴 1 ∆𝑥 1
+ +
ℎ𝐴 𝑘𝐵 ℎ𝐶
2.5 Perpindahan Kalor Konduksi Tunak Dimensi Rangkap Secara
Matematik, Grafik Maupun Numerik, Serta Aplikasi Faktor Bentuk
Konduksi
 Analisis Matematika
Sebuah persegi mempunyai tiga sisi lateral yang temperaturnya tetap.
Distribusi temperatur di keempat sisi adalah sinusoidal dengan nilai
maksimum 𝜃𝑚 . Dengan menggunakan perbedaan suhu 𝜃 = 𝑇𝑖 −
𝑇0 dapat diasumsikan bahwa temperatur tetap menjadi 0.
Tidak ada arah z dari gradien suhu, maka persamaan Laplace
nya adalah
𝜕 2𝜃 𝜕 2𝜃
+ =0
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
Gambar 2. Distribusi
Dengan kondisi batas Temperatur
Sumber: Pitts, Donald R.
1. 𝜃(0, 𝑦) = 0 (0 < 𝑦 < 𝑊) 3. 𝜃(𝑥, 0) = 0 (0 < 𝑥 < 𝐿) Schaum’s Outline of
𝜋𝑥
Theory & Problems of
2. 𝜃(𝐿, 𝑦) = 0 (0 < 𝑦 < 𝑊) 4. 𝜃(𝑥, 𝑊) = 𝜃𝑚 𝑠𝑖𝑛 (0 < Heat Transfer
𝐿

𝑥 < 𝐿)
Dengan mengasumsikan solusi dalam bentuk 𝜃(𝑥, 𝑦) = 𝑋(𝑥) 𝑌(𝑦) yang
disubstitusi ke persamaan Laplace sehingga menghasilkan
1 𝑑2 𝑋 1 𝑑2𝑌
− −
𝑋 𝑑𝑥 2 𝑌 𝑑𝑦 2

8
Jika masing-masing mempunyai niai konsanta dimana 𝜆2 > 0 sehingga 2
batas homogen mempunyai koefisien 𝜆2
𝑑2𝑋 𝑑2𝑌
2
+ 𝜆2 𝑋 = 0 2
+ 𝜆2 𝑌 = 0
𝑑𝑥 𝑑𝑦
Solusi untuk persamaan terpisah ini adalah
𝑋 = 𝐶1 𝑐𝑜𝑠 𝜆𝑥 + 𝐶2 𝑠𝑖𝑛 𝜆𝑥 𝑌 = 𝐶3 𝑒 −𝜆𝑦 + 𝐶4 𝑒 𝜆𝑦
𝜃 = (𝐶1 𝑐𝑜𝑠 𝜆𝑥 + 𝐶2 𝑠𝑖𝑛 𝜆𝑥)/ (𝐶3 𝑒 −𝜆𝑦 + 𝐶4 𝑒 𝜆𝑦 )
Dengan mengaplikasikan kondisi batas 𝐶1 = 0 dan 𝐶3 = −𝐶4 menghasilkan
0 = (𝐶2 𝐶4 𝑠𝑖𝑛 𝜆𝐿)( 𝑒 𝜆𝑦 − 𝑒 −𝜆𝑦 )
Dengan syarat
𝑛𝜋
𝑠𝑖𝑛 𝜆𝐿 = 0 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜆 = (𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑔𝑒𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓)
𝐿
Karena persamaan diferensial asli adalah linier, Total jumlah angka jumlah
beberapa solusi merupakan solusi. Dengan demikian 𝜃 dapat ditulis sebagai
penjumlahan dari seri yang tidak terbatas

𝑛𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑦
𝜃 = ∑ 𝐶𝑛 sin sinh
𝐿 𝐿
𝑛=1

Dimana konstanta telah dikombinasikan dan mengganti 𝑒 𝜆𝑦 − 𝑒 −𝜆𝑦 dengan


2sinh λy. Menghasilkan

𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑥 𝑛𝜋𝑊
𝜃𝑚 sin = ∑ 𝐶𝑛 sin sinh
𝐿 𝐿 𝐿
𝑛=1

Yang dapat diterapkan jika 𝐶2 = 𝐶3 = 𝐶4 = 0 dan


𝜃𝑚 𝜋𝑥
𝐶1 = 𝑠𝑖𝑛
𝜋𝑊 𝐿
sinh( )
𝐿
Penyelesaian Umum Konduksi Panas untuk Sistem Hogomen dan Dua
Dimensi
2 𝑇 2 𝑇 1 𝑇
(𝑥 2 + 𝑦 2 = 𝛼 𝑡 ) Koordinat Cartesian

2 𝑇 1 𝑇 2 𝑇 1 𝑇
(𝑟 2 + 𝑟 𝑟 + 𝑧 2 = 𝛼 𝑡 ) Silinder

9
𝑘
𝛼=
𝑐. 𝑝
Penyelesaian Analitik
Distribusi suhu umumnya pada kondisi steady state:
2 𝑇 2 𝑇
+ =0
𝑥 2 𝑦 2
𝑇 = 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑋(𝑥). 𝑌(𝑦)
sehingga
1 2 𝑋 1 2 𝑌 2 𝑇
= = = 2
𝑋 𝑥 2 𝑌 𝑦 2 𝑥 2
Pemisahan Variabel
𝑑2 𝑋
2
+ 2 𝑋 = 0
𝑑𝑥

𝑑2𝑌
− 2 𝑌 = 0
𝑑𝑦 2

𝑋 = 𝐴 𝑐𝑜𝑠𝑥 + 𝐵 sin 𝑥

𝑌 = 𝐶𝑒 −𝑦 + 𝐷𝑒 −𝑦
Solusi umum, diselesaikan dengan kondisi batas (boundary conditions)
𝑇 = (𝐴 𝑐𝑜𝑠𝑥 + 𝐵 sin 𝑥)(𝐶𝑒 −𝑦 + 𝐷𝑒 −𝑦 )
 Metode Grafik
- Membuat terlebih dahulu jaringan isoterm.
- Aliran panas tegak lurus dengan garis isoterm
- Garis isoterm adlaah garis aliran panas berbentuk bujur sangkar.
Penggambaran grafik secara manual, dan semakin dekat dengan
bentuk bujur sangkar maka analisis akan semakin baik.
Aliran Panas Hukum Fourier
Laju aliran panas
𝛥𝑇
𝛥𝑞 = −𝑘(𝛥𝑙. 1) = −𝑘𝛥𝑇
𝛥𝑙

10
𝑇2 − 𝑇1
𝛥𝑇 =
𝑁
𝑚=𝑀
𝑀
𝑞= ∑ = 𝑘( 𝑇2 − 𝑇1 )
𝑁
𝑚=1

2.6 Insulasi dalam Suatu Sistem Penghantaran Panas

Insulasi termal merupakan metode yang dapat menjaga daerah


tertutup seperti panas bangunan, atau dapat menjaga bagian dalam
bangunan dingin. Panas ditransfer dari satu material ke material yang lain
secara konduksi, konveksi dan / atau radiasi.
Jika Anda memiliki objek atau daerah yang pada suhu tertentu, Anda
mungkin ingin mencegah materi yang kita miliki mempunyai suhu yang sama
dengan materi lainnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
sebuah penghalang isolasi termal. Di setiap lokasi di mana ada bahan dari
dua suhu yang berbeda drastis, Anda mungkin ingin memberikan penghalang
isolasi untuk mencegah satu dari menjadi suhu yang sama seperti yang lain.
Dalam situasi seperti itu, upaya ini adalah untuk meminimalkan transfer
panas dari satu daerah ke daerah lain

2.7 Bahan Isolator yang Baik


Karakteristik bahan yang dapat digunakan sebagai isolatormeliputi
konduktivitas termal, nilai R, difusivitas termal, permeabilitas udara, dan
kerapatan. Konduktivitas termal dari suatu bahan menunjukkan kemampuan
bahan tersebut untuk menghantarkan panas. Isolator yang baik, seharusnya
memiliki nilai konduktivitas yang rendah. Sementara, Nilai-R dari material
adalah ketahanan terhadap aliran panas dan merupakan indikasi dari
kemampuannya untuk melindungi. Tinggi nilai-R, semakin baik isolasi. Suatu
isolator yang baik juga seharusnya memiliki nilai permeabilitas udara yang
tinggi, sehingga memungkinkan udara untuk melewati pori-porinya.
Kerapatan atau densitas suatu material juga dapat mempengaruhi apakan ia

11
isolator yang baik atau bukan. Isolator yang baik memiliki kerapatan yang
rendah.
2.8 Kinerja Isolator yang Baik
Isolator yang baik harus mempunyai sifat elektris, mekanis, termis, dan
sifat kimia yang baik. Sifat elektris ditunjukkan oleh kekuatan dielektrisnya
yaitu besarnya ketahanan suatu isolator untuk dapat bertahan terhadap
tegangan listrik dan isolator yang baik harus mempunyai kekuatan dieleketrik
yang besar.Sedangkan sifat mekanis isolator terkait dengan kekuatan
mekaniknya anatara lain tahan terhadap tekanan mekanik dan tidak mudah
aus yaitu kerusakan yang disebabkan oleh pemakaian. Sifat kimia termasuk
didalamnya adalah sifat hifrokopis, yaitu sifat yang menunjukkan mudah dan
tidaknya suatu bahan isolator menyerap air. Karena air merupakan bahan
yang konduktif, maka semakin basa suatu isolator, tahan jenis maupun sifat
dielektriknya akan semakin kecil dan kemampuan isolasinya akan semakin
turun. Sifat kimia yang lain adalah sifat mudah berkarat yang disebabkan oleh
kondisi lingkungan seperti gas, garam, alkali, dan sebagainya
 Contoh Perhitungan
Usulkan suatu system insulasi untuk sebuah oven pemanas yang beroperasi
pada suhu 200OC. Sistem insulasi tersebut diharapkan dapat menahan laju
kalor sebesar 225 W/m2 dan menjadikan suhu di bagian luar oven menjadi
40OC.
Untuk dapat membuat system insulasi yang baik pada oven, perlu
diperhatikan faktor-faktor berikut:
1. Ketebalan isolasi optimal
2. Jenis material pembentuk isolator, karena setiap isolator mempunyai
fungsi dan keadaan
3. Jenis bahan isolator, menunjukkan konduktivitas termalnya, semakin
kecil nilai konduktivitas termal, maka proses isolasi akan semakin baik.
4. Temperatur, suhu maksimum yang dapat dicapai isolator.

12
5. Pengaruh mekanisme kimia lain yang dapat merugikan penggunaan
oven, missal kandungan gizi pada makanan yang dipanaskan dengan
oven.
Table konduktivitas termal
Konduktivitas Termal (W/m
Material
OC)

Udara 0,03

Foam, Polyurethene 0,03

Fiberglass 0,04

Corkboard 0,04

Woulfeat 0,05

Cotton 0,06

Dari table diatas, konduktivitas termal yang paling kecil adalah Polyurethene
dan fiberglass, yaitu 0,03 dan 0,04 W/m OC
Polyurethene
𝑞 ∆𝑇
= −𝑘
𝐴 ∆𝑥
225 𝑊 𝑊 40𝑂 𝐶 − 200𝑂 𝐶
= (−0,03 ⁄𝑚𝑂 𝐶 ) × ( )
1 𝑚2 ∆𝑥

(−0,03 𝑊⁄𝑚𝑂 𝐶 ) × (40𝑂 𝐶 − 200𝑂 𝐶)


∆𝑥 = = 0,0213 𝑚
225 𝑊⁄𝑚2

Fiberglass
𝑞 ∆𝑇
= −𝑘
𝐴 ∆𝑥
(−0,04 𝑊⁄𝑚𝑂 𝐶 ) × (40𝑂 𝐶 − 200𝑂 𝐶)
∆𝑥 =
225 𝑊⁄𝑚2

13
∆𝑥 = 0,0284 𝑚
Namun karena Polyurethene memiliki suhu maksimum lebih kecil daripada
fiberglass, yaitu polyurethane 40OC dan fiberglass 290OC, maka bahan isolasi
termal yang paling baik digunakan adalah fiberglass.

 Contoh Perhitungan

Sebuah pipa uap ditanam didalam tanah tanpa isolasi. Diameter pipa 4 inci,
panjang 100 yard, dan didalamnya mengalir uap pada suhu tidak kurang dari
300OF. Pipa ditanam pada kedalaman 9 inchi diukur dari sumbu pipa.
Jawab:
- Konduktivitas termal tanah adalah 1,2 W/m2OC
- Suhu uap = 300OF = 148,89OC = 422,038 K
- Kedalaman pipa = 9 inci = 0,2286 m = 22,86 cm
- Diameter pipa = 4 inchi = 0,1016 m = 10,16 cm
- Jari-jari pipa = 5,08 cm
- Panjang pipa = 100 yard = 91,44 m = 9144 cm

14
𝐷 = (9 − 2)𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖 = 7 𝑖𝑛𝑐ℎ𝑖
𝐷 = 0,178 𝑚
𝑟𝑝𝑖𝑝𝑎 = 0,0508 𝑚
3𝑟𝑝𝑖𝑝𝑎 = 3 × 0,0508 = 0,1524 𝑚
𝐷 > 3𝑟𝑝𝑖𝑝𝑎
2𝜋𝐿
𝑆=
2𝐷
ln (𝑟 )
𝑝𝑖𝑝𝑎

2 × 3,14 × 91,44
𝑆=
2 × 0,178
ln ( )
0,0508
574,243
𝑆= = 295
1,947
 Suhu permukaan tanah = 5OC

𝑞 = 𝑘 × 𝑆 × ∆𝑇
𝑞 = 1,2 × 295 × (148,89 − 5)
𝑞 = 50937,06 𝐽
 Maka insulasi pada pipa tersebut tidak aman karena laju alir kalor
sangat besar sehingga dapat membahayakan

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Perpindahan kalor secara konduksi tunak adalah perpindahan kalor
dimanadistribusi suhunya tidak berubah terhadap waktu.
Perpindahan kalor ini terjadi bilaada gradien suhu. Hukum yang
mendasari analisis untuk laju kalor dalam konduksi tunak adalah
hukum Fourier. Selanjutnya, hukum Fourier dapat digunakan untuk
menghitung laju kalor pada luas penampang yang berbeda-beda
dengan cara mensubstitusikan luas penampang sistem yang kita
amati dan kondisi batas pada sistem tersebut. Salah satu aplikasi
perpindahan kalor konduksi tunak adalah sistem insulasi pipa.
Insulasi dilakukan untuk mencegah kalor ditransfer. Ada
tiga mekanisme sisteminsulasi, yaitu insulasi dari konduksi,
konveksi dan radiasi. Dalam merancang sistem insulasi, perlu
diperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi , seperti
memilih bahan isolator yang tepat. Memilih bahan isolator yang
tepat pun memiliki kriteria tersendiri, yang kemudian dapat disesuai
kan dengan keadaan yang ada.
 Gelombang mikro yang diserap oleh molekul makanan
menyebabkan atom-atom air pada molekul makanan membuat
molekul makanan akan berotasi dan saling bertabrakan. Tumbukan
antar molekul akan memberikan energi kinetik berlebih, adanya
perbedaan temperatur sebagai driving force perpindahan kalor
menimbulkan transfer panas menuju arah gradien suhu, dalam hal
ini menuju bagian dalam makanan.
 Persamaan dasar untuk menganalisis panas konduksi adalah
Hukum Fourier, baik dalam keadaan tunak maupun tak tunak dan
baik dalam dimensi tunggal maupun dimensi rangkap. Faktor
geometri dapat mempengaruhi analisis perpindahan panas.

16
 Untuk menentukan laju alir kalor pada suatu system dengan
perpindahan konduksi dan konveksi, laju alir kalor masing-masing
dihitung,kemudiandijumlahkan.

17
DAFTAR PUSTAKA
Hewitt, G. F., Shires, G. L., and Bott, T. R. 1994. Process Heat
Transfer. CRC Press. Boca Raton. Florida.
Incropera, F. P. and DeWitt, D. P.1990. Introduction to Heat Transfer,
2nd ed., John Wiley & Sons, New York.

Febrian, Andreas, dkk. 2011. Laporan Fisika Microwave. Depok. Fisika


UI.

A. Cengel, Yunus. 2008. Heat Transfer A Practical Approach Third


Edition. New York.
Dermawan Totok, Elin Nurainin, dan Suyanto. 2012. Pengaruh
Komposisi Resin Terhadap Sifat Elektri Dan Mekanik Untuk Bahan
Isolator Tegangan Tinggi. Universitas : Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir
J.P., Holman. 2008. Heat Transfer. New York. McGraw - Hill.

Purwadi, PK. 2000.


Metode Alternating Direction Implicit Pada Penyelesaian Persoalan Per
pindahan Kalor Konduksi Dua Dimensi Keadaan Tak Tunak. SIGMA,
Vol. 3, No.1.

16

Anda mungkin juga menyukai